Anda di halaman 1dari 11

Tugas Prakarya Dan Kewirausahaan Tentang

“Batik Ikat Celup”

Nama : Rheinhard Julianto


Kelas : X MIA 6
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Proses
Pembuatan Batik Ikat Celup”.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
penelitian ini, khususnya kepada :
1. Guru Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian
penyusunan makalah ini
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada
penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini. Akhirnya penulis berharap
semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah
memberikan bantuan.

PENULIS
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………………….. I


Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………. Ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………… ii
i BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………………2
C. Tujuan ……………………………………………………………………… …………………..2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Batik Ikat Celup ………………………………………………………….. 3
B. Bahan dan Alat Pembuatan Batik Ikat Celup …………………………………. 3
C. Proses Pembuatan ……………………………………………………………………….. 4
D. Langkah-Langkah Pembuatan Batik Ikat Celup ……………………………….6
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………….. 7
B. Saran ……………………………………………………………………………………………. 7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………… 8
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kain ikat celup pada awalnya digunakan sebagai busana dan pelengkap busana, namun
produk ikat celup mengalami banyak perkembangan di antaranya dalam hal bahan,
keindahan, maupun prosesnya. Perkembangan fungsi dari kain ikat celup ikut mendorong
adanya pengembangan estetika/keindahan ragam hias ini, sehingga motif yang dibuat
sekarang sangat beragam dan tidak kalah menarik dengan ragam hias tekstil yang lain. Proses
ikat celup juga berkembang, sehingga tidak hanya jumput, tritik yang seperti yang telah
dikerjakan selama ini.
Saat ini kain ikat celup telah mengalami banyak perkembangan dalam proses pengerjaan
untuk memperkaya corak, warna dan fungsinya. Perkembangan saat ini mengarahkan
penggunaan kain ikat celup untuk benda-benda lain, seperti tas wanita, payung, topi,
pelengkap rumah tangga dan benda cinderamata lainnya.
Menuangkan ide kedalam sebuah rancangan dapat terinspirasi oleh berbagai hal, salah
satunya kekayaan budaya. Dalam perancangan kali ini penulis mengangkat tema ikat celup
dengan teknik cabut warna. Gagasan ini diangkat sebagai alternative perancangan utuk
bahan produk tekstil pakaian Alternatif sebuah rancangan untuk bahan pakaian dengan kain
ikat celup, akan dituangkan dalam berbagai bentuk corak dan warna yang sesuai dengan
karakter ikat celup cabut warna. keindahan kain ikat celup dengan teknik cabut warna,
terdapat pada bagian yang di ikat saja yang masih ada warnanya, yang mengghasilkan corak
garis bayangan yang detail dan tegas pada ikatannya. Diharapkan dengan di angkatnya kain
ikat celup dengan teknik cabut warna sebagai tema perancangan untuk bahan pakaian kali ini
dapat di jadikan alternatif penggunaan kain dengan ragam hias ikat celup sesuai dengan
kemajuan zaman. Sehingga dapat menjadi trend dan dapat memenuhi permintaan konsumen
serta dapat diterima masyarakat luas.
Pada dasarnya kain ikat celup tidak kalah indahnya dengan kain lainnya, karena kain
dengan nuansa tradisional sebenarnya memiliki daya tarik sendiri dan setiap rancangan pasti
memiliki potensi pasar, begitu juga bahan pakaian dengan sentuhan tradisional.
B. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan Batik Ikat Celup ?
b) Apa saja Bahan dan Alat yang digunakan untuk pembuatan ikat celup ?
c) Bagaimana proses dan langkah pembuatan batik ikat celup ?
C. Tujuan
a) Apa yang dimaksud dengan Batik Ikat Celup ?
b) Apa saja Bahan dan Alat yang digunakan untuk pembuatan ikat celup ?
c) Bagaimana proses dan langkah pembuatan batik ikat celup?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Batik Ikat Celup
Sebutan ikat celup berasal dari kosakata bahasa Inggris tie-dye. Tie-dye
merupakan salah satu bentuk seni tekstil warisan kaum Hippies atau Flower
Generation yang berkembang pada akhir 1960-an dan awal 1970-an di Amerika.
Coraknya yang penuh warna seolah mewakili semangat kebebasan yang
dilambangkan melalui gaya berbusana, gaya hidup, seks bebas, rock n roll, dan
mariyuana. Tie-dye diaplikasikan pada baju mereka agar terlihat lebih berwarna dan
mendapatkan motif yang lebih trippy seperti efek psikotropika. Tak heran bila ikat
celup juga dianggap sebagai sebuah bentuk psychedelic art.
Motif ini kemudian identik dengan kaum hippies dan menjadi bagian dari
hippie style, sama halnya dengan rambut gondrong dan ikat kepala. Baju ikat celup
semakin popular saat para musisi rock menggunakannya sebagai pakaian panggung,
misalnya almarhum Jimmy Hendrix dan Janis Joplin.
Di Indonesia sendiri, baju yang kerap dijual dengan sebutan baju bali, baju
reggae, baju pantai, baju laskar pelangi atau baju Nidji ini memang baru popular
setelah Giring, vokalis band Nidji, memakainya dalam video klip Laskar Pelangi.
Seluruh personel Nidji pun kemudian memakai kaos yang sama pada malam
penghargaan MTV Indonesia Awards 2008. Sejak saat itu, baju ikat celup banyak
dicari dan menghiasi gerai-gerai pakaian di tanah air.
Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas maka kain jumputan (istilah Sewan
Susanto) dapat pula dikatakan sebagai batik celup ikat atau “string resist dyed”.
Batik celup ikat adalah batik yang dibuat tanpa menggunakan malam sebagai
bahanperintang akan tetapi menggunakan tali yang diikatkan pada kain yang
berfungsi merintangi warna masuk keserat kain. Tali dibuka setelah pencelupan
selesai. Karena ikatan tali pada kain akan timbul motif tertentu. Bentuk motif yang
terjadi terbatas pada kemungkinan bentuk ikatan tali tersebut.

B. Bahan-Bahan Dan Alat Pembuatan Batik Ikat Celup


1. Bahan-Bahan

a) Kain Putih 1 meter


b) Pewarna kain
c) Batik lorong waktu 2 warna yaitu kuning dan biru tua
d) Batik antariksa 3 warna yaitu kuning, biru benhur dan hitam
3
e) Kayu untuk press
f) Air
2. Alat-Alat
a) Alat press : untuk memberikan unsur gambar yang di inginkan
b) Plastik : untuk menutupi kain
c) Tali raffia : untuk mengikat kain dan plastic
d) Kelereng : agar membentuk pola bundar atau bulat
e) Panci : untuk tempat merebus pewarna dan kain pada proses pewarnaan
f) Kompor : untuk merebus air pewarna dan kain pada proses pewarnaan
C. Proses Pembuatan
1. Persiapan :
a) Menyiapkan kain dan bahan-bahan lainnya
b) Cuci kain terlebih dahulu untuk menghilangkan zat pengkilat kain
c) Mengikat dan menutup sesuai dengan pola yang di inginkan
d) Merebus air dan pewarna
e) Menyiapkan alat press dan kayu
f) Cuci kayu yang digunakan untuk mengepress
2. Pewarnaan :
a) Pembuatan corak
Teknik pembentukan corak pada ikat-celup terdiri dari teknik jumputan, lipat,
gulung,dan jahit jelujur
1) Teknik jumputan, dilakukkan dengan memegang permukaan kain dengan
ujung jari. Setelah itu, permukaan kain tersebut diikat drngan kuat. Cara
mengikatnya dilakukan dengan ikatan datar, miring, dan kombinasi.
2) Teknik lipat, gulung, dan jelujur, dilakukan dengan cara meliputi,
menggulung, atau menjelujur/menjahit kain. Setelah itu, kain ditarik samnpai
terkumpul, lalu diikat hingga kencang.
Pada saat mengikat, jalinlah kain dengan kuat sehingga membentuk corak
yang optimal. Untuk mendapatkan corak tertentu, bagian pada latar kain diisi
dengan kerikil atau biji-bijian, selanjutnya bahan-bahan pendukung ini
memudahkan zat warna masuk kedalam pori-pori kain. Setelah semua rancangan
diikat, kain siap diwarnai, yitu dengan cara dicelup.
Teknik jahit yang digunakan dalah jahit jelujur dengan jarak yang tidak
terlalu rapat. Seluruh corak dijahit di bagian pinggirnya dengan satu jahitan atau
lebih. Setelah seluruh corak dijahit, benang ditrik dengan kuat hingga permukaan
kain mengkerut, rapat, dan padat. kekuatan menarik benang ini perlu
diperhatikan karena menentukan kualitas corak yang dihasilkan. Efek kerutan
akan muncul membentuk corak yang sangat menarik. Penggambaran corak
dilakukan terlebih dahulu diatas kertas, kemudian dibuat polanya di atas karton
tebal. Corak ini kemudian digambar di atas kain berdasarkan pola dari karton
tebal.
b) Pewarnaan
Pewarnaan ikat-celup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu celup dan colet.
1) Pencelupan, dilakukan dengan cara memasukan seluruh bagian kain yang telah diikat
kedalam larutan warna. Apalagi jumlah warna yang diinginkan lebih dari satu,
pencelupan perlu dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan jumlah warna yang
diinginkan. Namun sebelum sebelum pencelupan berikutnya, kita harus menutup
bagian kain tertentu dengan bahan penutup pendukung seperti plastik atau bahan lentur
lain yang kedap cairan. Dengan teknik ringtang melalui ikatan dan jahitan akan muncul
corak yang beragam. Pada saat mencelup janngan llupa menggunakan sarung tangan
plastik, agar racun yang terkandung dalam zat pewarna tidak meresap ke dalam tubuh
melalui pori-pori tangan.
2) Colet, Colet adalah cara memberi warna pada bagian-bagian tertentu di permukaan
kain. Alat yang digunakan adalah kuas. Pencoletan biasanya dilakukan untuk mewarnai
bagian corak yang kecil atu terlalu sedikit bila harus dicelup. Pada umumnya teknik
pewarnaan pada ikat-celupsering dilakukan dengan memadukan colet dan celup untuk
mendapatkan kain dengan corak yang kaya warna.
3. Penyelesaian akhir
a) Lepaskan ikatan dan penutup ( Pastik maupun press )
b) Jemur kain tetapi jangan sampai terkena sinar matahari langsung (anginanginkan)
c) Setelah kering setrika kain agar terlihat rapi
d) Pada tepi pada kain di roll kan pada penjahit
D. Langkah-langkah Pembuatan Batik Ikat Celup
 Langkah yang pertama :
1. Membuat motif bunga
2. Menjahit motif tersebut dengan teknik menjelujur
3. Menarik motif tersebut
4. Mengikat motif tersebut menggunakan tali rapiah
5. Ulangi sampai motif yang lain
 Langkah yang kedua:
1. Mengikat kelereng dengan tali rapiah
2. Ulangi ikat kelereng sampai tiga kali
3. Dan seterusnya pada bagian yang lain
 Langkah ketiga:
1. Rendam baju yang bermotif tersebut kedalam air bersih agar tidak kaku selama 5 menit
2. Angkat baju dari rendaman tersebut lalu ditiriskan
3. Panaskan air kedalam wajan sampai mendidih
4. Tuangkan 2 bungkus wantek kuning kedalam air tersebut
5. Aduk-aduk
6. Angkat wajan tersebut
7. Masukan baju kedalam wajan yang sudah dituangkan wantek
8. Diamkan selama 1 jam sampai dingin
9. Angkat baju tersebut dari wajan yang berisi air wantek
10. Bilas kedalam ember yang berisi air bersih
11. Lalu keringkan dicahaya matahari
 Langkah yang keempat:
1. Setelah baju sudah kering langkah selanjutnya mewarnai motif bunga pada baju
dengan warna coklat
2. Masukan air kedalam wajan
3. Panaskan sampai mendidih
4. Tuangkan wantek yang berwarna coklat
5. Celupkan motip pada baju tersebut
6. Bilas dengan air bersih
7. Lalu keringkan kembali
8. Setelah kering buka ikatan pada motif tersebut

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batik dapat berkembang pesat di Indonesia bahkan mulai dikenal di luar negeri,
Proses pembuatan batik memang mempunyai ciri tertentu karena keindahannya
dan ketelitiannya serta keunikannya, sehingga banyak dikagumi orang-orang
asing.

B. Saran
Di era globalisasi, batik bukan hanya dijadikan sebagai barang yang memiliki
nilai magic dan hanya dimiliki oleh kalangan atas saja, tetapi batik bisa dijumpai
di manamana dengan motif yang beragam, batik bukan hanya digemari oleh
masyarakat Indonesia saja tetapi para Tourisme yang berkunjung ke Indonesia
pun tertarik dengan batik. Oleh karena itu batik perlu dikembangkan dengan
motif-motif yang beragam, untuk menambah kekayaan

DAFTAR PUSTAKA
Djoemena, S. Nian. 1990. Batik dan Mitra. Jakarta : Djambatan

Goet Poes. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Yogyakarta : Kanisius.

Harmoko, Tim Penyusun. 1996. Indonesia Indah : Kain Non Tenun ( Edisi 4 ). Jakarta
: yayasan Harapan Kita BP3-TMII

Nanang Rizali. 2006. Tinjauan Desain Tekstil. Lembaga Pengembangan Pendidikan


UNS. UPT Penerbitan & Pencetakan UNS/Press.

Anda mungkin juga menyukai