PENDAHULUAN
semakin berkembang. Hal ini sejalan dengan prevalensi penyakit yang semakin
sering bermunculan. Usaha penemuan obat baru baik dari bahan alam maupun
sintetik terus dilakukan untuk mencapai efektifitas terapi yang optimal. Obat-obat
baru diharapkan dapat menjadi obat pilihan dengan efek maksimal, efek samping
minimal serta toksisitas yang minimal. Salah satu upaya untuk mengetahui hal
tersebut, maka dilakukan berbagai penelitian spesifik tentang obat agar diketahui
katakteristik suatu obat baik bagaimana efeknya di dalam tubuh maupun bagaimana
Salah satu senyawa yang telah berhasil disintesis dari alam adalah senyawa
kurkumin yang telah diketahui memiliki berbagai macam efek terapi yang
kendala dikarenakan senyawa kurkumin selalu berada dalam dua substituen yang
berbeda yaitu demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin. Oleh karena itu,
memperoleh senyawa yang lebih poten, stabil, aman, efektif, dan memiliki aktivitas
yang lebih spesifik. Telah disintesis senyawa turunan dan analog kurkumin untuk
1
2
senyawa analog dan turunan kurkumin yang telah berhasil disintesis, misalnya
penghambatan enzim Cox (Nugroho et al., 2006; Yuniarti et al., 2007; Nugroho et
(dehydrozingerone).
farmakologi yang sangat luas (Hampannavar, et al., 2016) dan dengan diubahnya
Dengan kelarutan yang baik diharapkan akan memberikan bioavaibilitas yang baik
pula baik secara oral maupun parenteral. Selain itu karena bentuknya berupa garam
diharapkan dapat dibuat menjadi sediaan dengan pembawa air sehingga lebih ramah
bagi tubuh.
dari senyawa KMGVT-0 baik dari pemberian secara oral, injeksi intravena, maupun
tidak harus melalui proses absorpsi, selain itu obat juga terbebas dari proses
metabolisme awal yang biasanya terjadi pada pemberian obat secara oral ketika
melewati hepar. Selain itu pemberian intravena juga sangat menguntungkan saat
secara injeksi intravena pada tikus putih jantan Wistar. Parameter farmakokinetika
yang diamati antara lain tetapan kecepatan eliminasi obat (Kel), waktu paro
eliminasi (t1/2), Klirens (Cl), volume distribusi (Vd), area under curve (AUC0-t), dan
badan yaitu dari mulai obat dilepas, didistribusikan, hingga dieliminasi dari tubuh.
pengobatan’ pada pasien, yaitu dalam hal tepat dosis obat untuk mencapai efek
obat. Untuk menjadikan KMGVT-0 sebagai kandidat obat baru, masih banyak
penelitian lanjutan drug development yang harus dilakukan, antara lain formulasi
obat, uji toksisitas (akut, subkronis, kronis), dan uji klinik. Dengan adanya
yang tepat untuk administrasi KMGVT-0, yaitu dosis yang menghasilkan kadar
dalam darah selama kurun waktu tertentu dan menimbulkan efek farmakologi.
Sehingga kedepannya dapat diteliti lebih lanjut dan dapat dikonversikan untuk dosis
manusia
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
2. Bagi universitas
3. Bagi mahasiswa
E. Tinjauan Pustaka
1. Farmakokinetika
merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami obat dalam tubuh. Aksi beberapa obat
membutuhkan suatu proses untuk mencapai kadar yang cukup dalam jaringan
sasarannya. Dua proses penting yang menentukan kadar obat di dalam tubuh pada
waktu tertentu adalah translokasi dari molekul obat dan transformasi senyawa obat.
obat menentukan proses metabolisme obat atau proses eliminasi lain yang terlibat
obat pada tempat aksinya (reseptor), dan intensitas efek yang dihasilkan sebagai
Gambar 1. Proses Absorpsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi (ADME) (Shargel et al.,
2005)
(termasuk mukosa dan saluran cerna) atau tempat-tempat tertentu dalam organ
menuju aliran darah atau dalam sistem pembuluh limfe. Proses ini dipengaruhi oleh
anatomi dan fisiologi tubuh (Shargel & Yu, 1999). Setelah obat diabsorpsi obat
distribusi ini antara lain dipengaruhi oleh sifat fisika kimia dari obat, serta
kecepatan aliran darah itu sendiri. Proses distribusi ini berlangsung hingga ke organ
bahkan bisa mencapai bagian-bagian jaringan dan menembus otak untuk obat-obat
dengan lipofilisitas tinggi (Shargel & Yu, 1999). Fase terakhir setelah obat
didistribusikan adalah obat akan dieliminasi dari tubuh. Proses eliminasi sendiri
dibagi menjadi dua proses yaitu, metabolisme dan ekskresi. Pada proses
metabolisme secara umum obat akan diubah menjadi metabolitnya yang lebih polar
sehingga akan lebih mudah untuk diekskresikan baik melalului ginjal maupun
matematis dari hasil penetapan kadar obat utuh atau metabolitnya di dalam darah
atau urin. Pada dasarnya terdapat tiga parameter farmakokinetika yaitu parameter
primer, sekunder, dan turunan lainnya (Rowland dan Tozer, 1989; Shargel, 2005).
langsung maupun tidak langsung oleh variabel fisiologi tubuh. Dan parameter
dipengaruhi secara langsung oleh satu atau lebih variabel fisiologi terkait adalah
fraksi obat terabsorpsi (fa), volume distribusi (Vd), kliren tubuh total (Cl), kliren
hepatik (ClH), dan kliren renal (ClR) (Rowland dan Tozer, 1989).
7
waktu paruh eliminasi (t½ eliminasi), dan fraksi obat utuh yang diekskresi lewat
urin (fe). Selain itu juga terdapat parameter turunan yang lain, yaitu luas di bawah
kurva kadar obat utuh terhadap waktu pengambilan darah (AUC), kadar obat pada
keadaan tunak (Css) dan availabilitas oral (F). Harga parameter AUC berguna
sebagai ukuran dari jumlah total obat utuh yang mencapai sirkulasi sistemik. Harga
parameter AUC dan Css tergantung dari dosis dan kecepatan pemberian obat
darah yang biasanya melalui injeksi intravena atau intraarteri. Pada pemberian
intravena tidak ada proses absorpsi sehingga obat langsung masuk ke dalam aliran
ekstravaskuler obat harus terabsorpsi dulu agar masuk aliran sistemik. (Rowland &
Tozzer, 1995).
diantaranya efek yang timbul akan lebih cepat dibanding pemberian dengan per
oral. Selain itu administrasi ini sangat cocok diberikan pada kondisi darurat dan
terutama pada pasien yang kurang kooperatif (kondisi tidak sadar). Selain
Pada pemberian secara intravena obat yang masuk ke dalam sirkulasi sistemik
minimum (KTM). Informasi ini penting diketahui pada masing-masing obat guna
mengetahui rentang terapetik dari suatu obat. Informasi mengenai rentang terapi
9
obat dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian regimen dosis obat yang tepat
ditimbulkannya baik secara fisiologi maupun biokimia. Hal ini penting untuk
mengetahui lebih dalam mengenai efek farmakologi suatu obat di dalam badan dan
2. Kurkumin
memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi dan analgetika yang poten, begitu pula
dengan beberapa analog dan turunannya (Majeed et al., 1995; Supardjan et al.,
2005).
dosis tinggi (Tonnesan & Greenhill, 1992 cit. Alamin, 2006). Konsumsi kurkumin
pada dosis hingga 500 mg/kgBB menunjukkan toksisitas minimal pada manusia
(Ireson et al., 2001). Akan tetapi kurkumin sebagai senyawa dengan sifat sangat
lipofil secara oral ternyata profil absorbsinya sangatlah buruk (Pan et al., 1999).
Garam natrium dan kalium dari kurkumin pernah dilaporkan memiliki aktivitas
antiinflamasi dan analgetika yang lebih poten dibandingkan kurkumin (Pan et al.,
1999). Sebagai bentuk garam, baik garam natrium maupun garam kalium dari
kurkumin memiliki kelebihan lain yaitu sangat larut di dalam air, sehingga dapat
menekan beberapa faktor transkripsi sehingga bisa menekan kanker, dapat bereaksi
Her2/neu pada kanker, dan memiliki kemampuan cell cycle arrest serta memiliki
kemampuan adesi terhadap molekul target seperti DNA (Siviero, et al, 2015).
bantuan piperin. Selain itu dalam review tersebut juga dijelaskan mengenai
konsentrasi serum yang dapat dicapai oleh kurkumin dari berbagai penelitian yang
pernah dilakukan seperti pada tabel I. dibawah ini. Di dalam tabel terlihat bahwa
konsentrasi kurkumin yang terdeteksi baik dalam plasma maupun serum sangatlah
rendah pada pemberian secara oral. Selain percobaan pada tikus dan mencit
(rodensia), kurkumin juga diteliti bioavaibilitasnya pada manusia dan dapat dilihat
pada pemberian dosis hingga 2 g/kgBB pada manusiapun kadar kurkumin yang
besar yang diambil sebagai upaya peningkatan potensi dari kurkumin adalah
yang berasal dari alam serta adanya metabolit dari kurkumin yang masih memiliki
12
efek yang mirip. Hal ini mendorong para peneliti untuk mengembangkan analog
Tabel I. Kadar Kurkumin dalam Serum dan Jaringan pada Manusia dan Rodensia (Anand,
et al., 2007)
Selain itu dilaporkan pula bahwa metabolit yang terbentuk dari kurkumin
menyesuaikan dari rute administrasi kurkumin itu sendiri. Pada pemberian secara
ditemukan dalam bentuk konjugat dan sulfat. Sedangkan pada pemberian secara
oral kurkumin diketahui lebih banyak dimetabolisme pada fase I yaitu dengan
proses reduksi menjadi produk yang lebih polar seperti pada gambar 6. dibawah.
13
Gambar 5. Analog Kurkumin dan Metabolitnya dari Alam (Anand, et al., 2008)
Gambar 6. Metabolit Kurkumin dari berbagai Rute Administrasi (Anand et al., 2007)
14
turunan dan analog kurkumin yang telah berhasil disintesis antara lain adalah PGV-
)
Kurkumin
H3 CO OCH 3
HO OH Gamavuton-0 (GVT-0)
H 3 CO OCH 3
HO OH Pentagamavunon-0 (PGV-0)
O
CH OC
Heksagamavunon (HGV-0)
3O H3
H OH
O
15
K O KMGVT-0
dilaporkan sebagai hasil degradasi dari kurkumin. Sebagai garam dari sebuah
dan analgetika yang lebih poten dan memiliki kelarutan yang lebih baik dalam air,
penghambatan enzim Cox (Yuniarti et al., 2007a; Yuniarti et al., 2007b; Nugroho
µM. Sedangkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh (Sayekti, 2011),
KMGVT-0 terbukti tidak selektif dalam menghambat aktivitas enzim Cox-2. Hal
ini dikarenakan KMGVT-0 juga menghambat enzim Cox-1 sebesar 25,29 µM dan
tidak berbau dan berasa khas, belum melebur pada suhu 200ºC, sangat mudah larut
dalam air. Jika dilarutkan dalam air dan diasamkan akan menjadi serbuk berwarna
kuning dengan titik lebur 124-127 ºC yang tidak larut dalam air, dan jika serbuk
17,076 menit dan m/z ion molekuler 192 (100%) (Supardjan, et al, 2013).
16
Proses pembuatan KMGVT-0 relatif lebih mudah dan cepat serta memiliki
Indonesia karena diproduksi di Indonesia, yaitu vanillin (hasil fermentasi dari biji
senyawa ini berupa serbuk berwarna merah kecoklatan, tidak berbau, dan berasa
khas.
dijadikan kandidat sebagai obat baru. Sampai saat ini belum pernah dilakukan
tikus melalui injeksi intravena. Sehingga penelitian ini perlu dilakukan dalam
KMGVT-0.
2016), monogamavuton terbukti memiliki efek farmakologi yang luas seperti yang
lanjut.
17
dikaitkan dengan strukturnya (Gambar 9.) yang merupakan setengah dari kurkumin
terhadap gugus fenolik serta rantai α,β unsaturated carbonyl dengan ujung gugus
memiliki efek yang lebih poten. Salah satunya yang dilakukan oleh (Ratcovic et al.,
Kini, penggunaannya secara luas diterima untuk analis maupun pemurnian sampel
distribusi solute dalam fase gerak dan fase diam. Kromatografi yang diterapkan
antaralain adalah patrisi, adsorpsi, ion exchange, eksklusi ukuran, afinitas, dan
yang benar berkaitan dengan kondisi operasi tipe kolom dan fase gerak, panjang
dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel
(Settle, 1997).
Sistem KCKT harus terintegrasi dengan baik agar analisis dapat berjalan
secara maksimal dimulai dari preparasi sampel hingga pembacaan hasil. Oleh
karena itu pada analisis senyawa dengan KCKT dibutuhkan proses optimasi untuk
mengetahui sistem apa yang cocok digunakan pada saat analisis seperti fase gerak
apa yang digunakan, kecepatan alir berapa yang digunakan, hingga masalah
detektornya (UV, MS). KCKT sendiri memiliki kekurangan diantaranya akan sulit
jika untuk menganalisis sampel yang kompleks, hanya dapat menganalisis satu
sampel dalam satu waktu, beberapa membutuhkan preparasi sampel, serta waktu
F. Keterangan Empirik
Keterangan mengenai profil kadar obat dalam darah perlu diketahui dalam rangka
menemukan regimen terapi yang tepat nantinya. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemberian secara intravena pada tikus putih jantan Wistar dalam rangka menelusuri