Anda di halaman 1dari 9

RESPIRASI

KEBUTUHAN OKSIGEN ORGANISME AKUATIK

Yudha Hanggara/C14170089

Departemen Budidaya Perairan


Fakultas Perikanan dan Kelautan
Insitut Pertanian Bogor

Abstrak

Ikan nila dan ikan lele merupakan ikan yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat indonesia. Ikan tersebut dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan
yang kurang baik seperti kadar oksigen yang rendah. Oksigen merupakan salah satu
indikator penting dalam kegiatan budidaya, karena oksigen dibutuhkan oleh ikan
untuk melakukan respirasi. Respirasi dilakukan untuk menujang kehidupan ikan
terutama dalam membantu pemompaan peredaran darah ke seluruh tubuh. Ikan
yang digunakan yaitu ikan nila dan ikan lele berukuran kecil dan besar. Konsumsi
oksigen terlarut ikan nila lebih besar dibandingkan ikan lele, dan ikan yang
berukuran lebih besar tingkat konsumsi oksigen terlarut juga lebih besar
dibandingkan ikan yang berukuran lebih kecil. Jumlah konsumsi oksigen terlarut
pada ikan yang baik berkisar 5-7 ppm.
Kata kunci: respirasi, oksigen, ikan.
Abstract

Tilapia and catfish are the most consumed fish by Indonesian people. These fish
can survive in unfavorable environmental conditions such as low oxygen levels.
Oxygen is an important indicator in aquaculture activities, because oxygen is
needed by fish to do respiration. Respiration is carried out to support fish life
especially in helping pumping blood circulation throughout the body. The fish used
are tilapia and small and large catfish. The dissolved oxygen consumption of tilapia
is greater than that of catfish, and larger fish with a level of dissolved oxygen
consumption are also greater than smaller fish. The amount of dissolved oxygen
consumption in good fish ranges from 5-7 ppm.
Keywords: heart, carp, physiology.

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu hewan vertebrata yang memiliki tulang


belakang, insang, daan sirip untuk mempertahankan kehidupannya. Ikan
menggunakan insang untuk melakukan penyerapan kadar oksigen terlarut dalam
air. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang memiliki potensi peluang usaha karena
banyak dicari oleh masyarakat. Kondisi lingkungan pada ikan dapat mempengaruhi
laju respirasi pada ikan nila (Kishiya et al. 2015). Begitu juga dengan ikan lele
(Clarias sp.) merupakan ikan yang cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Ikan
lele merupakan salah satu ikan yang kuat dengan kondisi lingkungan yang kurang
bagus (Ogueji 2018).
Kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air setiap organisme akuatik
berbeda-beda. oksigen terlarut merupakan salah satu parameter yang sering
digunakan dalam kegiatan budidaya. Nilai oksigen terlarut biasanya di lihat dari
kandungan oksigen yang terdapat pada perairan tersebut. Semakin tinggi
kandungan oksigen pada suatu perairan menandakan kualitas air tersebut bagus.
Pengukuran kadar oksigen biasanya dilakukan untuk mengetahui kebutuhan
organisme akuatik dalam menyerap oksigen terlarut pada suatu perairan (Franklin
2014).
Konsumsi oksigen pada ikan dianggap sebagai faktor penting yang
menunjukan intensitas aktivitas metabolisme suatu organisme. Respirasi
merupakan salah satu aktivitas produksi energi bagi tubuh. Tingkat konsumsi
oksigen merupakan parameter fisiologis dasar, berfungsi sebagai indikator stres
organisme dan perubahan konsumsi oksigen dapat digunakan dalam metabolisme
karena perubahan kadar oksigen yang ada dalam lingkungan (Srineeth 2014).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengetahui prinsip-prinsip pengukuran konsumsi
oksigen diukur dengan menggunakan respirometer tertutup, mengetahui kebutuhan
(konsumsi) oksigen pada hewan uji sebagai refleksi tingkat metabolismenya dan
mengetahui perbedaan kebutuhan konsumsi oksigen pada hewan uji yangberukuran
besar ataupun kecil.

Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Senin
pada tanggal 25 Februari 2019 pukul 15.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.
Praktikum dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
acak kelompok (RAK) dengan melakukan pengukuran kadar DO setiap 20 menit
dengan menggunakan DO meter selama 1 jam.

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


Prosedur Percobaan
Alat resoirator tertutup dibuat dengan akuariu m kemudian diisi dengan air
hingga ketinggian yang telah ditentukan. Hewan uji yang sebelumya telah
dipuasakan selama 24 jam dimasukan kedalam respirometer tertutup dan
respirometer ditutup dengan rapat. Oksigen yang masuk dari luar dapat dihindarkan
dengan menutup lubang dan celah respirometer dengan sterofoam dibentuk sesuai
dengan bentuk celah resspirometer. Air didalam respirometer diukur total
volumenya. Kadar oksigen terlarut diukur dengan DO Meter, pengukuran dilakukan
pada awal percobaan dan dilanjutkan pada menit ke- 20, 40, dan 60, kemudian
dicatat hasilnya.

Pengambilan Data
Kebutuhan oksigen yang diperlukan setiap mahluk hidup berbeda-beda.
Organisme akuatik memerlukan kebutuhan oksigen berbeda dengan mahluk hidup
yang ada di darat. Organisme akuatik membutuhkan oksegen yang terlarut dalam
air untuk melakukan respirasi. Percobaan untuk menentukan kebutuhan oksigen
terlarut menggunakan ikan lele dan ikan nila. Berikut parameter yang diukur dalam
menentukan kebutuhan oksigen terlarut.

Tabel 1. Parameter biologi ikan yang diambil


Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi
Pengamatan
Tingkat Konsumsi mg/L Perhitungan manual Laboratorium
Oksigen dengan rumus

Parameter yang Diukur


Parameter yang diukur yaitu kebutuhan kadar oksigen terlarut dan kadar
minimum oksigen terlarut pada suatu perairan yang dapat di toleril oleh ikan lele
dan ikan nila. Percobaan diamati 20 menit sekali selama 1 jam.

Analisis Data
Data parameter biologi ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan lele
(Clarias sp.) dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk
mengubah sekumpulan data mentah menjadi bentuk yang lebih mudah dipahami
yang berbentuk informasi yang lebih ringkas (Ashari et al. 2017).

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Tingkat konsumsi oksigen terlarut ikan lele (Clarias sp.) dan ikan nila
(Oreochromis niloticus ).

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


Ikan Lele
8

TKO (mg/l)
4
Ikan Lele Besar
2 Ikan Lele Kecil

0
0 20 40 60
Waktu (Menit)

Grafik 1 kebutuhan oksigen terlarut ikan lele

Berdasarkan grafik diatas dilakukan percobaan untuk mengetahui tingkat


konsumsi oksigen terlarut pada ikan lele besar dan ikan lele kecil. Tingkat konsumsi
oksigen terlarut ikan lele besar lebih banyak dibandingkan dengan lele kecil.
Terlihat jelas pada menit 40 sampai 60 grafik yang berwarna biru bentuk sangat
curam hal tersebut menandakan bahwa konsumsi oksigen ikan lele besar lebih
banyak dibandikan dengan ikan lele kecil.

Ikan Nila
8

6
TKO (mg/l)

4
Ikan Nila Besar
2 Ikan Nila Kecil
0
0 20 40 60
Waktu (menit)

Grafik 2 kebutuhan oksigen terlarut ikan nila

Berdasarkan grafik diatas dilakukan percobaan untuk mengetahui tingkat


konsumsi oksigen terlarut pada ikan nila besar dan ikan nila kecil. Tingkat
konsumsi oksigen ikan nila besar lebih banyak dibandingkan dengan nila kecil.
Terlihat jelas pada menit 20 sampai 60 grafik yang berwarna biru bentuk sangat
curam, berbeda dengan grafik berwarna orange yang sedikit landai. Hal tersebut
menandakan bahwa konsumsi oksigen ikan nila besar lebih banyak dibandikan
dengan ikan nila kecil.

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


8
7
6

TKO (mg/l)
5
4
3 Ikan Nila
2 Ikan Lele
1
0
0 20 40 60
Waktu (Menit)

Grafik 3 perbandingan kebutuhan ikan lele dan ikan nila

Berdasarkan grafik diatas merupakan perbandingan konsumsi oksigeen


terlarut antara ikan lele dengan ikan nila. Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa
konsumsi oksigen terlarut ikan nila lebih besar dibandingkan dengan konsumsi
oksigen ikan lele. Tingkat konsumsi oksigen terlarut ikan nila kurang lebih 3 mg/l
selama 60 menit. Tingkat konsumsi oksigen terlarut ikan nila kurang lebih 1 mg/l
selama 60 menit.

Pembahasan
Konsumsi oksigen terlarut dalam air oleh organisme akuatik berbeda beda,
tergantung pada jenis ikan, bobot ikan dan serta kondisi fisiologis hewan tersebut
(Reebs 2009). Hasil pengamatan menunjukan bahwa ikan yang memiliki ukuran
besar mengkonsumsi oksigen lebih banyak dibandingkan dengan ikan yang
memiliki ukuran lebih kecil. Contohnya konsumsi oksigen terlarut pada ikan lele
berukuran besar dan ukuran kecil hampir berbeda 1 mg/l selama 60 menit. Jenis
ikan juga mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen terlarut pada suatu perairan.
Seperti halnya pada ikan nila dan ikan lele, tingkat konsumsi oksigen ikan nila lebih
banyak dibandingkan ikan lele. Perbedaan konsumsi oksigen ikan tersebut hampir
sebesar 2 mg/l selama 60 menit.
Pada praktikum ini menggunakan sampel ikan yang berbeda jenis dan
ukurannya, sehingga dapat di lihat bahwa hasil menunjukan tingkat kebuthan
konsumsi oksigen terlarut dapat di pengaruhi oleh jenis, ukuran, dan sistem
fisiologisnya (Mahasri et al. 2017). Selain itu dapat dilihat juga bahwa hasil dari
ke-3 tabel terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut dalam air berbeda- beda. hal
itu terjadi karena laju ikan melakukan respirasi atau penyerapan kandungan oksigen
berbeda-beda. sesuai dengan referensi yang telah dibaca bahwa laju pengambilan
oksigen dapat dilihat dari menurunnya kandungan oksigen dalam air tersebut
(Hartini et al. 2013).
Ikan melakukan pemompaan salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu
adanya tekanan parsial oksigen. Jika ikan berada dalam lingkungan yang memiliki
tekanan parsial oksigennya lebih tinggi, maka ikan akan melakukan pemompaan air
lebih besar untuk mengkonsumsi kandungan oksigen dengan melakukan
peningkatan pergerakan operkulum untuk memenuhi kebutuhan oksigen hidupnya
(Malini & Muliani 2016). Selain itu laju pemompaan oksigen yang dilakukan oleh
ikan dipengarui oleh ketersediaan oksigen yang berada di dalam air. Jika oksigen

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


yang berada dalam perairan tersebut rendah, maka ikan akan melakukan pergerakan
operkulum secara cepat. Hal tersebut dapat dilihat dari ikan uji yang diamati,
mendekati ahir percobaan ikan melakukan pergerakan operkulum lebih cepat pada
saat awal percobaan, hal tersebut terjadi karena kadar oksigen dalam air telah
berkurang (Rogers 2016).
Hasil praktikum ini dapat dilihat bahwa kebutuhan oksigen ikan lele besar
dan lele kecil berbeda. Ikan lele besar cenderung mengkonsumsi oksigen yang lebih
banyak di bandingkan dengan ikan lele berukuran kecil. Begitu juga yang terjadi
pada ikan nila, ikan nila yang berukuran besar mengkonsumsi oksigen juga lebih
besar. Namun, terjadi perbedaan tingkat konsumsi oksigen antara ikan nila dan ikan
lele. Ikan nila cenderung lebih besar dibandingkan dengan ikan lele. Perbedaan
konsumsi ikan lele dan ikan nila bekisar 2mg/l. Tingkat konsumsi oksigen antara
ikan lele dan ikan nila sekitar 1mg/l dan 3mg/l. Konsumsi oksigen yang baik yang
dilakukan oleh ikan yaitu sekitar 5-7 mg/l (Monalisa & Minggawati 2010).

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Oksigen terlarut merupakan salah satu indikator yang sangat dibutuhkan
oleh organisme akuatik. Pengukuran kebutuhan oksigen pada ikan nila dan ikan lele
menggunakan metode respirometer. Ikan yang memiliki ukuran tubuh blebih besar
membutuhkan atau mengkonsumsi oksigen lebih besar dibandingkan dengan ikan
yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil.

Saran
Buat praktikum kedepannya kegiatan yang diamati dapat ditambah dan
praktikan disuruh melakukannya tiap individu.

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


Daftar Pustaka

Ashari BH, Wibawa BM, Persada SF. 2017. Analisis deskriptif dan tabulasi silang
pada konsumen online shop di instagram (studi kasus 6 universitas di Kota
Surabaya). Jurnal Sains Dan Seni Its. 6(1):17-21.
Franklin PA. 2014. Dissolved oxygen criteria for freshwater fish in New Zealand:
a revised approach. New Zealand Journal of Marine and Freshwater
Research. 48(1):112-126.
Hartini S, Sasanti AD, Taqwa FH. 2013. Kualitas air, kelangsungan hidup dan
pertumbuhan benih ikan gabus (channa striata) yang dipelihara dalam media
dengan penambahan probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(2)
:192-202.
Kishiya ASD, Solomon JR, Alhaji UA, kishiya HSD. 2015. Influence of
temperature on the respiratory rate of Nile Tilapia, Oreochromis niloticus
(Pisces: Cichlidae) in the laboratory. Cuadernos de Investigación UNED.
8(1): 27-30.
Mahasri G, Saskia A , Apandi PS, Dew NN , Rozi1, Usuman NM. 2017.
Development of an aquaculture system using nanobubble technology for the
optimation of dissolved oxygen in culture media for nile tilapia
(Oreochromis niloticus). Asean-Fen International Fisheries Symposium. 1-
6.
Malini DM, Muliani R. 2016. Konsumsi oksigen ikan pelagis di muara segara anak,
taman nasional alas purwo. Bioeksperimen. 2(2):111-118.
Monalisa SS, Minggawati I. 2010. Kualitas Air yang mempengaruhi pertumbuhan
Ikan Nila (Orechromis sp.) di Kolam Beton dan Terpal. Journal of Tropical
Fisheries. 5(2) : 526-530.
Ogueji EO, Nwani CD, Iheanacho SC, Mbah CE, Okeke CO, Yaji A. 2018. Acute
toxicity effects of ibuprofen on behaviour and haematological parameters of
African catfish Clarias gariepinus (Burchell, 1822). African Journal of
Aquatic Science. 43(2):1-11.
Reebs SG. 2009. Oxygen and fish behaviour. Physiological and Biochemical
Zoology. 1-13.
Rogers NJ, Urbina MA, Reardon EE, Kenzie DJM, Wilson RW. 2016. A new
analysis of hypoxia tolerance in fishes using a database of critical oxygen
level. Conservation Physiology. 4:1-19.
Srineeth U, Reddyand MV, Bhaskar M. 2014. Effect of environmental acidic ph on
oxygen consumption in different stages of fish, Cyprinus carpio(L). Journal
of Environmental Science, Toxicology and Food Technology. 8(8) : 17-21.

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


LAMPIRAN

Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)


Kelompok 10 (M. Raihan Pambudi)

Anda mungkin juga menyukai