BAB 1 Albi LTR BLKNG Kuali2
BAB 1 Albi LTR BLKNG Kuali2
Zakiyah
11031151031
Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas proposal. Penulisan tugas proposal ini
melibatkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara moral maupun
material.
1. Ns. Arina Nurfianti, M.Kep. selaku dosen pembimbing tugas ini yang
memberikan masukan-masukan.
2. Teman-teman Program Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura angkatan 2015, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bantuan berupa tenaga, pikiran, motivasi serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna karena
keterbatasan dari penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan karya ilmiah ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak.
Zakiyah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………...………………….…..i
DAFTAR ISI…………………………………………..………………………..…ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 ..................................................................................................................... 5
ii
2.1.7.1. ASI Langsung / Menyusui Langsung...…...……………….…10
BAB 3 ................................................................................................................... 20
Lampiran ….……………………….…………………..……………………..24
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Di Kalimantan Barat berdasarkan data Kemenkes Tahun 2016, bayi yang
menerima ASI eksklusif sampai usia 6 bulan sebesar 22,9% untuk usia 0-5
bulan sebesar 52,9% sedangkan pada tahun 2017 pemberian ASI eksklusif
sampai usia 6 bulan sebesar 39,55% dan usia 0-5 bulan sebesar 50,80% , dari
data tersebut menunjukan adanya peningkatan pemberian ASI eksklusif sampai
usia 6 bulan dari 29,5% ditahun 2016 menjadi 35,73% pada tahun 2017,
walaupun terjadi peningkatan ditahun 2017 masih belum mencapai target yaitu
80% pada , kemudian pada pemberian ASI eksklusif usia 0-5 bulan terjadi
penurunan dari tahun 2016 sebesar 52,9% menjadi 50,80% ditahun 2017.
Berdasarkan Dinkes Provinsi Kalimantan Barat pemberian ASI eksklusif
di Pontianak pada tahun 2015 adalah sebesar 80.14% dan mengalami
penurunan di tahun 2017 yaitu sebesar 73,1%. Pada PP No. 33 tahun 2012 telah
mengatur mengenai ASI Eksklusif mulai dari tugas dan tanggung jawab
pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI, namun
dari data – data yang dipaparkan masih kurangnya ibu memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
Masalah yang biasanya terjadi saat menyusui antara lain bingung putting,
putting lecet, bengkak (engorgement) atau ASI kurang. Ibu dan bayi sudah
dikatakan mantap dalam menyusui setelah minggu ke 4 sehingga pemberian
dot/botol sebelum 4 minggu dikhawatirkan dapat menimbulkan bingung
puting. Posisi menyusui yang salah dapat menyebabkan bengkak pada
payudara ibu dan putting lecet yang akibatnya ibu merasakan sakit saat
meyusui. Hal ini dapat menyebabkan frekuensi menyusui akan berkurang
akibatnya akan banyak ASI yang tersisa dan produksi ASI akan menurun
(Sjarif, Lestari, Mexitalia, & Nasar, 2011).
Pada penelitian (Aini, 2015), mengatakan bahwa ibu yang menyusui
balita sebagian besar mempunyai sikap negatif terhadap pemberian ASI. Sikap
negative yang terjadi contohnya adalah ibu kurang memperhatikan kebersihan
sebelum menyusui yaitu mencuci tangan dan kurang memperhatikan posisi
yang benar pada saat menyusui. Hal tersebut kurang di perhatikan karena ibu
primipara yang masih muda dan belum berpengalaman dan baru memiliki anak
meniru kebiasaan ibu – ibu yang lain dan juga dari pengaruh lingkungan
2
masyarakat. Ibu primipara yang masih muda dan belum berpengalaman dalam
menyusui karena baru memiliki anak dan faktor emosional dalam menyusui
karena belum bisa menerima kenyataan sudah memiliki anak.
Budaya sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita karena budaya
menjadi salah satu factor pembentuk sikap kita. Ketika ibu primipara hidup di
lingkungan yang cenderung sikap menyusuinya kurang positif maka akan
berdampak pada kebiasaannya dalam menyusui terutama dalam kebersihan
yaitu mencuci tangan sebelum menyusui. Langkah – langkah dalam menyusui
yang benar adalah pertama dengan mencuci tangan sebelum menyusui. Namun
keaadannya dimasyarakat masih sebagian besar ibu yang menyusui kurang
memperhatikan kebersihan yaitu mencuci tangan sebelum menyusui. Ketika
balita menangis kebiasaan yang sering ibu lakukan adalah langsung
memberikan ASI atau menyusui bayi. Kebiasaan ini sering dilakukan dan
menjadi kebiasaan yang turun temurun dan tidak dihindarkan yang selalu
dilakukan oleh ibu yang menyusui (Aini, 2015).
Ibu primipara juga kurang memperhatikan posisi yang baik dalam
menyusui. Seringkali ibu menyusui pada kesempatan tertentu, tidak
memperhatikan kenyamanan dalam menyusui dan dilakukan secara spontan.
Kebiasaan yang biasa dilakukan beberapa ibu saat menyusui bayinya yaitu
sambil berbincang- bincang dengan tetangga atau pada saat belanja dan
memilih menu makanan tanpa memperhatikan kenyamanan dari ibu itu sendiri.
Faktor lainnya yang mempengaruhi sikap negatif ibu dalam pemberian ASI
pada adalah cara ibu untuk melepaskan puting susu dari mulut bayi.
Kebanyakan ibu yang menyusui bayinya cenerung menarik keluar putting susu
tanpa bantuan jari dari mulut bayi. Akibat dari kesalahan teknik melepaskan
puting susu dari mulut bayi ini dapat mengakibatkan puting mudah lecet dan
timbul nyeri pada payudara ibu. Sikap negative yang seperti ini merupakan hal
yang sering ditemukan dan berpengaruh terhadap pemberian ASI Ekslusif
(Aini, 2015).
Berdasarkan paparan dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih lanjut tentang Gambaran Perilaku Menyusui pada ibu primipara
dalam di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam Pontianak Timur.
3
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Perilaku
Menyusui Pada Ibu Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Dalam
Pontianak Timur ?
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
Proses penghisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara
untuk membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk
memproduksi hormone prolactin. Prolactin kemudian akan dialirkan
ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASi. Hal ini di
sebut dengan reflex pembentukan ASI.
6
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk bayi dari umur
0 sampai dengan 6 bulan tanpa pemberian tambahan makanan dan
mulai menerima makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 6
bulan (Cadwell & Maffei, 2011).
7
susu mula (foremilk) mengandung 1-2% lemak dan tampak
encer, sedangkan ASI yang keluar setelahnya disebut susu
belakang (hindmilk) yang sedikit mengandung lemak.
3. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat tertinggi adalah laktosa, yang mana
laktosa pada ASI memiliki jumlah terbanyak disbanding susu
sapi. Laktosa juga membantu perkembangbiakan bakteri baik
yang mana laktosa diubah menjadi asam laktat yang diperlukan
untuk melawan organisme buruk yang terdapat dalam perut,
sekaligus memperbaiki kesehatan sistem pencernaan, di sisi lain
masa pertumbuhan, laktosa penting agar tubuh dapat menyerap
kalsium dan fosfor dan lainnya.
4. Mineral
Kandungan mineral seperti kalium, natrium, kalsium, fosfor,
dan klorida pada ASI memang lebih rendah dibandingkan susu
sapi, namun sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi.
5. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI dikatakan kompleks,
memiliki fungsi dan manfaat tersendiri. Vitamin A, B, dan C
cukup, sedangkan golongan vitamin B masih kurang (Haryono
& Setianingsih, 2014).
8
Kolostrum yang terkandung didalam ASI mengandung IgA
yang tinggi sehingga dapat melindungi bayi dan dapat
melumpuhkan bakteri E.Coli dan berbagai virus di saluran
pencernaan. ASI juga mengandung Laktoferin yang juga
menjadi komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di
saluran pencernaan, kemudian lysosim yang membantu untuk
melindungi bayi dari bakteri E.Coli. Sel darah putih dalam ASI
pada 2 minggu pertama mengandung antibody pernafasan,
antibody saluran pencernaan, dan antibody jaringan payudara
serta ada factor bifidus yaitu sejenis karbohidrat yang membantu
pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus untuk menghambat
pertumbuhan bakteri yang dapat merugikan.
c. Aspek Psikologi
Adanya sentuhan langsung (skin to skin contact) pada saat
memberikan ASI dapat membentu pertumbuhan dan
perkembangan psikologi bayi dan bayi akan merasa aman serta
puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu.
d. Aspek Kecerdasan
Kandungan gizi didalam ASI sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan otak bayi, kandungan ASI seperti asam lamak
esensial, protein, vitamin B kompleks, yodium, zat besi, dan
seng dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
e. Aspek Neurologis
Zat didalam ASI akan berubah sesuai dengan kebutuhan bayi
secara otomatis oleh karena itu ASI sangat baik. Kegiatan bayi
mengisap payudara ibu juga dapat mengkoordinasikan saraf
menelan, menghisap dan bernafas pada bayi lebih sempurna
(Haryono & Setianingsih, 2014).
ASI dapat meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan
anak, mencegah obesitas, diabetes, leukemia, asma,
mengoptimalkan perkembangan motoric bayi, intelek dan emosi
(Maryunani, 2015).
9
2.1.7. Cara Pemberian ASI
2.1.7.1.ASI Langsung / Menyusui Langsung
a. Langkah – Langkah Pemberian ASI yang Benar
1. Cuci tangan dengan sabun sebelum menyusui.
2. Ibu memerah sedikit ASI dengan tangan kemudian
mengoleskan ke sekitar putting.
3. Posis ibu bisa duduk atau berbarng dengan santai. Jika bu
memilih posisi duduk, kaki jangan menggantung dan usahakan
untuk bersandar di kursi.
4. Bayi diletakkan mengadap ke ibu dengan posis memegang bayi
secara menyeluruh untuk menyanggah tubuh bayi.
5. Kepala dan tubuh bayi lurus.
6. Hidung bayi harus berhadapan dengan putiing susu ibu dengan
cara mempossikan bayi dihadapan dada ibu.
7. Perut bayi menempel pada perut ibu
8. Lakukan routing dengan menyentu bibr bayi menggunakan
putting susu ibu hingga mulut bayi membuka lebar.
9. Masukkan putting susu ibu segera dan pastikan sebagian besar
areola ibu masuk ke dalam mulut bayi (Haryono & Setianingsih,
2014).
10
8. Kepala bayi akan terlihat agak menengadah (Haryono &
Setianingsih, 2014).
c. Cara Melepaskan isapan bayi
1. Masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke sudut mulut bayi
2. Atau dengan menekan dagu bayi kebawah
3. Jangan menarik putting susu untuk melepaskannya
4. Menyusu berikutnya dari payudara yang belum kosong / yang
dihidsap terakhir (Widuri, 2013).
11
mengosongkan satu payudara dalam waktu 7 menit dan ASI di
dalam lambung bayi akan kosong sekitar setelah 2 jam. Bayi
biasanya tidak memiliki jadwal menyusui yang teratur pada awal –
awal menyusi hingga 1-2 minggu menyusui bayi akan memiliki pola
menyusui sendiri (Haryono & Setianingsih, 2014).
12
2.1.8. Manfaat Menyusui Bagi Ibu
1. Menyusui dapat menghemat waktu dan mengurangi beban biaya
untuk membeli susu formula.
2. Ibu yang menyusui akan merasakan kepuasaan yang tak terkira.
3. Dapat mengurangi insidensi kanker payudara
4. Saat menyusui ibu akan merasa rileks karena hormone –
hormone membantu ibu untuk merasa rileks
5. Ibu yang menyusui akan lebih mudah untuk menurunkan berat
badan.
6. Mengeratkan hubungan antara ibu dan bayi (Maryunani, 2015).
13
ASI yang cukup, dan jika tidak ada catatan \ berat badan sebelumnya
segera timbang dan kembali setelah satu minggu untuk memastikan.
14
5. Untuk tetap memenuhi kebutuhan bayi pada saat putting susu
di istirahatkan, ibu dapat mengeluarkan ASI dengan tangan.
2. Payudara Bengkak
Pembengkakan atau edema ringan terjadi karena hambatan
pembuluh darah vena atau saluran limfe akibatnya ASI
menumpuk di dalam payudara hal ini dapat terjadi karena ASI
tidak dikeluarkan kepada bayi, faktoe lainya yang dapat
mempengaruhi terjadinya pembengkakan yaitu, bayi tidak
menyusui dengan kuat, posisi bayi pada payudara salah
sehingga proses menyusui tidak benar, serta terdapat putting
datar atau terbenam.
Hal hal yang dapat ibu lakukan mengurangi pada rasa bengkak:
1. Bayi di susui sampai payudara ibu terasa kosong.
2. Gunakan BH yang dapat menopang dengan nyaman
3. Ibu dapat mengurangi rasa tidak enak dengan cara kompres
air dingin
4. Frekuensi pengeluaran ASI harus lebih sering (Haryono &
Setianingsih, 2014).
15
3. Saluran Susu Tersumbat
Suatu keadaan dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih
saluran susu yang disebabkan oleh tekanan pada payudara bisa
karena penggunaan BH yang terlalu ketat, tekanan jari pada saat
menyusui atau komplikasi payudara, payudara bengkak yang
berlanjut hingga terjadi sumbatan. Sumbatan dapat dicegah
dengan cara perawatan payudara secara teratur, penggunaan BH
yag tidak terlalu ketat, ibu mengeluarkan ASI dengan tangan
setelah menyusui jika payudara masih terasa penuh, dan lakukan
kompres untu mengurangi rasa nyeri (Haryono & Setianingsih,
2014).
16
dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk
melakukan perilaku tertentu. Pendidikan mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif. Ibu yang berpendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima ide baru disbanding dengan
ibu yang berpendidikan rendah. Sehingga promosi dan
informasi mengenai ASI dengan mudah dapat diterima dan
dilaksanakan (Haryono & Setianingsih, 2014).
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil stimuasi informasi
yang diperhatikan di diingat. Informasi tersebut bisa berasal
dari Pendidikan formal maupun non formal, percakapan,
membaca, mendengar radio, menonton, televisi dan
pengalaman hidup. Contoh pengalaman hidup yaitu
pendalaman menyusui anak sebelumnya (Haryono &
Setianingsih, 2014).
17
2. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa atau baby
oil.
3. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri
4. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari dengan tangan
kanan dari pangkal payudara dengan gerakan spiral pada daerah
putting susu
5. Buat gerakan memutar sambal menekan dari pangkal payudara
dan berakhir pada putting susu di seluruh bagian payudara.
6. Urutlah dari tengah ke atas sambal mengangkat kedua payudara
dan lepaskan keduamya perlahan
7. Lakukan antara 20-3- menit.
18
Sikap ibu dalam perilaku menyusui umumnya berorientasi pada nilai-
nilai budaya. Contohnya, kebiasaan sebagian masyarakat Kendal yang
memberikan nasi dicampur pisang yang dihaluskan menyebabkan bayi menjadi
kenyang dan kurang mau menyusu pada ibunya. Penambahan makanan ini
tidak hanya dilakukan pada ibu diperdesaan, ibu yang berada dikota juga
dilaporkan melakukan hal yang sama yaitu menambah makanan sebagai
pelengkap ASI sebelum usia yang dianjurkan (Rezeki, 2008).
Selain terdapat budaya yang mengahambat pemberian ASI eksklusif, ada
juga budaya yang mendukung praktik menyusui, contohnya adalah budaya
minum jamu dan makanan – makanan tertentu untuk memperbanyak akan
produksi ASI (Rezeki, 2008).
19
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
20
3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1. Kriteria Inklusi
Data yang diambil merupakan data primer yang didapatkan dari wawancara
secara mendalam dan langsung kepada partisipan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Dalam Pontianak Timur.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, T. C., & Ratnawati, L. Y. (2014). Perbedaan Status Gizi dan Status
Infeksi Bayi ( 6-11 Bulan ) yang Diberi ASI Eksklusif dengan yang Diberi
Susu Formula ( Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Arjasa Kabupaten Jember
) , 2(2), 293–299.
Cadwell, K., & Maffei, C. T. (2011). Buku Saku Manajemen Laktasi. Jakarta:
EGC.
Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati
Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta : Kemenkes RI; 2017
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta : Kemenkes RI; 2018
Maryunani, A. (2015). Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: IN
MEDIA.
Sjarif, D. R., Lestari, E. dewi, Mexitalia, M., & Nasar, S. S. (2011). Buku Ajar
Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik (Jilid 1). Jakarta: IDAI.
22
Widuri, H. (2013). Cara Mengelolah ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
23
Lampiran 1
A. Teknik wawancara:
1. Melakukan pendekatan untuk membina hubungan saling percaya, dengan
cara:
a. Memperkenalkan dan menyampaikan tujuan wawancara
b. Menciptakan suasana yang santai dan tidak kaku agar informan merasa
nyaman
c. Menggunakan bahasa yang sopan mudah dimengerti oleh informan
d. Bersikap terbuka, menghargai dan sabar dalam mendengar pertanyaan
informan.
e. Fokus terhadap konteks wawancara yaitu dengan mengarahkan kembali
pembicaraan jika sudah menyimpang.
2. Hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Bersikap ramah, sopan dan berpakaian rapi
b. Menggunakan bahasa yang sopan, sederhana, jelas dan mudah dimengerti
c. Bersikap terbuka dan setia dalam mendengarkan pernyataan informan
d. Bersikap luwes, bijaksana dan responsif
e. Mengatur intonasi suara yang tepat
f. Memanggil dengan sebutan yang disukai oleh informan pada saat
wawancara
g. Melakukan kontak mata saat berkomunikasi
h. Pencatatan menggunakan alat perekam suara dan catatan kecil untuk
mepermudah peneliti dalam mengumpulkan jawaban informan
3. Urutan selama berlangsung wawancara, yaitu:
a. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
b. Pertanyaan pendahuluan dengan menanyakan identitas informan
c. Lakukan pertanyaan secara sistematis sesuai dengan tema penelitian
24
B. Tema Pertanyaan
1. Pandangan/ persepsi ibu terhadap ASI Eksklusif
2. Bagaimana Langkah – langkah ibu memberi ASI
3. Perasaan Ibu saat menyusui
4. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap ibu pada proses menyusui
25