Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Proses
Pembuatan Batik Ikat Celup”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada :
1. Guru Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan.
PENULIS
DAFTAR ISI
Kain ikat celup pada awalnya digunakan sebagai busana dan pelengkap busana, namun
produk ikat celup mengalami banyak perkembangan di antaranya dalam hal bahan,
keindahan, maupun prosesnya. Perkembangan fungsi dari kain ikat celup ikut mendorong
adanya pengembangan estetika/keindahan ragam hias ini, sehingga motif yang dibuat
sekarang sangat beragam dan tidak kalah menarik dengan ragam hias tekstil yang lain. Proses
ikat celup juga berkembang, sehingga tidak hanya jumput, tritik yang seperti yang telah
dikerjakan selama ini.
Saat ini kain ikat celup telah mengalami banyak perkembangan dalam proses pengerjaan
untuk memperkaya corak, warna dan fungsinya. Perkembangan saat ini mengarahkan
penggunaan kain ikat celup untuk benda-benda lain, seperti tas wanita, payung, topi,
pelengkap rumah tangga dan benda cinderamata lainnya.
Menuangkan ide kedalam sebuah rancangan dapat terinspirasi oleh berbagai hal, salah
satunya kekayaan budaya. Dalam perancangan kali ini penulis mengangkat tema ikat celup
dengan teknik cabut warna. Gagasan ini diangkat sebagai alternative perancangan utuk
bahan produk tekstil pakaian Alternatif sebuah rancangan untuk bahan pakaian dengan kain
ikat celup, akan dituangkan dalam berbagai bentuk corak dan warna yang sesuai dengan
karakter ikat celup cabut warna. keindahan kain ikat celup dengan teknik cabut warna,
terdapat pada bagian yang di ikat saja yang masih ada warnanya, yang mengghasilkan corak
garis bayangan yang detail dan tegas pada ikatannya. Diharapkan dengan di angkatnya kain
ikat celup dengan teknik cabut warna sebagai tema perancangan untuk bahan pakaian kali ini
dapat di jadikan alternatif penggunaan kain dengan ragam hias ikat celup sesuai dengan
kemajuan zaman. Sehingga dapat menjadi trend dan dapat memenuhi permintaan konsumen
serta dapat diterima masyarakat luas.
Pada dasarnya kain ikat celup tidak kalah indahnya dengan kain lainnya, karena kain
dengan nuansa tradisional sebenarnya memiliki daya tarik sendiri dan setiap rancangan pasti
memiliki potensi pasar, begitu juga bahan pakaian dengan sentuhan tradisional.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Batik Ikat Celup ?
b) Apa saja Bahan dan Alat yang digunakan untuk pembuatan ikat celup ?
c) Bagaimana proses dan langkah pembuatan batik ikat celup ?
C. Tujuan
a) Apa yang dimaksud dengan Batik Ikat Celup ?
b) Apa saja Bahan dan Alat yang digunakan untuk pembuatan ikat celup ?
c) Bagaimana proses dan langkah pembuatan batik ikat celup?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Batik Ikat Celup
Sebutan ikat celup berasal dari kosakata bahasa Inggris tie-dye. Tie-dye
merupakan salah satu bentuk seni tekstil warisan kaum Hippies atau Flower
Generation yang berkembang pada akhir 1960-an dan awal 1970-an di Amerika.
Coraknya yang penuh warna seolah mewakili semangat kebebasan yang
dilambangkan melalui gaya berbusana, gaya hidup, seks bebas, rock n roll, dan
mariyuana. Tie-dye diaplikasikan pada baju mereka agar terlihat lebih berwarna dan
mendapatkan motif yang lebih trippy seperti efek psikotropika. Tak heran bila ikat
celup juga dianggap sebagai sebuah bentuk psychedelic art.
Motif ini kemudian identik dengan kaum hippies dan menjadi bagian dari
hippie style, sama halnya dengan rambut gondrong dan ikat kepala. Baju ikat celup
semakin popular saat para musisi rock menggunakannya sebagai pakaian panggung,
misalnya almarhum Jimmy Hendrix dan Janis Joplin.
Di Indonesia sendiri, baju yang kerap dijual dengan sebutan baju bali, baju
reggae, baju pantai, baju laskar pelangi atau baju Nidji ini memang baru popular
setelah Giring, vokalis band Nidji, memakainya dalam video klip Laskar Pelangi.
Seluruh personel Nidji pun kemudian memakai kaos yang sama pada malam
penghargaan MTV Indonesia Awards 2008. Sejak saat itu, baju ikat celup banyak
dicari dan menghiasi gerai-gerai pakaian di tanah air.
Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas maka kain jumputan (istilah Sewan
Susanto) dapat pula dikatakan sebagai batik celup ikat atau “string resist dyed”.
Batik celup ikat adalah batik yang dibuat tanpa menggunakan malam sebagai
bahanperintang akan tetapi menggunakan tali yang diikatkan pada kain yang
berfungsi merintangi warna masuk keserat kain. Tali dibuka setelah pencelupan
selesai. Karena ikatan tali pada kain akan timbul motif tertentu. Bentuk motif yang
terjadi terbatas pada kemungkinan bentuk ikatan tali tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batik dapat berkembang pesat di Indonesia bahkan mulai dikenal di luar negeri,
Proses pembuatan batik memang mempunyai ciri tertentu karena keindahannya
dan ketelitiannya serta keunikannya, sehingga banyak dikagumi orang-orang
asing.
B. Saran
Di era globalisasi, batik bukan hanya dijadikan sebagai barang yang memiliki
nilai magic dan hanya dimiliki oleh kalangan atas saja, tetapi batik bisa dijumpai
di manamana dengan motif yang beragam, batik bukan hanya digemari oleh
masyarakat Indonesia saja tetapi para Tourisme yang berkunjung ke Indonesia
pun tertarik dengan batik. Oleh karena itu batik perlu dikembangkan dengan
motif-motif yang beragam, untuk menambah kekayaan
DAFTAR PUSTAKA
Djoemena, S. Nian. 1990. Batik dan Mitra. Jakarta : Djambatan
Harmoko, Tim Penyusun. 1996. Indonesia Indah : Kain Non Tenun ( Edisi 4 ). Jakarta
: yayasan Harapan Kita BP3-TMII