Anda di halaman 1dari 29

Gambaran Perilaku Menyusui Pada Ibu Primipara di Wilayah

Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur

Zakiyah
11031151031

TUGAS USULAN PENELITIAN KUALITATIF

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas proposal. Penulisan tugas proposal ini
melibatkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara moral maupun
material.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang telah membantu, memberikan bimbingan, serta memberikan motivasi
kepada penulis sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik, maka pada
kesempatan ini penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ns. Arina Nurfianti, M.Kep. selaku dosen pembimbing tugas ini yang
memberikan masukan-masukan.
2. Teman-teman Program Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura angkatan 2015, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bantuan berupa tenaga, pikiran, motivasi serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna karena
keterbatasan dari penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.

Pontianak, Oktober 2018


Penulis,

Zakiyah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………...………………….…..i

DAFTAR ISI…………………………………………..………………………..…ii

BAB 1 ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.3.1. Tujuan Umum ................................................................................... 4

1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................. 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.4.1. Bagi Peneliti ……………………………………………………….4

1.4.2. Bagi Fakultas ……………………….…………………………….4

1.4.3. Bagi Puskesmas ………………………….…………………..…….4

BAB 2 ..................................................................................................................... 5

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5

2.1. Konsep Laktasi …………………………………………………..………5

2.1.1. Pengertian Laktasi ………………….……..………………..………5

2.1.2. Fisiologi Laktasi ………………………………………………….…5

2.1.3. ASI Eksklusif ……………………...………………………..………6

2.1.4. Jenis - Jenis ASI ……………………………………………..………7

2.1.5. Kandungan ASI …………………….………………………..……...7

2.1.6. Manfaat ASI …………………………...………………………..…..8

2.1.7. Cara Pemberian ASI ………..…………………………….…..……10

ii
2.1.7.1. ASI Langsung / Menyusui Langsung...…...……………….…10

2.1.7.2. ASI Perah………………………...…………………………..12

2.1.8. Manfaat Menyusui Bagi Ibu ……………………………………….13

2.1.9. Isyarat Bayi Menyusui ………………………..……………………13

2.1.10. Tanda Bayi Cukup ASI …………………………………………….13

2.1.11. Masalah - Masalah Menyusui …………………………….………..14

2.1.12. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI …………….………..16

2.1.13. Perawatan Payudara Post Partum ……………………...,,…………17

2.2. Budaya dan Pemberian ASI Pada Ibu Menyusui ……………………….18

BAB 3 ................................................................................................................... 20

3.1. Desain Penelitian ……………………………………………………….20

3.2. Subjek Penelitian ……………………………………………………….20

3.2.1. Populasi …..………………………………………………..………20

3.2.2. Sample ……………………………………………………………..20

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………...……………………20

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ……….…………………………………..21

3.4.1. Kriteria Inklusi …………………………………………………….21

3.4.2. Kriteria Eksklusi ………….……………………………………….21

3.5. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………21

DAFTAR PUSTAKA ………..……………………………………..……..…22

Lampiran ….……………………….…………………..……………………..24

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Makanan terbaik bagi bayi setelah lahir adalah ASI. Nutrisi dalam ASI
paling lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, terdapat banyak
zat gizi antara lain karbohidrat, vitamin, lemak, protein, mineral, dan masih
banyak lainnya (Maryunani, 2014). World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk bayi dari umur 0 sampai
dengan 6 bulan dan ada saat bayi sudah berusia 6 bulan ke atas dapat diberikan
bersama makanan padat sampai setidaknya 2 tahun. ASI mengandung antibodi
yang berfungsi melindungi tubuh dari banyak penyakit. Pemberian ASI juga
berpengaruh terhadap riwayat infeksi dan status gizi (Aminah & Ratnawati,
2014).
ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang
dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan
berkembang secara opmal dan dak mudah sakit. Bayi yang diberi ASI eksklusif
usia memiliki status gizi baik, normal dan tidak memiliki riwayat penyait
infeksi, sedangkan bayi yang diberi susu formula memiliki status gizi kurang,
tinggi dan kurus serta pernah menderita infeksi (Aminah & Ratnawati, 2014)
Di Indonesia 96 % perempuan memberikan ASI kepada bayinya, namun
bayi yang mendapatkan ASI sampai usia kurang dari 6 bulan hanya sekitar 42%
dan pada umur kurang dari 2 tahun 55% yang masih diberi ASI oleh ibunya.
Data Kemenkes RI 2016, di Indonesia bayi yang menerima ASI Eksklusif
sampai usia 6 bulan hanya 29,5% dan bayi yang di beri ASI Eksklusif usia 0-5
bulan sekitar 54,0% sedangkan pada tahun 2017 secara nasional, cakupan bayi
mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33% dan sudah melampaui target Renstra
tahun 2017 yaitu 44%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif
terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan persentase terendah
terdapat pada Papua (15,32%). Ada lima provinsi yang belum mencapai target
Renstra tahun 2017.

1
Di Kalimantan Barat berdasarkan data Kemenkes Tahun 2016, bayi yang
menerima ASI eksklusif sampai usia 6 bulan sebesar 22,9% untuk usia 0-5
bulan sebesar 52,9% sedangkan pada tahun 2017 pemberian ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan sebesar 39,55% dan usia 0-5 bulan sebesar 50,80% , dari
data tersebut menunjukan adanya peningkatan pemberian ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan dari 29,5% ditahun 2016 menjadi 35,73% pada tahun 2017,
walaupun terjadi peningkatan ditahun 2017 masih belum mencapai target yaitu
80% pada , kemudian pada pemberian ASI eksklusif usia 0-5 bulan terjadi
penurunan dari tahun 2016 sebesar 52,9% menjadi 50,80% ditahun 2017.
Berdasarkan Dinkes Provinsi Kalimantan Barat pemberian ASI eksklusif
di Pontianak pada tahun 2015 adalah sebesar 80.14% dan mengalami
penurunan di tahun 2017 yaitu sebesar 73,1%. Pada PP No. 33 tahun 2012 telah
mengatur mengenai ASI Eksklusif mulai dari tugas dan tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, namun
dari data – data yang dipaparkan masih kurangnya ibu memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
Masalah yang biasanya terjadi saat menyusui antara lain bingung putting,
putting lecet, bengkak (engorgement) atau ASI kurang. Ibu dan bayi sudah
dikatakan mantap dalam menyusui setelah minggu ke 4 sehingga pemberian
dot/botol sebelum 4 minggu dikhawatirkan dapat menimbulkan bingung
puting. Posisi menyusui yang salah dapat menyebabkan bengkak pada
payudara ibu dan putting lecet yang akibatnya ibu merasakan sakit saat
meyusui. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi menyusui akan berkurang
akibatnya akan banyak ASI yang tersisa dan produksi ASI akan menurun
(Sjarif, Lestari, Mexitalia, & Nasar, 2011).
Pada penelitian (Aini, 2015), mengatakan bahwa ibu yang menyusui
balita sebagian besar mempunyai sikap negatif terhadap pemberian ASI. Sikap
negative yang terjadi contohnya adalah ibu kurang memperhatikan kebersihan
sebelum menyusui yaitu mencuci tangan dan kurang memperhatikan posisi
yang benar pada saat menyusui. Hal tersebut kurang di perhatikan karena ibu
primipara yang masih muda dan belum berpengalaman dan baru memiliki anak
meniru kebiasaan ibu – ibu yang lain dan juga dari pengaruh lingkungan

2
masyarakat. Ibu primipara yang masih muda dan belum berpengalaman dalam
menyusui karena baru memiliki anak dan faktor emosional dalam menyusui
karena belum bisa menerima kenyataan sudah memiliki anak.
Budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita karena budaya
menjadi salah satu factor pembentuk sikap kita. Ketika ibu primipara hidup di
lingkungan yang cenderung sikap menyusuinya kurang positif maka akan
berdampak pada kebiasaannya dalam menyusui terutama dalam kebersihan
yaitu mencuci tangan sebelum menyusui. Langkah – langkah dalam menyusui
yang benar adalah pertama dengan mencuci tangan sebelum menyusui. Namun
keaadannya dimasyarakat masih sebagian besar ibu yang menyusui kurang
memperhatikan kebersihan yaitu mencuci tangan sebelum menyusui. Ketika
balita menangis kebiasaan yang sering ibu lakukan adalah langsung
memberikan ASI atau menyusui bayi. Kebiasaan ini sering dilakukan dan
menjadi kebiasaan yang turun temurun dan tidak dihindarkan yang selalu
dilakukan oleh ibu yang menyusui (Aini, 2015).
Ibu primipara juga kurang memperhatikan posisi yang baik dalam
menyusui. Seringkali ibu menyusui pada kesempatan tertentu, tidak
memperhatikan kenyamanan dalam menyusui dan dilakukan secara spontan.
Kebiasaan yang biasa dilakukan beberapa ibu saat menyusui bayinya yaitu
sambil berbincang- bincang dengan tetangga atau pada saat belanja dan
memilih menu makanan tanpa memperhatikan kenyamanan dari ibu itu sendiri.
Faktor lainnya yang mempengaruhi sikap negatif ibu dalam pemberian ASI
pada adalah cara ibu untuk melepaskan puting susu dari mulut bayi.
Kebanyakan ibu yang menyusui bayinya cenerung menarik keluar putting susu
tanpa bantuan jari dari mulut bayi. Akibat dari kesalahan teknik melepaskan
puting susu dari mulut bayi ini dapat mengakibatkan puting mudah lecet dan
timbul nyeri pada payudara ibu. Sikap negative yang seperti ini merupakan hal
yang sering ditemukan dan berpengaruh terhadap pemberian ASI Ekslusif
(Aini, 2015).
Berdasarkan paparan dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut tentang Gambaran Perilaku Menyusui pada ibu primipara
dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur.

3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Perilaku
Menyusui Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam
Pontianak Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi kebiasaan dan kesalahan perilaku dalam menyusui oleh


Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak
Timur.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Sikap Ibu Primipara dalam menyusui di Wilayah


Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur.
b. Mengidentifikasi Budaya Ibu Primipara dalam menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur.
c. Mengidentifikasi Cara Pemberian ASI Pada Ibu Primipara yang
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam melakukan
suatu penelitian kualitatif.
1.4.2. Bagi Fakultas
Sebagai rujukan ilmiah dan tambahan pengetahuan bagi Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura.
1.4.3. Bagi Puskesmas
Memberi informasi dan pertimbangan kepada puskesmas dalam
melaksanakan program ASI Eksklusif.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Laktasi


2.1.1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam
memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh yang
biologis dan kejiwaan terhadap ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi
yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap
penyakit (Yetti, 2010)

2.1.2. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, hormone estrogen dan progesterone


menginduksi perkembangan alveolus dan ductus laktiferus di dalam
payudara. Sesudah bayi dilahirkan, disusul kemudian terjadinya
peristiwa penurunan kadar hormone estrogen. Penurunan kadar
estrogen ini nantinya juga akan mendorong naiknya kadar prolactin,
hirmon yang mengambil peran penting dalam proses menyusui.

Meyusui merupakan proses yang kompleks. Dengan


mengetahui bagaimana payudara menghasilkan ASI akan membantu
para ibu mengerti proses menyusui hingga dapat menyusui secara
ekslusif. ASI diproduksi atas kerja gabungan antara hormone dan
releks. Ketika bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua reflex
yang akan menyebabkan ASI keluar. Hal ini disebut reflex
pembentukan atau reflex prolactin yang dirangsang oleh hormone
prolactin dan reflex pengeluaran ASI

Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh


hormone prolactin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior.
Bila bayi menghisap makan ASI akan keluar dari sinus laktiferus.

5
Proses penghisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara
untuk membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk
memproduksi hormone prolactin. Prolactin kemudian akan dialirkan
ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASi. Hal ini di
sebut dengan reflex pembentukan ASI.

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenajr


hipofisis. Hormone tersebut dihasilkan bia ujung saraf disekitar
payudara dirangsang oleh hisapan bayi. Oksitosin akan dialirkan
melalui darah menuju payudara yang akan merangsang kontraksi
otot di sekeliling alveoli dan memeras ASI keluar. Hanya ASI di
dalam sinus laktiferus yang dapat dikeluarkan oleh bayi atau ibunya.
Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju payudara yang akan
merangsang kontraksi otot sekeliling alveoli dan memeras ASI
keluar.

Hanya ASI di dalam sinus laktiferus yang dapat dikeluarkan


oleh bayi, oksitosin dibentuk lebih cepat dibandingkan prolactin.
Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk
diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan
menyusui. Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka
bayi mengalami kesulitan mendapatkan ASI (Widuri, 2013).

2.1.3. ASI Eksklusif


ASI atau Air Susu Ibu adalah hasil dari sekresi kedua
payudara wanita dari suatu emulasi lemak dalam larutan protein,
laktosa, dan garam-garam organic (Haryono,2014). ASI Eksklusif
adalah ASI yang diberikan mulai dari lahir sampai dengan umur 6
bulan tanpa memberikan tambahan atau mengganti dengan
minuman aytau makanan lain kecuali obat, vitamin dan mineral.
(Kemenkes RI, 2016).
Air susu ibu (ASI) Ekslusif berbarti bahwa bayi hanya
mengkonsumsi ASI saja. World Health Organization (WHO)

6
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk bayi dari umur
0 sampai dengan 6 bulan tanpa pemberian tambahan makanan dan
mulai menerima makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6
bulan (Cadwell & Maffei, 2011).

2.1.4. Jenis – Jenis ASI


1. Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang mengandung banyak protein dan
antibody untuk kekebalan tubuh bayi. Cairan ini adalah yang
pertama keluar dan berwarna kekuning – kuninganan.
2. Air Susu Peralihan
Cairan yang keluar setelah kolostrum, ASI peralihan antara
kolostrum dan ASI matur yang keluar pada hari ke 4-10 dan
mengandung karbohidrat, lemak serta volume ASI meningkat.
3. Air Susu Matur
Cairan yang keluar pada hari ke 10 sampai mempunyai ciri
warna putih kekuningan dan mengandung semua nutrisi yang
diperlukan bayi (Haryono & Setianingsih, 2014).

2.1.5. Kandungan ASI


ASI merupakan cairan atau makanan untuk bayi yang komplek
dengan komponen imunologis dan komponen pemacu pertumbuhan.
1. Protein
Bayi membutuhkan protein untuk proses pertumbuhannya.
Kandungan protein didalam ASI sangat khusus dirancang untuk
pertumbuhan bayi, ASI mengandung total protein yang lebih
rendah namun lebih banyak protein yang halus, lembut dan
mudah dicerna.
2. Lemak
Kadar lemak dan komponen didalam ASI dapat berubah –
ubah yang disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk
pertumbuhan bayi. Cairan ASI yang pertama kali keluar disebut

7
susu mula (foremilk) mengandung 1-2% lemak dan tampak
encer, sedangkan ASI yang keluar setelahnya disebut susu
belakang (hindmilk) yang sedikit mengandung lemak.
3. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat tertinggi adalah laktosa, yang mana
laktosa pada ASI memiliki jumlah terbanyak disbanding susu
sapi. Laktosa juga membantu perkembangbiakan bakteri baik
yang mana laktosa diubah menjadi asam laktat yang diperlukan
untuk melawan organisme buruk yang terdapat dalam perut,
sekaligus memperbaiki kesehatan sistem pencernaan, di sisi lain
masa pertumbuhan, laktosa penting agar tubuh dapat menyerap
kalsium dan fosfor dan lainnya.
4. Mineral
Kandungan mineral seperti kalium, natrium, kalsium, fosfor,
dan klorida pada ASI memang lebih rendah dibandingkan susu
sapi, namun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
5. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI dikatakan kompleks,
memiliki fungsi dan manfaat tersendiri. Vitamin A, B, dan C
cukup, sedangkan golongan vitamin B masih kurang (Haryono
& Setianingsih, 2014).

2.1.6. Manfaat ASI


a. Aspek Gizi
ASI mengandung kolostrum dan didalam kolostrum
mengandung zat kekebalan tubuh terutama IgA yang dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
Kolostrum juga mengandung zat yangs esuai untuk kebutuhan
gizi bayi yaitu mengandung protein , vitamin A, karbohidrat dan
lemak rendah.
b. Aspek Imunologi

8
Kolostrum yang terkandung didalam ASI mengandung IgA
yang tinggi sehingga dapat melindungi bayi dan dapat
melumpuhkan bakteri E.Coli dan berbagai virus di saluran
pencernaan. ASI juga mengandung Laktoferin yang juga
menjadi komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan, kemudian lysosim yang membantu untuk
melindungi bayi dari bakteri E.Coli. Sel darah putih dalam ASI
pada 2 minggu pertama mengandung antibody pernafasan,
antibody saluran pencernaan, dan antibody jaringan payudara
serta ada factor bifidus yaitu sejenis karbohidrat yang membantu
pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang dapat merugikan.
c. Aspek Psikologi
Adanya sentuhan langsung (skin to skin contact) pada saat
memberikan ASI dapat membentu pertumbuhan dan
perkembangan psikologi bayi dan bayi akan merasa aman serta
puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu.
d. Aspek Kecerdasan
Kandungan gizi didalam ASI sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan otak bayi, kandungan ASI seperti asam lamak
esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan
seng dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
e. Aspek Neurologis
Zat didalam ASI akan berubah sesuai dengan kebutuhan bayi
secara otomatis oleh karena itu ASI sangat baik. Kegiatan bayi
mengisap payudara ibu juga dapat mengkoordinasikan saraf
menelan, menghisap dan bernafas pada bayi lebih sempurna
(Haryono & Setianingsih, 2014).
ASI dapat meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan
anak, mencegah obesitas, diabetes, leukemia, asma,
mengoptimalkan perkembangan motoric bayi, intelek dan emosi
(Maryunani, 2015).

9
2.1.7. Cara Pemberian ASI
2.1.7.1.ASI Langsung / Menyusui Langsung
a. Langkah – Langkah Pemberian ASI yang Benar
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui.
2. Ibu memerah sedikit ASI dengan tangan kemudian
mengoleskan ke sekitar putting.
3. Posis ibu bisa duduk atau berbarng dengan santai. Jika bu
memilih posisi duduk, kaki jangan menggantung dan usahakan
untuk bersandar di kursi.
4. Bayi diletakkan mengadap ke ibu dengan posis memegang bayi
secara menyeluruh untuk menyanggah tubuh bayi.
5. Kepala dan tubuh bayi lurus.
6. Hidung bayi harus berhadapan dengan putiing susu ibu dengan
cara mempossikan bayi dihadapan dada ibu.
7. Perut bayi menempel pada perut ibu
8. Lakukan routing dengan menyentu bibr bayi menggunakan
putting susu ibu hingga mulut bayi membuka lebar.
9. Masukkan putting susu ibu segera dan pastikan sebagian besar
areola ibu masuk ke dalam mulut bayi (Haryono & Setianingsih,
2014).

b. Tanda Bayi Telah Menyusui Dengan Tehnik Yang Benar


1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel dengan perut bu
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
4. Bagian areola atau bagian yang berwarna coklat pada payudara
disekitar putting masuk ke dalam mulut bayi.
5. Bayi menghisap dengan kuat dan perlahan
6. Putting ibu tidak terasa nyeri pada saat menyusui
7. Telingga dan lengan bayi terletak pada sat ugaris lurus

10
8. Kepala bayi akan terlihat agak menengadah (Haryono &
Setianingsih, 2014).
c. Cara Melepaskan isapan bayi
1. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi
2. Atau dengan menekan dagu bayi kebawah
3. Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya
4. Menyusu berikutnya dari payudara yang belum kosong / yang
dihidsap terakhir (Widuri, 2013).

d. Menyendawakan Bayi Setelah Menyusui


1. Posisi bayi digendong berdiri, yaitu dagu bayi menempel di
pundak ibu dengan cara bayi digendong mengadap badan ibu
dengan tangan kanan ibu menopang punggung bayi dari bokong
menuju keatas punggung, kemudian tangan kanan menepuk
punggung bayi secara perlahan sampai bayi bersendawa.
2. Posisi bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu, yaitu dengan cara
meletakkan bayi dengan posisi tengkurap dipagngkuan ibu dan
ibu menepuk secara perlahan samai bayi mengeluarkan suara
sendawa.
3. Posisi bayi didudukkan di pangkuan ibu, yaitu dengan posisi ibu
duduk santa kemudian bayi didudukkan searah dengan ibu lalu
tangan kiri ibu menopang bagian dada dan perut bayi sementara
itu tangan kanan ibu menepuk punggung bayi secara perlahan
sampai bayi bersendawa (Widuri, 2013).

e. Durasi dan Frekuensi Menyusui


Bayi disusui setaip kali menangis, namun ibu harus
memastkan penyebab bayi menangis adalah lapar , bukan karena
kencing, kepanasan atau kedinginan atau sekedar ingin didekap ibu.
Bayi sebaiknya disusui secara nir-jadwal karena bayi akan
menentukan kebutuhannya sendiri. Ibu harus berusaha untuk dapat
meyusui hingga payudara menjadi kosong, bayi biasanya dapat

11
mengosongkan satu payudara dalam waktu 7 menit dan ASI di
dalam lambung bayi akan kosong sekitar setelah 2 jam. Bayi
biasanya tidak memiliki jadwal menyusui yang teratur pada awal –
awal menyusi hingga 1-2 minggu menyusui bayi akan memiliki pola
menyusui sendiri (Haryono & Setianingsih, 2014).

2.1.7.2. ASI Perah


a. Langkah – Langkah Memerah ASI
1. Mencuci tangan sebelum memegang payudara
2. Menyiapkan wadah untuk menampung ASI seperti botol,
cangkir atau gelas tertutup yang telah dicucui dengan air
mendidih
3. Lakukan pemijatan payudara dengan kedua telapak tangan
dari pangkal menuju kearah areola. Ulangi secara merata
4. Daerah areola ditekan kearah dada dengan ibu jari dibagian
areola atas dan jari telunjuk disisi lainnya.
5. Kemudian peras areola dengan ibu jari dan telunjuk, tapi
jangan sampai menekan putting karena akan menyebabkan
rasa nyeri atau lecet.
6. Ulangi cara – cara diatas yaitu dengan menekan lalu memeras
hingga ASI keluar (Haryono & Setianingsih, 2014).

b. Cara Pemberian ASI perah


Cara pemberian ASI perah kepada bayi tidak dianjurkan
menggunakan botol atau dot karena dapat menyebabkan bayi
menjadi bingung putting. Ibu dapat memberikan ASI dengan
cangkir atau dengan menggunakan sendok sehngga bayi tidak
menolak ketika disusui. ASI perah in dapat dipraktekkan untuk
memudahkan ibu – ibu yang berkerja agar tetap memberkan ASI
nya secara Eksklusi, selain dengan tehnik manual seperti cara
diatas ibu juga bisa menggunakan pompa ASI untuk lebih
memudahkan. (Haryono & Setianingsih, 2014).

12
2.1.8. Manfaat Menyusui Bagi Ibu
1. Menyusui dapat menghemat waktu dan mengurangi beban biaya
untuk membeli susu formula.
2. Ibu yang menyusui akan merasakan kepuasaan yang tak terkira.
3. Dapat mengurangi insidensi kanker payudara
4. Saat menyusui ibu akan merasa rileks karena hormone –
hormone membantu ibu untuk merasa rileks
5. Ibu yang menyusui akan lebih mudah untuk menurunkan berat
badan.
6. Mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi (Maryunani, 2015).

2.1.9. Isyarat Bayi Menyusui


Isyarat abayi ketika ingin menyusui adalah tanda bahwa bayi
benar dalam keadaan lapar dan baik untuk disusui. Tanda ini dimulai
saat fase tidur aktif, bayi akan menjadi sering terbangun,
mendekatkan jarinya atau kepalan tangan ke mulut, mencari
makanan dengan mulut atau menjulurkan lidahnya dan isyarat
menangis sebagai siyarat paling akhir ingin menyusui (Cadwell &
Maffei, 2011).

2.1.10. Tanda Bayi Cukup ASI


Ibu menyusui sering merasa ASI nya tidak cukup , padah
hamper semua ibu dapat memproduksi ASI ynag cukup untuk 1-2
orang bayi. Untuk mengetahui apakah bayi mendapatkan ASI ynag
cukup dapat dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa kenaikan berat badan bayi
Ibu Dapat mengecek kenaikan berat badan bayi dengan
menimbang bayi dan melihat status berat bayi sebelumnya. Jika
terjadi kenaikan berat badan yang cukup berarti bayi mendapatkan

13
ASI yang cukup, dan jika tidak ada catatan \ berat badan sebelumnya
segera timbang dan kembali setelah satu minggu untuk memastikan.

b. Memeriksa Pengeluaran Kencing Bayi


Hitung berapa kali bayi kencing, saat kencing periksa
warnanya apakah gelap dan berbau tajam, hal ini dapat memberikan
keterangan dengan segera tapi hanya bisa dilihat untuk bayi yang
mendapatkan ASI saja tanpa minuman lain (Haryono &
Setianingsih, 2014).

Tanda – tanda bayi memperoleh ASI yang cukup :


1. Frekuensi buang air kecil pada bayi minimal 6 kali dan warna
air kencingnya jernih atau kekuningan.
2. Bayi BAB rutin berwarna kuning dan tampak seperti berbiji.
3. Bayi menyusui paling sedikit 10 kali dalam 24 jam, Nampak
tenang dan merasa puas setelah menyusui.
4. Setelah menyusui ibu merasa payudaranya kosong dan lunak.
5. Berat badan bayi naik (Haryono & Setianingsih, 2014).

2.1.11. Masalah – Masalah Menyusui


1. Puting Susu Lecet
Puting susu lecet dapat terjadi karena ada trauma yang terjadi
pada saat pemberian ASI, jika terjadi puting lecet hal yang harus
ibu kerjakan:
1. Ibu harus tetap menyusui jika rasa nyeri dan luka lecet tidak
terlalu berat
2. ASI dikeluarkan sedikit lalu dioles ke putting susu dan
dibiarkan mengering dengan sendirinya.
3. Gunakan BH khusus menyusui dan tidak terlalu ketat
4. Ibu dapat beristirahat menyusui jika rasa nyeri dan luka lecet
semakin berat, biasanya waktu untuk istirahat sekirtar 24 jam

14
5. Untuk tetap memenuhi kebutuhan bayi pada saat putting susu
di istirahatkan, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan.

Resiko putting menjadi lecet dapat terjadi karena pada


saat menyusui ibu tidak menggunakan Teknik yang benar
sehingga ASI yang keluar tidak optimal dan produksi ASI
menjadi terganggu akibatnya bayi tidak mau menyusui. Untuk
menghindari kejadian tersebut ibu dapat melakukan hal-hal
berikut:

1. Sebelum dan sesudah menyusui ibu hendaknya mengolesi


putting dengan ASI
2. Di perkenankan membersihkan puting susu dengan zat kimia
seperti alkohol, krim, sabun obat-obatan yang dapat
merangsang kulit atau putting susu.
3. Melepasan hisapan bayi dengan cara yang benar (Haryono &
Setianingsih, 2014).

2. Payudara Bengkak
Pembengkakan atau edema ringan terjadi karena hambatan
pembuluh darah vena atau saluran limfe akibatnya ASI
menumpuk di dalam payudara hal ini dapat terjadi karena ASI
tidak dikeluarkan kepada bayi, faktoe lainya yang dapat
mempengaruhi terjadinya pembengkakan yaitu, bayi tidak
menyusui dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah
sehingga proses menyusui tidak benar, serta terdapat putting
datar atau terbenam.
Hal hal yang dapat ibu lakukan mengurangi pada rasa bengkak:
1. Bayi di susui sampai payudara ibu terasa kosong.
2. Gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman
3. Ibu dapat mengurangi rasa tidak enak dengan cara kompres
air dingin
4. Frekuensi pengeluaran ASI harus lebih sering (Haryono &
Setianingsih, 2014).

15
3. Saluran Susu Tersumbat
Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih
saluran susu yang disebabkan oleh tekanan pada payudara bisa
karena penggunaan BH yang terlalu ketat, tekanan jari pada saat
menyusui atau komplikasi payudara, payudara bengkak yang
berlanjut hingga terjadi sumbatan. Sumbatan dapat dicegah
dengan cara perawatan payudara secara teratur, penggunaan BH
yag tidak terlalu ketat, ibu mengeluarkan ASI dengan tangan
setelah menyusui jika payudara masih terasa penuh, dan lakukan
kompres untu mengurangi rasa nyeri (Haryono & Setianingsih,
2014).

4. Mastitis dan abses payudara


Mastitis adalah peradangan pada payudara. Bagian yang
terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Temperature
badan ibu meninggu, kadang disertai mengigil. Kejadian ini
biasanya 1-3 minggu setelah melahirkan, akibat lanjutan dari
sumbatan saluran susu. Bila mastitis berlanjut, dapat terjadi
abses payudara. Ibu tampak sakit lebih parah pada mastitis,
tetapi mengandung cairan nanah. Cara mengatasi mastitis:
1. Kompres hangat
2. Ibu cukup istiraha
3. Pemberian antibiotik dan simptomatik terhadap nyeri
(Haryono & Setianingsih, 2014).

2.1.12. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI


1. Pendidikan
Pendidikan akan membuat seorang terdorong untuk
ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk
mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang
diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan yang

16
dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk
melakukan perilaku tertentu. Pendidikan mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif. Ibu yang berpendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima ide baru disbanding dengan
ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan
informasi mengenai ASI dengan mudah dapat diterima dan
dilaksanakan (Haryono & Setianingsih, 2014).
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimuasi informasi
yang diperhatikan di diingat. Informasi tersebut bisa berasal
dari Pendidikan formal maupun non formal, percakapan,
membaca, mendengar radio, menonton, televisi dan
pengalaman hidup. Contoh pengalaman hidup yaitu
pendalaman menyusui anak sebelumnya (Haryono &
Setianingsih, 2014).

3. Nilai-Nilai atau adat budaya


Adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk
memberikan ASI secara ekslusif karena sudah menjadi
budaya dalam keluarganya. Sa;ah satu adat budaya yang
masih banyak dilakukan di masyrakat yaitu adat selapanan,
dimana bayi diberi sesuap bubur dengan alas an untuk
melatih alat pencernaan bayi, padahal hal tersebut tidak
benar, namun tetap dilakukan oleh masyrakat karena sudah
menjadi adat budaya dalam keluarganya (Haryono &
Setianingsih, 2014).

2.1.13. Perawatan Payudara Post Partum


Langkah-langkah perawatan payudara, berikut beberapa cara
perawatan payudara (Maryunani, 2015) :
1. Cuci tangan

17
2. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau baby
oil.
3. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri
4. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari dengan tangan
kanan dari pangkal payudara dengan gerakan spiral pada daerah
putting susu
5. Buat gerakan memutar sambal menekan dari pangkal payudara
dan berakhir pada putting susu di seluruh bagian payudara.
6. Urutlah dari tengah ke atas sambal mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduamya perlahan
7. Lakukan antara 20-3- menit.

2.2 Budaya dan Pemberian ASI pada Ibu Menyusui


Adat budaya akan mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI secara
ekslusif karena sudah menjadi budaya atau kebiasaan dalam keluarganya.
Banyak mitos – mitos yang berkembang dimasyarakat yang membuat ibu
menjadi takut untuk memberikan ASI kepada bayinya. Mulai dari mitos pada
ASI ibu dan makanan pantangan ibu menyusui (Widuri, 2013).
Ibu menyusui masa dulu akan mencontoh tehnik menyusui yang juga
dilakukan oleh generasi sebelumnya atau disebut dengan turun temurun.
Mereka akan melihat tehnik menyusui dari generasi sebelumnya dan
mencontohnya, namun pengetahuan, keterampilan dalam menyusui menjadi
salah, samar dan tidak sesuai atau menyimpang (Cadwell & Maffei, 2011).
Budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita karena budaya
menjadi salah satu factor pembentuk sikap kita. Ketika ibu primipara hidup di
lingkungan yang cenderung sikap menyusuinya yang positif makan akan
berdampak bada perilaku menyusui dan sebaliknya ketika budaya
dilingkungan yang kurang positif maka akan berdampak pada perilaku
menyusui yang kurang positif, contohnya ketika balita menangis kebiasaan
yang sering ibu lakukan adalah langsung memberikan ASI atau menyusui bayi.
Kebiasaan ini sering dilakukan dan menjadi kebiasaan yang turun temurun dan
tidak dihindarkan yang selalu dilakukan oleh ibu yang menyusui (Aini, 2015).

18
Sikap ibu dalam perilaku menyusui umumnya berorientasi pada nilai-
nilai budaya. Contohnya, kebiasaan sebagian masyarakat Kendal yang
memberikan nasi dicampur pisang yang dihaluskan menyebabkan bayi menjadi
kenyang dan kurang mau menyusu pada ibunya. Penambahan makanan ini
tidak hanya dilakukan pada ibu diperdesaan, ibu yang berada dikota juga
dilaporkan melakukan hal yang sama yaitu menambah makanan sebagai
pelengkap ASI sebelum usia yang dianjurkan (Rezeki, 2008).
Selain terdapat budaya yang mengahambat pemberian ASI eksklusif, ada
juga budaya yang mendukung praktik menyusui, contohnya adalah budaya
minum jamu dan makanan – makanan tertentu untuk memperbanyak akan
produksi ASI (Rezeki, 2008).

19
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
yaitu dengan memaparkan peristiwa atau fenomena secara sistematik dengan
pendekatan cross sectional.

3.2. Subjek Penelitian


3.2.1. Populasi
a. Populasi Target
Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu – ibu menyusi di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur.
b. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah ibu – ibu primipara
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianka
Timur.
3.2.2. Sample

Sample adalah bagian dari populasi terjangkau yang sesuai dan


dapat dipergunakan untuk menjadi subjek penelitian (Nursalam, 2015)
Sample yang diteliti pada penelitian ini adalah semua populasi yang
masuk kedalam kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan Purposeful
Sampling , yaitu Homogeneous Sampling dari ibu – ibu primipara yang
menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak
Timur.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam
Pontianak Timur. Waktu penelitan pada bulan Januari – Maret 2019. Tahap
pada penelitian ini dimulai dari studi pendahuluan, persiapan penelitian dan
penelitian.

20
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yaitu kriteria untuk syarat dijadikannya sample


yang mewakili penelitian (Nursalam, 2015). Kriteria Inklusi dalam
peneliti ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu yang baru pertama melahirkan atau primipara


b. Ibu Primipara yang menyusui
c. Bersedia menjadi responden
d. Bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam

3.4.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi adalah sample yang tidak mewakili atau tidak


memenuhi syarat sebagai sample peneliti (Nursalam, 2015). Kriteria
Eksklusi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Ibu dengan HIV/AIDS


b. Ibu dengan kanker payudara
c. Ibu menyusui yang keluar dari Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
Dalam Pontianak Timur.
d. Tidak bersedia menjadi responden

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil merupakan data primer yang didapatkan dari wawancara
secara mendalam dan langsung kepada partisipan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Dalam Pontianak Timur.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. N. (2015). HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU PRIMIPARA DALAM


PEMBERIAN ASI DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
PADA BALITA USIA 0-24 BULA. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan,
1–9.

Aminah, T. C., & Ratnawati, L. Y. (2014). Perbedaan Status Gizi dan Status
Infeksi Bayi ( 6-11 Bulan ) yang Diberi ASI Eksklusif dengan yang Diberi
Susu Formula ( Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember
) , 2(2), 293–299.

Cadwell, K., & Maffei, C. T. (2011). Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta:
EGC.

Depkes, Kalimantan Barat , 2017. Laporan Pencapaian Indikator ASI Eksklusif Di


Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2017. Pontianak : Dinkes Kal-Bar

Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta : Kemenkes RI; 2017

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta : Kemenkes RI; 2018

Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: IN
MEDIA.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Edisi 3). Jakarta:


Salemba Medika.

Rezeki, S. (2008). STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN MENYUSUI


EKSKLUSIF IBU. Media Ners, 2, 1–13.

Sjarif, D. R., Lestari, E. dewi, Mexitalia, M., & Nasar, S. S. (2011). Buku Ajar
Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik (Jilid 1). Jakarta: IDAI.

22
Widuri, H. (2013). Cara Mengelolah ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.

Yetti, A. (2010). Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

World Health Organisation . Health topics: breastfeeding. 2017

23
Lampiran 1

Petunjuk Teknik Wawancara

A. Teknik wawancara:
1. Melakukan pendekatan untuk membina hubungan saling percaya, dengan
cara:
a. Memperkenalkan dan menyampaikan tujuan wawancara
b. Menciptakan suasana yang santai dan tidak kaku agar informan merasa
nyaman
c. Menggunakan bahasa yang sopan mudah dimengerti oleh informan
d. Bersikap terbuka, menghargai dan sabar dalam mendengar pertanyaan
informan.
e. Fokus terhadap konteks wawancara yaitu dengan mengarahkan kembali
pembicaraan jika sudah menyimpang.
2. Hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Bersikap ramah, sopan dan berpakaian rapi
b. Menggunakan bahasa yang sopan, sederhana, jelas dan mudah dimengerti
c. Bersikap terbuka dan setia dalam mendengarkan pernyataan informan
d. Bersikap luwes, bijaksana dan responsif
e. Mengatur intonasi suara yang tepat
f. Memanggil dengan sebutan yang disukai oleh informan pada saat
wawancara
g. Melakukan kontak mata saat berkomunikasi
h. Pencatatan menggunakan alat perekam suara dan catatan kecil untuk
mepermudah peneliti dalam mengumpulkan jawaban informan
3. Urutan selama berlangsung wawancara, yaitu:
a. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
b. Pertanyaan pendahuluan dengan menanyakan identitas informan
c. Lakukan pertanyaan secara sistematis sesuai dengan tema penelitian

24
B. Tema Pertanyaan
1. Pandangan/ persepsi ibu terhadap ASI Eksklusif
2. Bagaimana Langkah – langkah ibu memberi ASI
3. Perasaan Ibu saat menyusui
4. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap ibu pada proses menyusui

25

Anda mungkin juga menyukai