Anda di halaman 1dari 6

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Klien

Pasal 38
Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:
A. Mendapatkan Informasi Secara, Benar, Jelas, Dan Jujur Tentang Tindakan
Keperawatan Yang Akan Dilakukan;
Hak atas informasi yang jelas dan benar pelayanan perawatan sangat penting karena
dengan informasi tersebut pasien dapat menentukan pilihannya menerima atau menolak
untuk dirawat agar dapat terhindar dari kerugian akibat ksalahan dalam upaya pelayanan
keperawatan tersebut. Informasi yang merupakan hak pasien sebagai konsumen jasa
pelayanan kesehatan dalam pelayanan keperawatan mengenai mamfaat dalam
pengobatan dan pemulihan kesehatan serta efek samping dari obat tersebut. Oleh karena
itu setiap tindakan dalam pelayanan perawatan terhadap pasien, sering terjadi kesalahan
atau kelalaian yang terjadi akan berakibat fatal bagi pasien, maka dari itu Informed
consent dalam pelayanan perawatan merupakan hal yang sangat penting dan diperlukan
oleh perawat.
Setelah pasien menyetuji untuk dilakukan tindakan, baik tindakan secara medik
maupun tindakan keperawatan, maka pada saat itu timbul kesepakatan. Kesepakatan
yang dibuat oleh perawat dan pasien itu akan menimbulkan akibat hukum, menimbulkan
hak dan kewajiban dan apabila kesepakatan itu dilanggar, maka ada akibat hukumnya,
pelanggar dapat dikenakan akibat hukum atau sanksi. Dalam hukum Perdata dasar
pertanggung jawaban itu ada dua macam yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian
dikenal pertanggungjawaban atas, dasar kesalahan (Liability Without based on fault) dan
pertanggungjawaban tanpa kesalahan (Liability Without fault) yang dikenal dengan
tanggungjawab risiko ( risk Liability ) atau tanggungjawab mutlak ( strict Liability ).
Prinsip dasar pertanggungjawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa
seseorang harus bertanggung jawab karena seseorang tersebut bersalah melakukan
sesuatu yang merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko merupakan
dasar pertanggung jawaban, maka konsumen (pasien) sebagai penggugat tidak
diwajibkan lagi membuktikan kesalahan produsen ( perawat ) sebagai tergugat sebab
menurut prinsip ini dasar pertanggungjawaban bukan lagi kesalahan melainkan produsen
(perawat) langsung bertanggung jawab sebagai risiko usahanya.
Menurut hukum Perdata, pertanggungjawaban dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori yaitu :
1. Pertanggungjawaban karena kasus Perbuatan melanggar Hukum Sesuai ketentuan
Pasal 1365 KUH Perdata,
2. Pertanggungjawaban karena Wanprestasi sesuai dengan Pasal 1243 KUH Perdata,
3. Pertanggungjawaban Penyalahgunaan keadaan berdasarkan dotrin hukum.

Pemberian hak ganti rugi merupakan upaya untuk memberikan perlindungan bagi
setiap orang atas suatu akibat yang timbul, baik fisik maupun non fisik karena kesalahan
tenaga kesehatan. Perlindungan ini sangat penting karena kesalahan atau kalalaian
tersebut mungkin dapat menyababkan kematian atau menimbulkan cacat permanen.
Dalam proses perawatan terhadap pasien agar terhindar dari suatu kesalahan dalam
pelayanan perawatan, pertama membuat asuhan perawatan dimulai dari pengkajian,
mendiagnosa, merencanakan, implementasi, intervensi dan mengevaluasi untuk
menentukan indikasi yang tepat oleh perawat serta penentuan penyakit yang dialami
pasien tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut harus ada informed consent dari pasien.
Dimana pasien berhak mendapat informasi yang meliputi; Penyakit yang diderita,
tindakan medik yang hendak dilakukan kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan
tersebut dan tindakan untuk mengatasinya.
(Maryam, 2016)
B. Meminta Pendapat Perawat Lain Dan/Atau Tenaga Kesehatan Lainnya;
Perawat wajib berkolaborasi dengan tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan pasien. Ketentuan dalam Pasal
37 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan, mewajibkan perawat
untuk melengkapi prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan standar pelayanan
keperawatan, memberikan pelayanan, merujuk pasien kepada perawat lain jika perawat
tidak dapat menangani, mendokumentasikan asuhan keperawatan, memberikan informasi
yang lengkap, jujur, benar, jelas dan mudah dimengerti oleh pasien tentang tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepadanya sesuai dengan batas kewenangan perawat,
melaksanakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain seperti dokter dengan
syarat memberikan delegasi secara tertulis dari dokter. Dengan demikian perawat
melaksanakan standar pelayanan keperawatan, sehingga bila terjadi suatu
kesalahan/kelalaian, maka perawat dapat bertanggung jawab (Maryam, 2016).
C. Mendapatkan Pelayanan Keperawatan Sesuai Dengan Kode Etik, Standar
Pelayanan Keperawatan, Standar Prolesi, Standar Prosedur Operasional, Dan
Ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang berperan
besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat
sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan
keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun
bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya (Depkes RI, 2006). Profesi keperawatan
sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan dan menjadi kunci utama dalam
keberhasilan pelayanan kesehatan (Sumijatun, 2010).
Pelayanan keperawatan diberikan dalam bentuk kinerja perawat harus didasari
kemampuan yang tinggi dalam membentuk sehingga kinerja mendukung pelaksanaan
tugas dalam pelayanan keperawatan. Kinerja merupakan suatu hasil kerja seseorang yang
ditujukan sesuai dengan tugas dalam suatu organisasi (Nursalam, 2007). Kinerja perawat
merupakan aplikasi kemampuan atau pembelajaran yang telah diterima selama
menyelesaikan program pendidikan keperawatan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap pasien (Mulati, N, 2006).
Gambaran kinerja dalam melaksanakan kegiatan merupakan seperangkat fungsi, tugas
dan tanggungjawab. Hal ini merupakan dasar utama perawat untuk memahami dengan
tepat fungsi, tugas dan tanggung jawabnya (Mulati, 2006). Fungsi perawat dalam
melakukan kegiatan yaitu membantu individu baik yang sehat maupun yang sakit, dari
lahir hingga meninggal, membantu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri,
dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan yang dimiliki (Mulati, N,
2006).
Kewenangan yang sah bila ditinjau dari sumber darimana kewenangan itu lahir atau
diperoleh, maka terdapat tiga kategori kewenangan, yaitu atribut,mandat, dan delegatif.
Kewenangan perawat adalah hak otonomi untuk melaksankan asuhan keperawatan
berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan dan posisi sarana kesehatan. Kewenangan
perawat adalah melakukan asuhan keperawatan meliputi pada kondisi sehat dan sakit
mencakup (Tallupadang, Edita Diana, Yovita Indrayati dan Djoko Widyarto JS, 2016):
1. Tenaga medis
Tenaga medis adalah mereka yang profesinya dalam bidang medik, yaitu dokter,
baik physician (dokter fisik = dokter badan) maupun dentist (dokter gigi). Para dokter
tersebut berpraktik mungkin sebagai general practitioner atau specialist, tergantung
keahlian masing-masing.
2. Tindakan Medik
Tindakan medik adalah suatu tindakan yang seharusnya hanya boleh dilakukan
oleh para tenaga medik, karena tindakan itu ditujukan terutama bagi para pasien yang
mengalami gangguan kesehatan.
3. Pertanggungjawaban Hukum
Tanggung jawab (Responsibilility) merupakan penerapan ketentuan hukum
(eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari
perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan, sikap dan bekerja sesuai kode etik.
Pertanggungjawaban hukum perawat dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dapat dilihat berdasarkan tiga bentuk pembidangan hukum yakin
pertanggungjawaban secara hukum keperdataan, hukum pidana dan hukum
administrari.

Masalah utama kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan adalah kurangnya


perawat yang berpendidikan tinggi, kemampuan yang tidak memadai, banyaknya
perawat yang kasar (kurang ramah terhadap pasien), kurang sabar dalam menghadapi
pasien. Masalahnya itu tentu bukan hanya soal sikap ramah atau penyabar, tetapi juga
beban kinerja yang tinggi, peraturan yang belum jelas kepada perawat. Bahkan pada saat
ini perkembangan pelayanan keperawatan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan
dengan perkembangan pelayanan medis lainya, terlihat dari konsumen masih merasakan
banyak kekurangan dari kinerja keperawatan yang dinilainya, misalnya daya saing dan
kompetensi yang belum memenuhi permintaan pelayanan kesehatan .

D. Memberi Persetujuan Atau Penolakan Tindakan Keperawatan Yang Akan


Diterimanya; Dan
Perlindungan Konsumen, hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
mengandung pengertian bahwa konsumen berhak mendapatkan produk yang nyaman,
aman, dan memberi keselamatan. Oleh karena itu, konsumen harus dilindungi dari segala
bahaya karena memakai atau mengkonsumsi produk. Dengan demikian setiap produk,
baik dari segi kemposisi bahannya, dari segi desain, konstruksi, maupun dari segi
kualitasnya harus diarahkan untuk mempertinggi rasa kenyamanan, keamanan dan
keselamatan konsumen. Tidak dikehendaki adanya produk yang dapat mencelakakan dan
mencederai konsumen. Oleh karena itu, produsen wajib mencantumkan label pruduknya
sehingga konsumen dapat mengetahui adanya unsur-unsur yang dapat membahayakan
keamanan dan keselamatan dirinya atau menerangkan secara lengkap perihal produknya
sehingga konsumen dapat memutuskan apakah produk tersebut cocok baginya.
E. Memperoleh Keterjagaan Kondisi Kesehatannva.
Menurut (Yusuf,, 2018)penjagaan rahasia kesehatan Klien ini dilakukan atas dasar:
1. Kepentingan kesehatan klien
2. Pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum
3. Persetujuan Klien sendiri
4. Kepentingan pendidikan dan penelitian
5. Ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Dalam praktik keperawatan, klien berkewajiban:
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah kesehatannya;
dalam hal klien tidak mampu memberikan penjelasan, maka pemberian informasi
dapat di wakilkan seperti pada klien anak/balita atau lansia.
2. Mematuhi nasihat dan petunjuk perawat
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Sumber
Depkes Ri. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Maryam. (2016, Oktober). Tanggung Jawab Hukum Perawat Terhadap Kerugian Pasien
Dikaitkan Dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen. E Jurnal Katalogis, Vol.4, No. 10, 191-201.

Mulati, N. (2006). Pengembangan Manajeman Kinerja (Pmk) Konsep, Strategi, Dan


Aplikasinya. Jurnal Keperawatan Universitas Pajajaran.

Nursalam. (2007). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakrta, Medan: Penerbit
Cv. Trans Info Media Cetakan Pertama.
Tallupadang, Edita Diana, Yovita Indrayati Dan Djoko Widyarto Js. (2016). Perlindungan
Hukum Bagi Tenaga Perawat Yang Melakukan Tindakan Medik Dalam Rangka
Menjalankan Tugas Pemerintah Terutama Dikaitkan Dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor. 2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Praktik Kedokteran Dan
Pelaksanaan Praktik Kedoktera. Soepra Jurnal Hukum Kesehatan, 2, No.1, 22-23.

Yusuf,. (2018). Kompetensi Dan Kewenangan Perawat Dalam Menghadapi Masalah Legal
Etik Keperawatan. Stikes Muhammadiyah Lamongan, 10.

Anda mungkin juga menyukai