Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Di Indonesia PDF
Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Di Indonesia PDF
3
Penyusun
TIM PENGARAH :
Dr.Ir.Budi Situmorang,MURP,
DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
TIM PENYUSUN :
Yohanes Fajar S.Wibowo, ST., MT,
Agus Warsono, S.ST., MT,
Mirwansyah Prawiranegara, ST., M.Sc
Sarmaulie Pangaribuan, ST., M.Si,
Angga Ardiyansyah, SP,
Dwi Yudho Sasongko, ST
Rizki Kirana Yuniartanti, ST., M.Sc,
Hendrick Mayzonny, ST., MT,
Desy Puspita, S.Si
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bencana (PRB) ini kemudian diperbaharui
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, melalui Sendai Framework for Disaster
sehingga buku “Profil Penataan Ruang Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030.
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Dimana penataan ruang mendapat
Tahun 2015” telah dapat diselesaikan. porsi perhatian yang lebih besar dari
Hadirnya buku ini patut disambut baik oleh sebelumnya, tercermin dari 4 tindakan
para pemangku penataan ruang maupun prioritas SFDRR yang 3 diantaranya
penanggulangan bencana di Indonesia, mencakup aspek penataan ruang (land-
karena buku ini hadir menjadi salah satu use policy, land use and urban planning),
referensi terkait data dan informasi khususnya terkait mekanisme dan insentif
spasial kerawanan bencana maupun risiko pendorong ketaatan/tertib tata ruang,
bencana di Indonesia, pedoman terkait pengarusutamaan kajian risiko bencana
penataan ruang kawasan rawan bencana dalam perencanaan ruang, rencana tata
(KRB), termasuk tipikal permasalahan dan ruang sebagai acuan kesiapan rekonstruksi
pembelajaran di daerah, serta gambaran pasca bencana, serta integrasi manajemen
umum upaya penataan ruang KRB di risiko bencana dalam penataan ruang
tingkat nasional maupun daerah. pasca bencana agar kapasitas PRB
meningkat. Dalam konteks Indonesia,
Telah menjadi konsensus internasional
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
dalam Hyogo Framework for Action
tentang Penataan Ruang (UUPR) disusun
(HFA) 2005-2015, yang disepakati 168
dan ditetapkan dengan menimbang
negara dalam Konferensi Pengurangan
bahwa secara geografis Negara Kesatuan
Resiko Bencana Dunia di Kobe pada tahun
Republik Indonesia (NKRI) berada pada
2005, yang menegaskan bahwa penataan
kawasan rawan bencana, sehingga UUPR
ruang (land use planning) adalah salah
mengamanatkan perlunya penataan
satu alat untuk pengurangan risiko
ruang yang berbasis mitigasi bencana.
bencana. Kerangka pengurangan risiko
ii
SEKAPUR
SIRIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan
đƫ .+ü(ƫ'!!***ƫ %ƫ * +*!/%ƫ5*#ƫ
mencakup aspek kerawanan dan risiko
anugerah-Nya, buku Profil Penataan Ruang bencana per provinsi se-Indonesia
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
đƫ .+ü(ƫ'!0!./! %*ƫ 0ƫ/,/%(ƫĨ,!0ĩƫƫ
Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku ini
kebencanaan
memuat data dan informasi pendukung
perumusan kebijakan penataan ruang đƫ .+ü(ƫ!**ƫ!/.ƫ *ƫ0!.'%*%ƫ/!.0ƫ
nasional dan daerah dalam aspek penanganannya
mitigasi/pengurangan risiko bencana. Hal
ini sejalan dengan salah satu kebijakan đƫ 001/ƫ,!*0*ƫ.1*#ƫƫ %ƫ0%*#'0ƫ
yang mendasari perencanaan program nasional (NSPK penataan ruang dan
dan kegiatan Ditjen Tata Ruang 2015- kebijakan penataan ruang nasional)
2019 yaitu melakukan pengarusutamaan
đƫ 001/ƫ,!*0*ƫ.1*#ƫƫ %ƫ0%*#'0ƫ
aspek mitigasi bencana dalam tata ruang,
daerah (profil kualitas RTRW dari
yang diawali dengan strategi peningkatan
perspektif mitigasi/pengurangan
pemahaman tentang aspek kebencanaan
risiko bencana)
dalam penataan ruang.
đƫ .+ü(ƫ 0%,%'(ƫ ,!.)/($*ƫ !*0*ƫ
Penataan ruang berbasis mitigasi/
Ruang KRB di daerah
pengurangan risiko bencana
membutuhkan dukungan data dan đƫ !'+)!* /%ƫ .+2%*/%ƫ *ƫ 3/*ƫ
informasi yang akurat, terbaru, dan Rawan Bencana Prioritas
komprehensif. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Direktorat Jenderal Tata Buku ini pada dasarnya adalah versi
Ruang c.q. Direktorat Penataan Kawasan ringkas/terbitan popular dari laporan
pada Tahun Anggaran 2015 menyusun profil akhir kegiatan Penyusunan Profil Penataan
penataan ruang kawasan rawan bencana Ruang Kawasan Rawan Bencana di
untuk menyediakan data dan informasi Indonesia Tahun 2015.
terkait kebencanaan dan penataan ruang
Bagi Pemerintah (khususnya Ditjen Tata
di kawasan rawan bencana. Secara umum,
Ruang) buku ini dapat dimanfaatkan
data dan informasi dalam buku ini terdiri
sebagai dasar pertimbangan dalam
atas:
penentuan prioritas, fokus dan lokus Buku ini dapat terselesaikan atas kerja
daerah bagi kegiatan peningkatan sama dan dukungan dari berbagai
kualitas tata ruang di kawasan rawan pihak, baik di tingkat pusat, pemerintah
bencana. Profil yang dihasilkan juga daerah, serta narasumber yang telah
berguna sebagai acuan daerah mana berbagi ilmu maupun pengalaman
yang memerlukan pembinaan secara terkait penataan ruang di kawasan rawan
khusus dan perhatian lebih besar untuk bencana. Oleh karena itu, perkenankan
muatan aspek mitigasi/pengurangan kami mengucapkan terima kasih yang
risiko bencana dalam rencana tata ruang sebesar-besarnya atas kerja sama yang
daerahnya. Basis data GIS yang dibangun baik tersebut. Semoga buku ini dapat
dalam proses penyusunan buku profil ini memberikan manfaat bagi semua pihak
juga bermanfaat sebagai input data dalam yang berupaya mewujudkan penataan
perencanaan tata ruang nasional. ruang berbasis mitigasi/pengurangan
risiko bencana, serta berkontribusi dalam
Bagi pemerintah daerah, buku ini berguna
penyelenggaraan penataan ruang untuk
sebagai referensi informasi ketersediaan
mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
data spasial (peta) kebencanaan pada
produktif, dan berkelanjutan
wilayahnya masing-masing, kondisi
kerawanan dan risiko yang ada, alternatif
solusi bagi tipikal permasalahan penataan
Jakarta, Desember 2015
ruang KRB, serta NSPK atau pedoman
penataan ruang yang perlu diacu. Sehingga
pada akhirnya kualitas penataan ruang
daerah dalam mitigasi/pengurangan risiko
bencana dapat meningkat.
iv
DAFTARISI
sekapur sekapur
sirih DR. Ir. Budi Situmorang, MURP
Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang
DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
Plh. Direktur Penataan Kawasan
sirih
Dr. Ir. Budi Dr. Ir. Doni Janarto
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bencana (PRB) ini kemudian diperbaharui penentuan prioritas, fokus dan lokus Buku ini dapat terselesaikan atas kerja
daerah bagi kegiatan peningkatan sama dan dukungan dari berbagai
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, melalui Sendai Framework for Disaster
kualitas tata ruang di kawasan rawan pihak, baik di tingkat pusat, pemerintah
sehingga buku “Profil Penataan Ruang Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030.
bencana. Profil yang dihasilkan juga daerah, serta narasumber yang telah
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Dimana penataan ruang mendapat berguna sebagai acuan daerah mana berbagi ilmu maupun pengalaman
Widiantono, M.Eng.Sc
Tahun 2015” telah dapat diselesaikan. porsi perhatian yang lebih besar dari
Situmorang,MURP
yang memerlukan pembinaan secara terkait penataan ruang di kawasan rawan
Hadirnya buku ini patut disambut baik oleh sebelumnya, tercermin dari 4 tindakan khusus dan perhatian lebih besar untuk bencana. Oleh karena itu, perkenankan
para pemangku penataan ruang maupun prioritas SFDRR yang 3 diantaranya muatan aspek mitigasi/pengurangan kami mengucapkan terima kasih yang
penanggulangan bencana di Indonesia, mencakup aspek penataan ruang (land- risiko bencana dalam rencana tata ruang sebesar-besarnya atas kerja sama yang
i iii
daerahnya. Basis data GIS yang dibangun baik tersebut. Semoga buku ini dapat
karena buku ini hadir menjadi salah satu use policy, land use and urban planning),
dalam proses penyusunan buku profil ini memberikan manfaat bagi semua pihak
referensi terkait data dan informasi khususnya terkait mekanisme dan insentif
juga bermanfaat sebagai input data dalam yang berupaya mewujudkan penataan
spasial kerawanan bencana maupun risiko pendorong ketaatan/tertib tata ruang, perencanaan tata ruang nasional. ruang berbasis mitigasi/pengurangan
bencana di Indonesia, pedoman terkait pengarusutamaan kajian risiko bencana risiko bencana, serta berkontribusi dalam
Bagi pemerintah daerah, buku ini berguna
penataan ruang kawasan rawan bencana dalam perencanaan ruang, rencana tata penyelenggaraan penataan ruang untuk
sebagai referensi informasi ketersediaan
(KRB), termasuk tipikal permasalahan dan ruang sebagai acuan kesiapan rekonstruksi mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
data spasial (peta) kebencanaan pada
pembelajaran di daerah, serta gambaran pasca bencana, serta integrasi manajemen produktif, dan berkelanjutan
wilayahnya masing-masing, kondisi
umum upaya penataan ruang KRB di risiko bencana dalam penataan ruang kerawanan dan risiko yang ada, alternatif
tingkat nasional maupun daerah. pasca bencana agar kapasitas PRB solusi bagi tipikal permasalahan penataan
Jakarta, Desember 2015
meningkat. Dalam konteks Indonesia, ruang KRB, serta NSPK atau pedoman
Telah menjadi konsensus internasional penataan ruang yang perlu diacu. Sehingga
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
dalam Hyogo Framework for Action pada akhirnya kualitas penataan ruang
tentang Penataan Ruang (UUPR) disusun
(HFA) 2005-2015, yang disepakati 168 daerah dalam mitigasi/pengurangan risiko
dan ditetapkan dengan menimbang
negara dalam Konferensi Pengurangan bencana dapat meningkat.
bahwa secara geografis Negara Kesatuan
Resiko Bencana Dunia di Kobe pada tahun Bagi dunia akademisi dan masyarakat luas,
Republik Indonesia (NKRI) berada pada
2005, yang menegaskan bahwa penataan buku ini dapat berkontribusi menambah
kawasan rawan bencana, sehingga UUPR DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
ruang (land use planning) adalah salah literatur bidang mitigasi/pengurangan
mengamanatkan perlunya penataan Plh. Direktur Penataan Kawasan
satu alat untuk pengurangan risiko risiko bencana melalui penataan ruang
ruang yang berbasis mitigasi bencana. di Indonesia, yang sampai pada saat ini
bencana. Kerangka pengurangan risiko
memang masih sangat terbatas.
01 02
BAB 1 BAB 2
PENDAHULUAN PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
Profil kebencanaan di
(skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia terdapat
1.1 Latar Belakang 2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya (49%) dengan
tingkat kerawanan tinggi. Sedangkan untuk bencana gempa bumi, hampir seluruh
banjir dan kekeringan. Selain itu,
Secara geografis Indonesia terletak (98 %) wilayah daratan Indonesia rawan bencana gempa bumi, dimana sekitar 20%
dengan meningkatnya pemanasan
pada cincin api pasifik (pacific ring of nya atau 37.522.310 Ha merupakan KRB gempa tinggi. Untuk kerentanan gerakan
Pendahuluan indonesia
global dan kecenderungan terjadinya
fire) dan terletak pada zona tumbukan tanah yang umumnya memicu terjadinya tanah longsor, terdapat 8.276.174 Ha KRB
perubahan iklim, sebagian besar
aktif antar 3 lempeng raksasa dunia, tinggi. Kerawanan bencana letusan gunung api pada umumnya terlokalisasi pada
wilayah Indonesia juga rawan terhadap
yaitu lempeng euroasia, lempeng radius di sekitar gunung. Di Indonesia total luasan KRB gunung api adalah 2.353.285
ancaman gelombang ekstrim, abrasi,
1 19
Pacific dan lempeng Indo-australia. Ha dan 4%nya merupakan rawan tinggi. Sedangkan untuk bencana banjir, 20 %
angin ribut, cuaca ekstrim, kekeringan,
Pada sepanjang garis cincin api yang wilayah daratan Indonesia adalah kawasan rawan bencana (KRB) banjir dimana
serta kebakaran hutan dan lahan.
membentang dari Sumatera, Jawa, 65%nya atau 24.992.347 Ha merupakan rawan tinggi.
Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku, Dalam kurun waktu dua belas tahun
setidaknya terdapat sekitar 28 zona terakhir (2004-2015) Indonesia 2.1 Kejadian Bencana Besar di Indonesia Tahun 2014 – 2015
pusat gempa, 129 buah gunung api dilanda oleh beragam bencana besar.
Pada periode tahun 2014-2015, telah terjadi bencana besar di Indonesia dengan
aktif, yang rawan terhadap bencana Kejadian bencana itu diantaranya
lokasi menyebar. Bencana di Indonesia dikategorikan sebagai bencana besar jika
letusan gunung berapi, gempa bumi, adalah (i) gempa bumi dan tsunami
menimbulkan kerugian material, kerusakan lahan, dan korban jiwa. Terdapat 5
tsunami dan longsor. Aceh-Nias (2004), (ii) gempa bumi
(lima) bencana besar banjir, 3 (tiga) bencana besar letusan gunung api, 2 (dua)
Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006),
Secara hidro-meteorologis dan bencana besar gempa bumi, dan 3 (tiga) bencana besar tanah longsor.
(iii) tsunami pangandaran Kab.Ciamis
klimatologi, Indonesia berada pada
(2006), (iv) gempa bumi Sumatera Bencana besar banjir terjadi di Provinsi Aceh, Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan
iklim tropis dengan curah hujan yang
Barat (2007), (v) banjir Jakarta Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi DKI Jakarta. Bencana besar letusan
relatif tinggi, dengan variasi kondisi
(2007), (vi) gempabumi Bengkulu gunung api terjadi di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi
geomorfologi dan iklim yang ekstrim,
(2007), (vii) gempa bumi Sumatera Nusa Tenggara Timur. Bencana besar gempa bumi terjadi di Papua Barat dan Nusa
sehingga banyak daerah di Indonesia
Barat (2009), (viii) tsunami Mentawai Tenggara Timur. Sedangkan bencana besar tanah longsor terjadi di Provinsi Papua,
yang rawan mengalami bencana
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.1 menunjukkan persebaran kejadian
bencana besar di Indonesia.
1 19
03 04
BAB 3 BAB 4
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015) PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
285 347
3.1.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis ditindaklanjuti dengan identifikasi tingkat kerugian yang dialami kelompok
terpapar, tingkat kerentanan, kapasitas yang dimiliki kelompok terpapar, tingkat
Gunung Api Sinabung (2.460 m dpl) bersama Gunung Api Sibayak adalah dua ancaman bencana, yang kesemuanya menentukan tingkat risiko bencana. Hasil
gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sedangkan kota analisis risiko bencana menjadi dasar dalam penataan ruang berbasis PRB.
terdekat dari gunung api ini adalah Kota Kaban Jahe dan Berastagi. Gunung Api Data spasial kebencanaan yang akurat sangat menentukan kualitas RTR dari
Sinabung sebelumnya merupakan Gunung Api tipe B (belum meletus setelah perspektif mitigasi/PRB. Terdapat kondisi data kebencanaan yang berbeda di
tahun 1600). Saat ini Pemerintah bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera tiap lokasi/daerah dalam hal skala, format, dan sumber data. Tabel berikut adalah
Utara dan Kabupaten Karo, sedang dihadapkan pada tugas besar penanggulangan hasil inventarisasi ketersediaan data spasial kerawanan bencana di Indonesia per
bencana erupsi Gunung Api Sinabung. Erupsi mengalami naik turun sejak tahun Desember 2015.
2010 dan hingga saat ini belum dapat diperkirakan kapan erupsi akan berakhir.
Terhitung sejak tanggal 2 Juni 2015 lalu, statusnya kembali dinaikkan dari SIAGA/
level III (sedang bergerak ke arah letusan) menjadi AWAS/level IV (segera atau
sedang meletus) oleh PVMBG. Kerakter letusan Gunung Api Sinabung adalah
freatik dan magmatik dengan potensi bahaya berupa awan panas, lontaran batu
pijar, aliran dan guguran lava, hujan abu vulkanik, gempa vulkanik, dan banjir lahar.
285 347
373 399
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
1.
DI TINGKAT NASIONAL
Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Penataan Ruang
6.1 Profil Kualitas Rencana Tata Ruang dari Perspektif PRB
Penilaian pada 19 komponen memperoleh hasil nilai minimum adalah 1 (satu),
Upaya penataan ruang KRB atau pengarusutamaan mitigasi bencana ke dalam dengan asumsi setiap komponen memiliki skor 1 (satu). Sedangkan nilai maksimum
penataan ruang harus dilakukan di semua tingkatan, baik nasional maupun daerah. adalah 4 (empat), dengan asumsi setiap komponen memiliki skor, yaitu 4 (empat).
Bab ini menguraikan gambaran sejauh mana upaya penataan ruang KRB di tingkat
nasional, khususnya oleh Ditjen Tata Ruang-Kementerian ATR/BPN selaku instansi Berdasarkan penilaian aspek rencana tata ruang, maka didapat skor komulatif
tingkat pusat yang membidangi tata ruang, rencana tata ruang yang menjadi dengan rentang 1-1,5. Nilai terendah adalah 1; untuk muatan RTRW Provinsi
kewenangan nasional dan NSPK terkait penataan ruang KRB. Sumatera Selatan. Nilai tertinggi yaitu 1,5; untuk muatan RTRW Provinsi Bengkulu.
367 391
07 08
BAB 7 BAB 8
PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
PENATAAN RUANG
beberapa program. Program-program tersebut diimplementasikan pada wilayah
403 411
kebencanaan yang termuat dalam kajian tersebut meliputi jenis bencana, dampak mengacu pada kebijakan nasional. Sehingga rekomendasi ini diharapkan dapat
yang ditimbulkan, korban jiwa, dan kerugian. Data tersebut dapat dijadikan tepat sasaran dan sesuai dengan prioritas nasional.
sebagai data awal untuk menganalisis tingkat keterpaparan, kerentanan, kapasitas
adaptasi dan risiko bencana. Permasalahan yang sering terjadi adalah kondisi 2) Kriteria spasial
data yang berbeda-beda di setiap daerah, baik dalam hal ketersediaan, jenis data, Kriteria spasial yang digunakan dalam rekomendasi provinsi dan KRB prioritas
sumber data, akurasi, skala, format, dan unit data. Sebagai contoh adalah tidak adalah 1). Tingkat kerawanan bencana; 2). Tingkat risiko bencana; 3). Indikasi
tersedianya peta kerawanan bencana dan peta risiko sesuai dengan standar yang keterpaparan masa depan; 4) Sejarah bencana besar; 5). Sejarah bencana
berlaku dan pada skala yang memadai, khususnya pada tingkat kota dan kawasan. terkini; 6). KRB yang diprioritaskan penataan ruangnya dalam RTRW Provinsi;
Contoh lainnya adalah tidak tersedianya data kebencanaan secara lengkap, yaitu 7). Kelengkapan data kebencanaan. Kriteria-kriteria tersebut dilakukan penilaian
data kebencanaan banjir dan data kebencanaan kekeringan. dengan metode skoring dan pembobotan.
Selain itu, data dasar yang menjadi input penyusunan peta KRB juga belum 3) Kriteria masa peninjauan kembali RTRW
tersedia dalam skala rinci, sehingga peta KRB yang ideal sulit dihasilkan. Misalnya,
ketersediaan data rinci untuk peta geologi, sesar aktif, curah hujan harian, dll. Kriteria ini untuk menjadi pertimbangan pemilihan rekomendasi provinsi-provinsi
dan KRB prioritas. Penyempurnaan RTRW berbasis mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana dapat dilakukan pada masa peninjauan kembali. Apabila masa
peninjauannya berada dalam waktu dekat (2016-2020), maka akan semakin cepat
pula mewujudkan penataan ruang berbasis mitigasi bencana/Pengurangan Risiko
Bencana.
403 411
Terima kasih
Daftar Pustaka Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, baik itu tim
penyusun dari Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Rencana Penanggulangan Pertanahan Nasional maupun narasumber dan peserta dari pusat dan daerah.
Bencana Daerah Kota Manado. BNPB: Jakarta
Terkhusus kepada Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang, Bapak DR. Ir. Budi Situmorang,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi MURP serta Plh. Direktur Penataan Kawasan sekaligus Plt. Kasubdit Penataan
Paparan “Penanggulangan Bencana di Kabupaten Banjarnegara”. Dalam acara Kawasan Baru, Bapak DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng. Sc. yang telah
422 426
Bencana - BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kemen. ESDM,
Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Pemkab Karo, Pemkab Banjarnegara, Pemkot Sorong, Pemkot Manado, serta
Bencana di Indonesia Tahun 2015 internal Ditjen Tata Ruang. Narasumber dan peserta yang berkontribusi dalam
Bappeda Kota Sorong. 2015. Materi Paparan “Kawasan Rawan Bencana di Indonesia rangkaian diskusi di pusat maupun di daerah adalah :
Penataan Ruang Wilayah Kota Sorong dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara 1. Kepala Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG,
Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Bapak DR. Gede Suantika,
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015
2. Surveyor Pemetaan Madya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, DR. Supartoyo,
Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Kerawanan Bencana Geologi di Kabupaten
Banjarnegara. Dalam acara Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil 3. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015 Karo, Bapak Mulianta Tarigan, S.Sos,
Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Draft 4. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo,
Rencana Kesiapsiagaan Menghadapi Kontijensi/Potensi Terjadinya Situasi Darurat 5. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Akibat Letusan Gunungapi Sinabung Pasca Pemulangan Pengungsi. BNPB: Jakarta Banjarnegara, Bapak Drs. Setiawan, M.Hum,
422 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana 426 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
vi
12 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PENDAHULUAN
01
PENDAHULUAN
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan
oleh setiap orang. Kapan terjadinya bencana sulit diprediksi
sebab fenomena ini merupakan aktivitas alam yang tidak
dapat diciptakan dan dihentikan oleh manusia.
1
(2010), (ix) banjir bandang Wasior terlihat bahwa penataan ruang
(2010), (x) erupsi Gunung Merapi berbasis mitigasi bencana dapat
(2010), (xi) lahar dingin Gunung dimaknai sebagai penataan ruang yang
Merapi (2011), (xii) banjir Jakarta pada diposisikan sebagai salah satu upaya
akhir 2012 dan awal 2013, (xiii) banjir atau instrumen pengurangan risiko
bandang Manado di awal 2014, (xiv) bencana (Disaster Risk Reduction/
longsor Banjarnegara di akhir 2014, DRR) dimana tercakup didalamnya
serta (xv) erupsi Gunung Sinabung upaya pengurangan ancaman (hazard)
sejak tahun 2010-2015 yang masih dan kerentanan (vulnerability), serta
terus berlangsung hingga sekarang. peningkatan kapasitas (capacity).
1.2.2 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatnya sensitivitas
penataan ruang nasional dan
daerah dalam aspek Mitigasi/PRB
2. Meningkatnya kualitas
perencanaan tata ruang melalui
dukungan ketersediaan data
dan informasi penataan ruang di
kawasan rawan bencana.
3
4 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PENDAHULUAN
01
1.3 Ruang Lingkup Profil per-provinsi di Indonesia pada
tahun 2015
Penataan Ruang Kawasan
7. Penyiapan bahan basis data
Rawan Bencana
Geographic Information System
1.3.1. Lingkup Kegiatan (GIS) Peta Kerawanan Bencana
per provinsi di Indonesia pada
Secara substansi kegiatan Penyusunan
tahun 2015 Penyusunan profil
Profil Penataan Ruang Kawasan
kebencanaan per provinsi
Rawan Bencana di Indonesia, meliputi:
8. Penyusunan profil kebencanaan
1. Inventarisasi peraturan, pedoman,
per propinsi
dan standar terkait penataan
ruang di kawasan rawan bencana 9. Penyusunan Profil karakteristik
sampai dengan tahun 2015 bencana besar dan terkini yang
pernah terjadi di Indonesia
2. Inventarisasi status Perda RTRW
(mencakup aspek kerawanan,
Provinsi/Kabupaten/Kota
risiko, wilayah terdampak, upaya
3. Inventarisasi kawasan strategis rehabilitasi & rekonstruksi serta
dalam RTRW yang ditetapkan upaya mitigasi ke depan)
berdasarkan kriteria kerawanan
10. Penyusunan Daftar Inventarisasi
bencana
Masalah (DIM) penataan ruang
4. Penyiapan Daftar Simak penilaian kawasan rawan bencana di daerah
(assessment) dari perspektif
mitigasi/pengurangan risiko 1.3.2. Lingkup Wilayah
bencana di dalam RTRW Provinsi
Kegiatan Penyusunan Profil Penataan
5. Rapid Assessment kondisi Ruang Kawasan Rawan Bencana Tahun
kebutuhan integrasi aspek 2015 ini mencakup seluruh provinsi di
mitigasi bencana/PRB dalam Indonesia. Lokasi pelaksanaan kegiatan
penataan ruang daerah dengan diskusi dan diseminasi meliputi 3 (tiga)
menggunakan daftar simak kabupaten/kota, yaitu:
5
2). Kabupaten Wonosobo, untuk
bencana tanah longsor
Banjarnegara;
7
1.4.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Penyusunan Profil Penataan pengolahan data dilakukan pada bulan
Ruang Kawasan Rawan Bencana kedua dan ketiga, serta penyusunan
di Indonesia Tahun 2015 dilakukan profil penataan ruang kawasan
dalam jangka waktu 5 (lima) bulan. rawan bencana dilakukan pada bulan
Tahap persiapan dilakukan pada keempat dan kelima. Gambar 1.2
bulan pertama, pengumpulan dan adalah tahapan pelaksanaan kegiatan.
7 Kelengkapan Ketersediaan
Sedang
data Rencana
dalam Belum
kebencanaan Penanggulangan tersedia 14,28
proses tersedia
Bencana RPB (Kab/
penyusunan
Kota)
Sumber: Analisis Tim, 2015
9
3) Penyusunan dan Penggunaan Adaptasi :
daftar simak Penilaian Kualitas
Upaya untuk menyesuaikan diri
RTRW dari perspektif mitigasi
dengan lingkungan dengan melakukan
bencana/PRB.
perubahan yang mengarah pada
4) Dalam kegiatan ini dilakukan peningkatan daya tahan dan daya
proses penilaian RTRW se- lenting terhadap perubahan sesuai
Indonesia yang bertujuan untuk dengan kapasitas masyarakat lokal.
mengetahui kualitasnya dari
Bahaya (hazard) :
perspektif mitigasi bencana/PRB.
Penilaian yang dilakukan meliputi Peristiwa yang terjadi satu jenis saja
ketersediaan dan kesesuaian atau beberapa jenis sebagai kombinasi
muatan RTRW dalam aspek dengan durasi dan frekuensi bencana
tata ruang yang meliputi data yang berbeda.
kebencanaan, proses analisis,
Bencana :
rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, arahan pemanfaatan Peristiwa atau rangaikan peristiwa
ruang terkait mitigasi bencana, yang mengancam dan mengganggu
dan arahan pengendalian ruang kehidupan dan penghidupan
terkait mitigasi bencana. masyarakat yang dsebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non
5) Salah satu tahapan pekerjaan
alam maupun faktor manusia sehingga
dalam Penyusunan Profil Penataan
mengakibatkan timbulnya korban
Ruang Kawasan Rawan Bencana
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
di Indonesia Tahun 2015 adalah
kerugian harta benda, dan dampak
menentukan lokasi prioritas.
psikologis.
1.5 Istilah Umum Disinsentif :
11
langkah yang tepat guna dan berdaya atau penerapan teknik-teknik rekayasa
guna. untuk mewujudkan ketangguhan dan
daya tahan struktur-struktur atau
Keterpaparan (exposure) :
sistem-sistem.
Penduduk, harta benda, sistem-sistem
Proteksi :
atau elemen-elemen yang ada di
kawasan ancaman bahaya yang oleh Upaya melindungi elemen-elemen
karenanya bisa berpotensi mengalami yang terkena bencana.
kerugian/kehilangan.
Rehabilitasi :
Mitigasi :
Perbaikan dan pemulihan semua aspek
Serangkaian upaya untuk pelayanan publik atau masyarakat
mengurangi risiko bencana, baik sampai tingkat yang memadai pada
melalui pembangunan fisik maupun wilayah pasca bencana dengan
penyadaran dan peningkatan sasaran utama untuk normalisasi
kemampuan menghadapi ancaman atau berjalannya secara wajar semua
bencana. aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca
Mitigasi Non struktural :
bencana.
Segala langkah yang tidak
Rekonstruksi :
melibatkan konstruksi fisik yang
menggunakan pengetahuan, praktik Pembangunan kembali semua
atau kesepakatan untuk mengurangi prasarana dan sarana, kelembagaan
risiko dan dampak, khususnya melalui pada wilayah pasca bencana, baik
kebijakan dan hukum, peningkatan pada tingkat pemerintahan maupun
kesadaran masyarakat, pelatihan dan masyarakat dengan sasaran utama
pendidikan. tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya,
Mitigasi struktural :
tegaknya hukum dan ketertiban, dan
Segala konstruksi fisik untuk bangkitnya peran serta masyarakat
mengurangi atau menghindarkan dalam segala aspek kehidupan
kemungkinan dampak yang bermasyarakat pada wilayah pasca
ditimbulkan oleh ancaman bahaya, bencana.
Struktur Sesar :
13
1.6 Akronim IRBI :
15
BAB 4 Profil Data Spasial BAB 7 Profil Permasalahan Penataan
Kebencanaan (Katalog Ketersediaan Ruang Kawasan Rawan Bencana di
Data) Indonesia
17
18 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala
provinsi (skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia
terdapat 2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya
(49%) dengan tingkat kerawanan tinggi
Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala provinsi
(skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia terdapat
2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya (49%) dengan
tingkat kerawanan tinggi. Sedangkan untuk bencana gempa bumi, hampir seluruh
(98 %) wilayah daratan Indonesia rawan bencana gempa bumi, dimana sekitar 20%
nya atau 37.522.310 Ha merupakan KRB gempa tinggi. Untuk kerentanan gerakan
tanah yang umumnya memicu terjadinya tanah longsor, terdapat 8.276.174 Ha KRB
tinggi. Kerawanan bencana letusan gunung api pada umumnya terlokalisasi pada
radius di sekitar gunung. Di Indonesia total luasan KRB gunung api adalah 2.353.285
Ha dan 4%nya merupakan rawan tinggi. Sedangkan untuk bencana banjir, 20 %
wilayah daratan Indonesia adalah kawasan rawan bencana (KRB) banjir dimana
65%nya atau 24.992.347 Ha merupakan rawan tinggi.
Bencana besar banjir terjadi di Provinsi Aceh, Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan
Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi DKI Jakarta. Bencana besar letusan
gunung api terjadi di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Bencana besar gempa bumi terjadi di Papua Barat dan Nusa
Tenggara Timur. Sedangkan bencana besar tanah longsor terjadi di Provinsi Papua,
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.1 menunjukkan persebaran kejadian
bencana besar di Indonesia.
19
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015
21
2.2 Provinsi Aceh
Provinsi Aceh memiliki indeks risiko besar yang pernah terjadi di provinsi
bencana kategori tinggi dengan ini diantaranya adalah gempa bumi
skor 160. Dari 23 Kabupaten/ Kota di dan tsunami Aceh dan Nias tahun
Provinsi Aceh, 16 diantaranya berada 2004 serta banjir dan tanah longsor
dalam kelas risiko tinggi. Bencana tahun 2006 di enam kabupaten.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana yang terdapat di Provinsi Aceh diantaranya adalah banjir, gempa
bumi, tsunami, kekeringan, gunungapi, longsor, dsb. Data kebencanaan tahun 2002-
2011 menyebutkan bahwa jumlah kejadian bencana di Aceh mencapai 559 kejadian.
Selain itu, terjadi peningkatan intensitas kejadian pada bencana gempa bumi.
Peningkatan tersebut dimungkinkan akibat ketidakstabilan lempeng teknonik yang
diakibatkan gempa bumi sebelumnya.
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ąċąćĀċĀăćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Bahaya adalah 78,77%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫćċąĈăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
10,40%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĆććċăĂāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 10,04%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%čƫ ćąċĀĀąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
51,92%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ćĉĈċąăĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
78,06%
Provinsi Aceh memiliki 119 buah pulau, 73 sungai besar, 2 buah danau, dan 17 gunung
serta sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari
Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya
yang terbentuk sejajar dengan jalurpatahan Semangko. Sebuah taman nasional, yaitu
Kerentanan
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara. Kepadatan
penduduk di provinsi ini adalah 73 jiwa per km per segi. Aceh merupakan daratan
terdekat dengan episentrum gempa bumi Samudera Hindia tahun 2004. Sekitar
170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut.
Desa tangguh bencana sudah cukup banyak di Provinsi Aceh, yaitu di Aceh Jaya,
Aceh Barat, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang. Selain itu, terdapat relawan yang terdiri
dari dunia usaha, organisasi sosial kemasyarakatan, dan peran masyarakat sebanyak
301 orang. Universitas Syiah Kuala juga menjadi tempat untuk kajian akademik terkait
Kapasitas bencana tsunami. Pelaksanaan rencana kontinjensi bencana letusan gunungapi dan
banjir tahun 2005–2013 telah dilaksanakan di beberapa kabupaten. Hampir 50%
wilayah Provinsi Aceh telah dilakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun
2011 – 2013. Provinsi Aceh telah menerima dana siap pakai pada tahun 2013 sebesar
41,27 Miliar rupiah.
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ !**ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ąċāąāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 6,65%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāċāĆĆċāćĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
20,48%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫąċĂăąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
3,44%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫąĊĆċăĆăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
56,25%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĈăăċĂĊāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 13,10%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015
23
Gambar 2.3
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Aceh
Gambar 2.5
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Aceh
25
Gambar 2.7
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Aceh
Gambar 2.9
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Aceh
27
Gambar 2.11
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Aceh
Gambar 2.13
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Aceh
29
2.3 Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara memiliki terjadi diantaranya yaitu banjir di
indeks risiko bencana kategori tinggi Kabupaten Langkat pada tahun 2006
dengan skor 150. Dari 33 Kabupaten/ serta gempa bumi dan tanah longsor
Kota di Provinsi Sumatera Utara, 29 di Kabupaten Mandailing Natal tahun
diantaranya berada dalam kelas risiko 2006.
tinggi. Kejadian bencana yang pernah
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yaitu banjir, gempa
bumi, tsunami, kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor,
gunung api, abrasi, kebakaran lahan dan hutan, dsb. Mengacu kepada intensitas
bencana secara umum, jumlah kejadian bencana dari tahun 2004-2011 relatif
menunjukkan pola yang naik-turun. Jumlah kejadian bencana tertinggi terjadi
pada tahun 2004 dan 2006. Total kejadian bencana dari tahun 2002 – 2011 yaitu
311 kejadian.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:
Di provinsi ini tidak pernah terjadi bencana dengan intensitas besar seperti
gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004, sehingga tidak mengakibatkan
Kerentanan
korban meninggal yang cukup tinggi. Dari 311 kejadian bencana, 45.064 ha lahan
rusak serta 67.534 unit rumah rusak dan hancur.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ !**ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĂĀċĊāĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 0,29%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ
KRB adalah 0,16%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ āĊĊČĉăĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 2,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫąċāĀĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
4,83%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂāĊċĂăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
18,90%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĆćāċĆĆĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 7,84%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015
31
Gambar 2.15
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sumatera Utara
Gambar 2.17
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sumatera Utara
33
Gambar 2.19
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Utara
Gambar 2.21
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sumatera Utara
35
Gambar 2.23
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumatera Utara
Gambar 2.25
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sumatera Utara
37
2.4 Provinsi Sumatera Barat
Dalam aspek fisiografis, Provinsi Pergerakan lempeng tersebut memberi
Sumatera Barat dapat dibagi menjadi kontribusi terhadap beberapa kejadian
tiga bagian, yaitu wilayah pegunungan bencana di wilayah ini. Berdasarkan
vulkanik yang terletak di bagian Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,
tengah yang membujur dari arah utara Sumatera Barat termasuk dalam risiko
ke selatan, wilayah perbukitan tersier kelas tinggi dengan skor 153. Dari 19
yang sebagian besar terletak di bagian Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera
timur, dan wilayah dataran rendah. Barat, 12 diantaranya berada dalam
kelas risiko tinggi.
Provinsi Sumatera Barat dipengaruhi
oleh aktivitas lempeng tektonik.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di
antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.
Ancaman bencana di provinsi ini diantaranya yaitu banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, dan gunung api. Selama
tahun 2002-2011, intensitas kejadian bencana terbesar terjadi pada tahun 2011. Total
kejadian bencana yaitu sebesar 276 kali. Kerawanan bencana dalam skala tinggi di
Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Barat terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċĆăąċąąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 36,31%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ćċāĈĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
5,25%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĉāċĈĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
4,40%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%čƫ ĉĂċĀĂćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
53,76%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāąąċĆĈăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĂČāĀŌ
Bencana di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2002-2011 telah mengakbatkan 2.034
Kerentanan jiwa penduduk meninggal dan hilang, 350.796 jiwa menderita dan mengungsi, 365.196
rumah rusak dan hancur, serta 89.506 hektar lahan mengalami kerusakan.
Desa tangguh bencana sudah cukup banyak di provinsi ini, terdapat di Pasaman Barat,
Agam, Padang Pariaman, Pasaman, Sawahlunto, Padang, Solo Selatan, dan Pesisir
Selatan. Universitas Andalas sebagai institusi akademisi melakukan kajian mengenai
abrasi dan gelombang ekstrim. Sebanyak 2105 relawan siap membantu apabila
terjadi bencana di Sumatera Barat. Kesiapan di provinsi ini juga terlihat dari adanya
Kapasitas
pemasangan rambu evakuasi bencana tsunami di Pasaman sebanyak 54 lokasi, Agam
21 lokasi, Pariaman 24 lokasi, Kep. Mentawai 49 lokasi, dan Kota Padang 46 lokasi. Akan
tetapi sosialisasi pengurangan risiko bencana belum maksimal karena tidak sampai
50% dari total luas wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima
tahun 2013 berjumlah 40,90 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#!),ƫ1)%čƫāāĊċĊĆĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 2,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂĂĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 0,19%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫăćĊċĉĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
8,96%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂćċĈĉĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
17,56%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ĈĈċĊĂāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
33,48%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āċāāĂċĀĉĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 26,70%
Gambar 2.29
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sumatera Barat
41
Gambar 2.31
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Barat
Gambar 2.33
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sumatera Barat
43
Gambar 2.35
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumatera Barat
Gambar 2.37
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sumatera Barat
45
2.5 Provinsi RIAU
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Riau termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 147. Dari 12 Kabupaten/ Kota di Provinsi Riau,
11 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Provinsi Riau terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran lahan dan hutan,
epidemi, dan wabah penyakit. Secara umum, jumlah kejadian bencana mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2009. Kondisi ini dipengaruhi banyaknya
kejadian banjir, angin puting beliung, dan kebakaran. Banjir merupakan salah satu
jenis bencana alam yang paling sering terjadi di Provinsi Riau. Akan tetapi, pada
tahun 2010 kejadian bencana sudah mulai berkurang. Total kejadian bencana di
Riau yaitu sebesar 136 kali.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Riau terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉċĉĊąċăĂćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 98,59%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāāċĀĉĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 0,12%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċąćĉċąĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
56,84%
Dampak bencana di Riau tergolong kecil karena kejadian bencana yang tidak
terlalu banyak. Berdasarkan data bencana tahun 2002-2011, sebanyak 56 jiwa
Kerentanan
meninggal dan hilang, 318.393 jiwa menderita dan mengungsi, 25.113 rumah rusak
dan hancur, serta 30.062 ha lahan rusak.
Riau belum memiliki desa tangguh bencana, namun sudah memiliki relawan
sebanyak 434 yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan
peran masyarakat. Rencana kontinjensi yang sudah dilaksanakan hanya untuk
Kapasitas
bencana banjir dan sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun 2011-2013
belum mencapai 50% pelaksanaannya. Dana siap pakai yang telah diterima Riau
cukup tinggi yaitu sebesar 99,53 Miliar rupiah.
47
Gambar 2.39
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Riau
Gambar 2.40
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Riau
Gambar 2.41
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Riau
Gambar 2.42
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Riau
49
Gambar 2.43
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Riau
Gambar 2.44
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Riau
Gambar 2.45
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Riau
Gambar 2.46
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Riau
51
2.6 Provinsi JAMBI
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jambi termasuk dalam risiko
kelas sedang dengan skor 152. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi, 8
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Jambi terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran lahan dan hutan,
dsb. Provinsi Jambi telah dilanda 165 kejadian bencana selama tahun 2002-2011.
Bencana banjir umumnya melanda wilayah bagian timur yang merupakan dataran
rendah dan dilalui banyak sungai. Selain banjir, kekeringan serta kebakaran lahan
dan hutan juga sering terjadi di wilayah ini.
53
Gambar 2.47
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jambi
Gambar 2.48
Peta Risiko
GempaBumi
Provinsi Jambi
Gambar 2.49
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jambi
Gambar 2.50
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jambi
55
Gambar 2.51
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Jambi
Gambar 2.52
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jambi
Gambar 2.53
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jambi
Gambar 2.54
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Jambi
57
Gambar 2.55
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jambi
Gambar 2.56
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Jambi
59
2.7 Provinsi SUMaTeRA SELATAN
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Sumatera Selatan
termasuk dalam risiko kelas sedang dengan skor 142. Dari 15 Kabupaten/
Kota di Provinsi Sumatera Selatan, 14 diantaranya berada dalam kelas risiko
tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Sumatera Selatan terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, serta kebakaran lahan dan
hutan. Kejadian bencana yang mendominasi wilayah ini adalah banjir, kebakaran,
dan angin puting beliung. Keseluruhan bencana yang tercatat sejak tahun 2002-
2011 berjumlah 139 kejadian.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĀĂċĂĈćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 3,47%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăąćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫāČăĊŌċƫ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāāĈċĀĂĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 1,35%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂċĆĀĀċăĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
77,43%
Jumlah penduduk wilayah ini adalah 7.466.704 jiwa. Bencana - bencana tersebut
telah mengakibatkan 38 orang meninggal dunia dan hilang, 43.007 orang
Kerentanan menderita dan mengungsi, 24.185 unit rumah rusak dan hancur, serta 100.502
Ha lahan rusak. Sebagian besar kerugian akibat bencana tersebut ditimbulkan
akibat bencana banjir yang sangat sering terjadi di wilayah ini.
Sumatera Selatan memiliki desa tangguh bencana di Musi Banyuasin, Musi Rawas,
dan Ogan Komering Hilir. Jumlah relawan di provinsi ini hanya 6 orang. Pelaksanaan
rencana kontinjensi sudah dilaksanakan pada tahun 2005-2013 untuk bencana
Kapasitas
kebakaran lahan dan hutan. Sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun 2011-
2013 sudah dilaksanakan, namun belum sampai 50% wilayahnya. Dana siap pakai
yang telah diterima sebesar 4,64 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫćăċąĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 0,73%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĂĈĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,09%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĂćċĊĂĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,31%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ąăąċĂăćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 13,45%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĆĉăċĂĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 6,01%
61
Gambar 2.57
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.58
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.59
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.60
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi
Sumatera Selatan
63
Gambar 2.61
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.62
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.63
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumetara Selatan
Gambar 2.64
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sumatera Selatan
65
Gambar 2.65
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Sumatera Selatan
Gambar 2.66
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi
Sumatera Selatan
67
2.8 Provinsi BENGKULU
Berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia 2013, Provinsi Bengkulu
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 172. Dari 10 Kabupaten/
Kota di Provinsi Bengkulu, 9 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Bengkulu memiliki ancaman bencana banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran permukiman, kekeringan, longsor, gunung api, dan abrasi. Provinsi ini
terletak pada zona tumbukan dua lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Eurasia, sehingga rawan terhadap bencana gempabumi,
gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor. Selama tahun 2002-2011, jumlah
kejadian bencana yang tercatat di BNPB berjumlah 35 kejadian.
Jumlah penduduk di provinsi ini 1.665.314 jiwa. Bencana yang telah terjadi di
Kerentanan Bengkulu mengakibatkan 30 orang meninggal dan hilang, 6.001 orang menderita
dan mengungsi, 60.888 rumah rusak dan hancur, serta 4.076 Ha lahan rusak.
69
Gambar 2.67
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.68
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.69
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.70
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Bengkulu
71
Gambar 2.71
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.72
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.73
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.74
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Bengkulu
73
Gambar 2.75
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.76
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.77
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Bengkulu
Gambar 2.78
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Bengkulu
75
2.9 Provinsi Lampung
Berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia 2013, Lampung termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 153. Dari 14 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Lampung, 8 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana mengancam Provinsi Lampung. Kompleksitas alam dan
pengaruh intervensi manusia membuat provinsi ini sering dilanda oleh berbagai
macam bencana. Selama tahun 2002-2011, terjadi 176 kejadian bencana, yang
didominasi oleh banjir (40,9%), angin puting beliung (24,43%), kekeringan
(18,75%), dan tanah longsor (7,95%). Kejadian banjir umumnya terjadi di wilayah
dataran rendah di bagian timur sedangkan tanah longsor umumnya berlokasi di
wilayah bagian perbukitan di bagian barat.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Lampung terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąąăċĉĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 13,32%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąćċĀĂĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 1,39%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĀċĉĂąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
42,50%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĂĉċąĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
68,12%
Provinsi Lampung memiliki tingkat kepadatan penduduk mencapai 211 jiwa per
km persegi. Selama tahun 2002-2011, kejadian bencana telah merusak 10.445
Kerentanan
rumah dan 94.719 Ha lahan dengan korban meninggal dan hilang sebanyak 90
orang.
77
Gambar 2.79
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Lampung
Gambar 2.80
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Lampung
Gambar 2.81
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Lampung
Sumber: BPNP Diolah dari PVMBG, 2004 - 2015
Gambar 2.82
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Lampung
79
Gambar 2.83
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Lampung
Gambar 2.84
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Lampung
Gambar 2.85
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Lampung
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.86
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Lampung
81
Gambar 2.87
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Lampung
Gambar 2.88
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Lampung
83
2.10 Provinsi Bangka belitung
Ditinjau dari sisi kerawanan bencana, Bangka Belitung termasuk dalam
provinsi ini relative aman. Wilayah risiko kelas tinggi dengan skor 162.
Kepulauan Bangka Belitung termasuk Dari 7 Kabupaten/ Kota di Provinsi
dalam zona stabil terhadap kerawanan Bangka Belitung, seluruhnya berada
bencana alam geologi. Berdasarkan dalam kelas risiko tinggi.
Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, hanya bencana banjir yang mengancam Provinsi Kep.
Bangka Belitung. Berdasarkan data BNPB, hanya terdapat tiga jenis bencana
yang pernah terjadi di daerah ini, yaitu angin puting beliung, banjir, dan kebakaran
yang berjumlah 44 kejadian.
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bangka Belitung terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĊĂċĂĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
53,61%
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăĀćċĉĉăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 19,45%
Provinsi Kep. Bangka Belitung memiliki penduduk sebesar 1.043.347 jiwa. Bencana
yang sering terjadi di provinsi ini adalah kebakaran yang telah terjadi sebanyak
29 kali dan telah menghanguskan 48 rumah. Angin puting beliung yang terjadi
sebanyak 9 kali telah menghancurkan 648 rumah. Peristiwa angin puting beliung
Kerentanan
terbesar terjadi pada 2008 di mana 472 rumah mengalami kerusakan. Di sisi
lain, bencana banjir yang terjadi 6 kali selama tahun 2007-2009 mengakibatkan
102 rumah tergenang, 444 orang mengungsi, dan 1.248 orang menderita akibat
kejadian ini (BNPB, 2010).
Akibat dinilai aman, maka provinsi ini memiliki kapasitas yang rendah terhadap
bencana. Relawan yang tersedia hanya 1 orang saja dan belum ada program
Kapasitas
desa tangguh bencana. Baik sosialisasi pengurangan risiko bencana maupun
pelaksanaan rencana kontinjensi bencana belum dilakukan di povinsi ini.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bangka Belitung terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĆĊċĆāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
Risiko 34,58%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāćāċćĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ
adalah 10,25%
85
Gambar 2.89
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.90
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.91
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.92
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Bangka Belitung
87
Gambar 2.93
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.94
Peta Risiko
Banjir
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.95
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Bangka Belitung
Gambar 2.96
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi
Bangka Belitung
89
2.11 Provinsi kepulauan riau
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana dalam kelas risiko tinggi. Meskipun
Indonesia 2013, Kep. Riau termasuk demikian, pada kenyataannya provinsi
dalam risiko kelas sedang dengan skor ini dinilai relatif aman dari bencana.
116. Dari 7 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Kepulauan Riau, seluruhnya berada
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Kep. Riau yang terdiri atas 2.408 pulau ini relatif aman terhadap
bencana Dalam kurun waktu 2002-2011, hanya 4 kejadian bencana yang terjadi
Bahaya dan tercantum dalam basis data kebencanaan BNPB. Keempat kejadian bencana
tersebut adalah angin puting beliung (2004 dan 2005), banjir (2006), serta
kebakaran lahan dan hutan (2003).
Jumlah penduduk di Kep. Riau yaitu sebesar 1.788.204 jiwa. Dampak bencana
di Kep. Riau juga dinilai rendah karena jarang sekali mengalami bencana. Yang
menyebabkan dampak hanya bencana angin puting beliung, dimana pada
Kerentanan
tahun 2005 mengakibatkan 1 orang meninggal dunia dan 96 rumah mengalami
kerusakan sedangkan angin puting beliung pada tahun 2004 hanya menyebabkan
34 rumah rusak.
Dari segi kapasitas, Kep. Riau masih belum siap apabila terjadi bencana.
Kapasitas Rendahnya intensitas bencana di provinsi ini membuat tidak ada hal khusus yang
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas:
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĉċĀāăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,49%
91
Gambar 2.97
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau
Gambar 2.98
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau
Gambar 2.99
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Kepulauan Riau
Gambar 2.100
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Kepulauan Riau
93
Gambar 2.101
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau
Gambar 2.102
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung
95
2.12 Provinsi Banten
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Banten termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 180. Dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 5
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Banten diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan
Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir,
gempabumi, tsunami, kekeringan, longsor, dan gunungapi. Kondisi fisik Banten
yang datar membuat daerah ini rawan banjir. Selain itu medan yang terjal dan
suram mengakibatkan terjadinya tanah longsor. BNPB (2011) mencatat, selama
tahun 2002-2011, terjadi 159 kejadian bencana yang didominasi oleh peristiwa
banjir kekeringan, angin puting beliung, dan tanah longsor
Jumlah penduduknya pada 2010 adalah 9.263.642 jiwa. Pada kurun waktu 2002-
2011, terdapat 240 jiwa korban meninggal dan hilang, 214.555 jiwa menderita dan
mengungsi, 38.572 rumah rusak dan hancur, serta 61.782 Ha lahan mengalami
Kerentanan kerusakan. Dampak cukup besar dialami pada saat terjadi bencana banjir di Situ
Gintung pada 2009, dimana 90 orang meninggal, 584 orang mengungsi, dan
162 rumah rusak. Banjir pada 2007 juga mengakibatkan 14 orang dilaporkan
meninggal dunia dan 41.962 orang mengungsi.
Desa tangguh bencana sudah diterapkan di Kota Tangerang dan Kota Serang.
Relawan yang tersedia di Provinsi Banten yaitu sebanyak 89 orang. Rencana
Kapasitas kontinjensi bencana gempabumi dan tsunami sudah dilaksanakan di Banten.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana belum sepenuhnya dilaksanakan, belum
sampai 50% dari total wilayah.
97
Gambar 2.103
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Banten
Gambar 2.104
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Banten
Gambar 2.105
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Banten
Gambar 2.106
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Banten
99
Gambar 2.107
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Banten
Gambar 2.108
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Banten
Gambar 2.109
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Banten
Gambar 2.110
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Banten
101
Gambar 2.111
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Banten
Gambar 2.112
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Banten
103
2.13 Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, DKI Jakarta termasuk dalam
risiko kelas sedang dengan skor 103. Dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta,
seluruhnya berada dalam kelas risiko sedang.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, terdapat bencana banjir dan longsor yang mengancam
Provinsi DKI Jakarta. Hampir setiap tahun banjr terjadi di DKI Jakarta. Banjir dala
intensitas besar terjadi dalam kurun waktu lima tahunan. Total kejadian bencana
Bahaya di DKI Jakarta yaitu sebanyak 190 kali.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂĉċĀąąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
88,70%
Pada kurun waktu 2002-2011, sebanyak 119 jiwa penduduk DKI Jakarta meninggal
dan hilang akibat bencana, 1.105.103 jiwa menderita dan mengungsi, serta 36.097
rumah mengalami kerusakan dan hancur. Tidak ada lahan yang rusak akibat
bencana di provinsi ini. Dampak tersebut paling besar diakibatkan oleh bencana
Kerentanan banjir. BNPB mencatat bahwa banjir besar pada tahun 2002 mengakibatkan
154.270 orang harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lima tahun
kemudian, tepatnya 2007, banjir besar memaksa 521.389 jiwa dievakuasi ke
lokasi pengungsian. Banjir ini juga menyebabkan 48 orang meninggal dunia serta
24.957 rumah tergenang banjir.
Provinsi DKI Jakarta memiliki desa tangguh bencana di Jakarta Barat, Jakarta
Timur, dan Jakarta Utara. Relawan yang tersedia di provinsi ini sebanyak 1508
Kapasitas orang. Sosialisasi pengurangan risiko bencana yang telah dilaksanakan masih
kurang dari 50% dari total wilayah. Dana siap pakai yang telah diterima DKI
Jakarta tahun 2013 yaitu sebesar 23,71 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĀċĉćĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
Risiko 97,63%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ Ăćąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,41%
105
Gambar 2.113
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015
Gambar 2.114
Peta Risiko
Gempa
Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2.115
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPNP diolah dari PVMBG, 2004 - 2011
Gambar 2.116
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi DKI Jakarta
107
Gambar 2.117
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.118
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi DKI Jakarta
Gambar 2.119
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.120
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi DKI Jakarta
109
Gambar 2.121
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.122
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi DKI Jakarta
111
2.14 Provinsi jawa barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Barat termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 166. Dari 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
19 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Jawa Barat diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir, gempabumi, tsunami,
kekeringan, longsor, dan gunungapi. Berdasarkan data BNPB tercatat 1.241 kejadian
bencana terjadi dalam kurun waktu 2002-2011. Kekeringan, banjir, dan tanah longsor
merupakan yang sangat dominan terjadi. Banjir selalu terjadi di Jawa Barat saat musim
hujan tiba.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċĂĈāċāćāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Bahaya 34,34%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊĆăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂČĈĈŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāćĀċĈăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
4,33%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāąċăĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆąČćĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫąĆĉċăąĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĊČĂĀŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĂāĈċąĈăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
5,95%
Jumlah penduduk yang mendiami provinsi ini adalah 41.609.110 jiwa. Meskipun bencana
gempa bumi tidak dominan di Jawa Barat, namun kejadian di provinsi lain mengakibatkan
Kerentanan dampak besar bagi Jawa Barat. Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 1.331
orang meninggal dunia, 1.738.043 orang mengungsi dan menderita, 275.770 unit rumah
rusak dan hancur, serta 1.196.452 Ha lahan mengalami kerusakan
Jawa Barat memiliki desa tangguh bencana di Karawang, Bogor, Sukabumi, Bandung,
Garut, dan Ciamis. Relawan yang tersedia di provinsi ini berjumlah 373 orang. Institut
Petanian Bogor (IPB) sebagai lembaga akademisi melakukan kajian kebakaran hutan dan
lahan, Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan kajian gempabumi, dan UI melakukan
Kapasitas
kajian cuaca ekstrem. Rencana kontinjensi dilaksanakan di Jawa Barat terkait bencana
angin puting beliung, gempabumi dan tsunami, gunungapi, dan tanah longsor. Lebih
dari 50% wilayah di Jawa Barat juga telah mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko
bencana. Dana siap pakai yang diterima tahun 2013 yaitu 16,74 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āāċĊāĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
0,32%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĉċąĈćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
24,60%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĉăĈċăąĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
22,58%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĊċĊććƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫăĈČĉăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫćĀĈċĈĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĊāČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĂăĀċĆĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
33,69%
113
Gambar 2.123
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 – 2015
Gambar 2.124
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Barat
Gambar 2.125
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jawa Barat
Sumber: BPNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014
Gambar 2.126
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jawa Barat
115
Gambar 2.127
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Jawa Barat
Sumber: BPNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011
Gambar 2.128
Peta Risiko
Longsor
Provinsi Jawa Barat
Gambar 2.129
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.130
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Barat
117
Gambar 2.131
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012
Gambar 2.132
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Barat
Gambar 2.133
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012
Gambar 2.134
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Barat
119
2.15 Provinsi jawa Tengah
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Tengah termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 158. Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah, 26 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Jawa Tengah diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir, gempabumi, tsunami,
kekeringan, longsor, dan gunungapi. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 1.994 kejadian
bencana di Jawa Tengah. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir dan tanah
longsor diikuti dengan kekeringan dan angin puting beliung. Beberapa kejadian banjir
bahkan disertai dengan tanah longsor.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ăāĈċĉĉăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Bahaya 9,23%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊċĈĂĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāćČĂĆŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĆĂĉċąĉĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
15,35%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĈĂċĈăĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĈČĉĉŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫćĆąċĆĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉăČăĈŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āĊăċććāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
5,63%
Bencana-bencana yang penah terjadi hingga tahun 2011 telah mengakibatkan 2.048 jiwa
meninggal dan hilang, 11.437.178 jiwa menderita dan mengungsi, 167.189 rumah rusak dan
hancur, serta 353.134 hektar lahan rusak. Padatnya penduduk dan bangunan di daerah ini
Kerentanan
membuat dampak yang ditimbulkan akibat bencana juga tidak kecil. Salah satunya yaitu
Solo, yang merupakan salah satu daerah yang sering dilanda banjir dari luapan Sungai
Bengawan Solo.
Desa tangguh bencana di provinsi ini terdapat di Cilacap, Kebumen, Kendal, Temanggung,
Pati, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Magelang, dan Purworejo. UNDIP sebagai lembaga
akademisi melakukan kajian mengenai banjir. Rambu evakuasi tsunami telah terpasang
Kapasitas di Cilacap di 20 lokasi berbeda. Lebih dari 50 % wilayah Jawa Tengah juga telah
mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko bencana, serta rencana kontinjensi tanah
longsor, gempabumi dan tsunami, dan gunungapi telah dilaksanakan antara tahun 2015-
2013
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āĊċĊĆāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
33,35%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĆāĊċĉĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāĆČāĀŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĈĈċććĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĂČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈĆĊċĉĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĊćČĈĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċāąĂċćąĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
33,19%
121
Gambar 2.135
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015
Gambar 2.136
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.137
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: BPNPB Diolah dari PVMBG, 1996 – 2014
Gambar 2.138
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jawa Tengah
123
Gambar 2.139
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.140
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.141
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.142
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Tengah
125
Gambar 2.143
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.144
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.145
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.146
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Tengah
127
2.16 Provinsi daerah istimewa yogyakarta
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 165. Dari 5 Kabupaten/ Kota di DIY,
3 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi DIY diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 89 kejadian
bencana. Kejadian longsor terutama di wilayah perbukitan beserta ancaman letusan
gunung berapi. Adanya patahan Sungai Opak yang merupakan bagian dari pertemuan
dua lempeng (Indo Australia dan Eurasia) memberikan potensi kejadian gempa di bagian
selatan. Ancaman tsunami pun menghadang penduduk di pesisir selatan Provinsi DIY
karena posisi wilayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Disamping
itu, kondisi fisik perbukitan kapur di wilayah Kabupaten Gunung Kidul juga mengakibatkan
bencana alam kekeringan yang terjadi hampir sepanjang tahun.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri
atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉĈċĀāąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
27,26%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăċąĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąĊČćăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāąċćĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
4,64%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćċĂĀăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćăČąĉŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāćċąāąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĆČĉăŌ
Sebagian besar wilayah di provinsi ini sudah memiliki desa tangguh bencana. Sebanyak 151
relawan tersedia untuk membantu saat terjadi bencana. UGM melakukan kajian gerakan
tanah dan UPN melakukan kajian terhadap letusan gunung api. Lebih dari 50% wilayah
Kapasitas
DIY sudah mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko bencana. Rencana kontinjensi
bencana gempa bumi dan tsunami serta gunun gapi juga telah dilaksanakan. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 83,63 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂċĆąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫăąČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĊċĈćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćČĂĊŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĆċĆćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆćČĊĊŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĉċāĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĂČćāŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĆāċĀăĊƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
16,16%
129
Gambar 2.147
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 – 2015
Gambar 2.148
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Gambar 2.149
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
131
Gambar 2.151
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Daerah istimewa
Yogyakarta
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011
Gambar 2.152
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Gambar 2.153
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
133
Gambar 2.155
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Daerah istimewa
Yogyakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.156
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Gambar 2.157
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
135
2.17 Provinsi Jawa timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Timur termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 171. Dari 38 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur,
30 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Jawa Timur diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Kondisi alam yang kompleks menimbulkan bencana
yang beragam di Jawa Timur. Tercatat 1.001 kejadian bencana yang terdiri atas sepuluh
jenis bencana pernah terjadi di wilayah ini dalam kurun waktu 2002-2011. Jenis bencana
yang mendominasi adalah banjir, kekeringan, angin puting beliung, dan tanah longsor.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Timur terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĊąĈċąĊĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
19,75%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫćċąĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈČĈąŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĉĊċĂĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
1,87%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāćċćĆćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąąČĈĆŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāăāċąāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĀČĆĀŌ
Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas (290 km) dan Bengawan
Solo. Di wilayah seluas dengan kepadatan penduduk mencapai 772 jiwa per km persegi,
banyak berkembang industri dan pertambangan (mineral, bahan galian dan migas).
Kerentanan
Bencana yang pernah terjadi antara tahun 2002-2011 mengakibatkan 496 jiwa meninggal
dan hilang, 781.055 jiwa menderita dan mengungsi, 39.235 rumah rusak dan hancur, serta
218.555 hektar lahan mengalami kerusakan.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĉċĆĈĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
10,25%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĆĆĂċĂĉćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Risiko 11,59%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāćċćĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąąČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċăĊăċāąĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉćČĉĀŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĊąĊċāĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
42,08%
137
Gambar 2.159
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi JawaTimur
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015
Gambar 2.160
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.161
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung api
Provinsi Jawa Timur
Sumber: BNPB diolah dari PVMG, 1996 - 2014
Gambar 2.162
Peta Risiko Bencana
Gunung api
Provinsi Jawa Timur
139
Gambar 2.163
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi JawaTimur
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011
Gambar 2.164
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.165
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Timur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012
Gambar 2.166
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Timur
141
Gambar 2.167
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi JawaTimur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012
Gambar 2.168
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.169
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Timur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012
Gambar 2.170
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Timur
143
2.18 Provinsi bali
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Bali termasuk dalam risiko
kelas tinggi dengan skor 170. Dari 9 Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali, 5 diantaranya
berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Bali diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 120 bencana
tercatat oleh BNPB, dengan bencana kekeringan, banjir, dan angin puting beliung yang
mendominasi
Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% dari total luas wilayah
Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 602 jiwa per km2. Bencana yang
Kerentanan penah terjadi antara tahun 2002-2011 mengakibatkan 52 jiwa meninggal dan hilang, 6.458
jiwa menderita dan mengungsi, 10.597 rumah rusak dan hancur, serta 6.687 hektar lahan
mengalami kerusakan
Desa tangguh bencana sudah diterapkan di Kabupaten Buleleng, Badung, dan Kota
Denpasar. Jumlah relawan bencana yang tersedia yaitu 13 orang yang terdiri dari dunia
usaha, organisasi sosial kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Universitas Udayana
Kapasitas
sebagai lembaga akademisi melakukan kajian terhadap bencana kekeringan. Rencana
kontinjensi belum pernah dilaksanakan di Provinsi Bali. Selain itu, sosialisasi pengurangan
risiko bencana masih sedikit, yaitu kurang dari 20% wilayah Bali
145
Gambar 2.171
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015
Gambar 2.172
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Bali
Gambar 2.173
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Bali
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014
Gambar 2.174
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Bali
147
Gambar 2.175
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Bali
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG ,2004 - 2011
Gambar 2.176
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Bali
Gambar 2.177
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.178
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Bali
149
Gambar 2.179
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
kekeringan
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.180
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Bali
151
2.19 Provinsi Nusa tenggara barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Nusa Tenggara Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 172. Dari 10 Kabupaten/ Kota di
NTB, 9 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi NTB diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 167 bencana
tercatat oleh BNPB, dengan bencana banjir dan kekeringan yang paling mendominasi.
Kekeringan sering terjadi terkait rendahnya intensitas curah hujan di wilayah ini.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āćāċĉĈĈƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Bahaya
8,23%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂċĀĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂąČĂāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĉăċĆĊāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,50%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĂċĂĂĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫććČąăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĀċĉĉćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćąČĆĆŌ
NTB memiliki kepadatan penduduk mencapai 231 jiwa per km per segi. Bencana
banjir yang pernah terjadi menimbulkan korban jiwa sebanyak dua orang pada 5 April
2006. Selain itu, banjir yang melanda Kabupaten Bima juga mengakibatkan 360 orang
Kerentanan mengungsi dan 1.765 unit rumah rusak/hancur (BNPB, 2010). Bencana alam lainnya yang
juga menimbulkan kerugian tidak sedikit adalah gempabumi. Dari total 167 bencana yang
terjadi pada 2002-2011, terdapat 50 korban meninggal dan hilang, 139.618 jiwa menderita
dan mengungsi, 51.261 rumah rusak dan hancur, serta 42.415 Ha lahan rusak
Hampir seluruh wilayah di NTB menjadi desa tangguh bencana, yaitu di Kota Mataram,
Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima,
dan Kota Bima. Relawan kebencanaan sebanyak 126 orang tersedia di NTB. Meskipun
Kapasitas
sudah dilaksanakan rencana kontinjensi bencana gempabumi, gempabumi dan tsunami,
serta gunungapi, namun pelaksanaan sosialisasi pengurangan risiko bencana masih
kurang dari 50%
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāćāċĉĊĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
8,24%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊąăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāāČāąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĈĂăċăăăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
37,43%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāĈċāĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆāČăĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĈċąĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĉČăăŌ
153
Gambar 2.181
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.182
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.183
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung api
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.184
Peta Risiko Bencana
Gunung api
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
155
Gambar 2.185
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.186
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.187
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.188
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
157
Gambar 2.189
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
rovinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.190
Peta Risiko
Banjir
rovinsi Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.191
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Gambar 2.192
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
159
2.20 Provinsi Nusa tenggara timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Nusa Tenggara Timur
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 156. Dari 21 Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi NTT diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, BNPB mencatat
terdapat 417 bencana terjadi dan didominasi oleh banjir dan angin puting beliung. Selain
itu, gunungapi di wilayah NTT juga memberi ancaman tersendiri bagi penduduk sekitar .
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċąĂāċĆĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
Bahaya 30,53%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫąċąĈćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĂćŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąăćċĉąĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,40%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĉċāĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂĉČĊāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāāĈċĆĊĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂĈČĉăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*ƫĈĈċąĉăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāČćĈŌ
Selama tahun 2002-2011, angin puting beliung meluluhlantakkan 4.166 rumah dan 10 orang
meninggal. Di sisi lain, banjir dibarengi tanah longsor juga menyebabkan kerugian yang
cukup besar. Kejadian banjir dan tanah longsor terbesar terjadi di Kabupaten Manggarai
Kerentanan tahun 2007 menyebabkan 43 orang meninggal, 5.818 orang mengungsi, dan 92 rumah
rusak/hancur. Bencana lain yang menimbulkan korban jiwa serta kerugian yang cukup
besar adalah gempabumi. Tiga kejadian gempabumi di Kabupaten Flores Timur dan Alor
telah menyebabkan puluhan korban jiwa (BNPB, 2010)
Manggarai, Manggarai Timur, Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata, Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara, dan Belu merupakan lokasi desa tangguh bencana di NTT. Relawan di
provinsi ini yaitu sebanyak 53 orang. Rencana kontinjensi yang dilaksanakan dalam kurrun
Kapasitas
waktu 2005-2013 terkait bencana gunungapi, kekeringan, tanah longsor. Pelaksanaan
sosialisasi pengurangan risiko bencana baru dilakukan sekitar 50% dari total wilayahnya.
Dana siap pakai yang telah diterima NTT pada tahun 2013 yaitu 29,44 Miliar rupiah
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĂċĈąĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
0,16%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĊąċĉĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąČāĊŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫćċĈĀąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂăČćĈŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċĈĈąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂČĆĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāāĀċąĀĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
2,38%
161
Gambar 2.193
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.194
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.195
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.196
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
163
Gambar 2.197
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.198
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.199
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi
Nusa TenggaraTimur
Gambar 2.200
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
165
Gambar 2.201
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Gambar 2.202
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
167
2.21 Provinsi Kalimantan barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 157. Dari 14 Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Barat, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Kalimantan Barat diancam oleh banjir, kekeringan, dan longsor.
Berdasarkan peta bahaya lingkungan Indonesia (Bakosurtanal, 1999), wilayah ini termasuk
dalam zona stabil meskipun ada beberapa wilayah rawan banjir di bagan pesisir barat
dan wilayah rawan tanah longsor/ gerakan tanah di wilayah perbukitan dan pegunungan.
Dalam kurun waktu 2002-2011, tercatat bencana sebanyak 127 kali, 71 diantaranya adalah
bencana banjir
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĉċāĊĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
0,06%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċĊăāċćăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĀČĈĆŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĉċĂăăċăąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
55,92%
Desa tangguh bencana sudah terdapat di dua kabupaten, yaitu Bengkayang dan
Singkawang. Jumlah relawan di provinsi ini yaitu hanya 7 orang. Rencana kontinjensi
sudah dilaksanakan antara tahun 2005-2013 terkait bencana kebakaran lahan dan hutan.
Kapasitas
Sosialisasi pengurangan bencana juga sudah dilaksanakan meskipun belum sampai 50%
wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima yaitu sebesar 1,2 Miliar
rupiah
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĈĆċĊĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāČĂĀŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈćāċăĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂăČĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĈăăċĉĀĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
11,78%
169
Gambar 2.203
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.204
Peta Risiko
Gempa
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.205
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.206
Peta Risiko Bencana
Longsor
Provinsi Kalimantan Barat
171
Gambar 2.207
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.208
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.209
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 2.210
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Barat
173
2.22 Provinsi Kalimantan Tengah
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Tengah
termasuk dalam risiko kelas sedang dengan skor 141. Dari 14 Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah, 13 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kalimantan Tengah tergolong cukup aman dari bencana. Dari keenam bencana yang
dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, Kalimantan
Tengah diancam oleh banjir dan kekeringan. Pada kurun waktu 2002-2011 telah terjadi 83
bencana di Kalimantan Tengah, dengan dominasi bencana banjir sebanyak 52 kali
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċĉĂăċĆāĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąąČćĆŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĂċāĆĉċăăĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
14,02%
Provinsi ini dihuni oleh 2.138.717 jiwa yang terdiri atas suku Dayak, Banjar, Jawa, Sunda, dll.
Kejadian bencana tersebut telah mengakibatkan 11 orang meninggal dan hilang, 140.089
orang menderita dan mengungsi, 1.890 rumah rusak dan hancur, serta 24.176 Ha lahan
Kerentanan rusak. Korban meninggal dunia umumnya disebabkan oleh peristiwa banjir yang sangat
kerap terjadi. Selain banjir, bencana alam lain yang cukup merugikan adalah kebakaran
hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Kapuas pada 5 Januari 2003 telah
menyebabkan 1.250 jiwa mengungsi
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĊĂČĂāăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČćĀŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ āċĊĈĂċĂăąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
48,29%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăČĊĀăċĆĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
25,36%v
175
Gambar 2.211
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi
Kalimantan Tengah
Gambar 2.212
Peta Risiko
Gempa
Provinsi
Kalimantan Tengah
Gambar 2.213
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Kalimantan Tengah
Gambar 2.214
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Kalimantan Tengah
177
Gambar 2.215
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 2.216
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 2.217
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Tengah
Gambar 2.218
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Tengah
179
2.23 Provinsi Kalimantan selatan
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Selatan
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 152. Dari 13 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan, 3 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Berdasarkan peta bahaya lingkungan (Bakosurtanal, 1999), provinsi ini termasuk kedalam
zona V (zona keaktifan rendah terhadap ancaman bencana alam geologi). Wilayahnya
juga berada dalam zona “aman” terhadap dampak pertemuan lempeng tektonik. Kondisi
ini direpresentasikan dengan tidak adanya bencana gempabumi yang terjadi diwilayah
ini. Bencana yang pernah terjadi dalam kurun waktu 2002- 2011 berjumlah 465 peristiwa,
Bahaya didominasi oleh bencana banjir dan kebakaran
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĉċĀććƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČąĊ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĊĂćċĆćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉĊČĊāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*ƫĊăċąāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂČĆĀŌ
Bencana banjir juga menimbulkan kerugian dan korban jiwa yang tidak sedikit. Peristiwa
banjir di Kabupaten Banjar pada 3 Februari 2004 menyebabkan lima orang meninggal
dunia, 80.150 jiwa mengungsi, 7.896 rumah rusak/hancur, dan 345 Ha lahan rusak.
Kerentanan
Peristiwa banjir bandang besar terjadi pada 27 Juni 2006 meliputi daerah Kabupaten
Banjar, Kota Baru, Tanah Laut, dan Tanah Bumbu. Bencana tersebut mengakibatkan tujuh
orang meninggal dunia, 46.372 jiwa mengungsi, dan 847 rumah rusak/hancur
Desa tangguh bencana sudah terdapat di Barito Kuala, Kota Banjarmasin, Banjar, Tanah
Laut, dan Hulu Sungai Selatan. Jumlah relawan yang tersedia cukup banyak, yaitu sebanyak
Kapasitas 151 orang. Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga telah dilaksanakan meskipun masih
belum menyeluruh, kurang dari 50% wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah
diterima pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,29 Miliar rupiah
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāćĊċăćāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąČćĀŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćĉĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈāċąćĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćċĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĂąĈċĉāăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
6,64%
181
Gambar 2.219
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.220
Peta Risiko
Gempa
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.221
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.222
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Selatan
183
Gambar 2.223
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.224
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.225
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.226
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Selatan
185
Gambar 2.227
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Selatan
Gambar 2.228
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Selatan
187
2.24 Provinsi Kalimantan timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Timur
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 165. Dari 14 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Kalimantan Timur, 13 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kalimantan Timur tergolong cukup aman dari bencana. Dari keenam bencana yang dikaji
dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, Kalimantan Timur
diancam oleh banjir dan kekeringan. Berdasarkan data BNPB, sepanjang tahun 2002-2011
terjadi 327 kejadian bencana, 211 di antaranya adalah kebakaran dengan jumlah kejadian
terbanyak tahun 2009 yaitu 86 kejadian. Bencana banjir terjadi 76 kali dimana tahun 2011
Bahaya mengalami jumlah kejadian yang paling banyak dibandingkan tahun lainnya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāĆāċĆĂąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĊČĆąŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĂċĀĈăċĀāĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
16,76%
Kepadatan penduduk Kalimantan Timur mencapai 15 jiwa per km persegi. Kerugian terparah
akibat banjir terjadi pada tanggal 1 Desember 2005 di Kabupaten Kutai Kartanegara yang
Kerentanan mengakibatkan 692 unit rumah rusak atau terendam. Secara keseluruhan, total korban
meninggal dari tahun 2002-2011 mencapai 74 orang, sedangkan untuk kerusakan rumah
mencapai 6.726 unit rumah sementara kerusakan lahan mencapai 5.229 Ha
Desa tangguh bencana Provinsi Kalimantan Timur terdapat di Kutai Timur. Jumlah
relawan di provinsi ini mencapai 280 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi
Kapasitas kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah
dilaksanakan, namun belum mencapai 50% dari total wilayah Kalimantan Timur. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 0,09 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĆąąċĉĈĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąČąĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĉċąĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉČĂąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂĈĉċććĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāćċĉăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āċāćāċĈĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,39%
189
Gambar 2.229
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.230
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.231
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.232
Peta Risiko Bencana
Longsor
Provinsi Kalimantan Timur
191
Gambar 2.233
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.234
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.235
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.236
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Timur
193
Gambar 2.237
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Timur
Gambar 2.238
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Timur
195
2.25 Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara merupakan tersedia masih bergabung dengan
provinsi yang baru terbentuk pada Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena
tahun 2012, sehingga belum terdapat itu, perlu dibuat data dan informasi
data-data mengenai kebencanaan kebencanaan di Provinsi Kalimantan
yang spesifik dan update mengenai Utara dalam Profil Penataan Ruang
provinsi ini. Informasi kebencanaan Kawasan Rawan Bencana.
Provinsi Kalimantan Utara yang
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂăăċāăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆăČĊĀŌ
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ āċĆĂćċĊĉąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
21,75%
Kerentanan -
Kapasitas -
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĆĆċąĂćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫăĆČĊăŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫćĉąċĈĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,75%
197
Gambar 2.239
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.240
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.241
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.242
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Utara
199
Gambar 2.243
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.244
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.245
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.246
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Utara
201
Gambar 2.247
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Utara
Gambar 2.248
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Utara
203
2.26 Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara meliputi dengan skor 151. Dari 15 Kabupaten/
Kepulauan Sangihe-Talaud yang Kota di Provinsi Sulawesi Utara,
merupakan salah satu kepulauan seluruhnya berada dalam kelas risiko
terluar di wilayah Republik Indonesia. tinggi.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana
Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Utara
termasuk dalam risiko kelas tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Sulawesi Utara diancam oleh banjir, gempa bumi, kekeringan,
longsor, dan gunung api. Provinsi ini terletak di pertemuan lempeng tektonik,
sehingga sudah sewajarnya provinsi ini rawan terkena gempa bumi. Berdasarkan
data BNPB dari tahun 2002-2011 bencana yang paling banyak terjadi justru banjir.
Tercatat 29 kali banjir terjadi di provinsi ini dari tahun 2002-2011. Secara keseluruhan,
dari tahun 2002-2011 di Provinsi Sulawesi Utara terjadi 101 kejadian bencana, dengan
jumlah kejadian terbanyak pada tahun 2008 dan 2011 yaitu masing-masing 22 kali.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:
Provinsi Sulawesi Utara memiliki luas wilayah 13.851,64 Km2 dan berpenduduk 2.199.701
jiwa. Dari 101 bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2002-2011 telah
Kerentanan
mengakibatkan 135 jiwa meninggal dan hilang, 208.151 jiwa menderita dan mengungsi,
21.768 rumah rusak dan hancur, serta 4.105 hektar lahan mengalami kerusakan.
Desa tangguh bencana Provinsi Sulawesi Utara terdapat di Minahasa. Jumlah relawan di
provinsi ini yaitu 24 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan
peran masyarakat. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilaksanakan, namun
Kapasitas
belum mencapai 50% dari total wilayah. Rencana kontinjensi juga telah dilaksanakan pada
periode 2005-2013 mengenai bencana gunung api, gempa bumi dan tsunami. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 23,97 Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąĉċĉăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
3,89%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āāċăĂĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
37,95%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĂććċĈąĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
18,74%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫćċĂĆąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĀČćĈŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăċāăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąćČćăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĂĀĊċĊĊćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
15,69%
205
Gambar 2.249
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.250
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.251
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.252
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Sulawesi Utara
207
Gambar 2.253
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.254
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.255
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.256
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Sulawesi Utara
209
Gambar 2.257
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.258
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.259
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Utara
Gambar 2.260
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Utara
211
2.27 Provinsi SULAWESI TENGAH
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 158. Dari 11 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, Sulawesi Tengah diancam oleh banjir, gempa bumi,
kekeringan, longsor, dan gunung api. Selama tahun 2002-2011, terjadi 128 kejadian
bencana, dimana bencana banjir paling mendominasi dibanding bencana
lainnya. Kejadian banjir terjadi merata di hampir seluruh wilayah provinsi ini..
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċĊāĉċĀăĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
31,87%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫćąĀċĊăăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
10,64%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫăĆċĀĈąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉăČĉāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉČąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĀĀŌ
Provinsi dengan luas 61.841,29 Km2 ini ditinggali oleh 2.521.327 jiwa. Dari 128 bencana
yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2002-2011 telah mengakibatkan 157 jiwa
Kerentanan
meninggal dan hilang, 92.500 jiwa menderita dan mengungsi, 9.660 rumah rusak dan
hancur, serta 13.803 hektar lahan mengalami kerusakan.
Desa tangguh bencana di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat di Kabupaten Parigi Moutong,
Conggalam Kota Palu, Poso, dan Sugi. Relawan yang tersedia di provinsi ini yaitu sebanyak
Kapasitas
84 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilaksanakan namun belum sampai 50%.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąĈċĀĈĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĈĉŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ăċĂąăċĀĉĈƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
53,82%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫăĂċąąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĈČĆāŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċĀĊĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąČĈćŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫćĉĀċćĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
11,46%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015
213
Gambar 2.261
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.262
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.263
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.264
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tengah
215
Gambar 2.265
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.266
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.267
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.268
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Tengah
217
Gambar 2.269
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tengah
Gambar 2.270
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tengah
219
2.28 Provinsi SULAWESI selatan
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Selatan
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 167. Dari 24 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam kegiatan ini, Sulawesi Selatan diancam oleh
banjir, gempa bumi, kekeringan, dan longsor. Kejadian bencana yang mendominasi
wilayah ini adalah banjir dan kekeringan. Selama tahun 2002-2011 terjadi bencana
banjir sebanyak 128 kali dan bencana kekeringan sebanyak 119 kali. Secara kumulatif,
keseluruhan bencana yang tercatat sejak tahun 2002-2011 berjumlah 419 kejadian.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas:
Jumlah penduduk di wilayah ini adalah 7.606.500 jiwa. Kejadian bencana yang paling
banyak memakan korban jiwa adalah banjir dan tanah longsor di Kabupaten Sinjai
pada tanggal 19 Juni 2006 yang mengakibatkan 210 jiwa meninggal dunia, 7.858 orang
Kerentanan
menderita, serta merusak 972 rumah. Secara kumulatif, bencana tahun 2002-2011 telah
mengakibatkan 442 jiwa meninggal dan hilang, 165.631 jiwa menderita dan mengugsi,
36.181 rumah rusak dan hancur, serta 234.375 Ha lahan mengalami kerusakan.
Desa tangguh bencana di Provinsi ini di Kabupaten Pindang, Wajo, dan Bone. Universitas
Hasanuddin sebagai lembaga akademisi melakukan kajian terhadap bencana banjir
bandang. Relawan yang terdapat di provinsi ini adalah sebanyak 79 orang yang terdiri
dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi
Kapasitas
telah dilaksanakan pada periode 2005-2013 terkait bencana banjir dan tanah longsor.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga telah dilakukan di provinsi ini lebih dari 50%
total wilayahnya. Dana siap pakai yang diterima oleh Sulawesi Selatan yaitu sebesar 19,83
Miliar rupiah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĀąċĈĉĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
6,88%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ āċĉĂāċćĉĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
40,76%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%ƫ āĂĀċĂĂĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
91,03%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăċĈĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĂċĀĊĀċąĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
46,89%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015
221
Gambar 2.271
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.272
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.273
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.274
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Selatan
223
Gambar 2.275
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.276
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.277
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.278
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Selatan
225
Gambar 2.279
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Selatan
Gambar 2.280
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Selatan
227
2.29 Provinsi SULAWESI TENggara
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Tenggara
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 169. Dari 12 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Tenggara, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Berdasarkan peta bahaya lingkungan (Bakosurtanal, 1999), wilayah ini juga termasuk dalam
zona lipatan dan retakan. Mengacu kepada kondisi tersebut, provinsi ini rawan terhadap
bencana gempabumi, gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor. Pada kurun waktu 2002-
2011 telah terjadi bencana sebanyak 366 kali dengan dominasi bencana kebakaran sebanyak
152 kali dan angin putting beliung sebanyak 84 kali. Selain itu, bencana banjir juga cukup sering
terjadi di provinsi ini. Tercatat 78 kali terjadi banjir di provinsi ini selama periode 2002-2011.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉāĆċāĉąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
22,39%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĈąċĂĊĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,06%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāćċĀĆąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĈČĈĊŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāąČĊćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĀāŌ
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĆăċĆĆĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
1,47%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĉćąċāĊăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Risiko 23,96%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāĉċąăĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉĊČăăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċăĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąČĉĊŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĉćĊċăĂĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
52,61%
229
Gambar 2.281
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.282
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.283
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.284
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tenggara
231
Gambar 2.285
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.286
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.287
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.288
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Tenggara
233
Gambar 2.289
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tenggara
Gambar 2.290
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tenggara
235
2.30 Provinsi Gorontalo
Wilayah Provinsi Gorontalo sebagian Provinsi Gorontalo termasuk dalam
besar adalah perbukitan yang secara risiko kelas sedang dengan skor 140.
keseluruhan Provinsi Gorontalo Dari 6 Kabupaten/ Kota di Provinsi
tercatat memiliki wilayah seluas Gorontalo, seluruhnya berada dalam
12.215,44 km persegi. Berdasarkan kelas risiko tinggi.
Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana, Gorontalo diancam oleh banjir, gempa bumi, kekeringan, dan longsor. Sebagian
Provinsi Gorontalo khususnya bagian timur termasuk dalam zona aktif terhadap bencana
alam geologi (Bakosurtanal, 1999). Terkait dengan bencana, dalam kurun waktu 2002- 2011,
terdapat 57 kejadian bencana yang terjadi dan tercantum dalam basis data kebencanaan
BNPB dimana bencana yang paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 42 kali.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Gorontalo terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āĉĈċĉąĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
15,61%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāćċĀĊăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
1,36%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĉćČĂĈŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĀĀŌ
237
Gambar 2.291
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Gorontalo
Gambar 2.292
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Gorontalo
Gambar 2.293
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Gorontal
Gambar 2.294
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Gorontalo
239
Gambar 2.295
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Gorontalo
Gambar 2.296
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Gorontalo
Gambar 2.297
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Gorontal
Gambar 2.298
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Gorontalo
241
Gambar 2.299
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Gorontalo
Gambar 2.300
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Gorontalo
243
2.31 Provinsi sulawesi barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 191. Dari 5 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawes Barat, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, Sulawesi Barat diancam oleh banjir, gempa bumi,
kekeringan, dan longsor. Menurut data BNPB, selama tahun 2002-2011
terjadi 56 kali kejadian bencana, dimana 19 diantaranya merupakan bencana
banjir. Bencana banjir mendominasi akibat banyaknya sungai di provinsi ini.
Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 1.050.928 jiwa. Akibat bencana
yang terjadi pada kurun waktu 2002-2011, 40 orang meninggal dan hilang, 9.067 orang
menderita dan mengungsi, 7.836 rumah rusak dan hancur, serta 3.378 Ha lahan rusak.
Kerentanan
Salah satu peristiwa banjir dan tanah longsor terjadi di Kabupaten Polewali Mandar pada
2002 mengakibatkan 3 jiwa meninggal dan 606 jiwa lainnya mengungsi karena rumahnya
hancur tersapu banjir bandang. Jumlah rumah yang rusak adalah 450.
Desa tangguh bencana di Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Mamuju, Majene, dan
Polemali Mandar. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 19 orang yang terdiri dari
dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi telah
Kapasitas
dilaksanakan pada periode 2005-2013 terkait bencana banjir. Sosialisasi pengurangan
risiko bencana juga telah dilakukan di provinsi ini, namun hanya sebagian kecil saja, yaitu
tidak sampai 10% dari total wilayah.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāĂĊċĈăĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
7,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĈĊĊċĊĊĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
48,41%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĊċĆăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆćČăĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉąĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĀČĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĉĈĉċāĈăċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĆăČāāŌ
245
Gambar 2.301
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.302
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.303
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.2304
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Barat
247
Gambar 2.305
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.306
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.307
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.2308
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Barat
249
Gambar 2.309
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Barat
Gambar 2.310
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Barat
251
2.32 Provinsi maluku
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Maluku termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 179. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Maluku, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Maluku diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana. Letaknya Maluku di pertemuan lempeng
tektonik membuat provinsi ini rawan terkena gempa bumi. Berdasarkan data BNPB,
dari tahun 2002-2011 terjadi 7 kali gempabumi dari 55 kejadian bencana di provinsi
ini. Bencana yang paling sering terjadi yaitu bencana banjir sebanyak 14 kali dan tanah
longsor sebanyak 10 kali. Tahun 2011 merupakan tahun yang paling banyak mengalami
bencana dalam kurun waktu 2002-2011.
Jumlah penduduk Maluku berjumlah 1.499.981 jiwa. Bencana yang terjadi di provinsi ini
Kerentanan mengakibatkan 54 orang meninggal dan hilang, 12.676 orang menderita dan mengungsi,
1.690 rumah rusak dan hancur, serta 261 Ha lahan rusak.
Desa tangguh bencana di Provinsi Maluku terdapat di Kabupaten Buru dan Seram bagian
Barat. Relawan yang terdapat di provinsi ini yaitu 123 orang yang terdiri dari dunia usaha
organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi belum pernah
Kapasitas
dilakukan di provinsi ini. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilakukan namun
kurang dari 20% wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima cukup
besar, yaitu 35,53 Miliar rupiah.
253
Gambar 2.311
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Maluku
Gambar 2.312
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Maluku
Gambar 2.313
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Maluku
Gambar 2.2314
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Maluku
255
Gambar 2.315
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Maluku
Gambar 2.316
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Maluku
Gambar 2.317
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Maluku
Gambar 2.2318
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Maluku
257
Gambar 2.319
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Maluku
Gambar 2.400
Peta Kawasan
Rencana Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Maluku
259
2.33 Provinsi maluku Utara
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Maluku Utara termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 169. Dari 9 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Maluku Utara, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Maluku Utara berbentuk kepulauan dengan Pulau Halmahera sebagai pulau
terbesar dan terletak di zona pertemuan lempeng, sehingga menyebabkan rawan akan
gempa bumi. Provinsi ini dilanda 29 kejadian bencana selama tahun 2002-2011. Bencana
yang mendominasi yaitu banjir dan gempabumi dengan masing-masing sebanyak 11 kali.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku Utara terdiri atas:
Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 996.003 jiwa. Kejadian-kejadian bencana tersebut
menyebabkan 8 jiwa meninggal dunia dan hilang, 27.065 orang mengungsi dan menderita,
2.498 rumah rusak dan hancur, tetapi tidak menyebabkan kerusakan lahan. Kejadian
Kerentanan
bencana yang memakan korban cukup parah adalah banjir, yang terjadi hampir merata di
Pulau Halmahera dan Ternate. Sepanjang 2002-2011 terjadi 6 kali bencana banjir, dengan
korban 2.065 orang mengungsi dan 121 rumah mengalami kerusakan.
Desa tangguh bencana di Provinsi Maluku Utara terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah
dan Halmahera Utara. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 8 orang yang terdiri
dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi
Kapasitas
sudah dilakukan di provinsi ini terkait bencana gunungapi, dan gempabumi dan tsunami.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilakukan namun kurang dari 50% wilayah
mendapatkannya.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂĉĉċĈćăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
9,13%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āĂċĀāĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
52,59%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĆćăċĊćĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
18,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫăăċĂăąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāĉČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀāċĀĆĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫąćČąĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăĂĂċĈąĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
11,19%
261
Gambar 2.401
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.402
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.403
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.404
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Maluku Utara
263
Gambar 2.405
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.406
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.407
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.408
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Maluku Utara
265
Gambar 2.409
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.410
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.411
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Maluku Utara
Gambar 2.412
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Maluku Utara
267
2.34 Provinsi Papua
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Papua termasuk
dalam risiko kelas sedang dengan skor 125. Dari 29 Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Provinsi Papua diancam oleh bencana banjir gempa bumi, dan longsor.
Daerah ini berada pada jalur pertemuan dua lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Indo-
Australia dan Pasifik, sehingga Provinsi Papua rawan terjadi gempabumi. Dari tahun 2002
sampai 2010, dari 48 kejadian bencana, tercatat 10 kali terjadi gempabumi yang sebagian
besar terjadi di Kabupaten Nabire
Lebih dari 70 % kerusakan yang terjadi di Papua yang diakibatkan oleh bencana
gempabumi di daerah Nabire. Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 202
Kerentanan
jiwa meninggal dunia dan hilang, 61.628 orang mengungsi dan menderita, 13.372 rumah
rusak dan hancur, serta 126 Ha lahan rusak.
Desa tangguh bencana di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Nabire, Jayawijaya, dan
Jayapura. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 6 orang yang terdiri dari dunia usaha
organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi sudah dilakukan
Kapasitas
di provinsi ini terkait bencana gempa bumi dan tsunami. Sosialisasi pengurangan risiko
bencana sudah dilakukan sebesar hampir 80% dari total wilayah. Dana siap pakai yang
telah diterima oleh Papua cukup besar yaitu 26,85 Miliar rupiah.
269
Gambar 2.413
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Papua
Gambar 2.414
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Papua
Gambar 2.415
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Papua
Gambar 2.416
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Papua
271
Gambar 2.417
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Papua
Gambar 2.418
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Papua
Gambar 2.419
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Papua
Gambar 2.420
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Papua
273
Gambar 2.421
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Papua
Gambar 2.422
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Papua
275
2.35 Provinsi Papua Barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Papua Barat termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 154. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat, 7
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.
Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Provinsi Papua Barat diancam oleh bencana banjir, gempa bumi, dan
longsor. Sepanjang tahun 2002-2011 terjadi 8 kali bencana yang terdiri dari 4 kali gempa
bumi, 1 kali gelombang pasang, dan 3 kali banjir yang baru tercatat selama periode
tersebut.
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua Barat terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂċĊĆĉċăĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
30,31%
đƫ ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāċĀćăċāĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāāČĀćŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĂċąĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫāĉČąĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċăĂĆċāăĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĈĉČĈĈŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĉąĀċĊĉĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
8,86%
Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 293 jiwa meninggal dunia dan hilang,
Kerentanan 36.992 orang mengungsi dan menderita, 4.118 rumah rusak dan hancur, tetapi tidak
mengalami kerusakan lahan.
Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĉćĀċćĊĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
8,82%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ąċāĆĆċĉăĊƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 43,55%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĀċāĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫĂĊČĈąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāĂĉċĉĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫćĈČāāŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċćĉăċĊĀăċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫƫ ($ƫ
17,74%
277
Gambar 2.423
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.424
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.425
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.426
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Papua Barat
279
Gambar 2.427
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.429
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.430
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Papua Barat
281
Gambar 2.431
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Papua Barat
Gambar 2.432
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Papua Barat
283
284 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Gunung Api Sinabung (2.460 m dpl) bersama Gunung Api Sibayak adalah dua
gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sedangkan kota
terdekat dari gunung api ini adalah Kota Kaban Jahe dan Berastagi. Gunung Api
Sinabung sebelumnya merupakan Gunung Api tipe B (belum meletus setelah
tahun 1600). Saat ini Pemerintah bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Utara dan Kabupaten Karo, sedang dihadapkan pada tugas besar penanggulangan
bencana erupsi Gunung Api Sinabung. Erupsi mengalami naik turun sejak tahun
2010 dan hingga saat ini belum dapat diperkirakan kapan erupsi akan berakhir.
Terhitung sejak tanggal 2 Juni 2015 lalu, statusnya kembali dinaikkan dari SIAGA/
level III (sedang bergerak ke arah letusan) menjadi AWAS/level IV (segera atau
sedang meletus) oleh PVMBG. Kerakter letusan Gunung Api Sinabung adalah
freatik dan magmatik dengan potensi bahaya berupa awan panas, lontaran batu
pijar, aliran dan guguran lava, hujan abu vulkanik, gempa vulkanik, dan banjir lahar.
285
Gambar 3.1 Zona Bahaya Letusan Gunung Api Sinabung Sumber: PVMBG, 2015
287
1. Tahun 2010
Gunung Api Sinabung kembali dan juga berada dekat dengan zona
menunjukkan aktivitasnya secara patahan mengiri yang memanjang
signifikan pada tahun 2010. di antara Gunung Api Sinabung dan
Peningkatan aktivitas Gunung Api Sibayak (Hendrasto dkk, 2014).
Sinabung dimulai dari tanggal 27
Agustus 2010 hingga 7 September
2010. Pada tahun 2010 terjadi letusan
berkali-kali. Gambar 3.3 menunjukkan
terjadinya letusan Gunung Sinabung
Tahun 2010. Selama periode Bulan
September 2010, sebaran gempa
umumnya terkonsentrasi di bawah
kawah. Pada Bulan Oktober 2010,
pusat gempa terukur lebih dalam
ke arah Timur Laut. Episenter sejajar
dengan arah Barat Daya-Timur Laut Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2010
Gambar 3.3 Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2010 Sumber: PVMBG, 2015
289
Pada awal November 2013, terjadi Peningkatan aktivitas terjadi pada
erupsi abu dengan ketinggian 700- tanggal 30 Desember 2013, terjadi
7.000 meter. Dampak dari erupsi abu aliran lava pijar yang disertai dengan
tersebut mencapai Barat Daya-Barat. awan panas dan bergerak ke arah
Erupsi abu tersebut disertai dengan Tenggara sejauh 4,5 km dari puncak.
suara gemuruh dan juga lontaran batu Gunung Api Sinabung meletus
pijar yang jatuh di sekitar kawah. Pada sembilan kali dan memuntahkan lava
pertengahan November 2013, erupsi serta gas dengan ketinggian 7.000
abu mencapai tinggi 500-10.000 meter (Nugroho, Sutopo Purwo-
meter dengan persebaran ke arah Kepala Pusat Data Informasi BNPB
Barat Daya-Barat, Timur-Tenggara dalam BBC Indonesia, 31 Desember
yang juga disertai dengan suara 2013)
gemuruh. Sebagian besar kejadian
erupsi diikuti dengan terjangan awan
panas ke arah Tenggara dengan jarak
luncur 500-1.500 meter. Pada 25
November 2013 terjadi lebih dari 100
kali erupsi abu dan aliran awan panas
dengan ketinggian mencapai 1,5 km
dari kawah selatan. Aktivitas tanggal
30-31 Desember 2013 dapat disebut
sebagai puncak aktivitas Gunung Api
Sinabung pada tahun 2013 karena
terjadi guguran kubah lava yang
diikuti letusan. Luncuran awan panas
juga terjadi pada tanggal 31 Desember
2013.
291
Kejadian erupsi berupa letusan dan 4. Tahun 2015
awan panas cenderung menurun sejak
17 Januari 2014, sempat meningkat Aktivitas Gunung Api Sinabung
pada 20 Januari 2014 namun secara berupa awan panas mulai insentif
fluktuatif. Pertumbuhan kubah dan semenjak Januari hingga April 2015.
aliran lava terus terjadi. Guguran lava Jarak luncur maksimal 4,9 km ke arah
pijar dari kubah lava tersebut bergerak sektor Selatan-Tenggara. Pada 2 April
ke arah selatan-tenggara dengan jarak 2015 terjadi awan panas guguran
terjauh mencapai 1.500 m. Amplitudo dengan durasi cukup lama, yaitu 216-
tremor mengalami peningatan. Low 531 detik. Pengukuran merupakan hasil
frequency menurun pada akhir Januari rekaman alat seismograf. Berdasarkan
hingga awal Februari 2014. Tipe gempa pemantauan dan pengukuran secara
yang terjadi pada Gunung Sinabung insentif menunjukkan bahwa terjadi
tergolong Gempa Vulkanik Dalam (VA) pertumbuhan lidah lava baru ± 160
dan Gempa Hybrid. Berdasarkan hasil meter. Gempa Vulkanik Dalam (VA)
pemantauan visual dan instrumental dan Gempa Hybrid masih terjadi
serta potensi ancaman bahaya yang dan belum menunjukkan adanya
dilakukan oleh Tim PVMBG, status penurunan. Pada 2 Juni 2015 status
Gunung Sinabung berada pada level dinaikkan dari ’Siaga’ menjadi ‘Awas’.
‘Awas’ Gambar 3.7 adalah terjadinya kubah
lava baru hasil pantauan 6 Maret-2
April 2015.
Gambar 3.7 Terjadinya Kubah Lava Baru Hasil Pantauan 6 Maret-2 April 2015
Gambar 3.8 Kejadian Awan Panas Guguran dan Erupsi Hasil Pemantauan 2 April 2015
293
Pkl. 00.15 meletus
memuntahkan lava
pijar, pasir, abu Pkl. 02.51 WIB Terjadi 100 kali Terbentuknya
vulkanik, 12.000 meletus, terjadi erupsi abu dan kubah lava
warga diungsikan
Terjadi aliran awan dengan
kepanikan pada
di 8 titik gempa masyarakat panas dengan pertumbuhan
pengungsian
27-08-2010
vulkanik 30-09-13
ketinggian 1,5km yang Insentif,
dari kawah yaitu 2-3Km
berakhir ÒSWARMÓ berakhir selatan
27-08-2010 29-08-2010 03-09-2010 06-09-2010 07-09-2010 15-09-2013 18-09-2013 25-11-2013 19-12-2013 23-12-2013
Gambar 3.9 Kronologis Aktivitas Gunung Api Sinabung pada September 2013-Juni 2015
Gambar 3.9 menunjukkan kronologis letusan Gunung Api Sinabung pada 2010-
2015. Letuan gunung api tersebut disertai dengan aktivitas vulkanik lainnya, seperti
gempa vulkanik, letusan freaktik, hujan abu vulkanik, dan gempa tremor. Pada
thaun 2014, terjadi letusan yang disertai dengan awan panas.Kejadian tersebut
menyebabkan korban meninggal dan luka bakar.
Gambar 3.10 Risiko Bencana Gunung Api Sinabung Sumber: BNPB, 2015
295
3.1.3 Wilayah Terdampak
297
3.1.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/ Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Erupsi Gunung Api Sinabung yang 1) Relokasi Tahap I (radius 0-3 km
terjadi sejak tahun 2010, telah dari Gunung Api Sinabung) adalah
menyebabkan perubahan kehidupan 370 KK dari 3 desa. Informasi
bagi masyarakat. Mereka menjadi progress upaya relokasi per 24
kelompok terpapar bencana dalam Juli 2015. Berikut ini adalah hasil
jangka waktu yang panjang. Oleh relokasi tahap I:
karena itu, pemerintah berupaya
đƫāāĂƫ1*%0ƫ.1)$ƫ0!($ƫ0!.*#1*ƫ
mengembalikan kehidupan normal
untuk warga Desa Bekerah,
masyarakakat dengan melakukan
dengan 50 unit dari jumlah
upaya tanggap darurat, rehabilitasi,
tersebut telah dihuni
dan rekonstruksi secara bersamaan.
đƫ āĂĉƫ1*%0ƫ.1)$ƫ0!($ƫ0!.*#1*ƫ
Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi
untuk warga Desa Sukameriah,
dilakukan melalui pembangunan
dengan progres fisik telah
hunian sementara (huntara),
mencapai 90%
pembangunan hunian tetap (huntap),
đƫ āĆƫ1*%0ƫ.1)$ƫ1*01'ƫ3.#ƫ!/ƫ
dan lahan usaha/pertanian masyarakat
Simacem sedang dikerjakan
yang direlokasi.
đƫ ƫ '$%.ƫ #1/01/ƫ ĂĀāĆƫ
Pembangunan huntara telah dilakukan direncanakan akan dibangun
oleh pemerintah daerah dengan sistem 370 unit
sewa untuk rumah dan lahan pertanian. 2) Relokasi Tahap II (radius 3-5
Pembangunan huntara tersebut km dari Gunung Api Sinabung):
bertujuan untuk menyediakan rumah Relokasi ini direncanakan untuk
sekaligus lahan pertanian sementara 1.683 KK dari 4 desa dan 1 dusun.
untuk masyarakat, sembari menunggu
3) Relokasi Tahap III (radius 5-7
pembangunan huntap Siosar.
km dari Gunung Api Sinabung):
Pembangunan huntap telah dilakukan Relokasi ini belum direncanakan
di Siosar, Kecamatan Merek dengan hingga Juni 2015. Akan tetapi, perlu
luas lahan 250 Ha. Lokasi tersebut diantisipasi mengingat penetapan
berstatus Areal Penggunaan Lain terbaru dari PVMBG pada Juni
(APL). Relokasi tersebut dilakukan 2015 bahwa radius 7 km harus
secara bertahap dan progress bebas dari aktifitas masyarakat.
kemajuan per Agustus 2015, antara
lain:
KSA/KPA LAUT
299
Mitigasi ke depan diwujudkan melalui program-program penanggulangan
penataan ruang KRB Gunung Api bencana. Oleh karena itu, sangat
Sinabung diawali dengan surat Bupati penting bagi Pemerintah Kabupaten
Karo 050/1475/Bappeda/2015 kepada Karo untuk melakukan penyempurnaan
Menteri Agraria dan Tata Ruang Cq. RTRW dengan menuangkan konsep
Dirjen Tata Ruang tertanggal 24 mitigasi bencana/Pengurangan
Agustus 2015 perihal Permohonan Risiko Bencana dalam tujuan,
Bantuan Teknis Penataan Ruang strategi, kebijakan penataan ruang,
sebagai respon bencana erupsi dan juga program program-program
gunung api. Ditjen Tata Ruang Cq. penanggulangan bencana.
Direktorat Penataan Kawasan pada
Kegiatan fasilitasi diharapkan dapat
TA. 2015 melaksanakan kegiatan
membantu Pemerintah Kabupaten
Fasilitasi Penataan Ruang Kawasan
Karo dalam mewujudkan penataan
Rawan Bencana yang mencakup
ruang berbasis mitigasi/Pengurangan
kajian Rencana Tata Ruang (RTR)
Risiko Bencana (PRB) sesuai amanat
Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
Gunung Api Sinabung. Penyusunan
tentang Penataan Ruang dan Undang-
RTR KRB Sinabung diarahkan untuk
Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
mewujudkan kawasan strategis
Penanggulangan Bencana.
kabupaten berdasarkan tipologi KRB.
Dalam rangka hal tersebut, tim dari
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang
Ditjen Tata Ruang telah melakukan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Karo juga
survey lapangan dan Focus Group
sangat urgen, mengingat perlu adanya
Discussion (FGD) bersama pada
pertimbangan kerawanan bencana,
pemangku kepentingan di Kabupaten
konsekuensi bencana terhadap sistem
Karo pada 5-8 Oktober 2015, serta
perkotaan dan pola ruang, dan upaya
telah menyusun kajian dan konsep
mitigasi yang diperlukan sebagai
penataan ruang Gunung Api Sinabung.
proteksi dari bencana. Penataan
ruang yang telah mempertimbangkan
mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana pasti akan
tertuang dalam tujuan, strategi,
kebijakan penataan ruang, dan juga
No Waktu Kegiatan
Kunjungan lapangan bersama BNPB, Kementerian LHK,
dan dan Pemda Kabupaten Karo untuk melakukan
1 22-23 Juni 2015 ground check terhadap 2 alternatif lokasi usulan
tambahan lahan usaha/pertanian bagi masyarakat
permukiman kembali/relokasi Siosar
Rapat koordinasi di BNPB dalam rangka monitoring
2 2 Juli 2015
progres penangaan relokasi Siosar
Rapat koordinasi di Sekretariat Kabinet dalam rangka
3 7 Juli 2015 pembahasan rancangan Keppres Tim Percepatan
Penanganan Bencana Sinabung
Dialog antara Dirjen Tata Ruang-Kementerian ATR/BPN
dengan Dirjen Planologi-Kementerian terkait alternatif
4 14 Juli 2015
lokasi lahan usaha bagi masyarakat huntap/relokasi
Siosar
Minggu ke-2 Pengukuran dan pembuatan sertifikat untuk 112 rumah
5
Juli 2015 pada hunian tetap (huntap)/relokasi Siosar
301
Tabel 3.2 Keterlibatan Kementerian ATR/BPN bersama Kementerian/Lembaga lainnya
dalam Penanganan Paska Bencana
No Waktu Kegiatan
Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Karo dan Ditjen
Planologi dan Tata Lingkungan-Kementerian LHK
yang menghasilkan kesepakatan untuk menghasilkan
6 29 Juli 2015
kesepakatan pembentukan Tim Terpadu Inventarisasi
Kepemilikan Tanah pada alternatif lokasi lahan usaha bagi
masyarakat huntap/relokasi Siosar
Diskusi bersama BNPB, Pemda Provinsi Sumatera Utara,
dan Pemda Kabupaten Karo untuk pembahasan dan
tindak lanjut tata ruang terhadap Draft Hasil Kajian Risiko
7 31 Juli 2015
Bencana Erupsi Gunung Api Sinabung yang disusun oleh
Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Kedeputian
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Penyampaian usulan personil sebagai Anggota Tim
Pendamping Nasional Sinabung, sesuai dengan
8 7 Agustus 2015 permohonan sesuai Surat Sekretaris Utama BNPB No.
B.1030/BNPB/08/2015 kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Agraria dan tata ruang/BPN
Tim dari Ditjen Tata Ruang melakukan survey lapangan
5-8 Oktober
9 dan Focus Group Discussion (FGD) bersama para
2015
pemangku kepentingan di Kab. Karo
Menindaklanjuti surat Bapak Bupati Karo 050/1475/
Bappeda/2015 kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang
Cq. Dirjen Tata Ruang tertanggal 24 Agustus 2015
perihal Permohonan Bantuan Teknis Penataan Ruang
sebagai respon bencana erupsi gunung api, maka Ditjen
September
10 Tata Ruang Cq. Direktorat Penataan Kawasan pada TA.
2015-sekarang
2015 melaksanakan kegiatan Fasilitasi Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, yang mencakup penyusunan
kajian dan konsep Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Rawan Bencana (KRB) Gn.Sinabung, yang kemudian akan
dilanjutkan untuk KRB G.Sibayak pada TA.2016
303
atau kawasan budidaya terbatas/ tumpang tindih kegiatan maupun
bersyarat). Sebagai contoh, lokasi sangat besar. Sinkronisasi
apabila status kepemilikan tanah tersebut perlu diwadahi melalui
di wilayah terdampak adalah penataan ruang paska bencana
milik negara, maka akan mudah (penataan ruang, KSP, KSK, harus
menentukan peruntukan ruang ke bisa mewadahi program-program
depan menjadi kawasan lindung dari kementerian/lembaga terkait).
rawan bencana. Akan tetapi,
sebaliknya jika tanah pada wilayah
4. Dimensi sosial juga menjadi
tantangan dalam penataan
terdampak tetap dimiliki oleh
Kawasan Rawan Bencana Gunung
masyarakat yang telah direlokasi
Api Sinabung. Masyarakat masih
(NB: telah mendapatkan tanah dan
menginginkan untuk kembali ke
bangunan pengganti di Huntap),
daerah asal paska erupsi Gunung
maka akan terdapat kemungkinan
Api Sinabung, meskipun telah
kembalinya masyarakat ke kawasan
direlokasi ke huntap Siosar.
rawan bencana dan penentuan
peruntukan ruang menjadi rumit. Dalam rangka menjaring informasi
terkait dengan penataan ruang di
KRB; Direktorat Penataan Kawasan,
3. Dari proses pembelajaran
Direktorat Jenderal Tata Ruang,
penataan ruang KRB Gunung
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Api Sinabung, perlu adanya
juga mengadakan serangkaian
sinkronisasi program lintas sektor
kegiatan Focus Group Discussion
serta pusat dan daerah dalam
(FGD). Kegiatan tersebut bertujuan
penanganan paska bencana/
menggali informasi terkait data
rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal
kebencanaan (kronologi kebencanaan,
ini penting mengingat bahwa
korban jiwa, kerugian materi, daerah
adanya keterlibatan yang sangat
terdampak bencana, dan lokasi
besar oleh Pemerintah Pusat
relokasi); rencana aksi/program
melalui program/kegiatan/proyek
penanggulangan bencana; dan
Kementerian/Lembaga terkait,
hambatan dalam penataan ruang KRB.
dan pada saat bersamaan terdapat
Selain itu, juga terdapat penyamaan
upaya oleh Pemerintah Daerah.
persepsi penataan ruang yang
Sehingga potensi terjadinya
berbasis Pengurangan Risiko Bencana
Gambar 3.13 FGD untuk Membahas Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
Letusan Gunung Api Sinabung.
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015
305
3.2 Bencana Tanah Longsor Banjarnegara
3.2.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis
Kabupaten Banjarnegara sebagai terjadi di Kabupaten Banjarnegara
bagian dari Provinsi Jawa Tengah tepatnya di bagian hulu, seperti
yang memiliki tingkat kerawanan Pandanarum, Kalibening, Winayasa,
bencana tinggi. Bencana yang terjadi Karangkobar, Batur Pejawaran,
di Kabupaten Banjarnegara, yaitu 1). Pagentan, Banjarmangu, Wanadadi,
Bencana gerakan tanah/tanah longsor; Rakit, Punggelan, Madukara, Sigaluh,
2). Bencana gunung api; 3). Bencana Pagedongan, Bawang, Banjarnegara,
angin ribut/kencang; 4). Bencana Purwanegara, Mandiraja, dan Susukan.
kekeringan; 5). Bencana banjir; 6). Gambar 3.14 menunjukkan peta zona
Bencana gempa bumi; 7). Bencana kerentanan gerakan tanah.
erosi; dan 7) Bencana lainnya, seperti
kebakaran. Pada buku ini akan dibahas
gerakan tanah terdiri atas beberapa Zona kerentanan gerakan tanah menengah
tipe, yaitu longsoran tanah (landslide), Zona kerentanan gerakan tanah tinggi
tanah merayap/tanah bergerak Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari PVMBG skala 1:100.000
Gambar 3.15 Permukiman pada topografi curam di Desa Pasegeran, Kecamatan Pandanarum
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2015
307
Pemanfaatan lahan sebagai kawasan 2014 telah membuktikan bahwa alih
lindung ataupun budidaya perlu fungsi lahan dapat mengakibatkan
mempertimbangkan kemampuan lahan ketidakstabilan struktur tanah dan
dan kesesuaian lahan. Kemampuan pada akhirnya terjadi pergerakan
lahan mempertimbangkan faktor tanah karena hilangnya tutupan lahan
biofisik lahan dalam pengelolaannya, yang dapat berfungsi sebagai pengikat
sehingga tidak terjadi degradasi lahan tanah.
selama digunakan. Bencana longsor
yang terjadi di Desa Jemblung,
Kecamatan Karangkobar pada tahun
Delineasi
kawasan
berpotensi
tinggi
terhadap
dampak
longsor
Pertanian
dan
perkebunanan
di
zona
kerentanan
gerakan
tanah
sangat
rendah
Pertanian
dan
perkebunanan
di
zona
kerentanan
gerakan
tanah
rendah
Gambar 3.16 Peta Indikasi Risiko (Guna Lahan Permukiman dan Pertanian yang berada pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah)
309
3.2.3 Wilayah Terdampak
Bencana tanah longsor yang terjadi sedang 3 rumah, dan rusak ringan
pada akhir tahun 2014 di beberapa 87 rumah. Sedangkan nilai kerugian
wilayah Kabupaten Banjarnegara properti mencapai Rp, 29.472.581.840.
tepatnya di Dusun Pencil dan Bencana longsor di Dusun Jemblung
Wadasinatar Kecamatan Wanayasa; ditunjukkan pada Gambar 3.17.
Desa Sijeruk Banjarmangu; Tlaga
Punggelan; dan Duren Pagedongan.
Selain itu, bencana longsor
dengan dampak terbesar terjadi di
Dusun Jemblung, Desa Sambang,
Kecamatan Karangkobar. Bencana
longsor di Dusun Karangkobar telah
menimbulkarn korban jiwa, kerusakan
rumah, dan kerugian material. Jumlah
korban yang dinyatakan hilang/
meninggal 125 orang, satu orang
luka berat, dan sembilan orang
luka ringan. Rumah dengan kondisi
rusak berat adalah 110, rumah, rusak
Banjarnegara Tahun 2014.
Gambar 3.18 Kawasan Relokasi Korban Longsor Dusun Jemblung, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015 dan BPBD, 2015
311
Hunian Tetap di Dusun Bandingan
dihuni oleh 27 Keluarga. Mereka
merasa nyaman tinggal di hunian
tetap tersebut karena pemerintah
menyediakan tempat tinggal yang
layak. Lokasi hunian tetap ini hanya
berjarak ± 2 Km dari rumah mereka
sebelumnya di kawasan Desa
Jemblung. Selain itu, hunian tetap
tersebut telah dilengkapi dengan
berbagai prasarana dan sarana umum,
seperti tempat ibadah, sarana air
bersih, sekolah, dan balai pertemuan.
Gambar 3.19 menunjukkan sarana dan
prasarana di huntap Desa Jemblung
Sekolah
313
Penghuni di hunian tetap juga telah 3) Inventarisasi lahan relokasi terkait
memiliki serifikat yang dikeluarkan dengan pemasangan batas persil
oleh BPN. Tahapan yang dilakukan lahan untuk hunian. Gambar 3.22
oleh BPN Kabupaten Banjarnegara menunjukkan pemasangan batas
selama proses relokasi, yaitu: persil di hunian tetap.
315
prasyarat maupun pembatasan untuk memerlukan prasarana dan sarana
mengendalikan lahan tersebut sebagai mitigasi, seperti jalur evakuasi; papan
kawasan budidaya. informasi terkait jenis bencana, lokasi
bencana, rute penyelamatan, dan
RTRW Kabupaten Banjarnegara juga
tempat penampungan.
perlu mempertimbangkan untuk
menetapkan kawasan rawan bencana 3.2.6 Lesson Learned Penataan Ruang
longsor sebagai kawasan strategis Kawasan Rawan Bencana
kabupaten dari tipologi Kawasan
Secara fisik Kabupaten Banjarnegara
Rawan Bencana, yang kemudian
didominasi oleh kawasan rawan
ditindaklanjuti dengan menyusun
longsor. Akan tetapi, pada kondisi
Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan
eksisting terdapat banyak alih fungsi
Bencana Longsor sebagai salah satu
lahan menjadi kawasan budidaya,
rencana rinci.
terutama permukiman dan pertanian.
Upaya mitigasi ke depan yang telah Oleh karena itu, perlu upaya mitigasi
direncanakan oleh Pemerintah melalui penataan ruang yang disertai
Kabupaten Banjarnegara dengan pengawasan dan pengendalian
adalah adanya larangan untuk pemanfaatan ruang di KRB.
pengembangan kawasan budidaya,
Permasalahan yang terjadi saat ini
terutama permukiman pada kawasan
adalah penetapan Kawasan Rawan
rawan bencana. Pada kawasan rawan
Bencana longsor sebagai kawasan
bencana yang secara eksisting telah
lindung sangat sulit dilakukan karena
dimanfaatkan sebagai kawasan
terkendala status kepemilikan lahan
permukiman, perlu adanya sosialisasi
dan lahan yang sudah terlanjur menjadi
dan penyuluhan kepada masyarakat
kawasan budidaya. Permasalahan
bahwa tempat tinggal mereka
lahan juga terjadi di lokasi terdampak
termasuk dalam zona kawasan rawan
yang saat ini masih berupa lahan
bencana longsor. Oleh karena itu,
kosong. Status lahan di kawasan
mereka harus memiliki respon yang
tersebut perlu dipastikan, untuk
tinggi terhadap bencana. Masyarakat
mencegah kembalinya korban yang
harus memiliki kepedulian terhadap
saat ini telah menerima bantuan tanah
perubahan-perubahan kondisi
dan bangunan baru di huntap dan juga
alam yang terjadi. Permukiman
mencegah terjadinya kehilangan dan
pada kawasan rawan bencana juga
317
3.3 Bencana Banjir Bandang Manado
3.3.1 Aspek Kerawanan Bencana Dan Kronologis
Intensitas curah hujan yang tinggi sejak Luas penampang DAS Tondano
tanggal 13 Januari 2014 mengakibatkan semakin menyusut sehingga tidak
DAS Tondano tidak dapat menampung mampu menampung debit air yang
luapan air sehingga memicu terjadinya pada saat itu sangat tinggi. DAS
banjir bandang dan longsor di Kota Tondano mengalami pendangkalan
Manado. Banjir bandang yang terjadi karena adanya alih fungsi lahan
pada hari Rabu, 15 Januari 2014 juga di bantaran sungai. Kawasan
melanda beberapa kabupaten, seperti DAS Tondano yang seharusnya
Kabupaten Tomohon, Minahasa, menjadi kawasan resapan air, telah
Minahasa Utara, seperti terlihat pada dialihfungsikan menjadi kawasan
gambar 3.27. permukiman. Selain itu, masyarakat
di kawasan permukiman tersebut
memanfaatkan hutan untuk areal
pertanian, perkebunan, dan ladang
palawija, sehingga ketika hujan dengan
intensitas tinggi terjadi, maka air hujan
tersebut menjadi air permukaan (run
off). Permasalahan banjir di Kota
Manado, tidak hanya diakibatkan alih
fungsi lahan di DAS Tondano, tetapi
juga reklamasi di kawasan pesisir Kota
Manado. Gambar 3.28 menunjukkan
Kawasan Rawan Bencana Banjir Kota
Manado.
Batas
kecamata
n
319
3.3.3 Wilayah Terdampak 3.3.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/
Banjir bandang yang melanda Kota Rehabilitasi Dan Rekonstruksi
Manado telah menimbulkan korban
Penanganan paska bencana
jiwa. 18 orang meninggal dunia dan
melibatkan pemerintah pusat
lebih dari 400 orang harus mengungsi.
dan daerah. Pemerintah daerah
Sekitar 1.000 rumah penduduk
mengkoordinir bantuan yang datang,
juga rusak diterjang banjir. Sekolah,
sedangkan Pemerintah Pusat yang
perkantoran, kantor pemerintahan,
terdiri atas BNPB, Kementerian
dan sarana prasarana pelayanan
Sosial, dan Kementerian Kesehatan
masyarakat rusak akibat banjir. Kondisi
mendistribusikan bantuan logistik dan
tersebut mengakibatkan tidak adanya
peralatan sebanyak 57,2 ton. Bantuan
aktivitas masyarakat pada saat
logistik dan peralatan meliputi
banjir. Masyarakat fokus pada upaya
tenda keluarga 6,9 ton, makanan
penyelamatan diri menuju lokasi yang
pendamping ASI 3,2 ton, obat-obatan
lebih tinggi.
150 kg, kidware 1.200 paket, family kit
Pada saat intensitas hujan tinggi, 4.000 paket, tenda gulung 2.000 lebar,
tidak hanya terjadi bencana banjir, tikar 1.000 lembar, paket kesehatan
tetapi juga terjadi bencana tanah keluarga 500 paket, lauk pauk 5.000
longsor di Desa Tinoor. Akibatnya paket, dan sandang 1.500 paket
jalur lintas Manado-Tomohon terputus,
serta sejumlah titik di Kota Manado 3.3.5 Upaya Mitigasi ke Depan
mengalami kemacetan. Masyarakat Rencana Penanggulangan Bencana
di kawasan pesisir juga mengalami (RPB) Kota Manado yang merupakan
dampak dari bencana banjir. Tiga upaya mitigasi ke depan disusun
rumah nelayan rusak akibat terjangan berdasarkan Rencana Nasional
ombak dan 250 jiwa mengungsi di Penanggulangan Bencana (RENAS
tempat yang topografinya tinggi di PB) dan Rencana Penanggulangan
daerah Malalayang. Bencana Provinsi Sulawesi Utara.
Terdapat 8 (delapan) strategi untuk
penanggulangan bencana di Kota
Manado. Delapan strategi tersebut
terdiri atas 4 (empat) strategi dasar
321
Tabel 3.3 Kegiatan Penanggulangan Bencana Banjir
323
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
325
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
327
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
329
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
Tata ruang Kota Manado menjadi baik. Akibatnya aliran air tidak dapat
tantangan mengingat lokasi Kota meresap ke dalam tanah dan akhirnya
Manado yang dikelilingi oleh perairan menjadi air permukaan. Terlebih
dan berada pada kawasan hulu sampai lagi jika fungsi hilir termasuk daerah
hilir. Pemanfaatan ruang tidak hanya sempadan sungai juga digunakan
dilihat dalam periode saat ini, tetapi untuk kawasan terbangun, maka
juga di masa yang akan datang. Alih kerawanan banjir akan meningkat di
fungsi lahan menjadi permasalahan kawasan dengan topografi rendah. Hal
utama yang meningkatkan risiko ini terjadi di kawasan DAS Tondano.
bencana. Alih fungsi lahan baik di Tata ruang perlu mempertimbangkan
kawasan hulu maupun hilir dapat pengelolaan DAS Tondano dari hulu
meningkatkan kerawanan bencana hingga hilir, dengan mengendalikan
banjir. Kawasan hulu yang secara alih fungsi lahan menjadi kawasan
ideal sebagai kawasan lindung budidaya non terbangun dan
ternyata telah berubah fungsi menjadi terbangun. Diperlukan pengendalian
kawasan budidaya non terbangun. terhadap pemanfaatan ruang melalui
Hal itu menyebabkan kawasan yang penerapan peraturan zonasi yang
seharusnya menjadi daerah resapan ketat dengan mempertimbangkan
air tidak dapat berfungsi dengan kerawanan bencana.
331
3.4 Bencana Banjir di Kabupaten Wondama dan
Gempa Bumi di Kota Sorong, Papua Barat
3.4.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis
333
gempa utama. Kekuatan gempa berdasarkan kejadian gempa tahun
susulan adalah 4,3 SR; 4,1 SR; dan 4,4 1970-2015. Sumber data kegempaan
SR. Guncangan gempa berintensitas berasal dari USGS dan BMKG. PGA
lemah, yaitu II-III. Gambar 3.31 adalah Kota Sorong berada dalam berada
sebaran gempa susulan. dalam intensitas 0,17-0,31 (g). PGA <
0,25 termasuk dalam kategori bahaya
Kajian ancaman bencana gempa bumi
rendah; 0,25< PGA <0.7 termasuk
dapat diidentifikasi melalui data PGA.
dalam kategori bahaya sedang; dan
Data PGA menggabungkan informasi
PGA > termasuk dalam kategori
lokasi sumber gempa, kedalaman
bahaya tinggi.
gempa, dan kekuatan gempa. Analisis
PGA Kota Sorong telah dilakukan
Gambar 3.31 Sebaran Gempa Bumi Susulan berdasarkan data BMKG Tanggal 24 September-3 Oktober 2015
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Geologi), 2015
335
Sedangkan menurut Bappeda Kota rawan gempa kategori rendah yaitu
Sorong, wilayah rawan gempa bumi 13.828 Ha. Distrik Sorong Kepulauan
terdiri atas kategori sedang dan menjadi kawasan rawan gempa
rendah dengan luas mencapai 35.528 dengan luasan paling kecil, yaitu
ha. Distrik dengan kawasan rawan 713 Ha. Luasan tersebut terdiri atas
gempa terluas adalah Distrik Sorong kawasan rawan bencana sedang
Timur, yaitu 17.349 Ha. Kawasan dengan luasan 187 Ha dan kawasan
rawan gempa tersebut termasuk rawan bencana rendah dengan luasan
dalam kategori sedang dan rendah. 187 Ha. Tabel 3.4 adalah luasan wilayah
Luas kawasan rawan gempa kategori rawan gempa
sedang yaitu 3.521 Ha. Luas kawasan
337
3.4.2.2 Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong
Selain bencana banjir di Kota atau setara dengan 53,68% dari luas
Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, wilayah Kota Sorong, sedangkan risiko
terdapat bencana besar dan terkini sedang di kota ini seluas 15.766,90
lainnya di Provinsi Papua Barat, yaitu atau setara dengan 44,32% luas
bencana gempa bumi di Kota Sorong. wilayah Kota Sorong. Gambar 3.34
Berdasarkan analisis risiko bencana, adalah risiko bencana gempa bumi di
bencana gempa bumi di Kota Sorong Kota Sorong.
sebagian besar termasuk dalam kelas
risiko tinggi dengan luas 19.096,57 ha
339
merkonstruksi infrastruktur yang rusak
3.4.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/ akibat banjir bandang. Gambar 3.36
Rehabilitasi Dan Rekonstruksi adalah konstruksi hunian sementara
bagi korban banjir bandang.
3.4.4.1. Bencana Banjir di Kabupaten Teluk
Wondama
341
3.4.5.2. Bencana Gempa Bumi di Kota 1) Perencanaan lokasi (land
management) dan pengaturan
Sorong
penempatan penduduk;
Dalam merumuskan mitigasi ke depan,
Kota Sorong perlu memproyeksi 2) Memperkuat bangunan dan
kerawanan dan risiko bencana di masa infrastruktur serta memperbaiki
yang akan datang. Mitigasi yang efektif peraturan (code) desain yang
tidak hanya dapat mengurangi risiko sesuai;
saat ini saja, tetapi juga kemungkinan 3) Melakukan usaha preventif dengan
adanya peningkatan kerawanan dan merealokasi aktiftas yang tinggi
risiko di masa yang akan datang. kedaerah yang lebih aman dengan
Proyeksi yang dilakukan termasuk mengembangkan mikrozonasi;
gempa dengan intensitas terbesar dan
kemungkinan terjadi bencana tsunami. 4) Melindungi dari kerusakan dengan
melakukan upaya perbaikan
Mitigasi ke depan juga perlu lingkungan dengan maksud
mempertimbangkan aspek dan menyerap energi dari gelombang
objek yang terpapar dari bencana tsunami (misalnya dengan
tersebut. Dalam sistem perkotaan melakukan penanaman mangrove
terdapat aktivitas-aktivitas yang sepanjang pantai);
dapat terancam dampak bencana
tersebut. Begitu juga penduduk 5) Mensosialisasikan dan melakukan
yang menghuni di kawasan rawan training yang intensif bagi
bencana menjadi kelompok terpapar. penduduk didaerah area yang
Oleh karena itu, pengurangan risiko rawan tsunami; dan
bencana melalui mitigasi harus dalam
6) Membuat sistem peringatan
lingkup tata kelola bencana yang
dini sepanjang daerah pantai/
mempertimbangkan ancaman, risiko,
perkotaan yang rawan tsunami.
dampak bagi kelompok terpapar, dan
pengaruh bencana terhadap sistem
perkotaan. Sejalan dengan konsep
tata kelola bencana, Kota Sorong telah
memiliki rencana mitigasi (mitigation
plan) pada masa depan, antara lain :
343
Gambar 3.37 Focus Group Discussion untuk Membahas Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir
Bandang di Kabupaten Teluk Wondama
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015
345
346 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Data spasial kebencanaan yang akurat sangat menentukan kualitas RTR dari
perspektif mitigasi/PRB. Terdapat kondisi data kebencanaan yang berbeda di
tiap lokasi/daerah dalam hal skala, format, dan sumber data. Tabel berikut adalah
hasil inventarisasi ketersediaan data spasial kerawanan bencana di Indonesia per
Desember 2015.
347
Data skala provinsi yaitu 1:250.000 teknologi, dan konflik sosial. Selain
telah tersedia peta bahaya dalam itu, telah tersedia Peta Zona Bahaya
format GIS (geodatabase) yang Gempa pada skala 1:125.000 untuk
bersumber dari BNPB tahun 2012 seluruh provinsi di Indonesia. Peta
untuk jenis bencana kekeringan, banjir, tersebut dikelompokkan berdasarkan
tsunami, tanah longsor, gempa bumi, historis gempa, lokasi gempa
gunung api, abrasi, angin, epidemik, destruktif, dan zona kerusakan gempa
kebakaran hutan lahan, kebakaran
permukiman gedung, kegagalan
Format
Jenis Skala yang
Provinsi Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta yang
Bencana Tersedia
Tersedia
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Aceh PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Bur Ni Telong PVMBG, 1996 & 2007 1:50.000 JPG
Aceh Gunung Api Peta KRB Gunung Api Peut Sague PVMBG, 2007 & 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Seulawah Agam PVMBG, 2007 & 2008 1:50.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Kota Banda Aceh PVMBG, 2012 1:250.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sumut PVMBG, 2012 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sinabung PVMBG, 2008, 2011, 2015 1:50.000 JPG
Sumatera Utara
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Sorik Marapi PVMBG, 2014 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Pusuk Bukit PVMBG, 2011 1:25.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sumbar PVMBG, 2010 1:1.000.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Lembar Padang PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Lembar Padang PVMBG 1:250.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Marapi PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Sumatera Barat
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Talang PVMBG, 2000 & 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tandikat PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Lembar Padang PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Peta KRB Tsunami Kepulauan Mentawai PVMBG, 2013 1:400.000 JPG
Riau Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Riau PVMBG, 2013 - JPG
Jambi Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jambi PVMBG, 2012 - JPG
Sumatera Se- Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi SumSel PVMBG, 2013 - JPG
latan Gunung Api Peta KRB Gunung Api Dempo PVMBG, 2009 1:50.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Bengkulu PVMBG, 2013 1:500.000 JPG
Gempa Bumi
Bengkulu Peta KRB Gempa Bumi Lembar Bengkulu PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Kaba PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Lampung PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Lampung Gunung Api Peta KRB Gunung Api Krakatau PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Kawasan Teluk Lampung PVMBG, 2009 1:100.000 JPG
Kepulauan Riau Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Riau PVMBG, 2013 - JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Bangka
Bangka Belitung Gempa Bumi PVMBG, 2013 - JPG
Belitung
Banten Tsunami Peta KRB Tsunami Provinsi Banten PVMBG, 2009 1:100.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jabar PVMBG, 2014 1:500.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Wilayah Jawa Ba-
Gempa Bumi PVMBG, 2008 1:500.000 JPG
gian Barat
Peta KRB Gempa Bumi Daerah Sukabumi PVMBG, 2007 - JPG
Peta KRB Gunung Api Ciremai PVMBG, 1993, 2006 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Galunggung PVMBG, 1995, 1996, 2015 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Gede PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Jawa Barat
Peta KRB Gunung Api Guntur PVMBG, 1993, 2003, 2015 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Papandayan PVMBG, 1997, 1998, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Salak PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Telaga Bodas PVMBG, 2011 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tangkubanparahu PVMBG, 1999, 2005 1:50.000 JPG
Peta KRB Tsunami Daerah Pangandaran PVMBG, 2010 1:100.000 JPG
Tsunami
Peta KRB Tsunami Teluk Pelabuhan Ratu PVMBG, 2013 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi JaTeng PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Dieng PVMBG, 2006 & 2011 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sundoro PVMBG, 1993, 2007 1:50.000 JPG
Jawa Tengah Peta KRB Gunung Api Merapi, Melingkupi
Gunung Api PVMBG, 2002 & 2010 1:50.000 JPG
Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
Peta KRB Gunung Api Slamet PVMBG, 2006, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sumbing PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi DIY PVMBG, 2009 1:200.000 JPG
DIY Peta KRB Gunung Api Merapi, Melingkupi
Gunung Api PVMBG, 2002 & 2010 1:50.000 JPG
Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
349
Format
Jenis Skala yang
Provinsi Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta yang
Bencana Tersedia
Tersedia
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jatim PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ijen PVMBG, 2006 1:100.000 JPG
PVMBG, 1985, 2004, 2009,
Peta KRB Gunung Api Kelud 1:100.000 JPG
2014
Peta KRB Gunung Api Bromo PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Gunung Api
Jawa Timur Peta KRB Gunung Api Lamongan PVMBG, 1999, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Raung PVMBG, 2007 1:100.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Semeru PVMBG, 1995 &1996 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Arjuno PVMBG, 2008, 2009 1:50.000 JPG
Peta KRB Tsunami Daerah Banyuwangi PVMBG, 2010 1:100.000 JPG
Tsunami
Peta KRB Tsunami Wilayah Pantai Jember PVMBG, 2011 1:100.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Pulau Bali PVMBG, 2009 1:250.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Agung PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Gunung Api
Bali Peta KRB Gunung Api Batur PVMBG, 1997 1:25.000 JPG
Peta KRB Tsunami Kawasan Pantai Selatan
Tsunami PVMBG, 2008 - JPG
Bali
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi NTB PVMBG, 2012 - JPG
Gempa Bumi
Peta KRB Gempa Bumi Pulau Lombok PVMBG, 2008-2011 1:125.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Rinjani PVMBG, 2008 1:100.000 JPG
NTB
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Sangeangapi PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tambora PVMBG, 2008 1:100.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Wilayah Kota Bima PVMBG, 2014 - JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi NTT PVMBG, 2013 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sibulobo PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ebulobo PVMBG, 1998 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Inelika PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Egon PVMBG, 2005, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Releboleng PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sirung PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sibulobo PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Anak Ranaka PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
NTT Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Inie Rie PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Kelimutu PVMBG, 2008 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Lewotobi Laki-Laki -
PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Perempuan
Peta KRB Gunung Api Iya PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ili Werung PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Ili Boleng PVMBG, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Rokatenda PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Wilayah Kota Kupang PVMBG, 2014 - JPG
Kalimantan
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kaltara PVMBG, 2014 - JPG
Utara
Kalimantan
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kaltim PVMBG, 2015 - JPG
Timur
Kalimantan Barat Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalbar PVMBG, 2014 1:700.000 JPG
Kalimantan Ten-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalteng PVMBG, 2014 1:1.000.000 JPG
gah
Kalimantan Se-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalsel PVMBG, 2014 - JPG
latan
Sulawesi Selatan Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulsel PVMBG, 2012 - JPG
Sulawesi Teng-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sultra PVMBG, 2012 -
gara
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulteng PVMBG, 2012 -
Sulawesi Tengah
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Colo PVMBG, 2004 1:25.000 JPG
Gorontalo Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Gorontalo PVMBG, 2011 1:500.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulut PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ambang PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Awu PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Karangetan PVMBG, 1996, 2000 1:50.000 JPG
Sulawesi Utara Peta KRB Gunung Api Lokon PVMBG, 2000 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Mahawu PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tangkoko PVMBG, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ruang PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Soputan PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulbar PVMBG, 2011 - JPG
Sulawesi Barat
Tsunami Peta KRB Tsunami Majene 2011 1:100.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Maluku PVMBG, 2013 - JPG
Maluku Peta KRB Gunung Api Banda Api PVMBG, 2008 1:25.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Gamalama PVMBG, 1996 1:25.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Maluku
Gempa Bumi PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Utara
Peta KRB Gunung Api Dukono PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Maluku Utara
Peta KRB Gunung Api Gamkonora PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Ibu PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Kie Besi PVMBG, 2006 1:25.000 JPG
Papua Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Papua PVMBG, 2012 - JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Papua Barat PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Papua Barat
Tsunami Peta KRB Tsunami Kota Manokwari PVMBG, 2012 1:25.000 JPG
đƫ !0ƫ+*ƫ!.!*0**ƫ!.'*ƫ*$ƫ!."+.)0ƫ
ƫ1*01'ƫ'3/*ƫ'1,0!*ĥ'+0ƫ %ƫ1(1ƫ
3ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ, ƫ/'(ƫ
'1,0!*ĥ'+0ƫĨāčāĀĀċĀĀĀĩċƫ!0ƫ0!./!10ƫ!./1)!.ƫ .%ƫ1/0ƫ1('*+(+#%ƫ *ƫ
%0%#/%ƫ!**ƫ!+(+#%ƫĨ
ĩƫ *ƫ %10ƫ
*0.ƫ0$1*ƫĂĀĀąƫĢƫĂĀāāċ
đƫ !0ƫ+*ƫ!.!*0**ƫ!.'*ƫ*$ƫ1*01'ƫ'3/*ƫ'1,0!*ĥ'+0ƫ %ƫ(1.ƫ1(1ƫ
3ƫ$*5ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ, ƫ/'(ƫ,.+2%*/%ƫ
ĨāčĂĆĀċĀĀĀĩċƫ!0ƫ0!./!10ƫ&1#ƫ!./1)!.ƫ .%ƫ
ƫ *ƫ %10ƫ*0.ƫ0$1*ƫĂĀĀćƫĢƫĂĀāāċ
đƫ !0ƫƫ!),ƫ1)%ƫ1*01'ƫ,.+2%*/%ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ1*01'ƫ/!(1.1$ƫ * +*!/%Čƫ*)1*ƫ, ƫ/'(ƫ'!%(ƫ5%01ƫāčĂĆĀċĀĀĀČƫāčĆĀĀċĀĀĀČƫ
01ƫ(!%$ƫ'!%(ċ
1)!.čƫ/%(ƫ!*#+($*ƫ0ČƫĂĀāĆ
351
Selain data berformat JPG, telah tersedia juga data dengan format shapefile (GIS)
untuk bencana gempa bumi dengan skala provinsi. Data tersebut bersumber dari
Peta KRB Gempa Bumi yang dibuat oleh PVMBG dan di-digitasi ulang oleh Ditjen
Tata Ruang.
1 Aceh Pidie
Simeulue
Aceh Besar
Aceh Singkil
Aceh Barat
Aceh Barat Daya
Aceh Jaya
Aceh Selatan
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Banda Aceh
Bener Meriah
Bireuen
353
Dharmasraya
Kepulauan Mentawai
Kota Sawah Lunto
Lima Puluh Koto
Kota Padang
Padang Panjang
Padang Pariaman
Pariaman
Pasaman
Pasaman Barat
Payakumbuh
Pesisir Selatan
Sijunjung
Kota Bukit Tinggi
Kab. Solok
Kota Solok
Solok Selatan
Tanah Datar
4 Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin
Empat Lawang
Kabupaten Lahat
Muaraenim
Lumbuk Linggau
Kabupaten Panungkal
Abab Lematang Ilir
Musirawas
Kabuapten Musi Rawas
Utara
Musi Banyu Asin
Ogan Ilir
Ogan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu
Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu
Timur
Pagaralam
Lubuklinggau
Kota Palembang
Kota Prabumulih
5 Riau Bengkalis
355
Mesuji
Pesawaran
Pringsewu
Tanggamus
Tulang Bawang Barat
Tulangbawang
Way Kanan
9 Bangka Belitung Bangka
Bangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Belitung
Belitung Timur
Kota Pangkal Pinang
10 Kepulauan Riau Bintan
Karimun
Kepulauan Anambas
Kota Tanjung Pinang
Lingga
Kota Batam
Natuna
11 DKI Jakarta DKI Jakarta
12 Jawa Barat Bandung
Bandung Barat
Bekasi
Bogor
Ciamis
Cianjur
Cirebon
Garut
Indramayu
Karawang
Kota Bandung
Kota Banjar
Kota Bogor
Kota Cimahi
Kota Cirebon
Kota Depok
Kota Sukabumi
357
Sukoharjo
Surakarta
Tegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
Daerah Istimewa Yog-
14 Bantul
yakarta
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Yogyakarta
15 Jawa Timur Bangkalan
Banyuwangi
Batu
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Blitar
Kediri
Madiun
Malang
Mojokerto
Pasuruan
Probolinggo
Kota Blitar
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Kota Mojokerto
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
Lamongan
Lumajang
Magetan
Nganjuk
359
Sumbawa Barat
19 Nusa Tenggara Timur Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kota Kupang
Kupang
Lembata
Manggarai
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Nagekeo
Ngada
Rote Ndao
Sikka
Sumba Barat
Sumba Barat Daya
Sumba Tengah
Sumba Timur
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Malaka
Sabu Raijua
20 Kalimantan Barat Bengkayang
Kapuas Hulu
Kayong Utara
Ketapang
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kubu Raya
Mempawah
Landak
Melawi
Pontianak
Sambas
Sanggau
Sekadau
Sintang
21 Kalimantan Tengah Barito Selatan
361
Nunukan
Tana Tidung
Bulungan
Malinau
25 Sulawesi Utara Bolaang Mengondow
Bolaang Mengondow
Selatan
Bolaang Mengondow
Timur
Bolaang Mengondow
Utara
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Kota Bitung
Kota Manado
Kota Tomohon
Kotamabagu
Minahasa
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Kep. Siau Tagulandang
Biaro
26 Sulawesi Tengah Banggai
Banggai Kepulauan
Buol
Donggala
Kota Palu
Morowali
Parigi Mountong
Poso
Sigi
Tojo Una-Una
Toli-Toli
27 Sulawesi Selatan Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa
363
Kota Gorontalo
Pahuwato
30 Sulawesi Barat Majene
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
Mamuju Tengah
Polewali Mandar
31 Maluku Kota Ambon
Buru
Buru Selatan
Kepulauan Aru
Kota Tual
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara
Maluku Tenggara Barat
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
32 Maluku Utara Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Halmahera Selatan
Kepulauan Sula
Kota Ternate
Kota Tidore Kepulauan
Pulau Morotai
33 Papua Barat Fak-Fak
Kaimana
Kota Sorong
Manokwari
Maybrat
Raja Ampat
Sorong
Sorong Selatan
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama
365
366 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
367
5.1 Rencana Strategis, Program, dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tata
Ruang Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan bencana
5.1.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tata Ruang Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana
Tujuan 1). Menciptakan ruang Nusantara yang aman terhadap ancaman berbagai bencana dan konflik
penyelenggaraan yang mengancam keutuhan NKRI
penataan ruang 2). Menciptakan ruang Nusantara yang nyaman, harmonis dan berkeadilan
3). Mewujudkan ruang Nusantara yang produktif, inklusif, dan berdaya
4). Menciptakan ruang Nusantara yang menjamin kelestarian lingkungan untuk kebutuhan saat ini
dan generasi mendatang
Sasaran Agar dapat menciptakan ruang Nusantara yang aman terhadap ancaman berbagai bencana dan
konflik yang mengancam keutuhan NKRI, maka dirumuskan sasaran sebagai berikut :
1). Terwujudnya sistem pengelolaan kawasan rawan bencana secara terpadu
2). Terciptanya sistem penataan ruang yang tanggap terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim
3). Terwujudnya penataan ruang dan pengelolaan kawasan perbatasan negara
4). Terwujudnya penataan ruang dan pengelolaan kawasan pertahanan negara
Sasaran berdasarkan
Terwujudnya sistem pengelolaan kawasan rawan bencana secara terpadu
tujuan pada nomor 1
Strategi Strategi untuk mewujudkan sasaran di atas adalah:
1) Melakukan pemetaan, pendataan, dan identifikasi kawasan rawan bencana di setiap wilayah,
2) Menyiapkan Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Rawan Bencana dan Pedoman Penataan
Kembali Kawasan Paska Bencana,
3) Melakukan rehabilitasi lahan-lahan kritis di bagian hulu DAS untuk mencegah bencana banjir,
4) Mengembangkan sistem peringatan dini, jalur evakuasi, serta lokasi evakuasi bencana disetiap
daerah,
5) Melakukan Sinkronisasi dan koordinasi program penganggulangan bencana dengan instansi
dan pihak terkait.
Kebijakan ke-6
Melakukan pengarusutamaan aspek mitigasi bencana dan perubahan iklim dalam tata ruang
Setiap tahunnya Direktorat Jenderal Tata Ruang telah melaksanakan program dan
kegiatan terkait kebencanaan. Pada tahun 2010 hingga tahun 2014 sudah terdapat
22 program dan kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Program dan Kegiatan Ditjen Tata Ruang Tahun Anggaran 2010 - 2014 Terkait Kebencanaan
369
2 Fasilitasi Pendampingan Penataan Ruang Kawasan Bencana Merapi S
Fasilitasi Percepatan Penyusunan RTRW Prov/Kab, RDTR dan Rencana Pengembangan Kawasan Pasca Bencana
3 S
di Sumatera Barat
Fasilitasi Percepatan Penyusunan RTRW Prov/Kab, RDTR, dan Rencana Pengembangan Kawasan Pasca Bencana
4 S
Provinsi Papua Barat
5 Finalisasi Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Evakuasi Bencana S
6 Pengembangan Kapasitas SDM Bidang Kebencanaan S
7 Fasilitasi Koordinasi Penanganan Kawasan Rawan Bencana (Merapi, Mentawai dan Bromo) S
8 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Penataan Ruang KRB di Provinsi Papua Barat S
9 Identifikasi Kawasan Rawan Bencana di Pulau Sulawesi K
TAHUN 2012
1 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan PR di KRB di Provinsi Papua Barat S
Penyiapan Modul Sosialiasi NSPK Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (termasuk Matek Standar Penata-
2 K
an Ruang di Kawasan Rawan Bencana /SPR KRB)
3 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan PR di KRB di Provinsi Papua Barat S
TAHUN 2013
1 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Banjir (Materi Teknis) K
TAHUN 2014
Pelatihan Perencanaan Tata Ruang Berbasis Mitigasi Bencana di Daerah Pesisir (Coastal) dan Gunung Berapi
1 S
(Volcano)
2 Peningkatan Pemetaan Potensi dan Risiko Bencana Lingkungan dan Perubahan Iklim K
3 Penataan Kawasan Rawan Bencana di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi Berbasis Peran Masyarakat K
Evaluasi dan Rekomendasi Penataan Ruang terhadap Kerusakan DAS Tondano, DAS Ciliwung Cisadane, DAS Cita-
4 S
rum dan DAS Jratunseluna di Kawasan Rawan Bencana
TAHUN 2015
1 Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia S
2 Tabel 5.1 Program
Penyusunan
dan Kebijakan
Kegiatan dan Strategi
Ditjen Mitigasi
Tata Ruang Adaptasi
Tahun Perubahan
AnggaranIklim Bidang Penataan
2010-2014 Ruang
Terkait Kebencanaan S
3 Fasilitasi Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana S
4 Kajian Potensi Kawasan Rawan Bencana untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional K
5 Kajian Pengembangan Konsep Resilient City di Indonesia K
6 Penataan Kawasan Rawan Bencana di Banjarnegara K
7 Penataan Kawasan Rawan Bencana Pantai Selatan di Jawa Bagian Barat K
5.2.1 Peraturan Menteri PU No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawa
Bencana Longsor
Tujuan disusunnya Permen Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor adalah suatu proses perencanaan tata ruang,
PU No.22/PRT/M/2007 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan yang berpotensi rawan
bencana longsor berdasarkan karakteristik alamiah dan aktivitas manusia yang ada. Pedoman Pe-
nataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor disusun dalam rangka melengkapi norma, standar,
prosedur dan manual bidang penataan ruang yang telah ada. Tujuan lainnya adalah untuk memberi
acuan bagi pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang ka-
wasan rawan bencana longsor yang dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten/kota
apabila berada dalam wilayah kabupaten/kota atau sebagai kawasan strategis provinsi apabila ka-
wasan tersebut berada dalam lintas wilayah kabupaten/kota.
Modul Terapannya sendiri disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk mem-
berikan penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
Ruang Lingkup Pedoman Pedoman Penataan ruang kawasan rawan longsor memuat muatan (i) perencanaan penataan ruang
penataan ruang kawasan kawasan rawan longsor yang mencakup; Penetapan kawasan rawan bencana longsor dan tipologi
rawan longsor zona berpotensi longsor, Klasifikasi zona berpotensi longsor berdasarkan tingkat kerawanannya,
Beberapa pertimbangan dalam penentuan struktur ruang dan pola ruang pada kawasan rawan ben-
cana longsor (ii) Pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor yang mencakup; Prinsip-prin-
sip yang perlu diacu dalam pemanfaatan ruang, Penyusunan program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaan, Pelaksanaan program pemanfaatan ruang. (iii) Pengendalian Pemanfaatan ruang
kawasan rawan bencana longsor yang mencakup; Prinsip pengendalian, Acuan peraturan zonasi,
Perizinan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, Perangkat insentif disinsentif peman-
faatan ruang kawasan bencana longsor, Sanksi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor.
Kedudukan Pedoman Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor di dalam sistem peraturan
Penataan Ruang Kawasan dan perundang-undangan yang terkait dengan bidang penataan ruang ditetapkan sebagaimana ter-
Rawan Longsor lihat pada Gambar berikut :
371
Gambar 5.1 Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dalam
Sistem Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 22 PRT/M/2007
1. Memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penata-
an ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan gempa bumi;
2. Meminimalkan kerugian yang terjadi akibat letusan gunung berapi dan gempa bumi, baik korban
jiwa maupun materi melalui penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan gem-
pa bumi.
Modul Terapannya sendiri disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan
penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi.
Ruang Lingkup Pedoman Ruang lingkup pedoman ini mencakup: (1) perencanaan tata ruang kawasan rawan letusan gunung
Penataan Ruang Kawasan berapi dan kawasan rawan gempa bumi, (2) pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung be-
Rawan Letusan Gunung rapi dan kawasan rawan gempa bumi, (3) pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
Berapi dan Kawasan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dan (4) penatalaksanaan penataan ruang kawasan
Rawan Gempa Bumi rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
Kedudukan Pedoman Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Penataan Ruang Kawasan Gempa Bumi di dalam sistem peraturan perundangundangan yang terkait dengan bidang penataan
Rawan Letusan Gunung ruang ditetapkan sebagaimana terlihat pada Gambar berikut.
Berapi dan Kawasan
Rawan Gempa Bumi
Gambar 5.2 Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan
rawan Gempa Bumi terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait
373
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2007
Terkait dengan hubungan antara penataan ruang dan penanggulangan bencana alam, Pe-
doman ini menjelaskan mengenai analisis aspek fisik dan lingkungan. Analisis dalam aspek
fisik dan lingkungan penting untuk dilakukan untuk mengenali karaktersitik sumber daya
fisik lingkungan sehingga pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dan kawasan
dapat dilakukan secara optimal dan mengurangi risiko terjadinya bencana. Kebutuhan Anal-
isis Aspek Fisik dan Lingkungan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang kaitannya dengan
Penanggulangan Bencana ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 5.2 Kebutuhan Analisis Fisik dan Lingkungan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Terkait
05
Penanggulangan Bencana
1) Kemiringan lereng 0 % - 2%
375
Data Dasar : Kebija- Untuk menentukan rekomendasi kese- Data mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh Pemerintah
kan Pengembangan suaian lahan, karena kebijakan penggu- maupun pemerintah daerah dalam analisis kelayakan fisik pengemban-
Fisik yang ada naan lahan yang telah digariskan baik gan kawasan ini harus disertakan, agar tidak menimbulkan pertentan-
oleh Pemerintah maupun pemerintah gan antara rekomendasi kesesuaian lahan dengan kebijakan yang ada
daerah tentunya dalam rekomendasi di- dan sudah berjalan.
coba dipenuhi dengan memberikan pers-
yaratan-persyaratan khusus sesuai dengan
kendala dan potensi yang dimilikinya.
Analisis Kemampuan Untuk mengetahui tingkat kemampuan a. Data Bencana Alam,
Lahan : Satuan Ke- lahan dalam menerima bencana alam
mampuan Lahan khususnya dari sisi geologi, untuk meng- b. Peta Topografi, Morfologi, dan Kemiringan Lereng,
(SKL) terhadap Ben- hindari/mengurangi kerugian dan korban
cana Alam akibat bencana tersebut. c. Peta Geologi dan Geologi Permukaan,
Sumber : Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta
Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
NSPK tersebut digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana tata ruang
yang memperhatikan aspek kebencanaan
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang
(Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
salah satunya adalah data daerah rawan bencana yang dilengkapi dengan
peta-peta masukan untuk analisis bencana
Salah satu teknik yang digunakan dalam analisis fisik adalah teknik penentuan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup melalui Kajian Lingkungan
Hidup Strategis. Untuk penyusunan RDTR, analisis karakteristik wilayah
salah satunya meliputi kerentanan terhadap potensi bencana. Secara lebih
rinci analisis aspek fisik dan lingkungan dilakukan dengan mengacu kepada
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang (Peraturan Menteri PU No.
20/PRT/M/2007).
377
Substansi Rencana RTRW Provinsi
đƫ * %'/%ƫ.$*ƫ,!.01.*ƫ6+*/%ƫ/%/0!)ƫ,.+2%*/%ƫ/($ƫ/01*5ƫ)!*'1,ƫ
ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
wilayah provinsi dalam mengendalikan pemanfaatan ruang, salah satunya
adalah pada kawasan rawan bencana.
RTRW Kabupaten
đƫ 0.1'01.ƫ.1*#ƫ3%(5$ƫ'1,0!*ƫ %!*01'ƫ+(!$ƫ/%/0!)ƫ,./.*ƫ5*#ƫ
diantaranya adalah rencana sistem jaringan sumber daya air berupa
sistem pengendalian banjir dan sistem jaringan prasarana lainnya berupa
jalur evakuasi bencana.
đƫ !0!*01*ƫ1)1)ƫ,!.01.*ƫ6+*/%ƫ/($ƫ/01*5ƫ!.%/%'*ƫ'!0!*01*ƫ
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan wilayah
kabupaten seperti kawasan rawan bencana.
RTRW Kota
đƫ 0.1'01.ƫ.1*#ƫ3%(5$ƫ'+0ƫ %!*01'ƫ+(!$ƫ/%/0!)ƫ,./.*ƫ5*#ƫ
diantaranya adalah infrastruktur perkotaan berupa jalur evakuasi bencana.
Jalur ini meliputi escape way dan )!!0%*#ƫ,+%*0Č baik dalam skala kota,
kawasan, maupun lingkungan.
đƫ 3/*ƫ.3*ƫ!**ƫ0!.)/1'ƫ'3/*ƫ.!$%(%0/%ƫ *ƫ.!'+*/0.1'/%ƫ
pascabencana dapat ditetapkan sebagai sub-Bagian Wilayah Perkotaan
yang diprioritaskan penanganannya.
Draft pedoman ini disusun pada tahun 2015, yang merupakan hasil penyempurnaan
draft Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana yang disusun pada
tahun 2012, dengan mengintegrasikan draft pedoman lainnya terkait kebencanaan.
Misalnya Pedoman Penyediaan Ruang Evakuasi Bencana, dan Kajian/Materi Teknis
Revisi Pedoman Penyusunan RTR berdasarkan perspektif PRB.
Rancangan pedoman ini memuat kerangka integrasi PRB ke dalam tiap tahapan
perencanaan tata ruang dan tiap level RTR. Ruang lingkup tiap jenis bencana
difokuskan pada bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, gunung api,
dan kekeringan.
379
Tahun 2008 tentang RTRWN dinyatakan bahwa salah
satu strategi dalam pengembangan kawasan lindung
adalah mengembangkan kegiatan budidaya yang
mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan
bencana. Untuk pengembangan kawasan budi daya,
salah satu strategi untuk pengendalian perkembangan
kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan adalah membatasi
perkembangan kegiatan budi daya terbangun di
kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana
termasuk pula ancaman terhadap jiwa manusia. Ini
berarti bahwa penataan ruang memiliki peranan
penting dalam penanggulangan bencana, terutama
untuk pengurangan risiko akibat bencana.
Kriteria yang dapat digunakan secara umum sebagai acuan untuk menentukan
kawasan rawan bencana telah ditetapkan dalam PP No. 26 Tahun 2008, yaitu
sebagaimana disarikan berikut ini.
Tabel 5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Rawan Bencana Alam dan Bencana Alam Geologi
381
Cakupan kawasan Penataan Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
ditetapkan berdasarkan fungsi Taman Nasional Gunung Merapi dan Kawasan
Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang merupakan Kawasan Rawan Bencana
Alam Geologi. Cakupannya meliputi dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Perpres No 70 Tahun 2014 sebagai salah satu contoh
penataan ruang KRB yang terdapat di Indonesia. Kebijakan ini dapat menjadi acuan
dalam pengembangan KRB yang berbasis PRB atau mitigasi bencana. Langkah ini
dapat menjadi best practice dalam penataan KRB yang lain di Indonsia. Berikut ini
penjabaran muatan Perpres No 70 Tahun 2014.
Tujuan Penataan Mewujudkan Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Ruang Kawasan yang berkualitas dalam rangka menjamin kelestarian lingkungan dan
Taman Nasional kesejahteraan Masyarakat Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Gunung Merapi yang berbasis Mitigasi Bencana
Kebijakan Penataan 1). Pelestarian lingkungan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi;
Ruang Kawasan dan 2). Pengembangan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Taman Nasional berbasis Mitigasi Bencana
Gunung Merapi
Strategi Penataan 1). Meningkatkan fungsi konservasi Taman Nasional Gunung Merapi
Ruang Kawasan untuk menjaga keberlanjutan Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional beserta habitatnya serta menjaga keseimbangan tata air, iklim makro,
Gunung Merapi dan lingkungan alami; 2). meningkatkan konservasi sumber daya air
di Kawasan Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi;
Strategi pengembangan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
berbasis Mitigasi Bencana terdiri atas: a. meningkatkan fungsi
Taman Nasional Gunung Merapi yang berbasis Mitigasi bencana;
b. meningkatkan fungsi Kawasan Lindung dan mengembangkan
Kawasan Budidaya di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
berbasis Mitigasi Bencana; c. mengembangkan sistem evakuasi
bencana yang terintegrasi dengan sistem pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi; d. menyesuaikan pemanfaatan ruang pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi yang terdampak langsung di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi; e. melakukan pengendalian yang tinggi
pada Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi;
f. meningkatkan peran dan kesadaran Masyarakat dalam pelaksanaan
dan pengembangan sistem evakuasi bencana di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi; dan g. mengembangkan kelembagaan
antarsektor dan antardaerah untuk meningkatkan kerja sama
pengelolaan kawasan dan Penanggulangan Bencana di Kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi
383
Jalur evakuasi ditetapkan dengan kriteria a. merupakan jalan dengan
perkerasan yang dapat dilalui kendaraan pengangkut pengungsi; b.
tersedia marka jalan: dan c. tersedia rambu evakuasi
Sistem jaringan transportasi ditetapkan untuk meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang/jasa
bagi pelaksanaan evakuasi bencana dan pengembangan kegiatan
budidaya yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi
Sistem jaringan energi berupa jaringan tranmisi listrik yang terdiri atas
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET)
Sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat serta pengelola Taman Nasional Gunung
Merapi terhadap layanan telekomunikasi untuk mendukung
peningkatan pelestarian Taman Nasional dan sistem evakuasi
bencana serta sistem pemantauan dan peringatan dini bencana alam
geologi
Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas sumber air dan prasarana
sumber daya air. Sumber air terdiri atas air permukaan pada sungai
dan air tanah pada cekungan air tanah (CAT). Prasarana sumber daya
air terdiri atas a. sistem jaringan irigasi dan b. sistem pengendalian
banjir
Sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana alam
geologi ditetapkan untuk memantau dan menginformasikan situasi
rawan bencana alam geologi di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi
Sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana
alam geologi terdiri atas a. jaringan pemantauan bencana alam
geologi dan b. jaringan peringatan dini bencana geologi. Jaringan
pemantauan bencana alam geologi berupa prasarana dan sarana
pemantauan aktivitas gunung merapi dan dikelola oleh instansi
yang menyelenggarakan pemantauan aktivitas gunung merapi.
Jaringan peringatan dini bencana alam geologi berupa prasarana dan
sarana peringatan dini bencana alam geologi. Prasarana dan sarana
peringatan dini bencana alam geologi terdiri atas alat komunikasi,
alat tanda bahaya, dan/atau prasarana dan sarana peringatan dini
bencana alam geologi lainnya
385
Kawasan Budi Daya terdiri atas: a. Zona Budi Daya 1 (Zona B1) yang
merupakan kawasan permukiman perkotaan; b. Zona Budi Daya
2 (Zona B2) yang merupakan kawasan permukiman perdesaan; c.
Zona Budi Daya 3 (Zona B3) yang merupakan kawasan budidaya
hortikultura dan perkebunan; d. Zona Budi Daya 4 (Zona B4) yang
merupakan Kawasan Budi Daya Tanaman Pangan; dan e. Zona Budi
Daya 5 (Zona B5) yang merupakan kawasan hutan rakyat
Zona B1 ditetapkan untuk mengembangkan kegiatan permukiman
perkotaan yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi dan berbasis Mitigasi Bencana. Zona B1 memiliki
karakteristik berupa:
a. kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan sedang; dan
b. kawasan yang memiliki intensitas pelayanan prasarana dan sarana
sedang
Zona B1 terdiri atas a. kawasan perumahan dengan kepadatan
sedang; b. kawasan pemerintahan kabupaten atau kecamatan; c.
kawasan perdagangan dan jasa skala kecil atau menengah; dan d.
kawasan pelayanan sosial dan pelayanan umum
Zona B2 ditetapkan untuk mengembangkan kegiatan permukiman
perdesaan yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi dan berbasis Mitigasi Bencana. Zona
B2 memiliki karakteristik berupa: a. kawasan yang memiliki daya
dukung lingkungan rendah; dan b. kawasan yang memiliki intensitas
pelayanan prasarana dan sarana rendah dan sedang. Zona B2 terdiri
atas a. kawasan perumahan kepadatan rendah dan sedang; dan b.
kawasan budi daya pertanian
Zona B3 ditetapkan untuk mengembangkan potensi budidaya
hortikultura dan perkebunan yang mendukung fungsi lindung
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan berbasis mitigasi
bencana.
Zona B3 memiliki karakteristik berupa a. Kawasan yang memiliki
daya dukung lingkungan rendah; b. Kedalaman efektif lapisan tanah
atas > 30Cm, dan memiliki kondisi, potensi sumber daya alam, serta
prasarana dan sarana untuk pengembangan budidaya hortikultura
dan perkebunan.
Zona B3 terdiri atas a. Kawasan budidaya hortikultura dan
perkebunan dan, b. kawasan perumahan perdesaan kepadatan
rendah
387
Gambar 5.4 Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014
Gambar 5.5 Rencana Struktur Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014
Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014
Gambar 5.6 Rencana Pola Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014
389
390 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06
Berdasarkan penilaian aspek rencana tata ruang, maka didapat skor komulatif
dengan rentang 1-1,5. Nilai terendah adalah 1; untuk muatan RTRW Provinsi
Sumatera Selatan. Nilai tertinggi yaitu 1,5; untuk muatan RTRW Provinsi Bengkulu.
391
Peta Indikasi Upaya
Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Gempa
Bumi yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)
393
Peta Indikasi Upaya
Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Banjir
yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Gempa Bumi)
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Gunung Api)
395
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Tanah Longsor)
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Tsunami)
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Banjir)
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Kekeringan)
397
Tabel 6.1 Hasil Penilaian Muatan RTRW Berbasis PRB/Mitigasi Bencana
No Provinsi Skor
Komulatif
1 Aceh 1,4
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatra Barat 1,3
4 Riau -
5 Kepulauan Riau -
6 Jambi 1,2
7 Sumatera Selatan 1,05
8 Bangka Belitung -
9 Bengkulu 1,5
10 Lampung 1,2
11 DKI Jakarta 1,4
12 Jawa Barat 1,2
13 Banten 1,1
14 JawaTengah 1,2
15 Daerah Istimewa Yogyakarta 1,3
16 Jawa Timur 1,3
17 Bali 1,4
18 Nusa Tenggara Barat 1,2
19 Nusa Tenggara Timur 1,4
20 Kalimantan Barat 1,3
21 Kalimantan Tengah 1,1
22 Kalimantan Selatan 1,1
23 Kalimantan Timur -
24 Kalimantan Utara -
25 Sulawesi Utara 1,3
26 Sulawesi Barat 1,2
27 Sulawesi Tengah 1,1
28 Sulawesi Tenggara 1,2
29 Sulawesi Selatan 1,3
30 Gorontalo 1,3
Provinsi KSP dari Kriteria Kabupaten/Kota KSK dari Kriteria Rawan Bencana
Rawan Bencana
Aceh Aceh Utara Kawasan Strategis Bencana Tsunami
Kawasan Strategis Mitigasi Bencana
Banjir dan Longsor
Sumatera Utara Langkat Kawasan Rawan Bencana
Sumatera Utara Mandailing Natal Kawasan Rawan Longsor, Kawasan
Jalur Patahan Aktif
Kawasan Rawan Bencana Gunung
Api
Sumatera Utara Nias Barat Kawasan rawan bencana tsunami
Jawa Tengah Blora Kawasan bencana alam kekeringan
399
Jawa Tengah Kebumen Kawasan Geologi Karangsambung
Jawa Tengah Pekalongan Kawasan perbatasan dengan Kota
Pekalongan guna
penanganan masalah rob dan banjir
Jawa Timur Kab. Kediri KRB letusan gunung berapi di lereng
Gunung Kelud dan Wilis
Kawasan rawan banjir di Kecamatan
Kras
Jawa Timur Kab. Pasuruan Kawasan Geologi Karangsambung
Jawa Timur Nganjuk Kawasan rawan bencana alam dan
bencana gunung berapi
Jawa Timur Sampang Kawasan rawan Banjir
Jawa Timur Sumenep Kawasan rawan bencana longsor
Kawasan rawan bencana banjir
Kawasan rawan bencana angin puyuh
Bali Kawasan Strategis Bangli Kawasan rawan bencana gunung
dari sudut berapi Gunung Batur
Bali k e p e n t i n g a n Karang Asem Kawasan rawan letusan gunung
fungsi dan berapi
daya dukung
Bali Klungkung Kawasan Rawan Bencana Gunung
lingkungan
Berapi Gunung Agung
hidup. Salah satu
kriterianya adalah
memberikan
perlindungan
terhadap kawaan
rawan bencana
alam
Kalimantan Barat Kota Singkawang Kawasan rawan bencana alam
Gayung Bersambut
Kalimantan Barat Sambas Kawasan rawan bencana alam
Gayung Bersambut
Kalimantan Timur Kutai Timur Kawasan lindung geologi berupa
kawasan karst kelas I
Sulawesi Utara B o l a a n g Kawasan rawan bencana tanah
M e n g o n d o w longsor di sepanjang jalur pantai
Selatan Selatan dan jalur Molibagu-Dumoga
Kawasan rawan gelombang pasang/
abrasi dan tsunami di sepanjang
pesisir Bolaang Mongondow Selatan
401
402 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
07
Selain itu, data dasar yang menjadi input penyusunan peta KRB juga belum
tersedia dalam skala rinci, sehingga peta KRB yang ideal sulit dihasilkan. Misalnya,
ketersediaan data rinci untuk peta geologi, sesar aktif, curah hujan harian, dll.
403
7.2 Aspek Analisis pemerintah dan indeks kesiapsiagaan
masyarakat.
Dalam mengkaji risiko bencana
terdapat beberapa pendekatan baik Kajian kerawanan bencana juga
konsep yang berasal dari kajian masih terkendala dengan belum
kebencanaan di tingkat internasional, tersedianya standar (SNI/pedoman)
maupun kajian dari kebencanaan di sebagai acuan metodologi pemetaan
tingkat nasional. Sebelum membahas kerawanan bencana dan pengkajian
aspek analisis yang digunakan risiko bencana pada tingkat kota atau
berbeda, terminologi atribut-atribut kawasan, serta masalah standarisasi
dalam kebencanaan pun berbeda. analisis penentuan kawasan rawan
Terminologi atribut bencana antara bencana dan tingkat bahayanya
lain bahaya, keterpaparan, sensitivitas, (hazard mapping).
kerentanan, dan kapasitas adaptasi.
Atribut-atribut tersebut digunakan
dalam perhitungan risiko bencana. 7.3 Aspek Kualitas Muatan
Dalam beberapa literatur, pendekatan
untuk perhitungan risiko diperoleh
Rencana Tata Ruang
dengan menggunakan atribut bahaya, Muatan rencana tata ruang sering
kerentanan, dan kapasitas adaptasi. kali tidak mempertimbangkan aspek
Akan tetapi terdapat konsep lain pengurangan risiko bencana dan
yang melihat bencana dari atribut mitigasi bencana. Muatan rencana
keterpapaan, sensitivitas, dan tata ruang hanya memertimbangkan
kapasitas adaptasi. BNPB mengacu aspek-aspek pengembangan wilayah
dari beberapa pendekatan untuk secara spasial dan sektoral. Aspek
menilai risiko bencana. Dalam menilai aspek kebencanaan dan juga upaya
risiko, atribut yang digunakan adalah pengurangan risiko bencana tidak
tingkat ancaman, tingkat kerugian, dikaitkan dengan pemanfaatan
dan tingkat kapasitas. Tingkat ruang dan juga pembangunan sarana
ancaman didapatkan dari nilai indeks prasarana. Dalam muatan rencana tata
ancaman indeks penduduk terpapar. ruang juga tidak menjabarkan tahapan
Tingkat kerugian berdasarkan indeks pra-saat-paska bencana. Tahapan
kerugian. Sedangkan tingkat kapasitas rehabilitasi dan rekonstruksi paska
berdasarkan indeks kapasitas bencana juga perlu diantisipasi dalam
405
jangka panjang. Selama ini pendanaan adalah penentuan jalur evakuasi dan
untuk PRB belum mempertimbangkan tempat evakuasi bencana seringkali
program-program prioritas yang ditentukan pada saat bencana terjadi.
efektif untuk multi hazard. Selain Seharusnya, jika sudah terdapat
itu, pendanaan yang besar juga penataan ruang berbasis mitigasi
menyebabkan PRB tidak menjadi bencana/pengurangan risiko, maka
bagi daerah. Hal ini disebabkan jalur evakuasi dan tempat evakuasi
keterbatasan skala prioritas pendanaan telah dipertimbangkan dalam
pembangunan oleh Pemda. RDTRK yang dalam manajemen
bencana berada dalam tahapan pra
7.5 Aspek Kelembagaan, bencana. Penanggulangan bencana
yang ditentukan pada saat bencana
Koordinasi, dan terjadi (event disaster) membuktikan
Komitmen minimnya sinkronisasi antara
penyusunan dan pelaksanaan RTR
Perwujudan penataan ruang berbasis KRB dengan RPB, program-program
mitigasi/Pengurangan Risiko Bencana mitigasi oleh sektor terkait, dan
dapat melalui koordinasi antara instansi instansi penyusun RTR KRB.
baik pusat dan daerah. Koordinasi ini
dapat dilakukan antara instansi yang
menaungi penataan ruang maupun
7.6 Aspek Pertanahan
pengelolaan bencana di tingkat pusat Aspek pertanahan menjadi krusial
hingga daerah. Hal ini disebabkan dalam penanggulangan bencana
penataan ruang dan pengelolaan dan penataan ruang KRB. Beberapa
bencana merupakan satu kesatuan. tipikal permasalahan yang dihadapi
Akan tetapi, hal ini masih lemah dalam meliputi kepemilikan tanah di daerah
implementasinya. Pada level daerah, terdampak dan lokasi relokasi dan juga
koordinasi antara BPBD, intansi tata ketersediaan data peruntukkan ruang
ruang, dan Badan Koordinasi Penataan dan kepemilikan lahan di KRB
Ruang Daerah (BKPRD) sering belum
dapat dilakukan secara optimal untuk Peruntukan ruang mempertimbangkan
membahas penataan ruang berbasis sumber daya lahan. Hanya saja tanah
mitigasi bencana/Pengurangan yang diperuntukkan untuk aktivitas-
Risiko Bencana. Sebagai contohnya aktivitas tertentu tidak sesuai
407
Tabel 7.1 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Aspek Penataan
Ruang Kawasan
No Masalah
Rawan Bencana di
Indonesia
1 Aspek data dan đƫ !0!./! %*ƫ 0ƫ !(1)ƫ /01ƫ ,%*01ƫ Ĩ/01ƫ /1)!.ĩƫ 5*#ƫ /!$.1/*5ƫ
informasi dijadikan acuan dalam penataan kawasan rawan bencana dari tingkat
pusat hingga daerah
đƫ !*##1**ƫ 0ƫ 5*#ƫ !.! ƫ /!.ƫ &!*%/ƫ 0Čƫ /1)!.ƫ 0Čƫ *ƫ
unit data
đƫ !0!./! %*ƫ !0ƫ !.3**ƫ !**ƫ *ƫ !0ƫ %/%'+ƫ Ĩ'$1/1/*5ƫ
gempabumi, tsunami. Gn.api, longsor, banjir, dan kekeringan) sesuai
dengan standar yang berlaku dan pada skala yang memadai (khususnya
1:25.000 atau lebih rinci)
đƫ !0!./! %*ƫ /0* .ƫ Ĩ ƫ 01ƫ ,! +)*ĩƫ ĥ1*ƫ )!0+ +(+#%ƫ
pemetaan kerawanan bencana dan pengkajian risiko bencana tingkat
kota atau kawasan (skala peta 1:25.000 atau lebih rinci)
Aspek kelembagaan, đƫ 0ƫ '!(+(ƫ !(1)ƫ )!)* *#ƫ /,!'ƫ '!!***ƫ /!.ƫ $+(%/0%'ċƫ
07
koordinasi, dan holistik. Dalam artian terdapat sistem koordinasi dalam suatu
komitmen kelembagaan yang berperan dan bertanggungjawab dalam pengelolaan
bencana
đƫ !(1)ƫ0!.31&1 *5ƫ#++ ƫ#+2!.**!ƫ ()ƫ,!*#!(+(*ƫ!**
đƫ 1'1*#*ƫ '!.*#'ƫ .!#1(/%ƫ 0!.$ ,ƫ )!'*%/)!ƫ %*0!#./%ƫ )%0%#/%ĥ
PRB ke dalam perencanaan tata ruang (melalui mekanisme Persub,
KLHS, pedoman perencanaan)
đƫ %*'.+*%//%ƫ ,.+#.)ƫ Ĩ(+'1/ƫ *ƫ "+'1/ĩƫ *0.ƫ ĥƫ ()ƫ '!#%0*ƫ
penataan ruang kawasan rawan bencana (KRB), khususnya antara
pemetaan KRB, kajian risiko, penataan ruang KRB.
đƫ '++. %*/%ƫ*0.ƫČƫ%*0*/%ƫ00ƫ.1*#Čƫ *ƫ&1#ƫ *ƫ++. %*/%ƫ
Penataan Ruang Daerah (BKPRD) belum dapat duduk bersama untuk
membahas penataan ruang berbasis mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana.
đƫ
%*%)*5ƫ /%*'.+*%//%ƫ *0.ƫ ,!*51/1**ƫ *ƫ ,!('/**ƫ ƫ ƫ
dengan RPB, program-program mitigasi oleh sektor terkait, dan instansi
penyusun RTR KRB
409
410 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08
REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN
PRB MELALUI PENATAAN RUANG
Upaya peningkatan PRB melalui penataan ruang dapat dilakukan dengan
penentuan lokasi prioritas penataan KRB, sehingga alokasi kegiatan pemerintah
khususnya Ditjen Tata Ruang dapat lebih terfokus dan lebih tepat sasaran. Kriteria
penentuan KRB/lokasi prioritas tersebut adalah sebagai berikut:
2) Kriteria spasial
Kriteria spasial yang digunakan dalam rekomendasi provinsi dan KRB prioritas
adalah 1). Tingkat kerawanan bencana; 2). Tingkat risiko bencana; 3). Indikasi
keterpaparan masa depan; 4) Sejarah bencana besar; 5). Sejarah bencana
terkini; 6). KRB yang diprioritaskan penataan ruangnya dalam RTRW Provinsi;
7). Kelengkapan data kebencanaan. Kriteria-kriteria tersebut dilakukan penilaian
dengan metode skoring dan pembobotan.
411
8.1 Rekomendasi Provinsi dan Kawasan Rawan Bencana Prioritas
Penataan ruang menjadi kunci untuk menghadapi bencana.
dalam keberhasilan menerapkan
Di masa yang akan datang, penataan
pengurangan risiko bencana.
ruang di KRB dapat berbasis mitigasi
Dalam penataan ruang KRB
dan adaptasi. Mitigasi mengacu
mempertimbangkan tahapan
pada pengurangan dampak negatif
pelaksanaan penataan ruang secara
bahaya dengan menerapkan berbagai
umum dan juga pengelolaan bencana.
strategi dan tindakan (UNISDR,
Pelaksanaan penataan ruang
2009), sedangkan adaptasi sebagai
secara umum terdiri atas tahapan
upaya menghadapi perubahan-
perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
perubahan akibat bencana dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.
jangka panjang. Risiko bencana tidak
Sedangkan pengelolaan bencana
dapat dhindari, tetapi dapat dikurangi.
terdiri atas tahapan pra bencana,
Pengurangan risiko bencana juga
saat bencana, dan paska bencana.
memerlukan konsep locality. Dalam
Peran penataan ruang lebih dominan
artian pengurangan risiko bencana
pada tahapan pra bencana. Dalam
disesuaikan dengan jenis bencana yang
penataan ruang terdapat muatan
terjadi dan kemampuan masyarakat.
pengembangan struktur ruang
Strategi mitigasi dan adaptasi risiko
dan pola ruang, termasuk rencana
bencana dapat dipertimbangkan
penyediaan infrastruktur, contohnya
dalam muatan penataan ruang.
adalah konsep pengembangan
sistem pusat permukiman untuk Integrasi antara tata ruang dan
KRB tentunya perlu menyiapkan pengurangan risiko bencana perlu
infrastruktur mitigasi dan juga mempertimbangkan beberapa aspek,
perlindungan untuk kegiatan di PKN, antara lain kebijakan, institusional,
PKW, dan PKL. Kemudian dalam data, platform, ruan dan tanah. Berikut
perencanaan pola ruang, kawasan ini adalah penjelasannya.
lindung perlu dipertahankan karena
1). Kebijakan berfungsi memberikan
keberadaannya dapat mengurangi
arahan untuk pengintegrasian
risiko bencana dan pengembangan
dan implementasi tata ruang,
kawasan budidaya yang berada pada
stakeholder terkait, tata kelola
KRB memerlukan upaya kesiapsiagaan
413
Lima kebijakan sebagaimana 3). Indikasi keterpaparan masa depan,
diuraikan di atas merupakan kebijakan 4). Sejarah bencana terbesar dan
mendasar dalam meningkatkan PRB terkini, 5). KRB yang diprioritaskan
melalui penataan ruang. Selanjutnya penataan ruangnya dalam RTRW
dibutuhkan penentuan target lokasi Kab/Kota, 6). Kelengkapan data
prioritas dimana kebijakan-kebijakan kebencanaan, 7). Prioritas lokasi PRB
tersebut akan diterapkan. dalam RPJMN 2015-2019, dan 8). RTRW
yang memasuki peninjauan kembali.
Penyusunan Profil Penataan Ruang
Harapannya lokasi prioritas tersebut
Kawasan Rawan Bencana Tahun 2015
dapat meningkatkan kesiapsiagaan
telah menghasilkan lokasi yang menjadi
daerah dalam melakukan mitigasi
prioritas dalam penataan ruang
dan/atau adaptasi terhadap ancaman
berbasis mitigasi. Lokasi prioritas yang
bencana dan menindaklanjuti dalam
terdapat pada tabel 8.1, penentuannya
penyusunan kebijakan beserta rencana
berdasarkan kriteria 1). Tingkat
aksinya.
kerawanan, 2). Tingkat risiko bencana,
Tabel 8.1 Lokasi Prioritas dalam Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana
Masa Revisi/
Prioritas Lokasi PRB dalam
Review RTRW
No. Skor Maksimum Jenis Bencana RPJMN 2015-2019 (Kab./
Kab/Kota
Kota)
Terdekat
1 PROVINSI PAPUA
Jayapura 2016
Merauke 2016
2.7846 Banjir Sarmi 2019
Yapen Waropen/ Kepulauan 2017
Yapen
2 PROVINSI JAWA TENGAH
Cilacap 2016
Demak 2016
Kebumen 2017
2.499 Tanah Longsor
Kendal 2016
Kota Semarang 2016
Magelang 2016
415
8 PROVINSI SULAWESI SELATAN
Gowa 2017
Luwu Timur 2016
2.2848 Tanah Longsor Maros 2017
Takalar 2016
Kota Makassar 2021
9 PROVINSI GORONTALO
Gorontalo 2018
2.2848 Tanah Longsor
Kota Gorontalo 2016
10 PROVINSI PAPUA BARAT
Kota Sorong 2019
Manokwari 2018
Raja Ampat 2017
2.2848 Banjir
Teluk Bintuni 2017
Teluk Wondama 2017
Nabire 2018
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015
Gambar 8.1 Tahapan dalam Perwujudan Tata Ruang Tangguh Bencana berdasarkan
Lesson Learned 2015
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015
417
Gambar 8.2 Roadmap Penataan Kawasan Rawan Bencana
419
NO KEGIATAN Lokasi 2015 2016 2017 2018 2019
III Penyusunan Profil Penataan Ruang đƫ!(1.1$ƫ * +*!/%ƫ !*#*ƫ
Kawasan Rawan Bencana pendalaman pada lokasi
đƫ0(+#ƫ0ƫ,/%(ƫĨĥ$5ƫĒƫ kab/kota dengan bencana
Risiko) besar terkini
đƫ+),%(/%ƫƫ0!.'%0ƫ đƫċ.+Čƫċƫ
Banjarnegara, Kota
đƫ.+ü(ƫ1(%0/ƫƫ .%ƫ
Manado, Kota Sorong
đƫ.+ü(ƫ1(%0/ƫĥƫ .%ƫ
đƫ1,0!*ƫ(+.ƫČƫ1(1ƫ
đƫ.+ü(ƫ!**ƫ!/.ƫ!.'%*% Lombok , Ambon
đƫ!.)/($*ĥ /1ƫ/0.0!#%/ƫƫ
đƫ+'/%ƫ(%**5ƫ/!/1%ƫ
urgensi dan kejadian
bencana
IV Penyempurnaan NSPK/ Pedoman đƫ! +)*ƫ!*0*ƫ1*#ƫ
Penataan Ruang KRB dan Rentan Berbasis Pengurangan
Dampak Perubahan iklik Risiko Bencana
đƫ! +)*ƫ *0!#./%ƫ
Adaptasi Perubahan Iklim
ke dalam Perencanaan
Tata Ruang
đƫ* 1*ƫ!*#!)*#*ƫ
Kota Tangguh Bencana
dan Berketahanan Iklim
(Resilient City)
V Kemitraan/kolaborasi multi-pihak đƫČƫ
Čƫ
Čƫ
dalam peningkatan Pengurangan Risiko PUPR, BIG, LAPAN, PPMB
Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan ITB, PPI ITB, PSBA UGM,
Iklim (API) melalui Penataan Ruang KLHK
NB: Target jumlah lokasi penataan Kawasan Rawan Bencana (KRB) dalam Renstra Ditjen
Tata Ruang 2015-2019 berjumlah 30 kawasan/lokasi
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015
421
Daftar Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Rencana Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Manado. BNPB: Jakarta
Bappeda Kota Sorong. 2015. Materi Paparan “Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
Penataan Ruang Wilayah Kota Sorong dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara
Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten
Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Kerawanan Bencana Geologi di Kabupaten
Banjarnegara. Dalam acara Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015
Fleischhauer, M., S. Greiving, et al. (2005). Spatial Planning in the Focus of Hazard
and Risk Assessment/Management in Europe. EURO-RIOB Conference, Wroclaw
Harahap, Syaiful W. 2015. Banjir Bandang Manado karena Kerusakan DAS Tondano.
Dipublikasikan di Kompasiana. Diakses tanggal 4 Januari 2016
HFA (2005). Hyogo Framework for Action 2005–2015: Building the resilience
of nations and communities to disasters. Hyogo, United Nations
Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang
Peraturan Menteri PU No. 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Ruang Kawasan Rawan
Bencana Longsor
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2014. Materi Paparan “Evaluasi
Status Awas Gunungapi Sinabung”
423
Twigg, John. 2004. Disaster Risk Reduction: Mitigation and Preparedness in
Development and Emergency Programming. Overseas Development Institute:
London
http://infopublik.id/read/67692/pemda-teluk-wondama-bangun-hunian-
sementara-korban-banjir.html
www.mongabay.co.id/
https://puguhdraharjo.wordpress.com/2010/10/09/banjir-bandang-wasior-
papua-barat-tinjauan-deskriptif-kualitatif/
425
Terima kasih
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, baik itu tim
penyusun dari Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional maupun narasumber dan peserta dari pusat dan daerah.
Terkhusus kepada Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang, Bapak DR. Ir. Budi Situmorang,
MURP serta Plh. Direktur Penataan Kawasan sekaligus Plt. Kasubdit Penataan
Kawasan Baru, Bapak DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng. Sc. yang telah
memberikan arahan dan dukungan pada tim dalam penyusunan Buku Profil ini.
Penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia ini
tersusun berkat dukungan data dan informasi dari Direktorat Pengurangan Risiko
Bencana - BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kemen. ESDM,
Pemkab Karo, Pemkab Banjarnegara, Pemkot Sorong, Pemkot Manado, serta
internal Ditjen Tata Ruang. Narasumber dan peserta yang berkontribusi dalam
rangkaian diskusi di pusat maupun di daerah adalah :
7. Kepala Seksi Geologi Migas dan ESDM, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten
Banjarnegara, Bapak Drs. Kun Dharmawan H,
Tim Penyusun
Saran dan masukan terhadap
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Rawan Bencana Letusan
Gunung Api Sinabung
dapat melalui :
penataankawasanbaru@gmail.com
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
429