LAPORAN AKHIR tpeIKAN
LAPORAN AKHIR tpeIKAN
OLEH :
NAMA : JULITA
NO BP : 1710423022
KELOMPOK : II B
ANGGOTA KELOMPOK : 1. FANI REFIZA (1710421006)
2. YUNI ZAHRA (1710421030)
3. AFIF AIDIL SAPUTRA (1710423006)
4. DINDA ZAHRA SASKIA (1710423024)
ASISTEN PJK : VIVY HERMANA P
LABORATORIUM TEACHING II
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
BAB I PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melihat tahap perkembangan awal
embrio pada ikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan
kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain:
ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan),
ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang
di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli
(Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris
disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish (Djuhanda,1981).
Reproduksi ikan lele merupakan aspek biologis yang terkait mulai dari
diferensiasi seksual hingga dihasilkan individu baru. Pengetahuan tentang ciri
reproduksi yaitu mengetahui tentang perubahan atau tahapan-tahapan kematangan
gonad untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan atau tidak melakukan
reproduksi, sampai menghasilkan telur dan perkembangan embrio. Dalam proses
pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang microphyle yang
terdapat pada chorion. Tetapi spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk
membuahi satu telur. Telur dan sperma yang baru dikeluarkan dari tubuh induk,
mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan (Effendie, 1997).
Setelah pembuahan kemudian mengalami perkembangan embrio yang
merupakan suatu kelanjutan hasil fertilisasi dari hasil sel telur dan sel sperma yang
kemudian setelah dibuahi akan mengalami proses pembentukan pola-pola
pembelahan telur yang disebut cleavage. Sel telur membelah secara berturut-turut
hingga mencapai fase diferensiasi menjadi bentuk dewasa pada tahap organogenesis.
Pertumbuhan menjadi sistem organ yang kompleks dan saling tergantung merupakan
suatu hal yang terinci dalam sistem biologis yang semuanya akan termodifikasi
secara sempurna (Harvey, 1979).
Perkembangan embrio pada Ikan Lele betina dimulai setelah telur dibuahi
oleh inti spermatozoon yang semua haploid, menjadi inti zigot yang diploid. Zigot
inilah yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pembelahan segmentasi
melalui proses mitosis yang cepat. Zigot yang tersegmen-segmen menjadi bagian
yang kecil (cleavage), bermula dari satu sel kemudian membelah menjadi 2 sel, 4 sel,
8 sel, 16 sel, hingga 32 sel yang disebut fase morula (Djuhanda,1981).
Morula merupakan salah satu tahap perkembangan embrio pada saat
pembelahan mencapai 32 sel, ciri-ciri dari stadium morula adalah bentuknya seperti
murbai. Pada stadium morula sel membelah secara melintang dari mulai membentuk
formasi lapisan kedua terlihat samar pada kutub anima. Stadium morula berakhir
apabila pembelahan sel sudah menghasilkan sejumlah blastomer yang berukuran
sama akan tetapi ukurannya lebih kecil. Sel tersebut memadat untuk menjadi
blastodisk kecil yang membentuk 2 lapisan sel (Ballinsky, 1970).
Setelah berakhirnya proses morulasi akan terjadi proses blastulasi. Blastomer
akan membelah beberapa kali sehingga blastomer mengecil, tetapi besar blastula
tidak berbeda dengan morula. Menjelang proses pembelahan berakhir, sebagian
blastomer yang ada di bawah permukaan rongga kosong. Rongga kosong yan
terbentuk itu disenut blastosul. Morula memiliki rongga, sedangkan blastula
memiliki blastosul. Akan tetapi tidak semua blastula punya blastosul (Sukra, 1989).
Pada stadium blastula, sel-sel terus mengadakan pembelahan aktif sehingga
ukuran sel-selnya semakin kecil. Pada stadium blastula ini terdapat 2 macam sel
yaitu sel formatif dan sel nonformatif. Sel formatif masuk ke dalam komposisi tubuh
embrionik sedangkan sel normatif sebagai tropoblast yang ada hubungannya dengan
nutrisi embrio. Sel blastoderma yang kelak akan menjadi bagian depan embrio,
lapisannya lebih tebal yang dinamakan cincin kecambah (Effendie, 1985).
Selanjutnya akan terjadi proses gastrulasi yang merupakan proses
pembelahan bakal organ yang telah terbentuk pada stadium blastula. Bagian-bagian
yang terbentuk nantinya akan menjadi organ atau suatu bagian organ. Stadium
gastrula adalah sebagai kelanjutan dari stadium blastula, lapisannya berkembang dari
satu menjadi dua lapis sel. Awal dari stadium gastrula ini terjadi begitu stadium
blastula selesai. Proses pembelahan sel dengan pergerakannya berjalan lebih cepat
daripada stadium blastula (Nelsen, 1953).
Proses pergerakan sel dalam stadium gastrula ada dua macam yakni epiboly
dan emboli. Epiboly adalah suatu pergerakan sel yang dianggap akan menjadi
epidermis, dimana pergerakannya ke depan, ke belakang dan juga ke samping dari
sumbu yang akan menjadi embrio (Effendie, 1985). Stadium gastrula pada ikan
teleostei diawali dengan penebalan di seluruh tepi luar blastodisk, sehingga terbentuk
suatu lingkaran berbentuk seperti cincin yang disebut cincin kecambah (germ ring).
Cincin kecambah posterior yang lebih tebal disebut perisai cincin kecambah
(embryonic shield) (Sukra, 1989).
Tahap gastrula akan berakshir dan berlanjut dengan tahap pembentukan organ
yang disebut dengan organogenesis. Pada stadium organogenesis terjadi
pembentukan organ tubuh. Organ yang dibentuk dari jaringan neural antara lain
seperti otak, mata, bagian dalam alat pencernaan makanan dengan kelenjarnya dan
juga sebagian dari kelenjar endokrin. Pembentukan semua organ tubuh hampir
sempurna ketika telur akan menetas. Selama pembentukan organ tersebut, yaitu
semenjak telur dibuahi, korion menjadi semakin keras. Pada waktu akan menetas,
kekerasan korion akan menurun (Effendi, 1985).
Pada organogenesis terbentuk lima tabung pembentuk organ dasar yang
berhubungan dengan notochord axial, yaitu epidermial, neural, endodermal dan dua
mesodermal. Tabung ectodermal menjadi penutup tubuh atau epidermis beserta
turunannya. Tabung mesodermal akan bersegregasi menjadi bagian punggung,
intermediet dan lateral, dimana mesodermal punggungtelah lebih dahulu terbagi
menjadi somit (Lagler et al., 1962).
Beberapa faktor mempengaruhi seluruh proses perkembangan menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kecepatan
perkembangan dan menentukan bentuk dan susunannya. Diantara faktor-faktor
tersebut adalah suhu perairan. Suhu mempengaruhi kecepatan seluruh proses
perkembangan atau fraksi-fraksi perkembangan. Kecepatan dapat dinyatakan sebagai
kebalikan periode perkembangan dalam hari. Makin besar fraksi tersebut makin
cepat perkembangannya. Sebagai contoh jika ikan mempunyai periode
perkembangan selama 88 hari maka kecepatannya adalah 1/88 (Sukra, 1989).
Periode perkembangan dan periode penetasan umumnya lebih pendek pada
suhu yang lebih tinggi. Beberapa jenis ikan berkembang dialam di bawah suhu yang
tidak optimal seperti yang dilakukan di laboratorium. Suhu yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi akan merintangi perkembangan. Suhu yang ekstrim atau yang berubah
secara mendadak akan menyebabkan kematian. Salah satu contohnya bahwa ada
sekurang-kurangnya 2 jenis gas yang bersifat racun bagi ikan dan embrionya, yakni
CO2 dan amonia. Makin tinggi konsentrasi kedua gas tersebut dalam air makin
berbahaya bagi ikan dan embrionya (Scott dan Elizabeth, 2004).
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, object glass, pinset
mata, suntikan, botol film, label, kamera, tissu dan alat tulis. Adapun bahan yang
diperlukan adalah hasil pencuplikan telur ikan pada 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8
jam, 10 jam, 12 jam, 14 jam, 16 jam, 18 jam, 20 jam, 22 jam, 24 jam dan 26 jam.
Dilakukan pencuplikan terhadap telur ikan lele dengan usia 0-26 jam dan
dimasukkan kedalam botol film dan diberi formalin. Kemudian masing-masing telur
usia 0 jam, 1 jam, 2 jam dan seterusnya diambil menggunakan pinset, diletakkan
diatas kaca objek dan diamati tahapan-tahapan embrio yang terjadi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Harvey, B. J. 1979. The Theory and Passino. Ichtiology. John Willy and Sons. New
York.
Kimmel, C.B., and Law, R.D. 1985. Cell lineage of zebrafish blas-tomeres. I.
Cleavage pattern and cytoplasmic bridges between cells. Dev. Biol. 10878-
85.
Lagler, K F. 1972. Freshwater Fishery Biology. WMC Brown Company Publisher.
USA.