Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA


DYPEPSIA DI RUANGAN MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN KARANGASEM

OLEH:

AYU CLARA KRISTANTO 18089142008

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2018
Lembar Pengesahan

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diagnosa Dypepsia Di Ruangan Melati


Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karangasem
Tanggal 12-13 November 2018

Telah diterima dan disahkan oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instruktur (CI) Stase Keperawatan Anak sebagai syarat memperoleh penilaian dari
Departement Keperawatan Anak Program Profesi Ners STIKES Buleleng.

Karangasem, November 2018


Clinical Teacher (CT),
Clinical Instruktur (CI) Stase Keperawatan Anak
Ruangan Melati STIkes Buleleng,
RSUD Kabupaten Karangasem

………………………………………..NI
……………………………… K.
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Teori Penyakit


1. Definisi
Dyspepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse
berarti pencernaan. Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis
yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap
atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa
rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak
lagi termasuk dispepsia (Mansjoer, 2008)
Dyspepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan
sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati
dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan
yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan
kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan
adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
2. Etiologi
Beberapa perubahan yang terjadi pada saluran cerna atas akibat
proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung. Beberapa
obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia.
Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a) Menelan udara (aerofagi)
b) Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c) Iritasi lambung (gastritis)
d) Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e) Kanker lambung
f) Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g) Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan
produknya)
h) Kelainan gerakan usus
i) Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j) Infeksi Helicobacter pylory
k) Perubahan pola makan
l) Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam
waktu yang lama
3. Klasifikasi
Dyspepsia dapat dibagi berdasarkan penyebabnya, yaitu:
a) Dyspepsia organic, bila telah diketahui adanya kelainan organic
sebagai
penyebabnya. Sindroma dyspepsia organik terdapat keluhan yang
nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua
belas jari, radang pancreas, radang empedu, dan lain – lain.
b) Dyspepsia non-organik atau dyspepsia fungsional, atau dyspepsia
non-ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dyspepsia
fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, endoskopi (
teropong saluran pencernaan).
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari dyspepsia seperti:
a) nyeri perut (abdominal discomfort)
b) Rasa perih di ulu hati
c) Mual, kadang-kadang sampai muntah
d) Nafsu makan berkurang
e) Rasa lekas kenyang
f) Perut kembung
g) Rasa panas di dada dan perut
h) Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan
stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan
kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung
akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupun cairan. (Price, 2006)
5. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dyspepsia, oleh karena dispepsia hanya
merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka
perlu dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu
dilakukan beberapa pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu
diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

a) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan
untuk menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis
kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
b) Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan
radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya
menggunakan kontras ganda.
c) Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d) USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
e) Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.

6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang peda,
obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan stres
3) Atur pola makan
b) Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
c) Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)

7. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu
adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia
antara lain: Perdarahan, kanker lambung, muntah darah, dan ulkus
peptikum.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Data Dasar :
1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber
informasi).
2) Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
b) Riwayat Keperawatan, meliputi :
1) Keluhan Utama:
- Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada
ulu hati
- Pasien mengatakan mual dan muntah.
- Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri ulu hati
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
- Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari
klien, meliputi:
- Alasan masuk rumah sakit
- Pasien mengatakan terasa nyeri di ulu hati.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit
yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat
ini diderita.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang
mengalami penyakit yang sama.

c) Pola Fungsional
1) Manajemen Kesehatan
Dikaji bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kebiasaan
makan makanan yang terpapar kuman/virus, makanan yang
mengandung pengawet (karsinogenik), terpapar bahan-bahan
kimia seperti tinggal di area dekat pabrik, pengolahan limbah,
asap kayu bakar.
2) Nutrisi Metabolik dan Cairan
Makan dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang
telah disediakan RS, apakah pasien mengalami mual atau
muntah ataupun kedua-duanya. Minum dikaji kebiasaan
minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari
biasanya).
3) Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama
difokuskan tentang apakah pasien cenderung susah dalam
buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau
mempunyai keluhan saat BAK.
4) Aktivitas Latihan
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam
melakukan aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam
hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau
saat menjalani perawatan di RS.
5) Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak,
atau batuk, serta ukur respirasi rate.
6) Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat
penyakitnya, misalnya gelisah dan tidak bisa tidur nyenyak
saat merasa nyeri ulu hati dan mual muntah. Pengaturan suhu
tubuh dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan
umum pasien, apakah pasien mengalami demam atau tidak.
Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah
sampai kulit, apakah kulitnya hangat atau kemerahan,
wajahnya pucat atau tidak.
7) Pola Kognitif Persepsi
Dikaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami
gangguan penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman,perabaan dan kaji bagaimana klien dalam
berkomunikasi? Biasanya klien tidak mengalami gangguan.
8) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Dikaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit
yang dideritanya? Konsep diri pasien terutama gambaran diri
terhadap perubahan tubuh Apakah klien merasa rendah diri
terhadap penyakit yang dideritanya ? Biasanya klien tidak ada
ganguan
9) Pola Peran Hubungan
Dikaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum
dan selama dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan
sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
10) Rasa Aman Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala
penyakitnya, misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian
bawah (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
Rasa aman dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya, dan apakah
pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di
RS.
11) Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah
pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh
penyakit medis ataupun sebaliknya

d) Pengkajian Fisik, meliputi :


1) Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh,
warna kulit, kesadaran, dan kesan umum pasien (saat pertama
kali masuk RS).
2) Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi,
tekanan darah, dan respirasi).
3) Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi dari kepala sampai anus.
4) Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan
laboratorium dengan uji kultur dan uji resistensi.
e) Data Fokus
1) Data subyektif
Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai
suatu pendapat terhadap suatu situasi atau keadaan.
2) Data obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi atau diukur.
Fokus pengumpulan data meliputi :
a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang.
b. Pola koping sebelumnya dan sekarang.
c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang.
d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan.
e. Resiko untuk masalah potensial.
f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d agens cedera biologis
b) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
c) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan mencerna makanan
d) Intoleransiaktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2

3. Intervensi
a) Nyeri akut b/d agens cedera biologis
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam, nyeri
klien berkurang
Kriteria hasil: NOC (Pain Level, Pain control, Comfort level)
 Mampu mengontrol nyeri
 Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi: Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri secra komprehensif
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Ajarkan teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
b) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam,
diharapkan intake cairan klien adekuat
Kriteria hasil:
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
 TTV dalam batas normal
 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab dan tidak ada rasa haus berlebihan.
Intervensi: NIC (Fluid management)
 Timbang popok bila perlu
 Pertahankan catatan intake dan output
 Monitor status hidrasi
 Monitor TTV
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Dorong masukan oral
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
c) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam,
diharapkan intake nutrisi adekuat
Krietria hasil: NOC (Nutritional status: food and fluid intake, nutritional
status: nutrient intake, weight control)
 Tidak ada tanda malnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi: NIC (Nutrition management)
 Kaji adanya alergi makanan
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dna
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
 Anjurkan untuk meningkatkan intake Fe
 Berikan substansi gula
 Ajarkan pasein bagaimana membuat cataatn makanan harian
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
d) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan dan
kebutuhan O2
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24 jam,
diharapkan klien mampu melakuakn aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil: NOC (Energy conservation, Activity tolerance, Self care:
ADLs)
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,
nadi dan RR
 Mampu melakukan ADLs
 TTV dalam batas normal
Intervensi: NIC (Activity Therapy)
 Bantu klien untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan ulang
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melakukan latihan fisik
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Joanne McCloskey dan Bulechek, Gloria M. 2008. Nursing


Interventions Classification (NIC). Missouri: Mosby Elsevier

Mansjoer, Arif, dkk, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media


Aesculapius
Moorhead, Sue, et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri:
Mosby Elsevier
NANDA International 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC
Williams, L & Wilkins. 2011. Nursing:Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Alih Bahasa Paramita. Jakarta : PT. Indeks
WOC Dyspepsia

Kelainan Penyakit asam Infeksi Helicobacter


motilitas usus lambung pylori

Relaksasi reflex Pajanan keasaman Iritasi/peradangan


fundus menurun esofagus

Nyeri
Keterlambatan Nyeri abdomen
pengosongan epigastrik

Dyspepsia

Intake makanan Kelemahan dan


berkurang tubuh terasa
lemas

Lambung kosong
Intoleransi
aktivitas
Gesekan dinding
lambung

Nyeri Erosi dinding


Akut lambung

Peningkatan
produksi HCl

Rangsangan di
medulla oblongata

Mual dan muntah

Ketidakseimbangan Intake cairan


nutrisi kurang dari menurun
kebutuhan tubuh

Kekurangan
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai