Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERKEMBANGAN HEWAN


TAHAP PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN

OLEH :

NAMA : JULITA
NO BP : 1710423022
KELOMPOK : II B
ANGGOTA KELOMPOK : 1. FANI REFIZA (1710421006)
2. YUNI ZAHRA (1710421030)
3. AFIF AIDIL SAPUTRA (1710423006)
4. DINDA ZAHRA SASKIA (1710423024)
ASISTEN PJK : VIVY HERMANA P

LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembuahan adalah peristiwa penggabungan sel telur dan sperma sehingga


terbentuklah zigot. Setelah pembuahan maka terjadilah perkembangan sel dari
stadium zigot hingga stadium penetasan (Lagler, 1962). Ada beberapa tanda yang
menunjukkan terjadinya pembuahan, yaitu terbentuknya ruang perivitelin, karena
terjadinya penyerapan setelah telur dkeluarkan dan berhubungan langsung dengan air
yang mengakibatkan telur menggembung. Setelah pembuahan, embriogenesis akan
berlangsung terus setiap waktu dan terjadi proses-proses cleavage, morulasi,
blastulasi, gastrulasi dan organogenesis yang selanjutnya penetasan (Woynarovich
dan Horvart, 1980).
Awal pembentukan makhluk hidup dimulai dengan embriogenesis.
Embriogenesis merupakan proses pembelahan sel dan diferensiasi sel dari embrio
yang terjadi pada saat tahap-tahap awal dari perkembangan. Tepatnya, embriogenesis
terjadi pada saat spermatozoa bertemu dan menyatu dengan ovum yang disebut
fertilisasi sampai akhir dari perkembangan (Moyle, 1988). Embriogenesis pada ikan,
terbagi ke dalam tiga stadium, yaitu pembelahan, embrionik dan eleutheroembrionik
(stadium ikan menetas sampai ikan dapat mencari makanan sendiri dari luar) (Balon,
1975).
Pembelahan sel zigot pada ikan umumnya adalah tipe meroblastik
(parsial) walaupun ada juga holoblastik (total). Pada tipe meroblastik yang
membelah hanya inti sel dan sitoplasmanya saja, sedang pada holoblastik kuning
telur pun turut membelah diri. Kedua tipe pembelahan sel tersebut ditentukan
oleh banyaknya kuning telur dan penyebarannya. Banyaknya dan penyebaran kuning
telur dalam telur ikan tidak sama tergantung kepada jenis ikannya. Telur isolesital
(alesital, oligolesital) adalah telur yang mengandung kuning telurnya sedikit dan
tersebar di seluruh sel telur. Sedangkan pada telur telolesital jumlah kuning telurnya
relatif banyak dan berkumpul pada kutub vegetatif sedangkan pada kutub anima
hanya terdapat inti sitoplasma. Telur telolesital ini terdiri dari 2 macam, politelosital
dan sentrolesital. Dari hasil pembelahan sel telolesital ini akan terbentuk 2
kelompok sel. Yang pertama adalah kelompok sel-sel utama (blastoderm) yang
akan membentuk tubuh embrio disebut sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel
dalam (inner mass cells). Yang kedua adalah kelompok sel-sel pelengkap
(trophoblast, periblast, auxiliary cells) yang berfungsi sebagai selaput pelindung
dan jembatan penghubung antara embrio dengan induk atau lingkungan luar. Pada
ikan, reptil dan burung kelompok sel-sel utama ini disebut juga cakram
kecambah (germinal disc) yang terdiri dari jaringan embrio (blastodisc) yang
akan menjadi tubuh embrio dan jaringan periblast yang berfungsi sebagai penyalur
makanan yang berasal dari kuning telur (Ballinsky, 1970).
Morula merupakan pembelahan sel yang terjadi setelah sel berjumlah 32 sel
dan berakhir bila sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran sama
akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik
kecil yang membentuk dua lapisan sel. Pada saat ini ukuran sel mulai beragam.
Selanjutnya akan terjadi proses pembentukan blastula disebut blastulasi dimana
kelompok sel-sel anak hasil pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat
ditengahnya terdapat rongga yang kosong disebut suloblastula (coeloblastula)
sedangkan yang berongga massif disebut steroblastula. Suloblastula terdapat pada
Amphioxus dan kodok, steroblastula terdapat pada ikan dan amphibi yang
tidak berkaki (gymmophonia). Pada blastula ini sudah terdapat daerah yang akan
berdiferensiasi membentuk organ-organ tertentu (presumtife organ forming)
seperti sel-sel saluran pencernaan, notochorda, saraf dan epidermis, ectoderm,
mesoderm, dan entoderm. Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui
diferensiasi yakni sebuah atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau
fungsi dan pada akhirnya akan membentuk organ-organ dan menetas (Effendie,
1997).
Oleh karena itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui dan mengamati
setiap tahap perkembangan awal embrio pada ikan agar dapat bermanfaat dalam
penelitian atau pelestarian ikan. Serta dapat mengetahui perbedaan tahap
perkembangan pada waktu tertentu.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat tahap perkembangan awal
embrio pada ikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan
kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain:
ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan),
ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang
di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli
(Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris
disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish (Djuhanda,1981).
Reproduksi ikan lele merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari
diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan tentang ciri
reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan
gonad untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan
reproduksi, sampai menghasilkan telur dan perkembangan embrio. Dalam proses
pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphyle yang
terdapat pada chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk
membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru dikeluarkan dari tubuh induk,
mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan (Effendie, 1997).
Setelah pembuahan kemudian mengalami perkembangan embrio yang
merupakan suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang
kemudian setelah dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola
pembelahan telur yang disebut cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut
hingga mencapai fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis.
Pertumbuhan menjadi sistem organ yang kompleks dan saling tergantung merupakan
suatu hal yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya akan termodifikasi
secara sempurna (Harvey, 1979).
Perkembangan embrio pada Ikan Lele betina dimulai setelah telur dibuahi
oleh inti spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot
inilah yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi
melalui proses mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen-segmen menjadi bagian
yang kecil (cleavage), bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel,
8 sel, 16 sel, hingga 32 sel yang disebut fase morula (Djuhanda,1981).
Morula merupakan salah satu tahap perkembangan embrio pada saat
pembelahan mencapai 32 sel, ciri-ciri dari stadium morula adalah bentuknya seperti
murbai. Pada stadium morula sel membelah secara melintang dari mulai membentuk
formasi lapisan kedua terlihat samar pada kutub anima. Stadium morula berakhir
apabila pembelahan sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran
sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi
blastodisk kecil yang membentuk 2 lapisan sel (Ballinsky, 1970).
Setelah berakhirnya proses morulasi akan terjadi proses blastulasi. Blastomer
akan membelah beberapa kali sehingga blastomer mengecil, tetapi besar blastula
tidak berbeda dengan morula. Menjelang proses pembelahan berakhir, sebagian
blastomer yang ada di bawah permukaan rongga kosong. Rongga kosong yan
terbentuk itu disenut blastosul. Morula memiliki rongga, sedangkan blastula
memiliki blastosul. Akan tetapi tidak semua blastula punya blastosul (Sukra, 1989).
Pada stadium blastula, sel-sel terus mengadakan pembelahan aktif sehingga
ukuran sel-selnya semakin kecil. Pada stadium blastula ini terdapat 2 macam sel
yaitu sel formatif dan sel nonformatif. Sel formatif masuk ke dalam komposisi tubuh
embrionik sedangkan sel normatif sebagai tropoblast yang ada hubungannya dengan
nutrisi embrio. Sel blastoderma yang kelak akan menjadi bagian depan embrio,
lapisannya lebih tebal yang dinamakan cincin kecambah (Effendie, 1985).
Selanjutnya akan terjadi proses gastrulasi yang merupakan proses
pembelahan bakal organ yang telah terbentuk pada stadium blastula. Bagian-bagian
yang terbentuk nantinya akan menjadi organ atau suatu bagian organ. Stadium
gastrula adalah sebagai kelanjutan dari stadium blastula, lapisannya berkembang dari
satu menjadi dua lapis sel. Awal dari stadium gastrula ini terjadi begitu stadium
blastula selesai. Proses pembelahan sel dengan pergerakannya berjalan lebih cepat
daripada stadium blastula (Nelsen, 1953).
Proses pergerakan sel dalam stadium gastrula ada dua macam yakni epiboly
dan emboli. Epiboly adalah suatu pergerakan sel yang dianggap akan menjadi
epidermis, dimana pergerakannya ke depan, ke belakang dan juga ke samping dari
sumbu yang akan menjadi embrio (Effendie, 1985). Stadium gastrula pada ikan
teleostei diawali dengan penebalan di seluruh tepi luar blastodisk, sehingga terbentuk
suatu lingkaran berbentuk seperti cincin yang disebut cincin kecambah (germ ring).
Cincin kecambah posterior yang lebih tebal disebut perisai cincin kecambah
(embryonic shield) (Sukra, 1989).
Tahap gastrula akan berakshir dan berlanjut dengan tahap pembentukan organ
yang disebut dengan organogenesis. Pada stadium organogenesis terjadi
pembentukan organ tubuh. Organ yang dibentuk dari jaringan neural antara lain
seperti otak, mata, bagian dalam alat pencernaan makanan dengan kelenjarnya dan
juga sebagian dari kelenjar endokrin. Pembentukan semua organ tubuh hampir
sempurna ketika telur akan menetas. Selama pembentukan organ tersebut, yaitu
semenjak telur dibuahi, korion menjadi semakin keras. Pada waktu akan menetas,
kekerasan korion akan menurun (Effendi, 1985).
Pada organogenesis terbentuk lima tabung pembentuk organ dasar yang
berhubungan dengan notochord axial, yaitu epidermial, neural, endodermal dan dua
mesodermal. Tabung ectodermal menjadi penutup tubuh atau epidermis beserta
turunannya. Tabung mesodermal akan bersegregasi menjadi bagian punggung,
intermediet dan lateral, dimana mesodermal punggungtelah lebih dahulu terbagi
menjadi somit (Lagler et al., 1962).
Beberapa faktor mempengaruhi seluruh proses perkembangan menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan
perkembangan dan menentukan bentuk dan susunannya. Diantara faktor-faktor
tersebut adalah suhu perairan. Suhu mempengaruhi kecepatan seluruh proses
perkembangan atau fraksi-fraksi perkembangan. Kecepatan dapat dinyatakan sebagai
kebalikan periode perkembangan dalam hari. Makin besar fraksi tersebut makin
cepat perkembangannya. Sebagai contoh jika ikan mempunyai periode
perkembangan selama 88 hari maka kecepatannya adalah 1/88 (Sukra, 1989).
Periode perkembangan dan periode penetasan umumnya lebih pendek pada
suhu yang lebih tinggi. Beberapa jenis ikan berkembang dialam di bawah suhu yang
tidak optimal seperti yang dilakukan di laboratorium. Suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi akan merintangi perkembangan. Suhu yang ekstrim atau yang berubah
secara mendadak akan menyebabkan kematian. Salah satu contohnya bahwa ada
sekurang-kurangnya 2 jenis gas yang bersifat racun bagi ikan dan embrionya, yakni
CO2 dan amonia. Makin tinggi konsentrasi kedua gas tersebut dalam air makin
berbahaya bagi ikan dan embrionya (Scott dan Elizabeth, 2004).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Perkembangan Hewan objek Tahap Perkembangan Embrio Ikan


dilaksanakan pada Rabu, 27 Maret 2019 pukul 10.00–12.30 WIB di Laboratorium
Pendidikan II Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Andalas, Padang.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, object glass, pinset
mata, suntikan, botol film, label, kamera, tissu dan alat tulis. Adapun bahan yang
diperlukan adalah hasil pencuplikan telur ikan pada 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8
jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 26 jam.

3.3 Cara Kerja

Dilakukan pencuplikan terhadap telur ikan lele dengan usia 0-26 jam dan
dimasukkan kedalam botol film dan diberi formalin. Kemudian masing-masing telur
usia 0 jam, 1 jam, 2 jam dan seterusnya diambil menggunakan pinset, diletakkan
diatas kaca objek dan diamati tahapan-tahapan embrio yang terjadi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tahap Perkembangan Morula

Keterangan : usia telur 0 jam Keterangan : usia telur 0 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 2 jam Keterangan : usia telur 2 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 4 jam Keterangan : usia telur 4 jam


(Sumber: Dokumetasi Pribadi) (Harinadi, 2010)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tahap
pembelahan (cleavage) dan morula pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 0 jam - 4
jam. Dimana zigot pada usia 0 jam berarti baru terjadi pembuahan. Pembelahan terus
terjadi setelah pembuahan dan akan membentuk morula. Fase pembelahan ini disebut
dengan cleavage. Hal ini sesuai pendapat Sukra et al. (1989) bahwa cleavage adalah
proses proliferasi zigot menjadi morula melalui pembelahan mitosis secara berangkai
yang terjadi segera setelah pembelahan. Selanjutnya, pada fase morula ditemukan
ukuran sel yang beragam, dengan ciri-ciri awal tahap morula yakni jumlah sel sekitar
32-128 sel. Stadia morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan
blastomer. Blastomer kemudian memadat menjadi blastodisk kecil membentuk dua
lapis sel. Pada akhir pembelahan akan dihasilkan dua kelompok sel.
Menurut Effendi (1995) bahwa fase morula dimulai ketika telah mencapai 32
sel. Hasil pengamatan fase morula awal terjadi 3 jam setelah pembuahan, sedangkan
Pembelahan kelima (32 sel) terjadi 3 jam 50 menit setelah pembuahan pada suhu
29°C. Ukuran sel blastodisk sudah mulai beragam. Sel membelah secara melintang
dan mulai terbentuk formasi lapisan kedua secara samar pada kutub anima. Fase
morula berakhir apabila pembelahan sel sudah menghasilkan blastomer yang ukuran
sama tetapi lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodisk kecil
membentuk dua lapis sel.

4.2 Tahap Perkembangan Blastula

Keterangan : usia telur 6 jam Keterangan : usia telur 6 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)
Keterangan : usia telur 8 jam Keterangan : usia telur 8 jam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 10 jam Keterangan : usia telur 10 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 12 jam Keterangan : usia telur 12 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tahap blastula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 6 jam - 12 jam. Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula
yang terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya
perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan, di dalam blastula
terdapat cairan sel yang disebut dengan blastocoel. Pada akhir blastulasi, sel-sel
blastoderm akan terdiri dari neural, epidermal, notochordal, meso-dermal, dan
endodermal yang merupakan bakal pembentuk organ-organ.
Menurut Olivia (2011) fase blastula telur ikan lele terjadi 4 jam 50 menit
setelah pembuahan pada suhu 29°C. Hal ini bisa saja terjadi karna pengaruh dari
suhu. Pada akhir fase blastula, sel-sel blastoderma akan terdiri dari neural,
epidermal, notochordal, mesodermal serta endodermal yang merupakan bakal
pembentuk organ-organ.
Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi yakni
sebuah atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau fungsi. Ada
diferensiasi yakni kimiawi, bentuk dan faali (fungsi). Diferensiasi kimiawi
merupakan langkah awal untuk diferensiasi-diferensiasi berikutnya dan sifatnya
menentukan atau membatasi kegiatan sel kearah fungsi tertentu (Harinadi, 2010).

4.3 Tahap Perkembangan Gasrula

Keterangan : usia telur 14 jam Keterangan : usia telur 14 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 16 jam Keterangan : usia telur 16 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)
Keterangan : usia telur 18 jam Keterangan : usia telur 18 jam
(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 20 jam Keterangan : usia telur 20 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tahap gastrula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 14 jam - 20 jam. Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Pada bentuk gastrula ini, embrio telah terbentuk menjadi tiga lapisan embrionik,
yaitu lapisan bagian luar (ektoderm), lapisan bagian tengah (mesoderm), dan lapisan
bagian dalam (endoderm). Pada perkembangan selanjutnya lapisan embrionik akan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan menghasilkan berbagai organ
tubuh (Scott dan Elizabeth, 2004). Gastrulasi berakhir pada saat kuning telur telah
tertutupi oleh lapisan sel. Beberapa jaringan mesoderm yang berada disepanjang
kedua sisi notochord disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit yaitu ruas
yang terdapat pada embrio.
Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa setelah fase blastula
kemudian dilanjutkan fase gastrula, dimana pada awal fase ini blastoderma menutupi
hampir seluruh kuning telur. Bagian yang tidak menutupi kuning telur dinamakan
blastopore. Jaringan luar embrio terus berkembang mengelilingi kuning telur.
Setelah jaringan menutupi seluruh kuning telur terbentuklah perisai embrio pada
kutub anima. Perisai embrio yang berada pada kutub anima akan berkembang
menjadi tulang belakang. Fase gastrula terjadi 5 jam setelah pembuahan. Akhir dari
proses gastrulasi apabila kuning telur sudah tertutup lapisan sel (perisai embrio).
Bersamaan dengan selesainya proses gastrulasi sebenarnya sudah dimulai awal
pembentukan organ-organ (Effendi, 1995).

4.4 Tahap Organogenesis

Keterangan : usia telur 22 jam Keterangan : usia telur 22 jam


(Sumber: Dokumentasi Pribadi) (Harinadi, 2010)

Keterangan : usia telur 24 jam Keterangan: literatur 24 jam


(Sumber: Kelompok 5B) (Khana, 2004)
Keterangan : usia telur 26 jam
Ket : literatur usia telur 26 jam
(Sumber: kelompok 5B)
(Khana, 2004)
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan tahapan organogenesis pada
ikan lele adalah pada saat 22 jam-26 jam. Pada tahap organogenesis telah terlihat
berbagai organ semu. Organogenesis adalah proses pembentukan organ atau alat
tubuh. Pertumbuhan ini diawali dari pembentukan embrio (bentuk primitif) menjadi
janin atau fetus (bentuk definitif) kemudian berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk
dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan dalam satu spesies. Organogenesis
terdiri dari dua periode, yaitu pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir. Selama
pertumbuhan terjadi transformasi dan diferensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari
bentuk primitif menjadi bentuk definitif, yang khas bagi suatu spesies.
Menurut Kimmel et al (1995), pada tahap organogenesis terbentuk lima tabung
bagian pembentuk organ dasar yang berhubungan dengan notochord axial yaitu
epidermis, neural, endodermal, dan dua mesodermal. Tabung ektodermal menjadi
penutup tubuh (epidermis) dan derivatnya. Tabung mesodermal akan bersegregasi
menjadi bagian dorsal, intermediet dan lateral, dimana mesodermal dorsal telah lebih
dahulu terbagi menjadi somit. Pada tahap somit akan terbentuk sirip pektoral,
notochord, pembuluh darah dan insang. Proses penetasan embrio terjadi apabila
adanya pelunakan korion akan menurun menjelang penetasan (Hatching)
Organogenesis merupakan proses pembentukan alat-alat tubuh makhluk yang
sedang berkembang. Sistem organ-organ tubuh berasal dari 3 buah daun kecambah,
yakni ectoderm, entoderm dan mesoderm. Dari ektoderm akan terbentuk organ-organ
susunan (system) syaraf dan epidermis kulit. Dari entoderm akan terbentuk saluran
pencernaan beserta kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernapasan. Sedangkan
dari mesoderm akan muncul rangka, otot, alat-alat peredaran darah, alat ekskresi,
alat-alat reproduksi dan korium kulit. Dari mesoderm intermediate dihasilkan ginjal,
gonad dan saluran-salurannya. Mesoderm lateral menjadi lapisan-lapisan dalam dan
luar yang membungkus ruang coelom. Pelapis ruang pericardium, peritoneum,
jantung, saluran-saluran darah, tubuh dan lapisan-lapisan usus semua berasal dari
endoderm (entoderm), sedangkan alat ekskresi melalui pembentukan nephrostom.
Mesenchym di kepala membantu pembentukan lapisan-lapisan luar mata, rangka
kepala, otot kepala dan lapisan dentin pada gigi (Shukla, 2010).
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui tahap-tahap


perkembangan awal embrio ikan sebelum organogenesis adalah morula, blastula dan
gastrula. Morula pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 0 jam - 6 jam. tahap blastula
pada Ikan Lele terjadi dari usia telur 8 jam - 16 jam. Tahap gastrula pada Ikan Lele
terjadi dari usia telur 18 jam - 22 jam. Sedangkan pada waktu ke 24-26 jam
merupakan tahap organogenesisis.

5.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, untuk praktikum selanjutnya


diharapkan agar praktikan belajar terlebih dahulu sebelum praktikum, agar dapat
memahami materi dan dapat memberikan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ballinsky S I. 1970. An Introdustion to Embriology. WB Internasional Review of


Cytology. Sounders Company. London.
Balon EK. 1975. Reproductive guilds of fishes: a proposal and definition. J. Fish.
Res. Board Canada
Effendi MI. 1995. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Bogor.
Effendi MI. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Harinadi. 2010. Embriologi dan Perkembangannya. Erlangga. Jakarta.

Harvey, B. J. 1979. The Theory and Passino. Ichtiology. John Willy and Sons. New
York.

Khana, D. R. 2004. Text Book of Embryology. Discovery Publishing House. New


Delhi-India.

Kimmel, C.B., and Law, R.D. 1985. Cell lineage of zebrafish blas-tomeres. I.
Cleavage pattern and cytoplasmic bridges between cells. Dev. Biol. 10878-
85.
Lagler, K F. 1972. Freshwater Fishery Biology. WMC Brown Company Publisher.
USA.

Moyle, P. B. & J. J. Cech. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second.


USA.
Nelsen, O. E. 1953. Coparative Embryology of the Vertebrates. The Blakiston Co.
Inc.: New York
Olivia, S. 2011. Pengaruh Suhu Media Terhadap Keragaan Embriogenesis dan
Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nilem dalam Wadah Terkontrol. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNPAD.
Scott, A. S dan Elizabeth, F. 2004. Body Structures and Functions.Tenth
Edition. Delmar Learning. Canada.
Shukla. 2010. Fish and Fisheries. Rakesh Kumar Rastogi. India.
Sukra Y, L Rahardjo dan I Djuwita. 1989. Embriologi I. Pusat Antar Universitas.
Ilmu Hayat. IPB. Bogor.
Woynarovich E., and Horvart, L. 1980. The Artificial Propagation of Warm-Water
Finfishes a Manual for Extention. FAO Fish. Tech.

Anda mungkin juga menyukai