Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Masa nifas

a. Pengertian

Nifas merupakan proses alamiah yang dialami seorang wanita

setelah persalinan yang berlangsung kira-kira 6 minggu, yang dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berahir ketika alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil (Saleha,2009). namun aka nada kalanya

masa nifas tidak berjalan dengan normal dikarenakan sebab yang

abnormal seperti terjadinya sub involusi, yang merupakan kondisi ibu

memburuk (Maryumani, 2015 hlm 3).

b. Periode Masa Nifas

Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ -

organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil

(Ambarwati,2010). Periode masa nifas di bagi atas :

1) Puerperium Dini Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan - jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih

dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial Yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat

genetalia yang lamanya 6–8 minggu.

3) Remote Puerperium Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu

– minggu, bulanan atau tahunan.

7
8

c. Perubahan sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan

pada system endokrin, terutama pada hormon hormon yang berperan

pada proses tersebut( Ambarwati,2010), antara lain:

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang.

Selama tahap persalinan, hormon oksitosin berperan dalam

pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga

mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI

dan sekresi oksitosin

2) Prolaktin

Menurunnya kadar esterogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang

produksi susu. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat

sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan,

sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang 7 mengontrol

ovarium kearah permulaan produksi esterogen dan progesterone

yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.

3) Estrogen dan Progesteron

Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi

memperbesar hormone anti diuretik yang meningkatkan volume

darah, sedangkan progesteron mempengaruhi otot halus yang

mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini


9

sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,

dasar panggul, perineum, dan vulva.

2. ASI

a. Definisi ASI

ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan

oleh kedua belah kelenjar payudara ibu. ASI berupa makanan alamiah

atau susu terbaik bernutrisi dan berenergi tinggi mudah dicerna dan

mengandung komposisi nutrisi yang seimbang dan sempurna. ASI untuk

tumbuh kembang bayi yang tersedia setiap saat, siap disajikan dalam suhu

kamar dan bebas dari kontaminasi(Mulyani, 2013).

b. Proses Pengeluaran ASI

Produksi ASI adalah proses mengeluarkan hasil, penghasilan ASI

Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara

rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon (Maryunani,

2012). Menurut Astutik (2014) ketika bayi menghisap, beberapa hormon

yang berbeda bekerja sama untuk menghasilkan air susu dan

melepaskannya untuk dihisap. Gerakan isapan bayi merangsang serat saraf

dalam puting. Serat saraf ini membawa permintaan agar air susu melewati

kolumna spinalis ke kelanjar hipofisis dalam otak. Kelenjar hipofisis

merespon pesan ini dengan melepaskan hormon prolaktin dan oksitosin.

Prolaktin merangsang payudara untuk menghasilkan lebih banyak susu.

Oksitosin merangsang kontraksi otot – otot yang sangat kecil yang

mengelilingi duktus dalam payudara. Kontraksi ini menekan duktus dan

mengeluarkan air susu ke dalam tempat penampungan di bawah areola.


10

c. Refleks dalam Proses Laktasi

Menurut Astutik (2014) laktasi atau menyusui mempunyai

pengertian yaitu proses pembentukan ASI yang melibatkan hormon

prolaktin dan proses pengeluaran yang melibatkan hormon oksitosin.

Selama kehamilan, hormon prolaktin meningkat tetapi ASI biasanya

belum keluar karena masih dihambat oleh kadar esterogen yang tinggi.

Pada hari kedua atau ketiga pascapersalinan, kadar esterogen dan

progesteron turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan.

Pada saat ini mulailah terjadi sekresi ASI. Dengan menyusui lebih dini,

terjadi perangsangan puting susu, maka terbentuklah prolaktin oleh

hipofisis, sehingga sekresu ASI makin lancar. Proses laktasi terdapat dua

refleks yang berperan yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran/let down

yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi :

a) Refleks Prolaktin

Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan

untuk membuat kolostrum. Namun, jumlah kolostrum terbatas

karena aktifitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan progesteron

yang kadarnya masing tinggi. Setelah melahirkan seiring dengan

lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, maka

esterogen dan progesterone berkurang. Selain itu, dengan adanya

isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara,

maka akan merangsang ujung – ujung saraf snsoris yang berfungsi

sebagai reseptor mekanik.


11

Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke hipotalamus

melalui medulla spinalis, sehingga hipotalamus akan menekan

pengeluaran faktor – faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran faktor – faktor yang memacu

sekresi prolaktin. Faktor – faktor yang memacu sekresi prolaktin

akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin dan

selanjutnya hormon prolaktin akan merangsang sel – sel alveoli yang

berfungsi untuk membuat air susu.

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal tiga

bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak. Pada saat

tersebut, tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan

bayi, tetap pengeluaran air susu tetap berlangsung, pada ibu yang

melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan

menjadi normal pada minggu ke-2 hingga ke-3.

Pada ibu menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan

seperti stress, anestesi, operasi, rangsangan puting susu, hubungan

seksual dan obat – obatan tranqulizer hipotalamus. Suara tangisan

bayi juga dapat memicu aliran yang memperlihatkan bagaimana

produksi susu dapat dipengaruhi secara psikolosi dan kondisi

lingkungan sama seperti saat menyusui.

Saat menyusui, foremilk disimpan dalam alveoli dan sinus

laktiferous, tetapi kebanyakan dari susu hindmilk diproduksi

berdasarkan permintaan. Payudara tidak menyimpan susu, tetapi

memproduksinya berdasarkan permintaan. Semakin besar

permintaan, semakin banyak susu yang diproduksi.


12

b) Refleks Aliran/ Let Down

Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis

anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang

dilanjutkan ke hipofisis anterior (neurohipofisis) yang kemudian

dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat

menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi uterus sehingga

terjadi involusi dari organ tersebut. Kotraksi dari sel akan memeras

air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli lalu masuk ke sistem

duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus laktifirus masuk ke

mulut bayi.

Faktor – faktor yang meningkatkan let down diantaranya

adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan

memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara itu, faktor – faktor

yang menghambat refleks let down adalah keadaan stress, seperti

keadaan bingung, pikiran kacau, ketakutan tidak menyusui bayi,

serta kecemasan.

d. Upaya Memperbanyak ASI

Faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi ASI

Menurut UNICEF (2010) faktor – faktor yang mempengaruhi

peningkatan produksi ASI yaitu :

1) Kontak kulit ke kulit (skin to skin) antara ibu dan bayi

Manfaatnya yaitu respon hormonal memicu pelepasan

prolaktin, perilaku spontan ibu dan bayi berperan penting untuk

menyusui, bayi tenang, serta mengatur suhu, pernapasan dan

detak jatung.
13

2) Mengajarkan ibu posisi, pelekatan dan tangan

Manfaatnya yaitu meningkatkan kemungkinan pelekatan

yang efektif sehingga pemberian asi efektif, meningkatkan

kepercayaan diri ibu, mencegah pembengkakan.

3) Sering menyusui

Manfaatnya yaitu meningkatkan sirkulasi prolaktin,

mengurangi tingkat FIL (feedback inhibitor of lactation), melatih

menyusui dan mencegah pembengkakan.

4) Waktu menyusui tidak dibatasi

Hal ini dilakukan agar memastikan asupan lemak yang

cukup untuk bayi, memungkinkan bayi untuk mengatur

persediaan susu, memastikan bayi puas dan mengurangi colic.

5) Rawat gabung (rooming in)

Manfaatnya yaitu memungkinkan sering menyusui,

meningkatkan kadar oksitosin, memungkinkan ibu dan bayi

untuk mengenal satu sama lain terutama tanda – tanda menyusui

dan mengurangi risiko kematian bayi yang tiba – tiba.

Beberapa hal yang mempengaruhi produksi asi menurut Dewi dan

Sunarsih (2011) :

a) Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat

berpengaruh terhadap produksi ASI, apabila akanan yang ibu

makan mengandung cukup gizi dan pola makan yang teratur,

maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.


14

b) Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi

kejiwaan dan pikiran harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang

tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan volume asi.

c) Penggunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu

diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI

d) Perawatan payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara

sehingga mempengaruhi hipofisis untuk mengeluarkan hormon

prolaktin dan oksitosin.

e) Anatomi payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi

produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi

papila mamae dan puting susu ibu.

f) Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon

prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahakan sekresi

air susu.

g) Pola istirahat

Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran

ASI. Apabila kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat, maka asi

juga berkurang.
15

h) Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan

Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka

produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak.

i) Konsumsi rokok dan alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan

mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi asi.

Merokok akan melepaskan hormon adrenalin dimana adrenalin

akan menghambat pelepasan oksitosin.

e. Masalah dalam Pemberian Asi

1) Puting Susu Nyeri

Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.

Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi

mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan hilang.

2) Puting Susu Lecet

Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan

menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-

kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan

oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh

trush (candidates) atau dermatitis.

3) Payudara Bengkak

Pada hari-hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering terasa

penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara

bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah banyak.

4) Mastitis atau Abses Payudara


16

Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi

merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas,suhu tubuh

meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya

kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3

minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu

yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI

dihisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga

karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena

tekanan baju/BH.

f. Patofisiolgi ASI tidak lancar

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan

progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus

yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh

estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh

hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mammae

terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks

yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi

alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Refleks ini timbul

bila bayi menyusui. Apabila bayi tidak menyusu dengan baik, atau jika

tidak dikosongkan dengan sempurna dan ibu mengalami kecemasan,

maka terjadi bendungan air susu. Gejala yang biasa terjadi pada

bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat dan

keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan. ASI biasanya mengalir

tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,

membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata. ASI
17

tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk

menghisap ASI. (Wiknjosastro,2010).

3. Jantung Pisang

a. Definisi Jantung Pisang


Tanaman pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab
dan panas. Taksonomi tanaman pisang antara lain yaitu kingdom Plantae,
divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotylae,
ordo, Musales, famili Musaceae, genus Musa dan spesies Musa
paradisiaca (Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Jantung pisang merupakan bunga yang dihasilkan oleh pokok
pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang.Jantung Pisang
dihasilkan semasa proses pisang berbunga dan menghasilkan tandan
pisang sehingga lengkap. Hanya dalam keadaan tertentu atau spesis
tertentu jumlah tandan dan jantung pisang melebihi tengah jantung 12 –
25 cm. Kulit luar jantung pisang keras dan akan terbuka apabila sampai
waktu bagi mendedahkan bunga betina. Bunga betina dan jantan
menghasilkan nektar untuk menarik serangga menghisapnya dan dari
pada satu. Ukuran jantung pisang sekitar 25 – 40 cm dengan ukur lilit 7
menjalankan proses pembungaan. Struktur jantung pisang mempunyai
banyak lapisan kulit, dari yang paling gelap cokelat-ungu kemerahan
dikarakteristiknya, oleh penderita diabetes, dapat mencegah serangan
stroke, jantung koroner dan memperlancar siklus darah (bersifat
antikoagulan).
Jantung pisang bagian luar dan warna putih krim susu di bagian
dalam. Terdapat susunan bunga berbentuk jejari di antara kulit tersebut
dan di tengahnya yang lembut. Jantung pisang mempunyai cairan
berwarna jernih dan akan menjadi pudar warnanya apabila jantung
pisang terkena udara dari luar lingkungan sekitarnya (Novitasari dkk.,
2013).
Jantung pisang pada umumnya dibuang. Padahal dapat
dimanfaatkan sebagai pangan alternatif (Lingga, 2010). Semua tanaman
pisang dapat memproduksi jantung pisang, tetapi tidak semua jantung
18

pisang dapat dikonsumsi. Jantung pisang yang dapat dikonsumsi adalah


jantung pisang dari jenis pisang kepok, pisang batu, pisang siam dan
pisang klutuk. Jantung pisang dari jenis pisang ambon tidak dapat
dikonsumsi karena kandungan tanin yang tinggi sehingga terasa pahit
(Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2014).
Kandungan nutrisi per 100 gram jantung pisang segar menurut
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1992) : energi 31 kkal,
protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,1 g, kalsium 3,0 mg, fosfor 50
mg, zat besi 0,1 mg, vitamin A 170 mg, vitamin B1 0,05 mg, vitamin C
10 mg, air 90,2 g dan BDD 25%. Dilihat dari segi karakteristiknya
jantung pisang aman dikonsumsi mengandung saponin yang berfungsi
menurunkan kolesterol dan meningkatkan kekebalan tubuh serta
mencegah kanker. Serat makanan adalah bagian dari komponen bahan
pangan nabati yang tidak dapat juga mengandung flavonoid yang
berfungsi anti radikal bebas, anti kanker dan anti penuaan, serta
mengandung yodium untuk mencegah penyakit gondok (Dinas
Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2014).

b. Manfaat Jantung pisang


Serat merupakan kelompok polisakarida yang tidak dapat dicerna
yang terdapat dalam bahan pangan. Serat atau polisakarida yang tidak
dapat dicerna adalah selulosa, hemiselulosa, lignin, pektin dan gum. Pada
umumnya, serat berperan sebagai bahan penyusun dinding sel. Serat ada
yang bersifat larut dan ada yang tidak larut dalam air. Selulosa, lignin
dan hemiselulosa termasuk serat yang tidak dapat larut, sedangkan pektin
dan gum termasuk serat yang dapat larut. Didasarkan pada fungsinya di
dalam tanaman, serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu:
1) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulosa,
hemiselulosa dan substansi pektat.
2) non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari lignin.
3) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agaragar (Kusnandar,
2010).
19

Dalam kimia pangan, terdapat istilah serat kasar dan serat


makanan. Serat kasar adalah residu dari bahan pangan yang telah dicerna
oleh saluran pencernaan manusia. Serat makanan adalah hemiselulosa,
selulosa, substansi pektat, gum, dan lignin (Kusnandar,hari. dkk.
dikeluarkan oleh Codex alimentarius, suatu bahan pangan dikatakan kaya
akan serat jika bahan pangan tersebut mengandung minimal 5 gram serat
2010).

Berbagai metode telah dikembangkan untuk menganalisis serat


kasar dan serat pangan. Serat kasar ditentukan dengan cara menentukan
residu setelah contoh bahan pangan diperlakukan dengan asam dan basa
kuat. Sedangkan serat makanan dapat ditentukan dengan menentukan
kadar acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergent fiber (NDF). ADF
sebagian besar terdiri dari selulosa dan lignin dan hanya sebagian kecil
hemiselulosa dan substansi pektat. Umumnya ADF dianggap sebagai
selulosa dan lignin. Sedangkan NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa
dan lignin. Penetapan kadar komponen serat pangan lainnya (lignin dan
substansi pekat) dapat ditentukan dengan metode lain, misalnya penetapan
lignin dengan metode Klason dan substansi pektat dengan metode
spektrofotometri. Kadar hemiselulosa diperoleh dengan menghitung
selisih kadar NDF dengan kadar ADF, kadar selulosa diperoleh dengan
menghitung selisih kadar ADF dan kadar lignin, sedangkan total serat
makanan dihitung dengan menjumlahkan kadar NDF dengan kadar
substansi pektat (Kusnandar, 2010).

Pada dasarnya, manusia membutuhkan serat pangan sekitar 20-


35gram per hari Menurut Kusnandar dkk (2010) berdasarkan aturan yang
per 100 gram produknya. Produk pangan merupakan sumber serat yang
baik jika pada penyajiannya mengandung 2,5 gram – 4,9 gram serat.
Browning (pencokelatan) merupakan terbentuknya warna cokelat pada
bahan pangan secara alami atau karena proses tertentu.

Menurut Sheng dkk. (2011), jantung pisang memiliki kandungan


serat tinggi sehingga dapat dikonsumsi oleh orang yang sedang menjalani
program diet dan menjaga berat badan. Selain itu, jantung pisang
20

memberikan efek kenyang yang lebih lama dibandingkan dengan nasi dan
berkhasiat untuk melancarkan pencernaan manusia (Dinas Kehutanan
Provinsi Jawa Barat, 2014). Menurut Wickramarachchi dan
Ranamukhaarachchi (2005) serat kasar yang terdapat pada jantung pisang
segar adalah 20,31 ± 1,38 gram/ 100 gram, sedangkan serat kasar yang
terdapat pada jantung pisang kering adalah 17,41 ± 1,42 gram/ 100 gram.
Pentingnya asupan serat (dalam jumlah yang cukup) bagi kesehatan
ditunjukan melalui efek fisiologis dari masing-masing jenis serat tersebut.
Dengan memperlambat absorpsi karbohidrat dapat membantu penderita
diabetes mellitus dalam mengatur kadar gula darahnya. Kadar kolesterol
yang tinggi merupakan faktor resiko penyakit jantung, karena itu
konsumsi serat larut dapat menurunkan kadar kolesterol untuk mencegah
terjadinya penyakit jantung (Tala, 2009). Serat memberikan pengaruh
sebagai efek pencahar karena mempersingkat waktu transit feses didalam
usus (Tensiska, 2008).

Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI secara eksklusif, maka


ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan
untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika
makanan ibu terus menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup, tentu
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan bekerja
dengan sempurna dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi
ASI (Murtiana, 2011).

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu yang sedang
memberikan ASI pada bayi, yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan yang dapat meningkatkan volume ASI. Jumlah ASI sedikit bisa
diatasi ibu dengan mengkonsumsi daun pepaya, kacang panjang dan
Jantung pisang (Wahyuni, 2012). Jantung pisang merupakan bagian dari
tanaman pisang yang dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi ASI.
Dipilihnya jantung pisang karena harganya murah dan untuk
memperolehnya sangat mudah. Alasan ini sesuai dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Astawan. Menurutnya, selain karbohidrat, jantung
pisang juga mengandung protein, mineral (terutama fosfor, kalsium dan
besi, serta sejumlah vitamin A, B1 dan C). Dari hasil penelusuran survey
21

awal peneliti selama 2 hari terdapat 10 orang ibu menyusui yang tinggal di
wilayah kerja puskesmas Srikuncoro Kabupaten Bengkulu Tengah,
ternyata 6 orang ibu menyusui tidak memiliki masalah pada produksi ASI
sejak dulu. Ada 4 ibu menyusui mengalami kesulitan dalam memberikan
ASI dengan alasan kurangnya produksi ASI (Wahyuni, 2012). Dapat
diinterpretasikan bahwa seluruhnya dari 15 responden (100%) ibu nifas
sebelum mengkonsumsi jantung pisang pengeluaran ASI nya tidak lancar.

ASI pada ibu nifas disebut lancar jika frekuensi bayi menyusu 8-
10 kali/24 jam di minggu pertama, bayi rewel atau tidak, frekuensui BAK
6x/hari, ASI merembes keluar melalui puting (Sulistyawati, 2009). Secara
teoritis banyak faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran ASI, baik
faktor ibu maupun faktor luar ibu. Keberhasilan laktasi dipengaruhi oleh
kondisi sebelum dan saat hamil. Kondisi sebelum hamil ditentukan oleh
perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada saat kehamilan
yaitu trimester II payudara mengalami pembesaran karena pertumbuhan
akan difrensiasi dari lobuloalveolus dan sel epitel payudara. Pada saat
pembesaran payudara ini hormon prolaktin dan laktogen plasenta aktif
bekerja yang berperan dalam produksi ASI. Sekresi ASI diatur oleh
hormon prolaktin dan oksitosin.

Prolaktin menghasilkan ASI dalam alveolar dan bekerjannya


prolaktin ini dipengaruhi oleh lama dan frekuensi pengisapan (suckling).
Hormon oksitosin disekresi oleh kelenjar pituitary sebagai respon adanya
suckling yang akan menstimulasi sel mioepitel untuk mengeluarkan ASI.
Hal ini dikenal dengan milk ejection reflex atau let down reflex yaitu
mengalirnya ASI dari simpanan alveoli ke lacteal sinuses sehingga dapat
dihisap bayi melalui puting susu. Faktor lain yang berpengaruh adalah
frekuensi penyusunan, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, umur
dan paritas, stres dan penyakit akut, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, pil kontrasepsi (Judarwanto, 2013).

Sebagian besar ibu nifas sebelum konsumsi jantung pisang


produksi ASI nya termasuk tidak lancar. Hal ini bisa dipengaruhi berbagai
faktor baik kondisi sebelum maupun setelah hamil. Kondisi sebelum hamil
22

ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan saat pubertas. Pada
saat hamil trimester II jika payudara tidak mengalami pembesaran karena
pertumbuhan dan diferensiasi lobuloalveolus dan sel epitel payudara maka
bisa menghambat produksi ASI.Selain faktor tersebut juga didukung oleh
berbagai faktor lain terkait karakteristik responden.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir seluruh responden


berumur 20-35 tahun. Umumnya pada usia ini masih cenderung kurang
peduli terhadap berbagai hal yang dapat memperlancar produksi ASI,
misalnya perawatan payudara sebelum persalinan, konsumsi makanan
tertentu yang dapat memperlancar produksi ASI dan berbagai hal lain.
Oleh karenanya secara umum cenderung tidak lancar.

4. Tinjauan Islam

‫علَى‬ َ ‫الرضَاعَةَ َو‬


َّ ‫َاملَي ِْن ِل َم ْن أ َ َرا َد أَن يُ ِت َّم‬ ِ ‫َوا ْل َوا ِلدَاتُ يُ ْر ِض ْعنَ أ َ ْوالَ َدهُنَّ َح ْولَي ِْن ك‬
ُ‫َآر َوا ِل َدة‬
َّ ‫سعَ َها الَ تُض‬
ْ ‫س إِالَّ ُو‬ ٌ ‫ف نَ ْف‬ ِ ‫س َوت ُ ُهنَّ ِبا ْل َم ْع ُر‬
ُ َّ‫وف الَ ت ُ َكل‬ ْ ‫ا ْل َم ْولُو ِد لَهُ ِر ْزقُ ُهنَّ َو ِك‬
‫اض‬ ٍ ‫صاالا عَن ت َ َر‬ َ ِ‫ث ِمثْ ُل ذَ ِلكَ َف ِإ ْن أ َ َرادَا ف‬ ِ ‫ع َلى ا ْل َو ِار‬
َ ‫ِب َولَ ِد َها َوالَ َم ْولُود ُُُلَّهُ ِب َو َل ِد ِه َو‬
َ ‫ست َ ْر ِضعُوا أ َ ْوالَ َد ُك ْم فَالَ ُجنَا َح‬
‫علَ ْي ُك ْم‬ ْ َ ‫علَي ِْه َما َو ِإ ْن أ َ َر ْدت ُ ْم أَن ت‬ َ ‫َاو ٍر فَالَ ُجنَا‬
َ ‫ح‬ ُ ‫ِم ْن ُه َما َوتَش‬
}233{ ُُ ‫ير‬ ُ ‫وف َواتَّقُوا هللاَ َوا ْعلَ ُموا أَنَّ هللاَ ِب َما ت َ ْع َملُونَ بَ ِص‬ َ ‫ِإذَا‬
ِ ‫سلَّ ْمتُم َّمآ َءات َ ْيتُم ِبا ْل َم ْع ُر‬

Berdasarkan ayat diatas menjelaskan bahwa hak menyusui anaknya

serta kewajiban bagi seorang ayah untuk mencukupi kebutuhan ibu dan

anak nya. salah saty kebutuhan ibu selam masa nifas adlah pemenuhan

nutrisi. agar asi ibu lancar maka nutrisi yang diasup ibu jg harus seimbang.
23

5. Clinical Pathway

Masa Nifas

Menyusui

Nutrisi/gizi Jantung pisang


ibu

Faktor-faktor yang
Kandungan: protein, mineral
mempengaruhi
terutama fosfor, kalsium dan
pengeluaran ASI :
besi, serta sejumlah vitamin
A, B1 dan C a. Frekuensi penyusuan
b. Berat lahir
c. Umur kehamilan saat
melahirkan
Produksi ASI di d. Ketenangan jiwa dan
Alveolus fikiran
e. Ibu dengan penyakit
f. Konsumsi rokok
Pengeluaran g. Konsumsi alkohol
ASI h. Pil kontraseps
i. Pola istirahat

Gambar 2.1 Kerangka Alur Pikir


Sumber : Ambarwati (2009), Dewi (2012), Endah (2011), (Tala, 2009).

Anda mungkin juga menyukai