Anda di halaman 1dari 440

2 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana

PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA


02

3
Penyusun
TIM PENGARAH :
Dr.Ir.Budi Situmorang,MURP,
DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.

TIM PENYUSUN :
Yohanes Fajar S.Wibowo, ST., MT,
Agus Warsono, S.ST., MT,
Mirwansyah Prawiranegara, ST., M.Sc
Sarmaulie Pangaribuan, ST., M.Si,
Angga Ardiyansyah, SP,
Dwi Yudho Sasongko, ST
Rizki Kirana Yuniartanti, ST., M.Sc,
Hendrick Mayzonny, ST., MT,
Desy Puspita, S.Si

DESAIN & TATA LETAK:


Dani Hermawan,
Yoga Iman G
www.ayokemon.com,
Foto:
Dokumentasi Direktorat Jenderal Tata Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional
dan dari berbagai sumber

Dicetak di Indonesia, Penerbit:


Direktorat Jenderal Tata Ruang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
Badan Pertanahan Nasional

Indeks: ISBN 978-602-74265-0-4


Copyright © 2015

Hak cipta dilindungi Undang-Undang.


Dipersilakan mengutip atau memperbanyak sebagian buku
ini dengan seizin tertulis dari penulis dan/atau penerbit.
DR. Ir. Budi Situmorang, MURP
Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bencana (PRB) ini kemudian diperbaharui
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, melalui Sendai Framework for Disaster
sehingga buku “Profil Penataan Ruang Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030.
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Dimana penataan ruang mendapat
Tahun 2015” telah dapat diselesaikan. porsi perhatian yang lebih besar dari
Hadirnya buku ini patut disambut baik oleh sebelumnya, tercermin dari 4 tindakan
para pemangku penataan ruang maupun prioritas SFDRR yang 3 diantaranya
penanggulangan bencana di Indonesia, mencakup aspek penataan ruang (land-
karena buku ini hadir menjadi salah satu use policy, land use and urban planning),
referensi terkait data dan informasi khususnya terkait mekanisme dan insentif
spasial kerawanan bencana maupun risiko pendorong ketaatan/tertib tata ruang,
bencana di Indonesia, pedoman terkait pengarusutamaan kajian risiko bencana
penataan ruang kawasan rawan bencana dalam perencanaan ruang, rencana tata
(KRB), termasuk tipikal permasalahan dan ruang sebagai acuan kesiapan rekonstruksi
pembelajaran di daerah, serta gambaran pasca bencana, serta integrasi manajemen
umum upaya penataan ruang KRB di risiko bencana dalam penataan ruang
tingkat nasional maupun daerah. pasca bencana agar kapasitas PRB
meningkat. Dalam konteks Indonesia,
Telah menjadi konsensus internasional
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
dalam Hyogo Framework for Action
tentang Penataan Ruang (UUPR) disusun
(HFA) 2005-2015, yang disepakati 168
dan ditetapkan dengan menimbang
negara dalam Konferensi Pengurangan
bahwa secara geografis Negara Kesatuan
Resiko Bencana Dunia di Kobe pada tahun
Republik Indonesia (NKRI) berada pada
2005, yang menegaskan bahwa penataan
kawasan rawan bencana, sehingga UUPR
ruang (land use planning) adalah salah
mengamanatkan perlunya penataan
satu alat untuk pengurangan risiko
ruang yang berbasis mitigasi bencana.
bencana. Kerangka pengurangan risiko

i profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


SEKAPUR
Hal ini ditegaskan pula dalam Undang-
SIRIH
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih
Undang No.24 Tahun 2007 tentang dan apresiasi kepada tim penyusun dan
Penyelenggaraan Penanggulangan para pihak yang telah berkontribusi,
Bencana (UUPPB), bahwa dalam semoga dengan diterbitkannya buku
penanggulangan bencana dilakukan Penyusunan Profil Penataan Ruang
pelaksanaan dan penegakan rencana tata Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
ruang untuk mengurangi risiko bencana. Tahun 2015, dapat memberikan
Untuk itu, buku profil merupakan referensi sumbangsih bagi meningkatnya
bagaimana pengurangan risiko bencana keselamatan dan kenyamanan kehidupan
(PRB) berbasis penataan ruang di dan penghidupan masyarakat Indonesia.
Indonesia sampai dengan tahun 2015.

Sebagai bentuk upaya pengelolaan


Jakarta, Desember 2015
pengetahuan (knowledge management)
secara berkesinambungan, khususnya
dalam peningkatan kualitas tata ruang
pada kawasan rawan bencana (KRB) di
Indonesia, selayaknya buku ini masih terus
disempurnakan dan diperbaharui secara
berkala seiring dengan perkembangan DR. Ir. Budi Situmorang, MURP
Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang
kebijakan dan peraturan yang berlaku,
perbaikan dalam kondisi ketersediaan
data spasial kebencanaan, praktik-praktik
baik yang patut didokumentasikan, serta
pengetahuan di bidang pengurangan
risiko bencana melalui penataan ruang.

ii
SEKAPUR
SIRIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat karunia dan
đƫ .+ü(ƫ'!!***ƫ %ƫ * +*!/%ƫ5*#ƫ
mencakup aspek kerawanan dan risiko
anugerah-Nya, buku Profil Penataan Ruang bencana per provinsi se-Indonesia
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
đƫ .+ü(ƫ'!0!./! %*ƫ 0ƫ/,/%(ƫĨ,!0ĩƫƫ
Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku ini
kebencanaan
memuat data dan informasi pendukung
perumusan kebijakan penataan ruang đƫ .+ü(ƫ!**ƫ!/.ƫ *ƫ0!.'%*%ƫ/!.0ƫ
nasional dan daerah dalam aspek penanganannya
mitigasi/pengurangan risiko bencana. Hal
ini sejalan dengan salah satu kebijakan đƫ 001/ƫ,!*0*ƫ.1*#ƫ ƫ %ƫ0%*#'0ƫ
yang mendasari perencanaan program nasional (NSPK penataan ruang dan
dan kegiatan Ditjen Tata Ruang 2015- kebijakan penataan ruang nasional)
2019 yaitu melakukan pengarusutamaan
đƫ 001/ƫ,!*0*ƫ.1*#ƫ ƫ %ƫ0%*#'0ƫ
aspek mitigasi bencana dalam tata ruang,
daerah (profil kualitas RTRW dari
yang diawali dengan strategi peningkatan
perspektif mitigasi/pengurangan
pemahaman tentang aspek kebencanaan
risiko bencana)
dalam penataan ruang.
đƫ .+ü(ƫ 0%,%'(ƫ ,!.)/($*ƫ !*0*ƫ
Penataan ruang berbasis mitigasi/
Ruang KRB di daerah
pengurangan risiko bencana
membutuhkan dukungan data dan đƫ !'+)!* /%ƫ .+2%*/%ƫ *ƫ 3/*ƫ
informasi yang akurat, terbaru, dan Rawan Bencana Prioritas
komprehensif. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka Direktorat Jenderal Tata Buku ini pada dasarnya adalah versi
Ruang c.q. Direktorat Penataan Kawasan ringkas/terbitan popular dari laporan
pada Tahun Anggaran 2015 menyusun profil akhir kegiatan Penyusunan Profil Penataan
penataan ruang kawasan rawan bencana Ruang Kawasan Rawan Bencana di
untuk menyediakan data dan informasi Indonesia Tahun 2015.
terkait kebencanaan dan penataan ruang
Bagi Pemerintah (khususnya Ditjen Tata
di kawasan rawan bencana. Secara umum,
Ruang) buku ini dapat dimanfaatkan
data dan informasi dalam buku ini terdiri
sebagai dasar pertimbangan dalam
atas:

iii profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
Plh. Direktur Penataan Kawasan

penentuan prioritas, fokus dan lokus Buku ini dapat terselesaikan atas kerja
daerah bagi kegiatan peningkatan sama dan dukungan dari berbagai
kualitas tata ruang di kawasan rawan pihak, baik di tingkat pusat, pemerintah
bencana. Profil yang dihasilkan juga daerah, serta narasumber yang telah
berguna sebagai acuan daerah mana berbagi ilmu maupun pengalaman
yang memerlukan pembinaan secara terkait penataan ruang di kawasan rawan
khusus dan perhatian lebih besar untuk bencana. Oleh karena itu, perkenankan
muatan aspek mitigasi/pengurangan kami mengucapkan terima kasih yang
risiko bencana dalam rencana tata ruang sebesar-besarnya atas kerja sama yang
daerahnya. Basis data GIS yang dibangun baik tersebut. Semoga buku ini dapat
dalam proses penyusunan buku profil ini memberikan manfaat bagi semua pihak
juga bermanfaat sebagai input data dalam yang berupaya mewujudkan penataan
perencanaan tata ruang nasional. ruang berbasis mitigasi/pengurangan
risiko bencana, serta berkontribusi dalam
Bagi pemerintah daerah, buku ini berguna
penyelenggaraan penataan ruang untuk
sebagai referensi informasi ketersediaan
mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
data spasial (peta) kebencanaan pada
produktif, dan berkelanjutan
wilayahnya masing-masing, kondisi
kerawanan dan risiko yang ada, alternatif
solusi bagi tipikal permasalahan penataan
Jakarta, Desember 2015
ruang KRB, serta NSPK atau pedoman
penataan ruang yang perlu diacu. Sehingga
pada akhirnya kualitas penataan ruang
daerah dalam mitigasi/pengurangan risiko
bencana dapat meningkat.

Bagi dunia akademisi dan masyarakat luas,


buku ini dapat berkontribusi menambah
DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
literatur bidang mitigasi/pengurangan
Plh. Direktur Penataan Kawasan
risiko bencana melalui penataan ruang
di Indonesia, yang sampai pada saat ini
memang masih sangat terbatas.

iv
DAFTARISI
sekapur sekapur
sirih DR. Ir. Budi Situmorang, MURP
Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang
DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
Plh. Direktur Penataan Kawasan
sirih
Dr. Ir. Budi Dr. Ir. Doni Janarto
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bencana (PRB) ini kemudian diperbaharui penentuan prioritas, fokus dan lokus Buku ini dapat terselesaikan atas kerja
daerah bagi kegiatan peningkatan sama dan dukungan dari berbagai
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, melalui Sendai Framework for Disaster
kualitas tata ruang di kawasan rawan pihak, baik di tingkat pusat, pemerintah
sehingga buku “Profil Penataan Ruang Risk Reduction (SFDRR) 2015-2030.
bencana. Profil yang dihasilkan juga daerah, serta narasumber yang telah
Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Dimana penataan ruang mendapat berguna sebagai acuan daerah mana berbagi ilmu maupun pengalaman

Widiantono, M.Eng.Sc
Tahun 2015” telah dapat diselesaikan. porsi perhatian yang lebih besar dari

Situmorang,MURP
yang memerlukan pembinaan secara terkait penataan ruang di kawasan rawan
Hadirnya buku ini patut disambut baik oleh sebelumnya, tercermin dari 4 tindakan khusus dan perhatian lebih besar untuk bencana. Oleh karena itu, perkenankan
para pemangku penataan ruang maupun prioritas SFDRR yang 3 diantaranya muatan aspek mitigasi/pengurangan kami mengucapkan terima kasih yang
penanggulangan bencana di Indonesia, mencakup aspek penataan ruang (land- risiko bencana dalam rencana tata ruang sebesar-besarnya atas kerja sama yang

i iii
daerahnya. Basis data GIS yang dibangun baik tersebut. Semoga buku ini dapat
karena buku ini hadir menjadi salah satu use policy, land use and urban planning),
dalam proses penyusunan buku profil ini memberikan manfaat bagi semua pihak
referensi terkait data dan informasi khususnya terkait mekanisme dan insentif
juga bermanfaat sebagai input data dalam yang berupaya mewujudkan penataan
spasial kerawanan bencana maupun risiko pendorong ketaatan/tertib tata ruang, perencanaan tata ruang nasional. ruang berbasis mitigasi/pengurangan
bencana di Indonesia, pedoman terkait pengarusutamaan kajian risiko bencana risiko bencana, serta berkontribusi dalam
Bagi pemerintah daerah, buku ini berguna
penataan ruang kawasan rawan bencana dalam perencanaan ruang, rencana tata penyelenggaraan penataan ruang untuk
sebagai referensi informasi ketersediaan
(KRB), termasuk tipikal permasalahan dan ruang sebagai acuan kesiapan rekonstruksi mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
data spasial (peta) kebencanaan pada
pembelajaran di daerah, serta gambaran pasca bencana, serta integrasi manajemen produktif, dan berkelanjutan
wilayahnya masing-masing, kondisi
umum upaya penataan ruang KRB di risiko bencana dalam penataan ruang kerawanan dan risiko yang ada, alternatif
tingkat nasional maupun daerah. pasca bencana agar kapasitas PRB solusi bagi tipikal permasalahan penataan
Jakarta, Desember 2015
meningkat. Dalam konteks Indonesia, ruang KRB, serta NSPK atau pedoman
Telah menjadi konsensus internasional penataan ruang yang perlu diacu. Sehingga
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
dalam Hyogo Framework for Action pada akhirnya kualitas penataan ruang
tentang Penataan Ruang (UUPR) disusun
(HFA) 2005-2015, yang disepakati 168 daerah dalam mitigasi/pengurangan risiko
dan ditetapkan dengan menimbang
negara dalam Konferensi Pengurangan bencana dapat meningkat.
bahwa secara geografis Negara Kesatuan
Resiko Bencana Dunia di Kobe pada tahun Bagi dunia akademisi dan masyarakat luas,
Republik Indonesia (NKRI) berada pada
2005, yang menegaskan bahwa penataan buku ini dapat berkontribusi menambah
kawasan rawan bencana, sehingga UUPR DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng.Sc.
ruang (land use planning) adalah salah literatur bidang mitigasi/pengurangan
mengamanatkan perlunya penataan Plh. Direktur Penataan Kawasan
satu alat untuk pengurangan risiko risiko bencana melalui penataan ruang
ruang yang berbasis mitigasi bencana. di Indonesia, yang sampai pada saat ini
bencana. Kerangka pengurangan risiko
memang masih sangat terbatas.

i profil penataan ruang di kawasan rawan bencana iv

01 02
BAB 1 BAB 2
PENDAHULUAN PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA

PENDAHULUAN PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA


Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan provinsi (skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia
oleh setiap orang. Kapan terjadinya bencana sulit diprediksi terdapat 2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya
sebab fenomena ini merupakan aktivitas alam yang tidak (49%) dengan tingkat kerawanan tinggi

dapat diciptakan dan dihentikan oleh manusia.


Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala provinsi

Profil kebencanaan di
(skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia terdapat
1.1 Latar Belakang 2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya (49%) dengan
tingkat kerawanan tinggi. Sedangkan untuk bencana gempa bumi, hampir seluruh
banjir dan kekeringan. Selain itu,
Secara geografis Indonesia terletak (98 %) wilayah daratan Indonesia rawan bencana gempa bumi, dimana sekitar 20%
dengan meningkatnya pemanasan
pada cincin api pasifik (pacific ring of nya atau 37.522.310 Ha merupakan KRB gempa tinggi. Untuk kerentanan gerakan

Pendahuluan indonesia
global dan kecenderungan terjadinya
fire) dan terletak pada zona tumbukan tanah yang umumnya memicu terjadinya tanah longsor, terdapat 8.276.174 Ha KRB
perubahan iklim, sebagian besar
aktif antar 3 lempeng raksasa dunia, tinggi. Kerawanan bencana letusan gunung api pada umumnya terlokalisasi pada
wilayah Indonesia juga rawan terhadap
yaitu lempeng euroasia, lempeng radius di sekitar gunung. Di Indonesia total luasan KRB gunung api adalah 2.353.285
ancaman gelombang ekstrim, abrasi,

1 19
Pacific dan lempeng Indo-australia. Ha dan 4%nya merupakan rawan tinggi. Sedangkan untuk bencana banjir, 20 %
angin ribut, cuaca ekstrim, kekeringan,
Pada sepanjang garis cincin api yang wilayah daratan Indonesia adalah kawasan rawan bencana (KRB) banjir dimana
serta kebakaran hutan dan lahan.
membentang dari Sumatera, Jawa, 65%nya atau 24.992.347 Ha merupakan rawan tinggi.
Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku, Dalam kurun waktu dua belas tahun
setidaknya terdapat sekitar 28 zona terakhir (2004-2015) Indonesia 2.1 Kejadian Bencana Besar di Indonesia Tahun 2014 – 2015
pusat gempa, 129 buah gunung api dilanda oleh beragam bencana besar.
Pada periode tahun 2014-2015, telah terjadi bencana besar di Indonesia dengan
aktif, yang rawan terhadap bencana Kejadian bencana itu diantaranya
lokasi menyebar. Bencana di Indonesia dikategorikan sebagai bencana besar jika
letusan gunung berapi, gempa bumi, adalah (i) gempa bumi dan tsunami
menimbulkan kerugian material, kerusakan lahan, dan korban jiwa. Terdapat 5
tsunami dan longsor. Aceh-Nias (2004), (ii) gempa bumi
(lima) bencana besar banjir, 3 (tiga) bencana besar letusan gunung api, 2 (dua)
Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006),
Secara hidro-meteorologis dan bencana besar gempa bumi, dan 3 (tiga) bencana besar tanah longsor.
(iii) tsunami pangandaran Kab.Ciamis
klimatologi, Indonesia berada pada
(2006), (iv) gempa bumi Sumatera Bencana besar banjir terjadi di Provinsi Aceh, Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan
iklim tropis dengan curah hujan yang
Barat (2007), (v) banjir Jakarta Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi DKI Jakarta. Bencana besar letusan
relatif tinggi, dengan variasi kondisi
(2007), (vi) gempabumi Bengkulu gunung api terjadi di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi
geomorfologi dan iklim yang ekstrim,
(2007), (vii) gempa bumi Sumatera Nusa Tenggara Timur. Bencana besar gempa bumi terjadi di Papua Barat dan Nusa
sehingga banyak daerah di Indonesia
Barat (2009), (viii) tsunami Mentawai Tenggara Timur. Sedangkan bencana besar tanah longsor terjadi di Provinsi Papua,
yang rawan mengalami bencana
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.1 menunjukkan persebaran kejadian
bencana besar di Indonesia.

1 19

03 04
BAB 3 BAB 4
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015) PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA

PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/


profil data spasial
profil bencana besar dan PROFIL BENCANA BESAR DAN
TERKINI (TAHUN 2014-2015)
KATALOG KETERSEDIAAN DATA kebencanaan katalog
terkini tahun (2014-2015) ketersediaan data
4.1 Inventarisasi Ketersediaan Data Spasial Kerawanan Bencana
3.1 Bencana Letusan Gunung Api Sinabung Data Spasial Kerawanan Bencana menjadi input yang sangat penting dalam
perencanan tata ruang KRB. Dari data spasial kerawanan bencana dapat

285 347
3.1.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis ditindaklanjuti dengan identifikasi tingkat kerugian yang dialami kelompok
terpapar, tingkat kerentanan, kapasitas yang dimiliki kelompok terpapar, tingkat
Gunung Api Sinabung (2.460 m dpl) bersama Gunung Api Sibayak adalah dua ancaman bencana, yang kesemuanya menentukan tingkat risiko bencana. Hasil
gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sedangkan kota analisis risiko bencana menjadi dasar dalam penataan ruang berbasis PRB.
terdekat dari gunung api ini adalah Kota Kaban Jahe dan Berastagi. Gunung Api Data spasial kebencanaan yang akurat sangat menentukan kualitas RTR dari
Sinabung sebelumnya merupakan Gunung Api tipe B (belum meletus setelah perspektif mitigasi/PRB. Terdapat kondisi data kebencanaan yang berbeda di
tahun 1600). Saat ini Pemerintah bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera tiap lokasi/daerah dalam hal skala, format, dan sumber data. Tabel berikut adalah
Utara dan Kabupaten Karo, sedang dihadapkan pada tugas besar penanggulangan hasil inventarisasi ketersediaan data spasial kerawanan bencana di Indonesia per
bencana erupsi Gunung Api Sinabung. Erupsi mengalami naik turun sejak tahun Desember 2015.
2010 dan hingga saat ini belum dapat diperkirakan kapan erupsi akan berakhir.
Terhitung sejak tanggal 2 Juni 2015 lalu, statusnya kembali dinaikkan dari SIAGA/
level III (sedang bergerak ke arah letusan) menjadi AWAS/level IV (segera atau
sedang meletus) oleh PVMBG. Kerakter letusan Gunung Api Sinabung adalah
freatik dan magmatik dengan potensi bahaya berupa awan panas, lontaran batu
pijar, aliran dan guguran lava, hujan abu vulkanik, gempa vulkanik, dan banjir lahar.

285 347

v profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


05 06
BAB 5 BAB 6
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH

profil status penataan


Profil status penataan krb ruang krb di tingkat
di tingkat nasional daerah

373 399
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
1.
DI TINGKAT NASIONAL
Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Penataan Ruang
6.1 Profil Kualitas Rencana Tata Ruang dari Perspektif PRB
Penilaian pada 19 komponen memperoleh hasil nilai minimum adalah 1 (satu),
Upaya penataan ruang KRB atau pengarusutamaan mitigasi bencana ke dalam dengan asumsi setiap komponen memiliki skor 1 (satu). Sedangkan nilai maksimum
penataan ruang harus dilakukan di semua tingkatan, baik nasional maupun daerah. adalah 4 (empat), dengan asumsi setiap komponen memiliki skor, yaitu 4 (empat).
Bab ini menguraikan gambaran sejauh mana upaya penataan ruang KRB di tingkat
nasional, khususnya oleh Ditjen Tata Ruang-Kementerian ATR/BPN selaku instansi Berdasarkan penilaian aspek rencana tata ruang, maka didapat skor komulatif
tingkat pusat yang membidangi tata ruang, rencana tata ruang yang menjadi dengan rentang 1-1,5. Nilai terendah adalah 1; untuk muatan RTRW Provinsi
kewenangan nasional dan NSPK terkait penataan ruang KRB. Sumatera Selatan. Nilai tertinggi yaitu 1,5; untuk muatan RTRW Provinsi Bengkulu.

367 391

07 08
BAB 7 BAB 8
PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG

REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN


PRB MELALUI PENATAAN RUANG

profil permasalahan PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG


Upaya peningkatan PRB melalui penataan ruang dapat dilakukan dengan
penentuan lokasi prioritas penataan KRB, sehingga alokasi kegiatan pemerintah
khususnya Ditjen Tata Ruang dapat lebih terfokus dan lebih tepat sasaran. Kriteria
REKOMENDASI KEBIJAKAN
penataan ruang kawasan KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
PENINGKATAN PRB MELALUI
penentuan KRB/lokasi prioritas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kriteria amanat RPJMN

Dalam RPJMN 2015-2019 telah mengamanatkan penanggulangan bencana melalui


7.1 Aspek Data dan Informasi

PENATAAN RUANG
beberapa program. Program-program tersebut diimplementasikan pada wilayah

rawan bencana di indonesia


Data dan informasi menjadi input dasar bagi setiap wilayah dalam kegiatan yang diprioritaskan. Wilayah prioritas PRB adalah wilayah yang memiliki Indeks
penataan ruang KRB. Sebagian besar wilayah di Indonesia yang telah terklasifikasi Risiko Bencana tinggi dan sedang. Dalam pemilihan Provinsi dan KRB prioritas
dalam KRB telah memiliki data dan informasi terkait kebencanaan. Data sesuai dengan yang diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 karena perlunya

403 411
kebencanaan yang termuat dalam kajian tersebut meliputi jenis bencana, dampak mengacu pada kebijakan nasional. Sehingga rekomendasi ini diharapkan dapat
yang ditimbulkan, korban jiwa, dan kerugian. Data tersebut dapat dijadikan tepat sasaran dan sesuai dengan prioritas nasional.
sebagai data awal untuk menganalisis tingkat keterpaparan, kerentanan, kapasitas
adaptasi dan risiko bencana. Permasalahan yang sering terjadi adalah kondisi 2) Kriteria spasial
data yang berbeda-beda di setiap daerah, baik dalam hal ketersediaan, jenis data, Kriteria spasial yang digunakan dalam rekomendasi provinsi dan KRB prioritas
sumber data, akurasi, skala, format, dan unit data. Sebagai contoh adalah tidak adalah 1). Tingkat kerawanan bencana; 2). Tingkat risiko bencana; 3). Indikasi
tersedianya peta kerawanan bencana dan peta risiko sesuai dengan standar yang keterpaparan masa depan; 4) Sejarah bencana besar; 5). Sejarah bencana
berlaku dan pada skala yang memadai, khususnya pada tingkat kota dan kawasan. terkini; 6). KRB yang diprioritaskan penataan ruangnya dalam RTRW Provinsi;
Contoh lainnya adalah tidak tersedianya data kebencanaan secara lengkap, yaitu 7). Kelengkapan data kebencanaan. Kriteria-kriteria tersebut dilakukan penilaian
data kebencanaan banjir dan data kebencanaan kekeringan. dengan metode skoring dan pembobotan.
Selain itu, data dasar yang menjadi input penyusunan peta KRB juga belum 3) Kriteria masa peninjauan kembali RTRW
tersedia dalam skala rinci, sehingga peta KRB yang ideal sulit dihasilkan. Misalnya,
ketersediaan data rinci untuk peta geologi, sesar aktif, curah hujan harian, dll. Kriteria ini untuk menjadi pertimbangan pemilihan rekomendasi provinsi-provinsi
dan KRB prioritas. Penyempurnaan RTRW berbasis mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana dapat dilakukan pada masa peninjauan kembali. Apabila masa
peninjauannya berada dalam waktu dekat (2016-2020), maka akan semakin cepat
pula mewujudkan penataan ruang berbasis mitigasi bencana/Pengurangan Risiko
Bencana.

403 411

Terima kasih
Daftar Pustaka Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, baik itu tim
penyusun dari Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Rencana Penanggulangan Pertanahan Nasional maupun narasumber dan peserta dari pusat dan daerah.
Bencana Daerah Kota Manado. BNPB: Jakarta
Terkhusus kepada Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang, Bapak DR. Ir. Budi Situmorang,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi MURP serta Plh. Direktur Penataan Kawasan sekaligus Plt. Kasubdit Penataan
Paparan “Penanggulangan Bencana di Kabupaten Banjarnegara”. Dalam acara Kawasan Baru, Bapak DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng. Sc. yang telah

DAFTAR PUSTAKA TERIMA KASIH


Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan memberikan arahan dan dukungan pada tim dalam penyusunan Buku Profil ini.
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015
Penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia ini
Bappeda Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Penataan Ruang Wilayah tersusun berkat dukungan data dan informasi dari Direktorat Pengurangan Risiko
Kabupaten Banjarnegara dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara Focus

422 426
Bencana - BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kemen. ESDM,
Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Pemkab Karo, Pemkab Banjarnegara, Pemkot Sorong, Pemkot Manado, serta
Bencana di Indonesia Tahun 2015 internal Ditjen Tata Ruang. Narasumber dan peserta yang berkontribusi dalam
Bappeda Kota Sorong. 2015. Materi Paparan “Kawasan Rawan Bencana di Indonesia rangkaian diskusi di pusat maupun di daerah adalah :
Penataan Ruang Wilayah Kota Sorong dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara 1. Kepala Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG,
Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Bapak DR. Gede Suantika,
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015
2. Surveyor Pemetaan Madya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, DR. Supartoyo,
Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Kerawanan Bencana Geologi di Kabupaten
Banjarnegara. Dalam acara Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil 3. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015 Karo, Bapak Mulianta Tarigan, S.Sos,

Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Draft 4. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo,
Rencana Kesiapsiagaan Menghadapi Kontijensi/Potensi Terjadinya Situasi Darurat 5. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Akibat Letusan Gunungapi Sinabung Pasca Pemulangan Pengungsi. BNPB: Jakarta Banjarnegara, Bapak Drs. Setiawan, M.Hum,

422 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana 426 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana

vi
12 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PENDAHULUAN
01
PENDAHULUAN
Bencana alam merupakan peristiwa yang tidak diharapkan
oleh setiap orang. Kapan terjadinya bencana sulit diprediksi
sebab fenomena ini merupakan aktivitas alam yang tidak
dapat diciptakan dan dihentikan oleh manusia.

1.1 Latar Belakang


banjir dan kekeringan. Selain itu,
Secara geografis Indonesia terletak
dengan meningkatnya pemanasan
pada cincin api pasifik (pacific ring of
global dan kecenderungan terjadinya
fire) dan terletak pada zona tumbukan
perubahan iklim, sebagian besar
aktif antar 3 lempeng raksasa dunia,
wilayah Indonesia juga rawan terhadap
yaitu lempeng euroasia, lempeng
ancaman gelombang ekstrim, abrasi,
Pacific dan lempeng Indo-australia.
angin ribut, cuaca ekstrim, kekeringan,
Pada sepanjang garis cincin api yang
serta kebakaran hutan dan lahan.
membentang dari Sumatera, Jawa,
Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku, Dalam kurun waktu dua belas tahun
setidaknya terdapat sekitar 28 zona terakhir (2004-2015) Indonesia
pusat gempa, 129 buah gunung api dilanda oleh beragam bencana besar.
aktif, yang rawan terhadap bencana Kejadian bencana itu diantaranya
letusan gunung berapi, gempa bumi, adalah (i) gempa bumi dan tsunami
tsunami dan longsor. Aceh-Nias (2004), (ii) gempa bumi
Yogyakarta dan Jawa Tengah (2006),
Secara hidro-meteorologis dan
(iii) tsunami pangandaran Kab.Ciamis
klimatologi, Indonesia berada pada
(2006), (iv) gempa bumi Sumatera
iklim tropis dengan curah hujan yang
Barat (2007), (v) banjir Jakarta
relatif tinggi, dengan variasi kondisi
(2007), (vi) gempabumi Bengkulu
geomorfologi dan iklim yang ekstrim,
(2007), (vii) gempa bumi Sumatera
sehingga banyak daerah di Indonesia
Barat (2009), (viii) tsunami Mentawai
yang rawan mengalami bencana

1
(2010), (ix) banjir bandang Wasior terlihat bahwa penataan ruang
(2010), (x) erupsi Gunung Merapi berbasis mitigasi bencana dapat
(2010), (xi) lahar dingin Gunung dimaknai sebagai penataan ruang yang
Merapi (2011), (xii) banjir Jakarta pada diposisikan sebagai salah satu upaya
akhir 2012 dan awal 2013, (xiii) banjir atau instrumen pengurangan risiko
bandang Manado di awal 2014, (xiv) bencana (Disaster Risk Reduction/
longsor Banjarnegara di akhir 2014, DRR) dimana tercakup didalamnya
serta (xv) erupsi Gunung Sinabung upaya pengurangan ancaman (hazard)
sejak tahun 2010-2015 yang masih dan kerentanan (vulnerability), serta
terus berlangsung hingga sekarang. peningkatan kapasitas (capacity).

Undang-Undang No. 26 Tahun Pengambilan keputusan dan


2007 tentang Penataan Ruang perumusan kebijakan penataan ruang
(UUPR) disusun dan ditetapkan nasional dan daerah dalam rangka
dengan menimbang bahwa secara mitigasi atau pengurangan risiko
geografis Negara Kesatuan Republik bencana membutuhkan dukungan
Indonesia (NKRI) berada pada data dan informasi yang akurat, terbaru,
kawasan rawan bencana, sehingga dan komprehensif. Sehubungan
diperlukan penataan ruang yang dengan hal tersebut di atas, maka
berbasis mitigasi bencana sebagai Direktorat Jenderal Tata Ruang
upaya meningkatkan keselamatan c.q. Direktorat Penataan Kawasan
dan kenyamanan kehidupan menyusun Profil Penataan Ruang
dan penghidupan (konsideran Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
menimbang huruf e). Kemudian Tahun 2015 untuk menyediakan data
dalam Undang-Undang No.24 Tahun dan informasi terkait kebencanaan
2007 tentang Penanggulangan dan penataan ruang di kawasan
Bencana (UUPB), diatur bahwa rawan bencana, melakukan tinjauan
mitigasi adalah serangkaian upaya sejauh mana upaya penataan ruang
untuk mengurangi risiko bencana, kawasan rawan becana di Indonesia
baik melalui pembangunan fisik baik di tingkat pusat dan daerah,
maupun penyadaran dan peningkatan serta merumuskan rekomendasi lokasi
kemampuan menghadapi ancaman prioritas penataan ruang kawasan
bencana, atau dengan kata lain, rawan bencana dan kebijakan untuk
baik melalui pengurangan ancaman meningkatkan pengarusutamaan
bencana maupun kerentanan pihak Pengurangan Risiko Bencana (PRB)
yang terancam bencana. Dengan dalam penataan ruang.
meninjau amanat kedua UU tersebut,

2 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk


menyiapkan data dan informasi
pendukung pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan penataan
ruang nasional dan daerah dalam
mitigasi/pengurangan risiko bencana
di Indonesia.

1.2.2 Manfaat
Manfaat dari kegiatan ini adalah
sebagai berikut:

1. Meningkatnya sensitivitas
penataan ruang nasional dan
daerah dalam aspek Mitigasi/PRB

2. Meningkatnya kualitas
perencanaan tata ruang melalui
dukungan ketersediaan data
dan informasi penataan ruang di
kawasan rawan bencana.

3
4 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PENDAHULUAN
01
1.3 Ruang Lingkup Profil per-provinsi di Indonesia pada
tahun 2015
Penataan Ruang Kawasan
7. Penyiapan bahan basis data
Rawan Bencana
Geographic Information System
1.3.1. Lingkup Kegiatan (GIS) Peta Kerawanan Bencana
per provinsi di Indonesia pada
Secara substansi kegiatan Penyusunan
tahun 2015 Penyusunan profil
Profil Penataan Ruang Kawasan
kebencanaan per provinsi
Rawan Bencana di Indonesia, meliputi:
8. Penyusunan profil kebencanaan
1. Inventarisasi peraturan, pedoman,
per propinsi
dan standar terkait penataan
ruang di kawasan rawan bencana 9. Penyusunan Profil karakteristik
sampai dengan tahun 2015 bencana besar dan terkini yang
pernah terjadi di Indonesia
2. Inventarisasi status Perda RTRW
(mencakup aspek kerawanan,
Provinsi/Kabupaten/Kota
risiko, wilayah terdampak, upaya
3. Inventarisasi kawasan strategis rehabilitasi & rekonstruksi serta
dalam RTRW yang ditetapkan upaya mitigasi ke depan)
berdasarkan kriteria kerawanan
10. Penyusunan Daftar Inventarisasi
bencana
Masalah (DIM) penataan ruang
4. Penyiapan Daftar Simak penilaian kawasan rawan bencana di daerah
(assessment) dari perspektif
mitigasi/pengurangan risiko 1.3.2. Lingkup Wilayah
bencana di dalam RTRW Provinsi
Kegiatan Penyusunan Profil Penataan
5. Rapid Assessment kondisi Ruang Kawasan Rawan Bencana Tahun
kebutuhan integrasi aspek 2015 ini mencakup seluruh provinsi di
mitigasi bencana/PRB dalam Indonesia. Lokasi pelaksanaan kegiatan
penataan ruang daerah dengan diskusi dan diseminasi meliputi 3 (tiga)
menggunakan daftar simak kabupaten/kota, yaitu:

6. Inventarisasi (ketersediaan, 1). Kabupaten Karo (Berastagi),


skala, sumber, dan format) Peta untuk bencana letusan Gunung
Kerawanan dan Risiko Bencana Api Sinabung;

5
2). Kabupaten Wonosobo, untuk
bencana tanah longsor
Banjarnegara;

3). Kota Sorong, untuk bencana


gempa bumi

Lokasi tersebut di atas sekaligus


merupakan lokasi pendalaman materi
profil penataan ruang kawasan rawan
bencana di tingkat Kabupaten/ Kota.

1.3.3. Lingkup Jenis Bencana


Lingkup jenis bencana dalam
penyusunan profil ini antara lain letusan
gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
banjir, longsor dan kekeringan. Hal
ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa: (a) jenis bencana tersebut
merupakan bencana yang relatif
dominan di Indonesia, ditinjau dari
sejarah frekuensi , besaran kerugian,
dan sebaran lokasi kejadian, kemudian
(b) bencana yang bisa diprediksi
berdasarkan kondisi fisiknya serta
dapat dipetakan dalam ruang.

6 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
1.4 Metodologi
1.4.1 Kerangka Pikir Pelaksanaan Kegiatan
Dalam kegiatan Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di
Indonesia Tahun 2015 setidaknya akan dihasilkan 3 (tiga) profil, yaitu Profil Mitigasi
Bencana/Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dalam RTRW Daerah, Profil Katalog
Data Spasial Bencana Alam, dan Profil Bencana Besar Terkini.

Sumber: Analisis Tim, 2015

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Kegiatan

Dari ketiga profil tersebut, dihasilkan rekomendasi kebijakan peningkatan


Pengurangan Risiko Bencana melalui penataan ruang seperti yang terlihat dalam
kerangka pikir (Gambar 1.1).

7
1.4.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Penyusunan Profil Penataan pengolahan data dilakukan pada bulan
Ruang Kawasan Rawan Bencana kedua dan ketiga, serta penyusunan
di Indonesia Tahun 2015 dilakukan profil penataan ruang kawasan
dalam jangka waktu 5 (lima) bulan. rawan bencana dilakukan pada bulan
Tahap persiapan dilakukan pada keempat dan kelima. Gambar 1.2
bulan pertama, pengumpulan dan adalah tahapan pelaksanaan kegiatan.

Gambar 1.2 Tahapan pelaksanaan kegiatan

1.4.3 Teknik Analisis dalam Pelaksanaan mitigasi ke depan. Sedangkan


tumpang tindih (overlay) peta
Pekerjaan
pola ruang budi daya dan KRB
1) Teknik Analisis GIS dan Tumpang untuk menghasilkan peta indikasi
tindih (Overlay) Peta keterpaparan dimasa yang akan
2) Teknik analisis GIS digunakan datang. Selain itu, dalam kegiatan
untuk menghasilkan peta risiko, ini juga dilakukan tumpang tindih
peta bahaya, peta KRB, dan peta pola ruang kawasan lindung dan
indikasi keterpaparan dan upaya KRB untuk menghasilkan peta

8 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
indikasi upaya mitigasi. Dalam terdapat proses tumpang tindih
menentukan lokasi prioritas untuk dari 7 (tujuh) kriteria seperti yang
untuk penataan ruang berbasis terlihat pada Tabel 1.1.
pengurangan risiko bencana, maka

Tabel 1.1 Tujuh Kriteria Pemilihan Lokasi Kawasan Prioritas

Parameter dan Skor Bobot


No Kriteria Indikator
3 (Tinggi) 2(Sedang) 1 (Rendah) (%)
1 Tingkat A. Proprosi luas
kerawanan KRB pada
50-100% 25-50% 0-25% 7,14
bencana wilayah yang
bersangkutan

B. Proporsi luas KRB


tinggi terhadap ≥ 20% 10-20% ≤ 10% 7,14
KRB keseluruhan

2 Tingkat risiko Proporsi luas risiko


≥ 20% 10-20% ≤ 10% 14,28
bencana tinggi terhadap KRB

3 Indikasi Proporsi rencana


keterpaparan pola ruang kawasan
masa depan budi daya yang
50-100% 25-50% 0-25% 14,28
berada pada KRB
terhadap kawasan
budi daya

4 Sejarah Korban jiwa


≥ 10- <100
bencana ≥100 orang <10 orang 14,28
orang
besar

5 Sejarah Ada atau tidak


bencana kejadian bencana
2000-
terkini yang menimbulkan 2010-2015 2005-2010 14,28
2005
korban jiwa dalam 15
tahun terakhir

6 KRB yang Ada atau tidaknya


diprioritaskan penetapan kawasan
Ada dan
penataan strategis Kota/
terdefinisi
ruangnya Kab dari kriteria - Tidak ada 14,28
wilayah
dalam RTRW rawan bencana/
cakupannya
Provinsi kebencanaan dalam
RTRW Provinsi

7 Kelengkapan Ketersediaan
Sedang
data Rencana
dalam Belum
kebencanaan Penanggulangan tersedia 14,28
proses tersedia
Bencana RPB (Kab/
penyusunan
Kota)
Sumber: Analisis Tim, 2015

9
3) Penyusunan dan Penggunaan Adaptasi :
daftar simak Penilaian Kualitas
Upaya untuk menyesuaikan diri
RTRW dari perspektif mitigasi
dengan lingkungan dengan melakukan
bencana/PRB.
perubahan yang mengarah pada
4) Dalam kegiatan ini dilakukan peningkatan daya tahan dan daya
proses penilaian RTRW se- lenting terhadap perubahan sesuai
Indonesia yang bertujuan untuk dengan kapasitas masyarakat lokal.
mengetahui kualitasnya dari
Bahaya (hazard) :
perspektif mitigasi bencana/PRB.
Penilaian yang dilakukan meliputi Peristiwa yang terjadi satu jenis saja
ketersediaan dan kesesuaian atau beberapa jenis sebagai kombinasi
muatan RTRW dalam aspek dengan durasi dan frekuensi bencana
tata ruang yang meliputi data yang berbeda.
kebencanaan, proses analisis,
Bencana :
rencana struktur ruang, rencana
pola ruang, arahan pemanfaatan Peristiwa atau rangaikan peristiwa
ruang terkait mitigasi bencana, yang mengancam dan mengganggu
dan arahan pengendalian ruang kehidupan dan penghidupan
terkait mitigasi bencana. masyarakat yang dsebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non
5) Salah satu tahapan pekerjaan
alam maupun faktor manusia sehingga
dalam Penyusunan Profil Penataan
mengakibatkan timbulnya korban
Ruang Kawasan Rawan Bencana
jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
di Indonesia Tahun 2015 adalah
kerugian harta benda, dan dampak
menentukan lokasi prioritas.
psikologis.
1.5 Istilah Umum Disinsentif :

Ancaman : merupakan perangkat untuk


mencegah, membatasi pertumbuhan
Suatu kejadian atau peristiwa yang atau mengurangi kegiatan yang tidak
bisa menimbulkan bencana. sejalan dengan rencana tata ruang,
berupa pengenaan pajak yang tinggi,
pembatasan penyediaan infrastruktur,

10 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
pengenaan kompensasi, dan penalti. dampak positif dapat dimaksimalkan.

Evakuasi : Kawasan Budi Daya :

Proses pemindahan korban yang Wilayah yang ditetapkan dengan


mengalami bencana dari sebuah fungsi utama untuk dibudidayakan
bencana dari sebuah daerah. atas dasar kondisi dan potensi sumber
daya manusia, dan sumber daya
Gerakan tanah :
buatan.
Peristiwa geologi yang terjadi karena
Kawasan Lindung :
pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti Wilayah yang ditetapkan dengan
jatuhnya bebatuan atau gumpalan fungsi utama melindungi kelestarian
besar tanah. lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam dan sumber daya
Insentif :
buatan.
merupakan perangkat atau upaya
Kerawanan :
untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan Peristiwa yang luar biasa yang
yang sejalan dengan rencana tata memiliki potensi untuk mengancam
ruang, berupa keringanan pajak, kehidupan manusia, baik dirinya,
pemberian kompensasi, subsidi silang, harta benda, kehidupannya, maupun
imbalan, sewa ruang, urun saham, lingkungannya.
pembangunan serta pengadaan
Kerentanan (vulnerability) :
infrastruktur, kemudahan prosedur
perizinan, dan/atau pemberian Keadaan atau sifat/perilaku manusia
penghargaan kepada masyarakat, atau masyarakat yang menyebabkan
swasta, dan/atau pemerintah daerah. ketidakmampuan menghadapi bahaya
atau ancaman
Kapasitas (capacity) :
Kesiapsiagaan :
Kemampuan dari suatu sistem untuk
melakukan penyesuaian terhadap Serangkaian yang dilakukan untuk
ancaman bencana sehingga potensi mengantisipasi bencana melalui
dampak negatif dapat dikurangi dan pengorganisasian serta melalui

11
langkah yang tepat guna dan berdaya atau penerapan teknik-teknik rekayasa
guna. untuk mewujudkan ketangguhan dan
daya tahan struktur-struktur atau
Keterpaparan (exposure) :
sistem-sistem.
Penduduk, harta benda, sistem-sistem
Proteksi :
atau elemen-elemen yang ada di
kawasan ancaman bahaya yang oleh Upaya melindungi elemen-elemen
karenanya bisa berpotensi mengalami yang terkena bencana.
kerugian/kehilangan.
Rehabilitasi :
Mitigasi :
Perbaikan dan pemulihan semua aspek
Serangkaian upaya untuk pelayanan publik atau masyarakat
mengurangi risiko bencana, baik sampai tingkat yang memadai pada
melalui pembangunan fisik maupun wilayah pasca bencana dengan
penyadaran dan peningkatan sasaran utama untuk normalisasi
kemampuan menghadapi ancaman atau berjalannya secara wajar semua
bencana. aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca
Mitigasi Non struktural :
bencana.
Segala langkah yang tidak
Rekonstruksi :
melibatkan konstruksi fisik yang
menggunakan pengetahuan, praktik Pembangunan kembali semua
atau kesepakatan untuk mengurangi prasarana dan sarana, kelembagaan
risiko dan dampak, khususnya melalui pada wilayah pasca bencana, baik
kebijakan dan hukum, peningkatan pada tingkat pemerintahan maupun
kesadaran masyarakat, pelatihan dan masyarakat dengan sasaran utama
pendidikan. tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya,
Mitigasi struktural :
tegaknya hukum dan ketertiban, dan
Segala konstruksi fisik untuk bangkitnya peran serta masyarakat
mengurangi atau menghindarkan dalam segala aspek kehidupan
kemungkinan dampak yang bermasyarakat pada wilayah pasca
ditimbulkan oleh ancaman bahaya, bencana.

12 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
Relokasi : ratusan meter dan panjangnya dapat
mencapai beberapa desimeter hingga
Alternatif untuk memberikan
ribuan meter. Sesar dapat terjadi pada
kesempatan kepada masyarakat yang
segala jenis batuan. Akibat terjadinya
tanahnya musnah terkena bencana,
pergeseran itu, sesar akan mengubah
baik sebagian maupun seluruhnya,
perkembangan topografi, mengontrol
untuk menata kembali dan melanjutkan
air permukaan dan bawah permukaan,
kehidupannya di tempat yang baru
merusak stratigrafi batuan, dan
dan berada pada zona aman bencana.
sebagainya.
Rencana kontijensi bencana :
Sistem Peringatan Dini :
Proses untuk menentukan prosedur
Serangkaian kegiatan pemberian
operasional dalam merespon kejadian
peringatan sesegera mungkin kepada
khusus atau risiko berdasarkan pada
masyarakat tentang kemungkinan
sumber daya dan kapasitas yang
terjadinya bencana pada suatu tempat
dimiliki dan memenuhi syarat sehingga
oleh lembaga yang berwenang.
respon bisa dilakukan secara tepat
waktu, efektif, dan sesuai. Tanggap darurat :

Risiko Bencana : Serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian
Potensi kerugian yang ditimbulkan
bencana untuk menangani dampak
akibat bencana pada suatu wilayah
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
dan kurun waktu tertentu yang
kegiatan penyelamatan dan evakuasi
dapat berupa kematian, luka, sakit,
korban, harta benda, pemenuhan
jiwa terancam, hilangnya rasa aman,
kebutuhan dasar, pelindungan,
mengungsi, kerusakan atau kehilangan
pengurusan pengungsi, penyelamatan,
harta, dan gangguan kegiatan
serta pemulihan prasarana dan sarana.
masyarakat.

Struktur Sesar :

Struktur sesar adalah rekahan yang


mengalami geser-geseran yang
jelas. Pergerakan dapat berkisar
dari beberapa milimeter sampai

13
1.6 Akronim IRBI :

BAPPEDA : Indeks Risiko Bencana Indonesia

Badan Perencanaan Pembangunan KRB :


Daerah Kawasan Rawan Bencana
BASARNAS : KSN :
Badan SAR Nasional Kawasan Strategis Nasional
BMKG : LSM :
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat
Geofisika
PDAM :
BNPB :
Perusahaan Daerah Air Minum
Badan Nasional Penanggulangan
PGA :
Bencana
Peak Ground Acceleration
BPBD :
PKL :
Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Pusat Kegiatan Lingkungan
BPN : PKN :
Badan Pertanahan Negara Pusat Kegiatan Nasional
DAS : PKW :
Daerah Aliran Sungai Pusat Kegiatan Wilayah
DIBI : PLN :
Data dan Informasi Bencana Perusahaan Listrik Negara
Indonesia
PMI :
EWS :
Palang Merah Indonesia
Early Warning System (Sistem PRB :
Peringatan Dini)
Pengurangan Risiko Bencana
GIS :
POLRI :
Geographic Information System,
dikenal juga sebagai SIG (Sistem Kepolisian Republik Indonesia
Informasi Geografis) PVMBG :
Huntap : Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Hunian Tetap Bencana Geologi
Huntara : RDTR :
Hunian Sementara Rencana Detail Tata Ruang

14 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01
RPB : 1.7 Sistematika Pembahasan
Rencana Penanggulangan Bencana
Laporan Akhir Penyusunan Profil
RPJMN :
Penataan Ruang Kawasan Rawan
Rencana Pembangunan Jangka
Bencana ini terdiri dari 8 (delapan) bab
Menengah Nasional
yang memuat sub-bab di dalamnya.
RTH :
Sistematika dalam laporan akhir ini
Ruang Terbuka Hijau
adalah sebagai berikut:

RTRW : BAB 1. Pendahuluan


Rencana Tata Ruang Wilayah Pada bab ini memuat latar belakang,
SAR : tujuan dan manfaat, ruang lingkup
Search and Rescue profil penataan ruang kawasan rawan
SATPOL PP & Linmas : bencana, metodologi, istilah umum,
Satuan Polisi Pamong Praja dan dan sistematika pembahasan.
Perlindungan Masyarakat
BAB 2 . Profil Kebencanaan di
SKL :
Indonesia
Satuan Kemampuan Lahan
SPR : Bab ini membahas kejadian bencana
besar di Indonesia yang terjadi
Standar Penataan Ruang
sepanjang tahun 2014-2015 dan profil
TNI :
kebencanaan se-Indonesia.
Tentara Nasional Indonesia
UNISDR : BAB 3. Profil Bencana Besar dan
United Nations International Stategy Terkini (Tahun 2014-2015)
for Disaster Reduction
Pada bab ini membahas profil bencana
USGS :
letusan gunung api sinabung, bencana
United States Geological Survey tanah longsor Banjarnegara, bencana
banjir bandang Manado, dan bencana
gempa bumi di Kota Sorong, dan
banjir bandang di Kabupaten Wasior,
Papua Barat.

15
BAB 4 Profil Data Spasial BAB 7 Profil Permasalahan Penataan
Kebencanaan (Katalog Ketersediaan Ruang Kawasan Rawan Bencana di
Data) Indonesia

Pada bagian ini dibahas mengenai Pada bagian ini membahas


inventarisasi data spasial kerawanan permasalahan penataan ruang
bencana di Indonesia, inventarisasi kawasan rawan bencana, dari aspek
ketersediaan data spasial risiko data dan informasi, aspek analisis,
bencana di Indonesia, dan aspek kualitas muatan Rencana
Inventarisasi ketersediaan Rencana Tata Ruang, aspek implementasi,
Penanggulangan Bencana Daerah. aspek kelembagaan; koordinasi; dan
komitmen, aspek pertanahan, aspek
BAB 5. Profil Status Penataan Ruang sosial dan budaya.
KRB di Tingkat Nasional

Pada bab 5 dibahas mengenai rencana


strategis, program, dan kegiatan BAB 8 . Rekomendasi Kebijakan
Direktorat Jenderal Tata Ruang yang Peningkatan Pengurangan Risiko
terkait dengan Penataan Ruang Bencana melalui Penataan
Kawasan Rawan Bencana; NSPK Ruang
terkait penataan ruang kawasan rawan
Pada bab ini dihasilkan rekomendasi
bencana, kebijakan RTRW Nasional;
daftar provinsi yang termasuk dalam
dan Rencana Tata Ruang KSN Merapi.
prioritas penataan kawasan rawan
BAB 6. Profil Status Penataan Ruang bencana serta rekomendasi kebijakan
Kawasan Rawan Bencana di Tingkat peningkatan Pengurangan Risiko
Daerah Bencana melalui penataan ruang.

Pada bab ini membahas tinjauan RTRW


Provinsi dari perspektif Pengurangan
Risiko Bencana, inventarisasi Kawasan
Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan
Strategis Kabupaten (KSK) dengan
sudut kepentingan kebencanaan
di dalam RTRW, dan profil kualitas
Rencana Tata Ruang dari perspektif
bencana.

16 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PENDAHULUAN
01

17
18 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala
provinsi (skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia
terdapat 2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya
(49%) dengan tingkat kerawanan tinggi

Berdasarkan analisis terhadap peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) skala provinsi
(skala 1:250.000 atau lebih kecil) dari BNPB dan PVMBG, di Indonesia terdapat
2.649.093 Ha kawasan yang rawan tsunami, dan hampir separuhnya (49%) dengan
tingkat kerawanan tinggi. Sedangkan untuk bencana gempa bumi, hampir seluruh
(98 %) wilayah daratan Indonesia rawan bencana gempa bumi, dimana sekitar 20%
nya atau 37.522.310 Ha merupakan KRB gempa tinggi. Untuk kerentanan gerakan
tanah yang umumnya memicu terjadinya tanah longsor, terdapat 8.276.174 Ha KRB
tinggi. Kerawanan bencana letusan gunung api pada umumnya terlokalisasi pada
radius di sekitar gunung. Di Indonesia total luasan KRB gunung api adalah 2.353.285
Ha dan 4%nya merupakan rawan tinggi. Sedangkan untuk bencana banjir, 20 %
wilayah daratan Indonesia adalah kawasan rawan bencana (KRB) banjir dimana
65%nya atau 24.992.347 Ha merupakan rawan tinggi.

2.1 Kejadian Bencana Besar di Indonesia Tahun 2014 – 2015


Pada periode tahun 2014-2015, telah terjadi bencana besar di Indonesia dengan
lokasi menyebar. Bencana di Indonesia dikategorikan sebagai bencana besar jika
menimbulkan kerugian material, kerusakan lahan, dan korban jiwa. Terdapat 5
(lima) bencana besar banjir, 3 (tiga) bencana besar letusan gunung api, 2 (dua)
bencana besar gempa bumi, dan 3 (tiga) bencana besar tanah longsor.

Bencana besar banjir terjadi di Provinsi Aceh, Provinsi Jambi, Provinsi Kalimantan
Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi DKI Jakarta. Bencana besar letusan
gunung api terjadi di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Bencana besar gempa bumi terjadi di Papua Barat dan Nusa
Tenggara Timur. Sedangkan bencana besar tanah longsor terjadi di Provinsi Papua,
Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat. Gambar 2.1 menunjukkan persebaran kejadian
bencana besar di Indonesia.

19
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

20 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

21
2.2 Provinsi Aceh
Provinsi Aceh memiliki indeks risiko besar yang pernah terjadi di provinsi
bencana kategori tinggi dengan ini diantaranya adalah gempa bumi
skor 160. Dari 23 Kabupaten/ Kota di dan tsunami Aceh dan Nias tahun
Provinsi Aceh, 16 diantaranya berada 2004 serta banjir dan tanah longsor
dalam kelas risiko tinggi. Bencana tahun 2006 di enam kabupaten.

22 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.1
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Aceh

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana yang terdapat di Provinsi Aceh diantaranya adalah banjir, gempa
bumi, tsunami, kekeringan, gunungapi, longsor, dsb. Data kebencanaan tahun 2002-
2011 menyebutkan bahwa jumlah kejadian bencana di Aceh mencapai 559 kejadian.
Selain itu, terjadi peningkatan intensitas kejadian pada bencana gempa bumi.
Peningkatan tersebut dimungkinkan akibat ketidakstabilan lempeng teknonik yang
diakibatkan gempa bumi sebelumnya.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Aceh terdiri atas:

đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ąċąćĀċĀăćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Bahaya adalah 78,77%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫćċąĈăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
10,40%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĆććċăĂāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 10,04%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%čƫ ćąċĀĀąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
51,92%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ćĉĈċąăĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
78,06%

Provinsi Aceh memiliki 119 buah pulau, 73 sungai besar, 2 buah danau, dan 17 gunung
serta sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari
Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya
yang terbentuk sejajar dengan jalurpatahan Semangko. Sebuah taman nasional, yaitu
Kerentanan
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara. Kepadatan
penduduk di provinsi ini adalah 73 jiwa per km per segi. Aceh merupakan daratan
terdekat dengan episentrum gempa bumi Samudera Hindia tahun 2004. Sekitar
170.000 orang tewas atau hilang akibat bencana tersebut.

Desa tangguh bencana sudah cukup banyak di Provinsi Aceh, yaitu di Aceh Jaya,
Aceh Barat, Aceh Tengah, dan Aceh Tamiang. Selain itu, terdapat relawan yang terdiri
dari dunia usaha, organisasi sosial kemasyarakatan, dan peran masyarakat sebanyak
301 orang. Universitas Syiah Kuala juga menjadi tempat untuk kajian akademik terkait
Kapasitas bencana tsunami. Pelaksanaan rencana kontinjensi bencana letusan gunungapi dan
banjir tahun 2005–2013 telah dilaksanakan di beberapa kabupaten. Hampir 50%
wilayah Provinsi Aceh telah dilakukan sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun
2011 – 2013. Provinsi Aceh telah menerima dana siap pakai pada tahun 2013 sebesar
41,27 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Aceh terdiri atas:

đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ !**ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ąċāąāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 6,65%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāċāĆĆċāćĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
20,48%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫąċĂăąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
3,44%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫąĊĆċăĆăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
56,25%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĈăăċĂĊāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 13,10%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

23
Gambar 2.3
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009-2015


Gambar 2.4
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

24 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.5
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Aceh

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014


Gambar 2.6
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

25
Gambar 2.7
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Aceh

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004-2011


Gambar 2.8
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

26 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.9
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.10
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

27
Gambar 2.11
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.12
Peta Risiko
Bencana Banjir
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

28 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.13
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.14
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Aceh

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

29
2.3 Provinsi Sumatera Utara
Provinsi Sumatera Utara memiliki terjadi diantaranya yaitu banjir di
indeks risiko bencana kategori tinggi Kabupaten Langkat pada tahun 2006
dengan skor 150. Dari 33 Kabupaten/ serta gempa bumi dan tanah longsor
Kota di Provinsi Sumatera Utara, 29 di Kabupaten Mandailing Natal tahun
diantaranya berada dalam kelas risiko 2006.
tinggi. Kejadian bencana yang pernah

30 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.2
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sumatera Utara

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yaitu banjir, gempa
bumi, tsunami, kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor,
gunung api, abrasi, kebakaran lahan dan hutan, dsb. Mengacu kepada intensitas
bencana secara umum, jumlah kejadian bencana dari tahun 2004-2011 relatif
menunjukkan pola yang naik-turun. Jumlah kejadian bencana tertinggi terjadi
pada tahun 2004 dan 2006. Total kejadian bencana dari tahun 2002 – 2011 yaitu
311 kejadian.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:

Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċĈāĀċĉăćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ


adalah 23,63%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĈċĂăćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 19,38%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫăăĊċĂāăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 4,81%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĆĀċćĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
59,52%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉĊĆċĊĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
77,24%

Di provinsi ini tidak pernah terjadi bencana dengan intensitas besar seperti
gempa bumi dan tsunami pada tahun 2004, sehingga tidak mengakibatkan
Kerentanan
korban meninggal yang cukup tinggi. Dari 311 kejadian bencana, 45.064 ha lahan
rusak serta 67.534 unit rumah rusak dan hancur.

Desa tangguh bencana di Provinsi Sumatera Utara terdapat di Kabupaten


Langkat dan Toba Samosir. Pelaksanaan rencana kontinjensi bencana gunungapi
dan banjir pada tahun 2005-2013 sudah dilaksanakan di beberapa lokasi. Lebih
Kapasitas
dari 50% wilayah di provinsi ini juga sudah mendapatkan sosialisasi penguragan
risiko bencana tahun 2011-2013. Dana siap pakai yang telah diteima pada tahun
2013 yaitu sebesar 28,98 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ !**ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĂĀċĊāĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 0,29%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ
KRB adalah 0,16%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ āĊĊČĉăĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 2,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫąċāĀĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
4,83%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂāĊċĂăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
18,90%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĆćāċĆĆĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 7,84%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

31
Gambar 2.15
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015


Gambar 2.16
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

32 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.17
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: BPNB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014


Gambar 2.18
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

33
Gambar 2.19
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG,2004 - 2011


Gambar 2.20
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

34 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.21
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.22
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

35
Gambar 2.23
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.24
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

36 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.25
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.26
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

37
2.4 Provinsi Sumatera Barat
Dalam aspek fisiografis, Provinsi Pergerakan lempeng tersebut memberi
Sumatera Barat dapat dibagi menjadi kontribusi terhadap beberapa kejadian
tiga bagian, yaitu wilayah pegunungan bencana di wilayah ini. Berdasarkan
vulkanik yang terletak di bagian Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,
tengah yang membujur dari arah utara Sumatera Barat termasuk dalam risiko
ke selatan, wilayah perbukitan tersier kelas tinggi dengan skor 153. Dari 19
yang sebagian besar terletak di bagian Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera
timur, dan wilayah dataran rendah. Barat, 12 diantaranya berada dalam
kelas risiko tinggi.
Provinsi Sumatera Barat dipengaruhi
oleh aktivitas lempeng tektonik.

38 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.2
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sumatera Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Sumatera Barat merupakan salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena letaknya yang berada pada jalur patahan Semangko, tepat di
antara pertemuan dua lempeng benua besar, yaitu Eurasia dan Indo-Australia.
Ancaman bencana di provinsi ini diantaranya yaitu banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, dan gunung api. Selama
tahun 2002-2011, intensitas kejadian bencana terbesar terjadi pada tahun 2011. Total
kejadian bencana yaitu sebesar 276 kali. Kerawanan bencana dalam skala tinggi di
Provinsi Sumatera Utara terdiri atas:

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Barat terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċĆăąċąąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 36,31%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ćċāĈĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
5,25%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĉāċĈĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
4,40%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%čƫ ĉĂċĀĂćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
53,76%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāąąċĆĈăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĂČāĀŌ

Bencana di Provinsi Sumatera Barat dari tahun 2002-2011 telah mengakbatkan 2.034
Kerentanan jiwa penduduk meninggal dan hilang, 350.796 jiwa menderita dan mengungsi, 365.196
rumah rusak dan hancur, serta 89.506 hektar lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana sudah cukup banyak di provinsi ini, terdapat di Pasaman Barat,
Agam, Padang Pariaman, Pasaman, Sawahlunto, Padang, Solo Selatan, dan Pesisir
Selatan. Universitas Andalas sebagai institusi akademisi melakukan kajian mengenai
abrasi dan gelombang ekstrim. Sebanyak 2105 relawan siap membantu apabila
terjadi bencana di Sumatera Barat. Kesiapan di provinsi ini juga terlihat dari adanya
Kapasitas
pemasangan rambu evakuasi bencana tsunami di Pasaman sebanyak 54 lokasi, Agam
21 lokasi, Pariaman 24 lokasi, Kep. Mentawai 49 lokasi, dan Kota Padang 46 lokasi. Akan
tetapi sosialisasi pengurangan risiko bencana belum maksimal karena tidak sampai
50% dari total luas wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima
tahun 2013 berjumlah 40,90 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#!),ƫ1)%čƫāāĊċĊĆĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 2,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ!**ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂĂĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,19%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫăćĊċĉĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
8,96%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂćċĈĉĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
17,56%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ĈĈċĊĂāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
33,48%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āċāāĂċĀĉĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 26,70%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015


39
Gambar 2.27
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015


Gambar 2.28
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

40 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.29
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014


Gambar 2.30
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

41
Gambar 2.31
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011


Gambar 2.32
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

42 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.33
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.34
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

43
Gambar 2.35
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.36
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

44 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.37
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.38
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Sumatera Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

45
2.5 Provinsi RIAU
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Riau termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 147. Dari 12 Kabupaten/ Kota di Provinsi Riau,
11 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

46 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Tabel 2.4
Profil Bencana Provinsi Riau

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Provinsi Riau terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran lahan dan hutan,
epidemi, dan wabah penyakit. Secara umum, jumlah kejadian bencana mengalami
peningkatan yang signifikan pada tahun 2009. Kondisi ini dipengaruhi banyaknya
kejadian banjir, angin puting beliung, dan kebakaran. Banjir merupakan salah satu
jenis bencana alam yang paling sering terjadi di Provinsi Riau. Akan tetapi, pada
tahun 2010 kejadian bencana sudah mulai berkurang. Total kejadian bencana di
Riau yaitu sebesar 136 kali.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Riau terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉċĉĊąċăĂćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 98,59%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāāċĀĉĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,12%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċąćĉċąĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
56,84%

Dampak bencana di Riau tergolong kecil karena kejadian bencana yang tidak
terlalu banyak. Berdasarkan data bencana tahun 2002-2011, sebanyak 56 jiwa
Kerentanan
meninggal dan hilang, 318.393 jiwa menderita dan mengungsi, 25.113 rumah rusak
dan hancur, serta 30.062 ha lahan rusak.

Riau belum memiliki desa tangguh bencana, namun sudah memiliki relawan
sebanyak 434 yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan
peran masyarakat. Rencana kontinjensi yang sudah dilaksanakan hanya untuk
Kapasitas
bencana banjir dan sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun 2011-2013
belum mencapai 50% pelaksanaannya. Dana siap pakai yang telah diterima Riau
cukup tinggi yaitu sebesar 99,53 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Riau terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ !**ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċĉĊĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0!.$ ,ƫ
KRB adalah 0,02%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ āăċĂăăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,15%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫąćĂċāĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
17,89%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăāąċĆăĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 3,54%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

47
Gambar 2.39
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Riau

Sumber: PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.40
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

48 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.41
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Riau

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.42
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

49
Gambar 2.43
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.44
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

50 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.45
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.46
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

51
2.6 Provinsi JAMBI
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jambi termasuk dalam risiko
kelas sedang dengan skor 152. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jambi, 8
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

52 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.5
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Jambi

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Jambi terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, kebakaran lahan dan hutan,
dsb. Provinsi Jambi telah dilanda 165 kejadian bencana selama tahun 2002-2011.
Bencana banjir umumnya melanda wilayah bagian timur yang merupakan dataran
rendah dan dilalui banyak sungai. Selain banjir, kekeringan serta kebakaran lahan
dan hutan juga sering terjadi di wilayah ini.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jambi terdiri atas:


Bahaya
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĈĂċĉĈăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 7,57%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫąĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫăČăćŌċƫ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĈĆċąĈāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,53%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĆćĀċĊăăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
66,07%

Kejadian-kejadian bencana di Jambi tahun 2002 – 2011 menyebabkan 41 orang


Kerentanan meninggal dunia dan hilang, 153.742 orang mengungsi dan menderita, 8.162
rumah rusak dan hancur, serta 348.752 Ha lahan rusak.

Kapasitas di Jambi cukup rendah. Meskipun sudah memiliki desa tangguh


bencana di Kabupaten Bungo, Kerinci, Kota Sungai Penuh, dan Sarolangun,
namun relawan yang terdapat di Jambi hanya 7 orang. Selain itu, pelaksanaan
Kapasitas rencana kontinjensi hanya untuk bencana banjir. Sosialisasi pengurangan risiko
bencana juga baru dilaksanakan di sebagian kecil lokasi, tidak sampai 20% dari
total wilayah. Dana siap pakai tahun 2013 hanya tersedia sebesar 1,25 Miliar
rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jambi terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĆĂĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 3,59%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĂĊČĊăĊƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 0,61%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ĂĊĊċĊĀĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 35,33%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāĀāČăćĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 2,06%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

53
Gambar 2.47
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.48
Peta Risiko
GempaBumi
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

54 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.49
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jambi

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.50
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

55
Gambar 2.51
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Jambi

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG,2004 - 2011

Gambar 2.52
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

56 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.53
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.54
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

57
Gambar 2.55
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.56
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Jambi

Sumber: Diolah dari BNPB dan PVMBG, 2015

58 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

59
2.7 Provinsi SUMaTeRA SELATAN
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Sumatera Selatan
termasuk dalam risiko kelas sedang dengan skor 142. Dari 15 Kabupaten/
Kota di Provinsi Sumatera Selatan, 14 diantaranya berada dalam kelas risiko
tinggi.

60 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.6
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sumatera Selatan

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Ancaman bencana di Sumatera Selatan terdiri dari banjir, gempa bumi, kebakaran
permukiman, kekeringan, cuaca ekstrem, longsor, serta kebakaran lahan dan
hutan. Kejadian bencana yang mendominasi wilayah ini adalah banjir, kebakaran,
dan angin puting beliung. Keseluruhan bencana yang tercatat sejak tahun 2002-
2011 berjumlah 139 kejadian.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĀĂċĂĈćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 3,47%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăąćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫāČăĊŌċƫ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāāĈċĀĂĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,35%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂċĆĀĀċăĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
77,43%

Jumlah penduduk wilayah ini adalah 7.466.704 jiwa. Bencana - bencana tersebut
telah mengakibatkan 38 orang meninggal dunia dan hilang, 43.007 orang
Kerentanan menderita dan mengungsi, 24.185 unit rumah rusak dan hancur, serta 100.502
Ha lahan rusak. Sebagian besar kerugian akibat bencana tersebut ditimbulkan
akibat bencana banjir yang sangat sering terjadi di wilayah ini.

Sumatera Selatan memiliki desa tangguh bencana di Musi Banyuasin, Musi Rawas,
dan Ogan Komering Hilir. Jumlah relawan di provinsi ini hanya 6 orang. Pelaksanaan
rencana kontinjensi sudah dilaksanakan pada tahun 2005-2013 untuk bencana
Kapasitas
kebakaran lahan dan hutan. Sosialisasi pengurangan risiko bencana tahun 2011-
2013 sudah dilaksanakan, namun belum sampai 50% wilayahnya. Dana siap pakai
yang telah diterima sebesar 4,64 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫćăċąĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,73%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĂĈĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,09%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĂćċĊĂĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,31%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ąăąċĂăćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 13,45%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĆĉăċĂĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 6,01%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

61
Gambar 2.57
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.58
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

62 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.59
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.60
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

63
Gambar 2.61
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.62
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

64 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.63
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sumetara Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.64
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

65
Gambar 2.65
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.66
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi
Sumatera Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

66 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

67
2.8 Provinsi BENGKULU
Berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia 2013, Provinsi Bengkulu
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 172. Dari 10 Kabupaten/
Kota di Provinsi Bengkulu, 9 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

68 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.7
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Bengkulu

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Bengkulu memiliki ancaman bencana banjir, gempa bumi, tsunami,
kebakaran permukiman, kekeringan, longsor, gunung api, dan abrasi. Provinsi ini
terletak pada zona tumbukan dua lempeng tektonik aktif, yaitu Lempeng Indo-
Australia dan Lempeng Eurasia, sehingga rawan terhadap bencana gempabumi,
gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor. Selama tahun 2002-2011, jumlah
kejadian bencana yang tercatat di BNPB berjumlah 35 kejadian.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bengkulu terdiri atas:


đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċāăĊċąĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
Bahaya
adalah 56,96%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫāċĈĂĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫĈČĊĊŌċƫ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĈĀċĈćăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 8,58%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂăċăĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
45,44%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĆąċăąĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
53,34%

Jumlah penduduk di provinsi ini 1.665.314 jiwa. Bencana yang telah terjadi di
Kerentanan Bengkulu mengakibatkan 30 orang meninggal dan hilang, 6.001 orang menderita
dan mengungsi, 60.888 rumah rusak dan hancur, serta 4.076 Ha lahan rusak.

Desa tangguh bencana terdapat di Kabupaten Mukomuko dan lebong. Rambu


evakuasi tsunami juga sudah dipasang di 170 lokasi di Kota Bengkulu. Rencana
kontinjensi bencana gempabumi dan tsunami sudah di lakukan. Pengurangan
Kapasitas
risiko bencana sudah disosialisasikan di beberapa lokasi di Bengkulu, dan sudah
lebih dari 50% dari total wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai tahun 2013
tergolong rendah, yaitu hanya 0,9 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bengkulu terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăċĂĉăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,16%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ąĆĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 2,12%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĊĈČĂāāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
4,89%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāăċāĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
12,71%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăĊĉċĊĀĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 20,19%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

69
Gambar 2.67
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Bengkulu

Sumber: PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.68
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

70 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.69
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Bengkulu

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.70
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

71
Gambar 2.71
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB dan PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.72
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

72 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.73
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.74
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

73
Gambar 2.75
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.76
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

74 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.77
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.78
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Bengkulu

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

75
2.9 Provinsi Lampung
Berdasarkan indeks risiko bencana Indonesia 2013, Lampung termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 153. Dari 14 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Lampung, 8 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

76 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.8
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Lampung

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana mengancam Provinsi Lampung. Kompleksitas alam dan
pengaruh intervensi manusia membuat provinsi ini sering dilanda oleh berbagai
macam bencana. Selama tahun 2002-2011, terjadi 176 kejadian bencana, yang
didominasi oleh banjir (40,9%), angin puting beliung (24,43%), kekeringan
(18,75%), dan tanah longsor (7,95%). Kejadian banjir umumnya terjadi di wilayah
dataran rendah di bagian timur sedangkan tanah longsor umumnya berlokasi di
wilayah bagian perbukitan di bagian barat.

Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Lampung terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąąăċĉĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 13,32%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąćċĀĂĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,39%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĀċĉĂąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
42,50%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĂĉċąĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
68,12%

Provinsi Lampung memiliki tingkat kepadatan penduduk mencapai 211 jiwa per
km persegi. Selama tahun 2002-2011, kejadian bencana telah merusak 10.445
Kerentanan
rumah dan 94.719 Ha lahan dengan korban meninggal dan hilang sebanyak 90
orang.

Desa tangguh bencana sudah terdapat di Kota Metro, Kabupaten Tanggamus,


Lampung Selatan, dan Lampung Tengah. Sebanyak 66 relawan siap membantu
Provinsi Lampung saat terjadi bencana. Sosialisasi pengurangan risiko bencana
Kapasitas
tahun 2011-2013 sudah dilaksanakan sebesar 50% dari total wilayah Lampung.
Rencana kontinjensi bencana gempabumi juga telah dilaksanakan. Dana siap
pakai yang telah diterima di provinsi ini sebesar 9,38 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Lampung terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĉċĂćĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
0,25%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Risiko 0,89%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫćąċăĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
13,34%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫąąċăĂĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,35%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

77
Gambar 2.79
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.80
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

78 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.81
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Lampung
Sumber: BPNP Diolah dari PVMBG, 2004 - 2015

Gambar 2.82
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

79
Gambar 2.83
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.84
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

80 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.85
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Lampung
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.86
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

81
Gambar 2.87
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.88
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Lampung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

82 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

83
2.10 Provinsi Bangka belitung
Ditinjau dari sisi kerawanan bencana, Bangka Belitung termasuk dalam
provinsi ini relative aman. Wilayah risiko kelas tinggi dengan skor 162.
Kepulauan Bangka Belitung termasuk Dari 7 Kabupaten/ Kota di Provinsi
dalam zona stabil terhadap kerawanan Bangka Belitung, seluruhnya berada
bencana alam geologi. Berdasarkan dalam kelas risiko tinggi.
Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,

84 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Tabel 2.9
Profil Bencana Provinsi Bangka Belitung

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, hanya bencana banjir yang mengancam Provinsi Kep.
Bangka Belitung. Berdasarkan data BNPB, hanya terdapat tiga jenis bencana
yang pernah terjadi di daerah ini, yaitu angin puting beliung, banjir, dan kebakaran
yang berjumlah 44 kejadian.
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bangka Belitung terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĊĂċĂĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
53,61%
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăĀćċĉĉăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 19,45%

Provinsi Kep. Bangka Belitung memiliki penduduk sebesar 1.043.347 jiwa. Bencana
yang sering terjadi di provinsi ini adalah kebakaran yang telah terjadi sebanyak
29 kali dan telah menghanguskan 48 rumah. Angin puting beliung yang terjadi
sebanyak 9 kali telah menghancurkan 648 rumah. Peristiwa angin puting beliung
Kerentanan
terbesar terjadi pada 2008 di mana 472 rumah mengalami kerusakan. Di sisi
lain, bencana banjir yang terjadi 6 kali selama tahun 2007-2009 mengakibatkan
102 rumah tergenang, 444 orang mengungsi, dan 1.248 orang menderita akibat
kejadian ini (BNPB, 2010).

Akibat dinilai aman, maka provinsi ini memiliki kapasitas yang rendah terhadap
bencana. Relawan yang tersedia hanya 1 orang saja dan belum ada program
Kapasitas
desa tangguh bencana. Baik sosialisasi pengurangan risiko bencana maupun
pelaksanaan rencana kontinjensi bencana belum dilakukan di povinsi ini.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bangka Belitung terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĆĊċĆāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Risiko 34,58%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāćāċćĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 10,25%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

85
Gambar 2.89
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.90
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

86 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.91
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.92
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

87
Gambar 2.93
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.94
Peta Risiko
Banjir
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

88 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.95
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.96
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

89
2.11 Provinsi kepulauan riau
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana dalam kelas risiko tinggi. Meskipun
Indonesia 2013, Kep. Riau termasuk demikian, pada kenyataannya provinsi
dalam risiko kelas sedang dengan skor ini dinilai relatif aman dari bencana.
116. Dari 7 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Kepulauan Riau, seluruhnya berada

90 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Tabel 2.10
Profil Bencana Provinsi Kepulauan Riau

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Kep. Riau yang terdiri atas 2.408 pulau ini relatif aman terhadap
bencana Dalam kurun waktu 2002-2011, hanya 4 kejadian bencana yang terjadi
Bahaya dan tercantum dalam basis data kebencanaan BNPB. Keempat kejadian bencana
tersebut adalah angin puting beliung (2004 dan 2005), banjir (2006), serta
kebakaran lahan dan hutan (2003).

Jumlah penduduk di Kep. Riau yaitu sebesar 1.788.204 jiwa. Dampak bencana
di Kep. Riau juga dinilai rendah karena jarang sekali mengalami bencana. Yang
menyebabkan dampak hanya bencana angin puting beliung, dimana pada
Kerentanan
tahun 2005 mengakibatkan 1 orang meninggal dunia dan 96 rumah mengalami
kerusakan sedangkan angin puting beliung pada tahun 2004 hanya menyebabkan
34 rumah rusak.

Dari segi kapasitas, Kep. Riau masih belum siap apabila terjadi bencana.
Kapasitas Rendahnya intensitas bencana di provinsi ini membuat tidak ada hal khusus yang
dilakukan untuk mengurangi risiko bencana

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kepulauan Riau terdiri atas:
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĉċĀāăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 1,49%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

91
Gambar 2.97
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.98
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

92 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.99
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Kepulauan Riau

Sumber: BPNB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.100
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Kepulauan Riau

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

93
Gambar 2.101
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Kepulauan Riau

Sumber: Diolah dari PVMBG ,2009 - 2015

Gambar 2.102
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Bangka Belitung

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

94 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

95
2.12 Provinsi Banten
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Banten termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 180. Dari 8 Kabupaten/Kota di Provinsi Banten, 5
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

96 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.11
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Banten

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Banten diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan
Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir,
gempabumi, tsunami, kekeringan, longsor, dan gunungapi. Kondisi fisik Banten
yang datar membuat daerah ini rawan banjir. Selain itu medan yang terjal dan
suram mengakibatkan terjadinya tanah longsor. BNPB (2011) mencatat, selama
tahun 2002-2011, terjadi 159 kejadian bencana yang didominasi oleh peristiwa
banjir kekeringan, angin puting beliung, dan tanah longsor

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Banten terdiri atas:


Bahaya
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąāćċĉćăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 44,38%
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĊċāąĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,98%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĉċĉąăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
54,48%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉĉċĈĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
68,76%

Jumlah penduduknya pada 2010 adalah 9.263.642 jiwa. Pada kurun waktu 2002-
2011, terdapat 240 jiwa korban meninggal dan hilang, 214.555 jiwa menderita dan
mengungsi, 38.572 rumah rusak dan hancur, serta 61.782 Ha lahan mengalami
Kerentanan kerusakan. Dampak cukup besar dialami pada saat terjadi bencana banjir di Situ
Gintung pada 2009, dimana 90 orang meninggal, 584 orang mengungsi, dan
162 rumah rusak. Banjir pada 2007 juga mengakibatkan 14 orang dilaporkan
meninggal dunia dan 41.962 orang mengungsi.

Desa tangguh bencana sudah diterapkan di Kota Tangerang dan Kota Serang.
Relawan yang tersedia di Provinsi Banten yaitu sebanyak 89 orang. Rencana
Kapasitas kontinjensi bencana gempabumi dan tsunami sudah dilaksanakan di Banten.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana belum sepenuhnya dilaksanakan, belum
sampai 50% dari total wilayah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Banten terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ćąċĀăĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 6,86%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%ƫ ĂĂċąāąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 42,34%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀĂċăĀĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
79,22%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăăĆċĀāăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 36,74%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

97
Gambar 2.103
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.104
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

98 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.105
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Banten

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.106
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

99
Gambar 2.107
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.108
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

100 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.109
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.110
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

101
Gambar 2.111
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.112
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Banten

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

102 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

103
2.13 Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, DKI Jakarta termasuk dalam
risiko kelas sedang dengan skor 103. Dari 6 Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta,
seluruhnya berada dalam kelas risiko sedang.

104 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.12
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi DKI Jakarta

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, terdapat bencana banjir dan longsor yang mengancam
Provinsi DKI Jakarta. Hampir setiap tahun banjr terjadi di DKI Jakarta. Banjir dala
intensitas besar terjadi dalam kurun waktu lima tahunan. Total kejadian bencana
Bahaya di DKI Jakarta yaitu sebanyak 190 kali.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂĉċĀąąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
88,70%

Pada kurun waktu 2002-2011, sebanyak 119 jiwa penduduk DKI Jakarta meninggal
dan hilang akibat bencana, 1.105.103 jiwa menderita dan mengungsi, serta 36.097
rumah mengalami kerusakan dan hancur. Tidak ada lahan yang rusak akibat
bencana di provinsi ini. Dampak tersebut paling besar diakibatkan oleh bencana
Kerentanan banjir. BNPB mencatat bahwa banjir besar pada tahun 2002 mengakibatkan
154.270 orang harus mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lima tahun
kemudian, tepatnya 2007, banjir besar memaksa 521.389 jiwa dievakuasi ke
lokasi pengungsian. Banjir ini juga menyebabkan 48 orang meninggal dunia serta
24.957 rumah tergenang banjir.

Provinsi DKI Jakarta memiliki desa tangguh bencana di Jakarta Barat, Jakarta
Timur, dan Jakarta Utara. Relawan yang tersedia di provinsi ini sebanyak 1508
Kapasitas orang. Sosialisasi pengurangan risiko bencana yang telah dilaksanakan masih
kurang dari 50% dari total wilayah. Dana siap pakai yang telah diterima DKI
Jakarta tahun 2013 yaitu sebesar 23,71 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi DKI Jakarta terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĀċĉćĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Risiko 97,63%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ Ăćąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 0,41%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

105
Gambar 2.113
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.114
Peta Risiko
Gempa
Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

106 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.115
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPNP diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.116
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

107
Gambar 2.117
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.118
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

108 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.119
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.120
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

109
Gambar 2.121
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.122
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

110 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

111
2.14 Provinsi jawa barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Barat termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 166. Dari 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat,
19 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

112 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.13
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Jawa Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Jawa Barat diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir, gempabumi, tsunami,
kekeringan, longsor, dan gunungapi. Berdasarkan data BNPB tercatat 1.241 kejadian
bencana terjadi dalam kurun waktu 2002-2011. Kekeringan, banjir, dan tanah longsor
merupakan yang sangat dominan terjadi. Banjir selalu terjadi di Jawa Barat saat musim
hujan tiba.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċĂĈāċāćāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
Bahaya 34,34%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊĆăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂČĈĈŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāćĀċĈăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
4,33%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāąċăĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆąČćĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫąĆĉċăąĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĊČĂĀŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĂāĈċąĈăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
5,95%

Jumlah penduduk yang mendiami provinsi ini adalah 41.609.110 jiwa. Meskipun bencana
gempa bumi tidak dominan di Jawa Barat, namun kejadian di provinsi lain mengakibatkan
Kerentanan dampak besar bagi Jawa Barat. Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 1.331
orang meninggal dunia, 1.738.043 orang mengungsi dan menderita, 275.770 unit rumah
rusak dan hancur, serta 1.196.452 Ha lahan mengalami kerusakan

Jawa Barat memiliki desa tangguh bencana di Karawang, Bogor, Sukabumi, Bandung,
Garut, dan Ciamis. Relawan yang tersedia di provinsi ini berjumlah 373 orang. Institut
Petanian Bogor (IPB) sebagai lembaga akademisi melakukan kajian kebakaran hutan dan
lahan, Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan kajian gempabumi, dan UI melakukan
Kapasitas
kajian cuaca ekstrem. Rencana kontinjensi dilaksanakan di Jawa Barat terkait bencana
angin puting beliung, gempabumi dan tsunami, gunungapi, dan tanah longsor. Lebih
dari 50% wilayah di Jawa Barat juga telah mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko
bencana. Dana siap pakai yang diterima tahun 2013 yaitu 16,74 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āāċĊāĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
0,32%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĉċąĈćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
24,60%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĉăĈċăąĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
22,58%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĊċĊććƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăĈČĉăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫćĀĈċĈĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĊāČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĂăĀċĆĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
33,69%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

113
Gambar 2.123
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 – 2015

Gambar 2.124
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

114 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.125
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jawa Barat
Sumber: BPNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.126
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

115
Gambar 2.127
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Jawa Barat
Sumber: BPNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.128
Peta Risiko
Longsor
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

116 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.129
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.130
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

117
Gambar 2.131
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

Gambar 2.132
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

118 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.133
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

Gambar 2.134
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Barat

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

119
2.15 Provinsi jawa Tengah
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Tengah termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 158. Dari 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Tengah, 26 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi

120 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.14
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Jawa Tengah

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Jawa Tengah diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, yaitu bencana banjir, gempabumi, tsunami,
kekeringan, longsor, dan gunungapi. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 1.994 kejadian
bencana di Jawa Tengah. Bencana alam yang paling sering terjadi adalah banjir dan tanah
longsor diikuti dengan kekeringan dan angin puting beliung. Beberapa kejadian banjir
bahkan disertai dengan tanah longsor.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ăāĈċĉĉăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
Bahaya 9,23%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊċĈĂĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāćČĂĆŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĆĂĉċąĉĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
15,35%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĈĂċĈăĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĈČĉĉŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫćĆąċĆĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉăČăĈŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āĊăċććāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
5,63%

Bencana-bencana yang penah terjadi hingga tahun 2011 telah mengakibatkan 2.048 jiwa
meninggal dan hilang, 11.437.178 jiwa menderita dan mengungsi, 167.189 rumah rusak dan
hancur, serta 353.134 hektar lahan rusak. Padatnya penduduk dan bangunan di daerah ini
Kerentanan
membuat dampak yang ditimbulkan akibat bencana juga tidak kecil. Salah satunya yaitu
Solo, yang merupakan salah satu daerah yang sering dilanda banjir dari luapan Sungai
Bengawan Solo.

Desa tangguh bencana di provinsi ini terdapat di Cilacap, Kebumen, Kendal, Temanggung,
Pati, Karanganyar, Boyolali, Klaten, Magelang, dan Purworejo. UNDIP sebagai lembaga
akademisi melakukan kajian mengenai banjir. Rambu evakuasi tsunami telah terpasang
Kapasitas di Cilacap di 20 lokasi berbeda. Lebih dari 50 % wilayah Jawa Tengah juga telah
mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko bencana, serta rencana kontinjensi tanah
longsor, gempabumi dan tsunami, dan gunungapi telah dilaksanakan antara tahun 2015-
2013

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āĊċĊĆāƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
33,35%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĆāĊċĉĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāĆČāĀŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĈĈċććĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĂČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈĆĊċĉĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĊćČĈĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċāąĂċćąĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
33,19%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

121
Gambar 2.135
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.136
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

122 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.137
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: BPNPB Diolah dari PVMBG, 1996 – 2014

Gambar 2.138
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

123
Gambar 2.139
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.140
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

124 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.141
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.142
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

125
Gambar 2.143
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.144
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

126 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.145
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.146
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

127
2.16 Provinsi daerah istimewa yogyakarta
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 165. Dari 5 Kabupaten/ Kota di DIY,
3 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

128 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.15
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi DIY diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 89 kejadian
bencana. Kejadian longsor terutama di wilayah perbukitan beserta ancaman letusan
gunung berapi. Adanya patahan Sungai Opak yang merupakan bagian dari pertemuan
dua lempeng (Indo Australia dan Eurasia) memberikan potensi kejadian gempa di bagian
selatan. Ancaman tsunami pun menghadang penduduk di pesisir selatan Provinsi DIY
karena posisi wilayah yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Disamping
itu, kondisi fisik perbukitan kapur di wilayah Kabupaten Gunung Kidul juga mengakibatkan
bencana alam kekeringan yang terjadi hampir sepanjang tahun.
Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri
atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉĈċĀāąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
27,26%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăċąĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąĊČćăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāąċćĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
4,64%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćċĂĀăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćăČąĉŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāćċąāąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĆČĉăŌ

Bencana-bencana yang penah terjadi antara 2002-2011 mengakibatkan 5.023 jiwa


Kerentanan meninggal dan hilang, 1.582.137 jiwa menderita dan mengungsi, 205.121 rumah rusak dan
hancur, serta 19.767 hektar lahan rusak.

Sebagian besar wilayah di provinsi ini sudah memiliki desa tangguh bencana. Sebanyak 151
relawan tersedia untuk membantu saat terjadi bencana. UGM melakukan kajian gerakan
tanah dan UPN melakukan kajian terhadap letusan gunung api. Lebih dari 50% wilayah
Kapasitas
DIY sudah mendapatkan sosialisasi pengurangan risiko bencana. Rencana kontinjensi
bencana gempa bumi dan tsunami serta gunun gapi juga telah dilaksanakan. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 83,63 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂċĆąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăąČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĊċĈćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćČĂĊŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫĆċĆćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆćČĊĊŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĉċāĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĂČćāŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĆāċĀăĊƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
16,16%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

129
Gambar 2.147
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 – 2015
Gambar 2.148
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

130 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.149
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: BPNPB Diolah dari PVMBG, 1996 – 2014


Gambar 2.150
Peta Risiko Bencana
Gunung api
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakart

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

131
Gambar 2.151
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Daerah istimewa
Yogyakarta
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011
Gambar 2.152
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

132 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.153
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012


Gambar 2.154
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakart

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

133
Gambar 2.155
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Daerah istimewa
Yogyakarta
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012
Gambar 2.156
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

134 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.157
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.158
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakart

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

135
2.17 Provinsi Jawa timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Jawa Timur termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 171. Dari 38 Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Timur,
30 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

136 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.16
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Jawa Timur

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Jawa Timur diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Kondisi alam yang kompleks menimbulkan bencana
yang beragam di Jawa Timur. Tercatat 1.001 kejadian bencana yang terdiri atas sepuluh
jenis bencana pernah terjadi di wilayah ini dalam kurun waktu 2002-2011. Jenis bencana
yang mendominasi adalah banjir, kekeringan, angin puting beliung, dan tanah longsor.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Timur terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĊąĈċąĊĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
19,75%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫćċąĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈČĈąŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĉĊċĂĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
1,87%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāćċćĆćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąąČĈĆŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāăāċąāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĀČĆĀŌ

Dua sungai terpenting di Jawa Timur adalah Sungai Brantas (290 km) dan Bengawan
Solo. Di wilayah seluas dengan kepadatan penduduk mencapai 772 jiwa per km persegi,
banyak berkembang industri dan pertambangan (mineral, bahan galian dan migas).
Kerentanan
Bencana yang pernah terjadi antara tahun 2002-2011 mengakibatkan 496 jiwa meninggal
dan hilang, 781.055 jiwa menderita dan mengungsi, 39.235 rumah rusak dan hancur, serta
218.555 hektar lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana terdapat di Kabupaten Pacitan, Bojonegoro, dan Banyuwangi.


Sebanyak 262 relawan siap membantu saat bencana. Antara tahun 2005-2013 sudah
dilaksanakan rencana kontinjensi untuk bencana banjir, gunungapi, tanah longsor, serta
Kapasitas
gempabumi dan tsunami. Sekitar 80% wilayah Jawa Timur sudah mendapatkan sosialisasi
pengurangan risiko bencana. Dana siap pakai yang telah diterima yaitu sebesar 27,23
Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Jawa Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĉċĆĈĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
10,25%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĆĆĂċĂĉćƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
Risiko 11,59%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāćċćĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąąČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċăĊăċāąĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉćČĉĀŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĊąĊċāĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
42,08%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

137
Gambar 2.159
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi JawaTimur
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.160
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Jawa Timur

Sumber: BNPB, 2012

138 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.161
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung api
Provinsi Jawa Timur
Sumber: BNPB diolah dari PVMG, 1996 - 2014

Gambar 2.162
Peta Risiko Bencana
Gunung api
Provinsi Jawa Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

139
Gambar 2.163
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi JawaTimur
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.164
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Jawa Timur

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

140 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.165
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Jawa Timur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

Gambar 2.166
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Jawa Timur

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

141
Gambar 2.167
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi JawaTimur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

Gambar 2.168
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Jawa Timur

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

142 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.169
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Jawa Timur
Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

Gambar 2.170
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Jawa Timur

Sumber: Diolah dari BNPB , 2012

143
2.18 Provinsi bali
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Bali termasuk dalam risiko
kelas tinggi dengan skor 170. Dari 9 Kabupaten/ Kota di Provinsi Bali, 5 diantaranya
berada dalam kelas risiko tinggi.

144 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.17
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Bali

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Bali diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 120 bencana
tercatat oleh BNPB, dengan bencana kekeringan, banjir, dan angin puting beliung yang
mendominasi

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bali terdiri atas:


đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂććċĉĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Bahaya 47,01%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂĆċćĊćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈąŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ āĈċąĆĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
3,10%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćċĀĉĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąĊČĀăŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĂĊāċĀĊăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
53,93%

Luas wilayah Provinsi Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29% dari total luas wilayah
Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 602 jiwa per km2. Bencana yang
Kerentanan penah terjadi antara tahun 2002-2011 mengakibatkan 52 jiwa meninggal dan hilang, 6.458
jiwa menderita dan mengungsi, 10.597 rumah rusak dan hancur, serta 6.687 hektar lahan
mengalami kerusakan

Desa tangguh bencana sudah diterapkan di Kabupaten Buleleng, Badung, dan Kota
Denpasar. Jumlah relawan bencana yang tersedia yaitu 13 orang yang terdiri dari dunia
usaha, organisasi sosial kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Universitas Udayana
Kapasitas
sebagai lembaga akademisi melakukan kajian terhadap bencana kekeringan. Rencana
kontinjensi belum pernah dilaksanakan di Provinsi Bali. Selain itu, sosialisasi pengurangan
risiko bencana masih sedikit, yaitu kurang dari 20% wilayah Bali

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Bali terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āćċĀĆăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
46,23%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĊĆċĂăĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāćČĊāŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫćċĆāĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆĂČąĈŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āćāċĉĊĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
29,99%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

145
Gambar 2.171
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.172
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Bali

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

146 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.173
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Bali
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.174
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Bali

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 – 2014

147
Gambar 2.175
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Bali
Sumber: BNPB diolah dari PVMBG ,2004 - 2011

Gambar 2.176
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Bali

Sumber: BNPB, 2012

148 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.177
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.178
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Bali

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

149
Gambar 2.179
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
kekeringan
Provinsi Bali
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.180
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Bali

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

150 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

151
2.19 Provinsi Nusa tenggara barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Nusa Tenggara Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 172. Dari 10 Kabupaten/ Kota di
NTB, 9 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

152 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.18
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Nusa Tenggara Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi NTB diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, terdapat 167 bencana
tercatat oleh BNPB, dengan bencana banjir dan kekeringan yang paling mendominasi.
Kekeringan sering terjadi terkait rendahnya intensitas curah hujan di wilayah ini.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āćāċĉĈĈƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
Bahaya
8,23%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĂċĀĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂąČĂāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĉăċĆĊāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,50%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĂċĂĂĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫććČąăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĀċĉĉćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćąČĆĆŌ

NTB memiliki kepadatan penduduk mencapai 231 jiwa per km per segi. Bencana
banjir yang pernah terjadi menimbulkan korban jiwa sebanyak dua orang pada 5 April
2006. Selain itu, banjir yang melanda Kabupaten Bima juga mengakibatkan 360 orang
Kerentanan mengungsi dan 1.765 unit rumah rusak/hancur (BNPB, 2010). Bencana alam lainnya yang
juga menimbulkan kerugian tidak sedikit adalah gempabumi. Dari total 167 bencana yang
terjadi pada 2002-2011, terdapat 50 korban meninggal dan hilang, 139.618 jiwa menderita
dan mengungsi, 51.261 rumah rusak dan hancur, serta 42.415 Ha lahan rusak

Hampir seluruh wilayah di NTB menjadi desa tangguh bencana, yaitu di Kota Mataram,
Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima,
dan Kota Bima. Relawan kebencanaan sebanyak 126 orang tersedia di NTB. Meskipun
Kapasitas
sudah dilaksanakan rencana kontinjensi bencana gempabumi, gempabumi dan tsunami,
serta gunungapi, namun pelaksanaan sosialisasi pengurangan risiko bencana masih
kurang dari 50%

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāćāċĉĊĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
8,24%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊąăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāāČāąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĈĂăċăăăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
37,43%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāĈċāĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆāČăĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăĈċąĈĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĉČăăŌ

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

153
Gambar 2.181
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.182
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

154 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.183
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung api
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.184
Peta Risiko Bencana
Gunung api
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 – 2014

155
Gambar 2.185
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.186
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

156 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.187
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.188
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

157
Gambar 2.189
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
rovinsi Nusa Tenggara Barat
Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.190
Peta Risiko
Banjir
rovinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

158 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.191
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.192
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

159
2.20 Provinsi Nusa tenggara timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Nusa Tenggara Timur
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 156. Dari 21 Kabupaten/Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Timur, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi

160 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.19
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Nusa Tenggara Timur

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi NTT diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana. Pada kurun waktu 2002-2011, BNPB mencatat
terdapat 417 bencana terjadi dan didominasi oleh banjir dan angin puting beliung. Selain
itu, gunungapi di wilayah NTT juga memberi ancaman tersendiri bagi penduduk sekitar .

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċąĂāċĆĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
Bahaya 30,53%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫąċąĈćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĂćŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąăćċĉąĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,40%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĉċāĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂĉČĊāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāāĈċĆĊĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂĈČĉăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*ƫĈĈċąĉăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāČćĈŌ

Selama tahun 2002-2011, angin puting beliung meluluhlantakkan 4.166 rumah dan 10 orang
meninggal. Di sisi lain, banjir dibarengi tanah longsor juga menyebabkan kerugian yang
cukup besar. Kejadian banjir dan tanah longsor terbesar terjadi di Kabupaten Manggarai
Kerentanan tahun 2007 menyebabkan 43 orang meninggal, 5.818 orang mengungsi, dan 92 rumah
rusak/hancur. Bencana lain yang menimbulkan korban jiwa serta kerugian yang cukup
besar adalah gempabumi. Tiga kejadian gempabumi di Kabupaten Flores Timur dan Alor
telah menyebabkan puluhan korban jiwa (BNPB, 2010)

Manggarai, Manggarai Timur, Ende, Sikka, Flores Timur, Lembata, Timor Tengah Selatan,
Timor Tengah Utara, dan Belu merupakan lokasi desa tangguh bencana di NTT. Relawan di
provinsi ini yaitu sebanyak 53 orang. Rencana kontinjensi yang dilaksanakan dalam kurrun
Kapasitas
waktu 2005-2013 terkait bencana gunungapi, kekeringan, tanah longsor. Pelaksanaan
sosialisasi pengurangan risiko bencana baru dilakukan sekitar 50% dari total wilayahnya.
Dana siap pakai yang telah diterima NTT pada tahun 2013 yaitu 29,44 Miliar rupiah

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ ĂċĈąĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
0,16%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĊąċĉĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąČāĊŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫćċĈĀąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂăČćĈŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċĈĈąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂČĆĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāāĀċąĀĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
2,38%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

161
Gambar 2.193
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.194
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

162 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.195
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.196
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

163
Gambar 2.197
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.198
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

164 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.199
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi
Nusa TenggaraTimur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.200
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

165
Gambar 2.201
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.202
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

166 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

167
2.21 Provinsi Kalimantan barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 157. Dari 14 Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Barat, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

168 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.20
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Kalimantan Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Kalimantan Barat diancam oleh banjir, kekeringan, dan longsor.
Berdasarkan peta bahaya lingkungan Indonesia (Bakosurtanal, 1999), wilayah ini termasuk
dalam zona stabil meskipun ada beberapa wilayah rawan banjir di bagan pesisir barat
dan wilayah rawan tanah longsor/ gerakan tanah di wilayah perbukitan dan pegunungan.
Dalam kurun waktu 2002-2011, tercatat bencana sebanyak 127 kali, 71 diantaranya adalah
bencana banjir
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas:
đƫ ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĉċāĊĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
0,06%
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċĊăāċćăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĀČĈĆŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĉċĂăăċăąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
55,92%

Kepadatan penduduk Kalimantan Barat mencapai 28 jiwa per km persegi. Kejadian


bencana pada 2002-2011 telah mengakibatkan 74 jiwa meninggal dan hilang, 726.238
jiwa menderita dan mengungsi, 7.083 rumah rusak dan hancur, serta 48.215 Ha lahan
Kerentanan rusak. Kejadian banjir besar pernah terjadi pada 24 Januari 2003 yang mengakibatkan
17 orang meninggal dunia dan 1.977 orang mengungsi. Dua tahun sebelumnya, tepatnya
pada 23 Januari 2002, banjir mengakibatkan 446.570 orang harus mengungsi ketempat
yang lebih aman

Desa tangguh bencana sudah terdapat di dua kabupaten, yaitu Bengkayang dan
Singkawang. Jumlah relawan di provinsi ini yaitu hanya 7 orang. Rencana kontinjensi
sudah dilaksanakan antara tahun 2005-2013 terkait bencana kebakaran lahan dan hutan.
Kapasitas
Sosialisasi pengurangan bencana juga sudah dilaksanakan meskipun belum sampai 50%
wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima yaitu sebesar 1,2 Miliar
rupiah

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĈĆċĊĉāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāČĂĀŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈćāċăĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂăČĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĈăăċĉĀĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
11,78%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

169
Gambar 2.203
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.204
Peta Risiko
Gempa
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

170 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.205
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.206
Peta Risiko Bencana
Longsor
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

171
Gambar 2.207
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.208
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

172 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.209
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.210
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

173
2.22 Provinsi Kalimantan Tengah
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Tengah
termasuk dalam risiko kelas sedang dengan skor 141. Dari 14 Kabupaten/Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah, 13 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi

174 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.21
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Kalimantan Tengah

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kalimantan Tengah tergolong cukup aman dari bencana. Dari keenam bencana yang
dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, Kalimantan
Tengah diancam oleh banjir dan kekeringan. Pada kurun waktu 2002-2011 telah terjadi 83
bencana di Kalimantan Tengah, dengan dominasi bencana banjir sebanyak 52 kali
Bahaya
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċĉĂăċĆāĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąąČćĆŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĂċāĆĉċăăĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
14,02%

Provinsi ini dihuni oleh 2.138.717 jiwa yang terdiri atas suku Dayak, Banjar, Jawa, Sunda, dll.
Kejadian bencana tersebut telah mengakibatkan 11 orang meninggal dan hilang, 140.089
orang menderita dan mengungsi, 1.890 rumah rusak dan hancur, serta 24.176 Ha lahan
Kerentanan rusak. Korban meninggal dunia umumnya disebabkan oleh peristiwa banjir yang sangat
kerap terjadi. Selain banjir, bencana alam lain yang cukup merugikan adalah kebakaran
hutan. Kebakaran hutan yang terjadi di Kabupaten Kapuas pada 5 Januari 2003 telah
menyebabkan 1.250 jiwa mengungsi

Desa tangguh bencana sudah terdapat di Kotawaringin Barat, Kotawarigin Timur,


Murungrawa, dan Kapuas. Jumlah relawan yang tersedia yaitu sebanyak 14 orang.
Pelaksanaan rencana kontinjensi telah dilakukan pada kurun waktu 2005-2013 terkait
Kapasitas bencana kebakaran lahan dan hutan. Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga
telah dilaksanakan meskipun masih belum menyeluruh, kurang dari 50% wilayah
mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,51
Miliar rupiah

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĊĂČĂāăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČćĀŌ
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ āċĊĈĂċĂăąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
48,29%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăČĊĀăċĆĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
25,36%v

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

175
Gambar 2.211
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi
Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.212
Peta Risiko
Gempa
Provinsi
Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

176 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.213
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi
Kalimantan Tengah

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2015

Gambar 2.214
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi
Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

177
Gambar 2.215
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.216
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

178 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.217
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.218
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

179
2.23 Provinsi Kalimantan selatan
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Selatan
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 152. Dari 13 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Kalimantan Selatan, 3 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

180 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.22
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Kalimantan Selatan

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Berdasarkan peta bahaya lingkungan (Bakosurtanal, 1999), provinsi ini termasuk kedalam
zona V (zona keaktifan rendah terhadap ancaman bencana alam geologi). Wilayahnya
juga berada dalam zona “aman” terhadap dampak pertemuan lempeng tektonik. Kondisi
ini direpresentasikan dengan tidak adanya bencana gempabumi yang terjadi diwilayah
ini. Bencana yang pernah terjadi dalam kurun waktu 2002- 2011 berjumlah 465 peristiwa,
Bahaya didominasi oleh bencana banjir dan kebakaran

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāĉċĀććƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČąĊ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĊĂćċĆćĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉĊČĊāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*ƫĊăċąāĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂČĆĀŌ

Bencana banjir juga menimbulkan kerugian dan korban jiwa yang tidak sedikit. Peristiwa
banjir di Kabupaten Banjar pada 3 Februari 2004 menyebabkan lima orang meninggal
dunia, 80.150 jiwa mengungsi, 7.896 rumah rusak/hancur, dan 345 Ha lahan rusak.
Kerentanan
Peristiwa banjir bandang besar terjadi pada 27 Juni 2006 meliputi daerah Kabupaten
Banjar, Kota Baru, Tanah Laut, dan Tanah Bumbu. Bencana tersebut mengakibatkan tujuh
orang meninggal dunia, 46.372 jiwa mengungsi, dan 847 rumah rusak/hancur

Desa tangguh bencana sudah terdapat di Barito Kuala, Kota Banjarmasin, Banjar, Tanah
Laut, dan Hulu Sungai Selatan. Jumlah relawan yang tersedia cukup banyak, yaitu sebanyak
Kapasitas 151 orang. Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga telah dilaksanakan meskipun masih
belum menyeluruh, kurang dari 50% wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah
diterima pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,29 Miliar rupiah

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāćĊċăćāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąČćĀŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćĉĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĈāċąćĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćċĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĂąĈċĉāăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
6,64%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

181
Gambar 2.219
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.220
Peta Risiko
Gempa
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

182 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.221
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.222
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

183
Gambar 2.223
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.224
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

184 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.225
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.226
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

185
Gambar 2.227
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.228
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

186 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

187
2.24 Provinsi Kalimantan timur
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Kalimantan Timur
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 165. Dari 14 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Kalimantan Timur, 13 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

188 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.23
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Kalimantan Timur

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kalimantan Timur tergolong cukup aman dari bencana. Dari keenam bencana yang dikaji
dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, Kalimantan Timur
diancam oleh banjir dan kekeringan. Berdasarkan data BNPB, sepanjang tahun 2002-2011
terjadi 327 kejadian bencana, 211 di antaranya adalah kebakaran dengan jumlah kejadian
terbanyak tahun 2009 yaitu 86 kejadian. Bencana banjir terjadi 76 kali dimana tahun 2011
Bahaya mengalami jumlah kejadian yang paling banyak dibandingkan tahun lainnya

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāĆāċĆĂąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĊČĆąŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ ĂċĀĈăċĀāĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
16,76%

Kepadatan penduduk Kalimantan Timur mencapai 15 jiwa per km persegi. Kerugian terparah
akibat banjir terjadi pada tanggal 1 Desember 2005 di Kabupaten Kutai Kartanegara yang
Kerentanan mengakibatkan 692 unit rumah rusak atau terendam. Secara keseluruhan, total korban
meninggal dari tahun 2002-2011 mencapai 74 orang, sedangkan untuk kerusakan rumah
mencapai 6.726 unit rumah sementara kerusakan lahan mencapai 5.229 Ha

Desa tangguh bencana Provinsi Kalimantan Timur terdapat di Kutai Timur. Jumlah
relawan di provinsi ini mencapai 280 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi
Kapasitas kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah
dilaksanakan, namun belum mencapai 50% dari total wilayah Kalimantan Timur. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 0,09 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĆąąċĉĈĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąČąĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĉċąĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉČĂąŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂĈĉċććĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāćċĉăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āċāćāċĈĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,39%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

189
Gambar 2.229
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.230
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

190 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.231
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Longsor
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.232
Peta Risiko Bencana
Longsor
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

191
Gambar 2.233
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.234
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

192 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.235
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.236
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

193
Gambar 2.237
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.238
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Timur

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

194 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

195
2.25 Provinsi Kalimantan Utara
Provinsi Kalimantan Utara merupakan tersedia masih bergabung dengan
provinsi yang baru terbentuk pada Provinsi Kalimantan Timur. Oleh karena
tahun 2012, sehingga belum terdapat itu, perlu dibuat data dan informasi
data-data mengenai kebencanaan kebencanaan di Provinsi Kalimantan
yang spesifik dan update mengenai Utara dalam Profil Penataan Ruang
provinsi ini. Informasi kebencanaan Kawasan Rawan Bencana.
Provinsi Kalimantan Utara yang

196 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.24
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Kalimantan Utara

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas:
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂăăċāăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆăČĊĀŌ
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*ƫ āċĆĂćċĊĉąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
21,75%

Kerentanan -
Kapasitas -

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĆĆċąĂćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăĆČĊăŌ
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫćĉąċĈĉĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,75%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

197
Gambar 2.239
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.240
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

198 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.241
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.242
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

199
Gambar 2.243
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.244
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

200 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.245
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.246
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

201
Gambar 2.247
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.248
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Kalimantan Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

202 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

203
2.26 Provinsi Sulawesi Utara
Provinsi Sulawesi Utara meliputi dengan skor 151. Dari 15 Kabupaten/
Kepulauan Sangihe-Talaud yang Kota di Provinsi Sulawesi Utara,
merupakan salah satu kepulauan seluruhnya berada dalam kelas risiko
terluar di wilayah Republik Indonesia. tinggi.
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana
Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Utara
termasuk dalam risiko kelas tinggi

204 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.25
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sulawesi Utara

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Sulawesi Utara diancam oleh banjir, gempa bumi, kekeringan,
longsor, dan gunung api. Provinsi ini terletak di pertemuan lempeng tektonik,
sehingga sudah sewajarnya provinsi ini rawan terkena gempa bumi. Berdasarkan
data BNPB dari tahun 2002-2011 bencana yang paling banyak terjadi justru banjir.
Tercatat 29 kali banjir terjadi di provinsi ini dari tahun 2002-2011. Secara keseluruhan,
dari tahun 2002-2011 di Provinsi Sulawesi Utara terjadi 101 kejadian bencana, dengan
jumlah kejadian terbanyak pada tahun 2008 dan 2011 yaitu masing-masing 22 kali.

Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:

đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĊćċĂĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ


31,58%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăċĊąăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāăČĂĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąąċĉĀĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
3,15%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĉċĀĊăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĉČĆāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāČăĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀĂŌ

Provinsi Sulawesi Utara memiliki luas wilayah 13.851,64 Km2 dan berpenduduk 2.199.701
jiwa. Dari 101 bencana yang terjadi di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2002-2011 telah
Kerentanan
mengakibatkan 135 jiwa meninggal dan hilang, 208.151 jiwa menderita dan mengungsi,
21.768 rumah rusak dan hancur, serta 4.105 hektar lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana Provinsi Sulawesi Utara terdapat di Minahasa. Jumlah relawan di
provinsi ini yaitu 24 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan
peran masyarakat. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilaksanakan, namun
Kapasitas
belum mencapai 50% dari total wilayah. Rencana kontinjensi juga telah dilaksanakan pada
periode 2005-2013 mengenai bencana gunung api, gempa bumi dan tsunami. Dana siap
pakai yang telah diterima yaitu sebesar 23,97 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąĉċĉăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
3,89%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āāċăĂĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
37,95%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĂććċĈąĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
18,74%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫćċĂĆąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĀČćĈŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăċāăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąćČćăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĂĀĊċĊĊćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
15,69%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

205
Gambar 2.249
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.250
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

206 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.251
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.252
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

207
Gambar 2.253
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.254
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

208 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.255
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.256
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

209
Gambar 2.257
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.258
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

210 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.259
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.260
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

211
2.27 Provinsi SULAWESI TENGAH
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Tengah
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 158. Dari 11 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Tengah, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi

212 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.26
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sulawesi Tengah

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, Sulawesi Tengah diancam oleh banjir, gempa bumi,
kekeringan, longsor, dan gunung api. Selama tahun 2002-2011, terjadi 128 kejadian
bencana, dimana bencana banjir paling mendominasi dibanding bencana
lainnya. Kejadian banjir terjadi merata di hampir seluruh wilayah provinsi ini..

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċĊāĉċĀăĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
31,87%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫćąĀċĊăăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
10,64%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫăĆċĀĈąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉăČĉāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉČąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀĀŌ

Provinsi dengan luas 61.841,29 Km2 ini ditinggali oleh 2.521.327 jiwa. Dari 128 bencana
yang terjadi di Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2002-2011 telah mengakibatkan 157 jiwa
Kerentanan
meninggal dan hilang, 92.500 jiwa menderita dan mengungsi, 9.660 rumah rusak dan
hancur, serta 13.803 hektar lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana di Provinsi Sulawesi Tengah terdapat di Kabupaten Parigi Moutong,
Conggalam Kota Palu, Poso, dan Sugi. Relawan yang tersedia di provinsi ini yaitu sebanyak
Kapasitas
84 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilaksanakan namun belum sampai 50%.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąĈċĀĈĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĈĉŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ăċĂąăċĀĉĈƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
53,82%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫăĂċąąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĈČĆāŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċĀĊĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąČĈćŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫćĉĀċćĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
11,46%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

213
Gambar 2.261
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG,2009 - 2015

Gambar 2.262
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

214 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.263
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.264
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

215
Gambar 2.265
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.266
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

216 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.267
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.268
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

217
Gambar 2.269
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.270
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tengah

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

218 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

219
2.28 Provinsi SULAWESI selatan
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Selatan
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 167. Dari 24 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Selatan, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.

220 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.27
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sulawesi Selatan

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam kegiatan ini, Sulawesi Selatan diancam oleh
banjir, gempa bumi, kekeringan, dan longsor. Kejadian bencana yang mendominasi
wilayah ini adalah banjir dan kekeringan. Selama tahun 2002-2011 terjadi bencana
banjir sebanyak 128 kali dan bencana kekeringan sebanyak 119 kali. Secara kumulatif,
keseluruhan bencana yang tercatat sejak tahun 2002-2011 berjumlah 419 kejadian.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas:

Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċĀĈĈċĂăĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ


24,32%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫąāĆċĉāăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,30%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāāĉċăĂĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉĊČĆĊŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀČăĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀĀŌ

Jumlah penduduk di wilayah ini adalah 7.606.500 jiwa. Kejadian bencana yang paling
banyak memakan korban jiwa adalah banjir dan tanah longsor di Kabupaten Sinjai
pada tanggal 19 Juni 2006 yang mengakibatkan 210 jiwa meninggal dunia, 7.858 orang
Kerentanan
menderita, serta merusak 972 rumah. Secara kumulatif, bencana tahun 2002-2011 telah
mengakibatkan 442 jiwa meninggal dan hilang, 165.631 jiwa menderita dan mengugsi,
36.181 rumah rusak dan hancur, serta 234.375 Ha lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana di Provinsi ini di Kabupaten Pindang, Wajo, dan Bone. Universitas
Hasanuddin sebagai lembaga akademisi melakukan kajian terhadap bencana banjir
bandang. Relawan yang terdapat di provinsi ini adalah sebanyak 79 orang yang terdiri
dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi
Kapasitas
telah dilaksanakan pada periode 2005-2013 terkait bencana banjir dan tanah longsor.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga telah dilakukan di provinsi ini lebih dari 50%
total wilayahnya. Dana siap pakai yang diterima oleh Sulawesi Selatan yaitu sebesar 19,83
Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Selatan terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫăĀąċĈĉĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
6,88%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ āċĉĂāċćĉĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
40,76%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%ƫ āĂĀċĂĂĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
91,03%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăċĈĊąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČąĉŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĂċĀĊĀċąĉąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
46,89%
Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

221
Gambar 2.271
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.272
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

222 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.273
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 – 2014

Gambar 2.274
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

223
Gambar 2.275
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.276
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

224 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.277
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.278
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

225
Gambar 2.279
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.280
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Selatan

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

226 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

227
2.29 Provinsi SULAWESI TENggara
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Tenggara
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 169. Dari 12 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawesi Tenggara, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi

228 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.28
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sulawesi Tenggara

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Berdasarkan peta bahaya lingkungan (Bakosurtanal, 1999), wilayah ini juga termasuk dalam
zona lipatan dan retakan. Mengacu kepada kondisi tersebut, provinsi ini rawan terhadap
bencana gempabumi, gelombang pasang, banjir, dan tanah longsor. Pada kurun waktu 2002-
2011 telah terjadi bencana sebanyak 366 kali dengan dominasi bencana kebakaran sebanyak
152 kali dan angin putting beliung sebanyak 84 kali. Selain itu, bencana banjir juga cukup sering
terjadi di provinsi ini. Tercatat 78 kali terjadi banjir di provinsi ini selama periode 2002-2011.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉāĆċāĉąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
22,39%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĈąċĂĊĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,06%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāćċĀĆąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĈČĈĊŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāąČĊćƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀāŌ

Kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 53 jiwa per km persegi.


Bencana-bencana yang melanda wilayah ini sejak tahun 2002-2011 menimbulkan kerugian
Kerentanan yang cukup besar. Secara kumulatif, bencana tersebut telah mengakibatkan 23 orang
meninggal dunia dan hilang, 29.219 jiwa menderita dan mengungsi, 5.001 rumah rusak
dan hancur, serta 13.829 Ha lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat di Kabupaten Kolaka


Utara, Konawe Selatan, Buton Utara, Bau Bau, Muna, dan Wakatobi. Relawan yang
terdapat di provinsi ini adalah sebanyak 125 orang yang terdiri dari dunia usaha organisasi
kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi telah dilaksanakan pada
Kapasitas
periode 2005-2013 terkait bencana banjir. Sosialisasi pengurangan risiko bencana juga
telah dilakukan di provinsi ini, namun belum sampai 50% total wilayah mendapatkannya.
Dana siap pakai yang telah diterima oleh Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 23,51 Miliar
rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĆăċĆĆĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
1,47%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ (+*#/+.čƫ ĉćąċāĊăƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
Risiko 23,96%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%ƫāĉċąăĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉĊČăăŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀċăĂāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąČĉĊŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċĉćĊċăĂĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
52,61%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

229
Gambar 2.281
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 – 2015

Gambar 2.282
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

230 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.283
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.284
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

231
Gambar 2.285
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.286
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

232 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.287
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.288
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

233
Gambar 2.289
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.290
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Tenggara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

234 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

235
2.30 Provinsi Gorontalo
Wilayah Provinsi Gorontalo sebagian Provinsi Gorontalo termasuk dalam
besar adalah perbukitan yang secara risiko kelas sedang dengan skor 140.
keseluruhan Provinsi Gorontalo Dari 6 Kabupaten/ Kota di Provinsi
tercatat memiliki wilayah seluas Gorontalo, seluruhnya berada dalam
12.215,44 km persegi. Berdasarkan kelas risiko tinggi.
Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013,

236 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.29
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Gorontalo

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana, Gorontalo diancam oleh banjir, gempa bumi, kekeringan, dan longsor. Sebagian
Provinsi Gorontalo khususnya bagian timur termasuk dalam zona aktif terhadap bencana
alam geologi (Bakosurtanal, 1999). Terkait dengan bencana, dalam kurun waktu 2002- 2011,
terdapat 57 kejadian bencana yang terjadi dan tercantum dalam basis data kebencanaan
BNPB dimana bencana yang paling banyak terjadi adalah banjir sebanyak 42 kali.

Bahaya Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Gorontalo terdiri atas:

đƫ ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āĉĈċĉąĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
15,61%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāćċĀĊăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
1,36%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫćĀĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉćČĂĈŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀĀŌ

Kepadatan penduduk Provinsi Gorontalo mencapai 85 jiwa per km persegi. Bencana-


bencana yang melanda wilayah ini sejak tahun 2002-2011 menimbulkan kerugian yang
Kerentanan cukup besar. Secara kumulatif, bencana tersebut telah mengakibatkan 15 orang meninggal
dunia dan hilang, 119.169 jiwa menderita dan mengungsi, 4.446 rumah rusak dan hancur,
serta 6.642 Ha lahan mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana di Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Boalemo dan


Gorontalo. Relawan yang terdapat di provinsi ini adalah sebanyak 174 orang yang terdiri
dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi
Kapasitas telah dilaksanakan pada periode 2005-2013 terkait bencana banjir. Sosialisasi pengurangan
risiko bencana juga telah dilakukan di provinsi ini, namun belum sampai 50% total wilayah
mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima oleh Gorontalo yaitu sebesar 11,75
Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Gorontalo terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ āċāāĉƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
0,09%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ĆąĀċĆąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 45,58%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫąĂăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĀČĂĊŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăČĈĉŌ
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ąĆăċĉăĈċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
38,27%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

237
Gambar 2.291
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Gorontalo

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.292
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

238 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.293
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Gorontal

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.294
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

239
Gambar 2.295
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.296
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

240 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.297
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Gorontal

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.298
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

241
Gambar 2.299
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.300
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

242 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

243
2.31 Provinsi sulawesi barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Sulawesi Barat
termasuk dalam risiko kelas tinggi dengan skor 191. Dari 5 Kabupaten/ Kota di
Provinsi Sulawes Barat, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.

244 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.30
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Sulawesi Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, Sulawesi Barat diancam oleh banjir, gempa bumi,
kekeringan, dan longsor. Menurut data BNPB, selama tahun 2002-2011
terjadi 56 kali kejadian bencana, dimana 19 diantaranya merupakan bencana
banjir. Bencana banjir mendominasi akibat banyaknya sungai di provinsi ini.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Gorontalo terdiri atas:

Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂĉĂċćĊĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ


17,08%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĆĈċăĀąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
3,47%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĉċĉĆĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆąČăĉŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĂČćĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĀĀŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĆĆąċāăćċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăăČĆāŌ

Jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 1.050.928 jiwa. Akibat bencana
yang terjadi pada kurun waktu 2002-2011, 40 orang meninggal dan hilang, 9.067 orang
menderita dan mengungsi, 7.836 rumah rusak dan hancur, serta 3.378 Ha lahan rusak.
Kerentanan
Salah satu peristiwa banjir dan tanah longsor terjadi di Kabupaten Polewali Mandar pada
2002 mengakibatkan 3 jiwa meninggal dan 606 jiwa lainnya mengungsi karena rumahnya
hancur tersapu banjir bandang. Jumlah rumah yang rusak adalah 450.

Desa tangguh bencana di Provinsi Gorontalo terdapat di Kabupaten Mamuju, Majene, dan
Polemali Mandar. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 19 orang yang terdiri dari
dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi telah
Kapasitas
dilaksanakan pada periode 2005-2013 terkait bencana banjir. Sosialisasi pengurangan
risiko bencana juga telah dilakukan di provinsi ini, namun hanya sebagian kecil saja, yaitu
tidak sampai 10% dari total wilayah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāĂĊċĈăĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
7,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĈĊĊċĊĊĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
48,41%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĊċĆăĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆćČăĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉąĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĀČĊąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĉĈĉċāĈăċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĆăČāāŌ

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

245
Gambar 2.301
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.302
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

246 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.303
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.2304
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

247
Gambar 2.305
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.306
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

248 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.307
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.2308
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

249
Gambar 2.309
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.310
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Sulawesi Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

250 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

251
2.32 Provinsi maluku
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Maluku termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 179. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Maluku, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.

252 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.31
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Maluku

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Maluku diancam oleh keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana. Letaknya Maluku di pertemuan lempeng
tektonik membuat provinsi ini rawan terkena gempa bumi. Berdasarkan data BNPB,
dari tahun 2002-2011 terjadi 7 kali gempabumi dari 55 kejadian bencana di provinsi
ini. Bencana yang paling sering terjadi yaitu bencana banjir sebanyak 14 kali dan tanah
longsor sebanyak 10 kali. Tahun 2011 merupakan tahun yang paling banyak mengalami
bencana dalam kurun waktu 2002-2011.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku terdiri atas:

đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāċąāăċĀāĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ


Bahaya 30,42%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫĊċĀĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂāČćĀŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫāĆąċąĊĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
3,39%
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĆĀĉċĊĂąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈāČāĆŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫăąČĂĈąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂČĆąŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ āċĆāăċĆĈĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
36,24%

Jumlah penduduk Maluku berjumlah 1.499.981 jiwa. Bencana yang terjadi di provinsi ini
Kerentanan mengakibatkan 54 orang meninggal dan hilang, 12.676 orang menderita dan mengungsi,
1.690 rumah rusak dan hancur, serta 261 Ha lahan rusak.

Desa tangguh bencana di Provinsi Maluku terdapat di Kabupaten Buru dan Seram bagian
Barat. Relawan yang terdapat di provinsi ini yaitu 123 orang yang terdiri dari dunia usaha
organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi belum pernah
Kapasitas
dilakukan di provinsi ini. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilakukan namun
kurang dari 20% wilayah mendapatkannya. Dana siap pakai yang telah diterima cukup
besar, yaitu 35,53 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąĂćċĆĊĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,18%
Risiko
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āĂċăĂĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
29,40%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

253
Gambar 2.311
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.312
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

254 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.313
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Maluku

Sumber: BNPB Diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.2314
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

255
Gambar 2.315
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Maluku

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.316
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

256 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.317
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.2318
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

257
Gambar 2.319
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.400
Peta Kawasan
Rencana Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Maluku

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

258 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

259
2.33 Provinsi maluku Utara
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Maluku Utara termasuk
dalam risiko kelas tinggi dengan skor 169. Dari 9 Kabupaten/ Kota di Provinsi
Maluku Utara, seluruhnya berada dalam kelas risiko tinggi.

260 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.32
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Maluku Utara

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Provinsi Maluku Utara berbentuk kepulauan dengan Pulau Halmahera sebagai pulau
terbesar dan terletak di zona pertemuan lempeng, sehingga menyebabkan rawan akan
gempa bumi. Provinsi ini dilanda 29 kejadian bencana selama tahun 2002-2011. Bencana
yang mendominasi yaitu banjir dan gempabumi dengan masing-masing sebanyak 11 kali.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku Utara terdiri atas:

Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫāĀĀċĀĀĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ


3,16%
đƫ ƫ0%*##%ƫ#1*1*#ƫ,%čƫăċĀĀĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāăČāăŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĆąċćĀĉƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫăĀČĉāŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāăĂċăąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĀČĈĊŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĂăāċĈĊāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĉČĀąŌ

Jumlah penduduk di provinsi ini adalah 996.003 jiwa. Kejadian-kejadian bencana tersebut
menyebabkan 8 jiwa meninggal dunia dan hilang, 27.065 orang mengungsi dan menderita,
2.498 rumah rusak dan hancur, tetapi tidak menyebabkan kerusakan lahan. Kejadian
Kerentanan
bencana yang memakan korban cukup parah adalah banjir, yang terjadi hampir merata di
Pulau Halmahera dan Ternate. Sepanjang 2002-2011 terjadi 6 kali bencana banjir, dengan
korban 2.065 orang mengungsi dan 121 rumah mengalami kerusakan.

Desa tangguh bencana di Provinsi Maluku Utara terdapat di Kabupaten Halmahera Tengah
dan Halmahera Utara. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 8 orang yang terdiri
dari dunia usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi
Kapasitas
sudah dilakukan di provinsi ini terkait bencana gunungapi, dan gempabumi dan tsunami.
Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilakukan namun kurang dari 50% wilayah
mendapatkannya.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Maluku Utara terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂĉĉċĈćăƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
9,13%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #1*1*#ƫ ,%čƫ āĂċĀāĆƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
52,59%
Risiko đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0*$ƫ(+*#/+.čƫĆćăċĊćĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
18,84%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫăăċĂăąƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāĉČĈĆŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāĀāċĀĆĂƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫąćČąĂŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫăĂĂċĈąĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
11,19%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

261
Gambar 2.401
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.402
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

262 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.403
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gunung Api
Provinsi Maluku Utara

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 1996 - 2014

Gambar 2.404
Peta Risiko Bencana
Gunung Api
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

263
Gambar 2.405
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Maluku Utara

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.406
Peta Risiko
Tanah Longsor
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

264 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.407
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.408
Peta Risiko Bencana
Tsunami
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

265
Gambar 2.409
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.410
Peta Risiko
Banjir
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

266 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.411
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.412
Peta Risiko Bencana
Kekeringan
Provinsi Maluku Utara

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

267
2.34 Provinsi Papua
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Papua termasuk
dalam risiko kelas sedang dengan skor 125. Dari 29 Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua, 10 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

268 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.33
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Papua

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Provinsi Papua diancam oleh bencana banjir gempa bumi, dan longsor.
Daerah ini berada pada jalur pertemuan dua lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Indo-
Australia dan Pasifik, sehingga Provinsi Papua rawan terjadi gempabumi. Dari tahun 2002
sampai 2010, dari 48 kejadian bencana, tercatat 10 kali terjadi gempabumi yang sebagian
besar terjadi di Kabupaten Nabire

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua terdiri atas:


Bahaya
đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫąċćĂąċĉāĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
15,12%.
đƫ ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫĂċĉăĆċĂăĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĊČĀĊŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĂĈċĀāĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂăČāĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫĉċāĈĆċăāĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĊČĀćŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫĉċĀĉĉċĉĂĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
26,12%

Lebih dari 70 % kerusakan yang terjadi di Papua yang diakibatkan oleh bencana
gempabumi di daerah Nabire. Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 202
Kerentanan
jiwa meninggal dunia dan hilang, 61.628 orang mengungsi dan menderita, 13.372 rumah
rusak dan hancur, serta 126 Ha lahan rusak.

Desa tangguh bencana di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Nabire, Jayawijaya, dan
Jayapura. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 6 orang yang terdiri dari dunia usaha
organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi sudah dilakukan
Kapasitas
di provinsi ini terkait bencana gempa bumi dan tsunami. Sosialisasi pengurangan risiko
bencana sudah dilakukan sebesar hampir 80% dari total wilayah. Dana siap pakai yang
telah diterima oleh Papua cukup besar yaitu 26,85 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua terdiri atas:


đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ #!),ƫ 1)%čƫ ĉċąăăċĂąĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 27,57%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ āāċāćąċćĈĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
adalah 35,81%
Risiko đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0/1*)%čƫ āăĂċāĆąƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
24,06%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ *&%.čƫ ĈċćĊĊċĂĂĂƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
74,46%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāĂċăăąċĆąāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
39,83%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

269
Gambar 2.413
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.414
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

270 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.415
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Papua

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.416
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

271
Gambar 2.417
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.418
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

272 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.419
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.420
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

273
Gambar 2.421
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.422
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Papua

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

274 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

275
2.35 Provinsi Papua Barat
Berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia 2013, Provinsi Papua Barat termasuk dalam
risiko kelas tinggi dengan skor 154. Dari 11 Kabupaten/ Kota di Provinsi Papua Barat, 7
diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

276 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Tabel 2.34
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02
Profil Bencana Provinsi Papua Barat

Aspek
Kondisi
Kebencanaan
Dari keenam bencana yang dikaji dalam Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana, Provinsi Papua Barat diancam oleh bencana banjir, gempa bumi, dan
longsor. Sepanjang tahun 2002-2011 terjadi 8 kali bencana yang terdiri dari 4 kali gempa
bumi, 1 kali gelombang pasang, dan 3 kali banjir yang baru tercatat selama periode
tersebut.

Kerawanan bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua Barat terdiri atas:
Bahaya đƫ ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĂċĊĆĉċăĆĊƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
30,31%
đƫ ƫ0%*##%ƫ(+*#/+.čƫāċĀćăċāĂĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāāČĀćŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫāĂċąĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫāĉČąĂŌ
đƫ ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċăĂĆċāăĀƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĈĉČĈĈŌ
đƫ ƫ 0%*##%ƫ '!'!.%*#*čƫ ĉąĀċĊĉĀƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ  ($ƫ
8,86%

Kejadian-kejadian bencana tersebut menyebabkan 293 jiwa meninggal dunia dan hilang,
Kerentanan 36.992 orang mengungsi dan menderita, 4.118 rumah rusak dan hancur, tetapi tidak
mengalami kerusakan lahan.

Desa tangguh bencana di Provinsi Papua terdapat di Kabupaten Manokwari meskipun


hanya sedikit. Relawan yang terdapat di provinsi ini hanya 6 orang yang terdiri dari dunia
usaha organisasi kemasyarakatan, dan peran masyarakat. Rencana kontinjensi belum
Kapasitas
pernah dilakukan di provinsi ini. Sosialisasi pengurangan risiko bencana sudah dilakukan
sebesar hampir 80% dari total wilayah. Dana siap pakai yang telah diterima oleh Papua
Barat hanya sebesar 0,8 Miliar rupiah.

Risiko bencana dalam skala tinggi di Provinsi Papua barat terdiri atas:
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ#!),ƫ1)%čƫĉćĀċćĊĆƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
8,82%
đƫ %/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0*$ƫ (+*#/+.čƫ ąċāĆĆċĉăĊƫ ċƫ .+,+./%ƫ (1/ƫ .%/%'+ƫ 0%*##%ƫ 0!.$ ,ƫ ƫ
Risiko adalah 43,55%
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ0/1*)%čƫĂĀċāĆāƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫĂĊČĈąŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ*&%.čƫāċāĂĉċĉĈĈƫċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫćĈČāāŌ
đƫ %/%'+ƫ0%*##%ƫ'!'!.%*#*čƫāċćĉăċĊĀăċƫ.+,+./%ƫ(1/ƫ.%/%'+ƫ0%*##%ƫ0!.$ ,ƫ ƫ ($ƫ
17,74%

Sumber: Diolah dari BNPB, 2015

277
Gambar 2.423
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Gempa Bumi
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari PVMBG, 2009 - 2015

Gambar 2.424
Peta Risiko
Gempa Bumi
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

278 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.425
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tanah Longsor
Provinsi Papua Barat

Sumber: BNPB diolah dari PVMBG, 2004 - 2011

Gambar 2.426
Peta Risiko Bencana
Tanah Longsor
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

279
Gambar 2.427
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Tsunami
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012


Gambar 2.428
Peta Risiko
Tsunami
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

280 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

Gambar 2.429
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Banjir
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.430
Peta Risiko Bencana
Banjir
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

281
Gambar 2.431
Peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB)
Kekeringan
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

Gambar 2.432
Peta Risiko
Kekeringan
Provinsi Papua Barat

Sumber: Diolah dari BNPB, 2012

282 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

283
284 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03

PROFIL BENCANA BESAR DAN


TERKINI (TAHUN 2014-2015)
3.1 Bencana Letusan Gunung Api Sinabung
3.1.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis

Gunung Api Sinabung (2.460 m dpl) bersama Gunung Api Sibayak adalah dua
gunung di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sedangkan kota
terdekat dari gunung api ini adalah Kota Kaban Jahe dan Berastagi. Gunung Api
Sinabung sebelumnya merupakan Gunung Api tipe B (belum meletus setelah
tahun 1600). Saat ini Pemerintah bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera
Utara dan Kabupaten Karo, sedang dihadapkan pada tugas besar penanggulangan
bencana erupsi Gunung Api Sinabung. Erupsi mengalami naik turun sejak tahun
2010 dan hingga saat ini belum dapat diperkirakan kapan erupsi akan berakhir.
Terhitung sejak tanggal 2 Juni 2015 lalu, statusnya kembali dinaikkan dari SIAGA/
level III (sedang bergerak ke arah letusan) menjadi AWAS/level IV (segera atau
sedang meletus) oleh PVMBG. Kerakter letusan Gunung Api Sinabung adalah
freatik dan magmatik dengan potensi bahaya berupa awan panas, lontaran batu
pijar, aliran dan guguran lava, hujan abu vulkanik, gempa vulkanik, dan banjir lahar.

285
Gambar 3.1 Zona Bahaya Letusan Gunung Api Sinabung Sumber: PVMBG, 2015

Aktivitas Gunung Api Sinabung berpotensi terancam awan panas,


telah menimbulkan bahaya dengan gas beracun, guguran lava, aliran lava,
tingkat yang berbeda sesuai dengan dan berpotensi terancam lontaran
jangkauan radius bahaya tersebut. batu pijar (diameter 1-4 cm); 3). Zona
Bahaya letusan Gunung Api Sinabung kuning: Zona ini berada dalam radius 7
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) km. Zona ini berpotensi terlanda lahar
zona, yaitu 1). Zona merah: Zona ini hujan, dan perluasan awan panas,
berada dalam radius 3 km. Zona ini terancam hujan abu, dan material
berpotensi terancam awan panas, gas pijar (diameter < 1 cm). Gambar 3.1
racun, guguran lava, dan berpotensi merupakan zona bahaya Gunung Api
terancam lontaran batu pijar (diameter Sinabung.
> 4 cm); 2). Zona oranye: Zona ini
berada dalam radius 5 km. Zona ini

286 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Terdapat 4 (empat) kecamatan di potensi ancaman letusan Gunung
sekitar Gunung Api Sinabung yag Api Sinabung paling besar, sekaligus
termasuk dalam Kawasan Rawan berada pada radius 3-5 km. Sedangkan
Bencana (KRB), yaitu Kecamatan zonsi KRB II berada pada radius 5-7
Simpang Empat, Kecamatan Naman km. Zona KRB I berada pada radius
Teran, Kecamatan Payung, Kecamatan 7 km maupun berada di luar radius 7
Tiganderket. Hanya saja, empat km, tetapi masih berada dalam KRB.
kecamatan tersebut berada dalam Kawasan KRB I ini potensi ancamannya
zona KRB dan radius yang berbeda. adalah banjir lahar melalui aliran
Dalam gambar 3.2 terlihat bahwa KRB sungai. Kronologis bencana letusan
terklasfikasikan dalam tiga zonasi, Gunung Api Sinabung adalah sebagai
dengan zonasi KRB III (tinggi) memiliki berikut:

Gambar 3.2 Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api Sinabung


Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari PVMBG, 2015

287
1. Tahun 2010
Gunung Api Sinabung kembali dan juga berada dekat dengan zona
menunjukkan aktivitasnya secara patahan mengiri yang memanjang
signifikan pada tahun 2010. di antara Gunung Api Sinabung dan
Peningkatan aktivitas Gunung Api Sibayak (Hendrasto dkk, 2014).
Sinabung dimulai dari tanggal 27
Agustus 2010 hingga 7 September

2010. Pada tahun 2010 terjadi letusan
berkali-kali. Gambar 3.3 menunjukkan
terjadinya letusan Gunung Sinabung
Tahun 2010. Selama periode Bulan
September 2010, sebaran gempa
umumnya terkonsentrasi di bawah
kawah. Pada Bulan Oktober 2010,
pusat gempa terukur lebih dalam


ke arah Timur Laut. Episenter sejajar
dengan arah Barat Daya-Timur Laut Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2010

Gambar 3.3 Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2010

288 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
2. Tahun 2013
Gunung Api Sinabung kembali Pada 17 dan 18 September 2013
beraktivitas pada 15 September 2013. terjadi erupsi abu dengan ketinggian
Status Gunung Sinabung berubah mencapai 1.500 dan 3.000 meter
dari ‘Waspada’ menjadi ‘Siaga’ disertai lontaran batu pijar di sekitar
akibat letusan pada pukul 02.51 WIB. kawah. Pada pertengahan hingga
Akibat letusan tersebut, 900 jiwa akhir Oktober 2013, terjadi erupsi abu
yang bertempat tinggal di empat dengan ketinggian mencapai 700-
desa, yaitu Desa Sukameriah, Desa 5.000 meter. Sebagian erupsi diikuti
Kutarayat, Desa Payung, dan Desa lontaran batu pijar dan jatuh di sekitar
Bakerah direlokasi ke Kecamatan kawah. Gambar 3.4 adalah letusan
Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi. Gunung Sinabung pada Tahun 2013.

Gambar 3.3 Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2010 Sumber: PVMBG, 2015

289
Pada awal November 2013, terjadi Peningkatan aktivitas terjadi pada
erupsi abu dengan ketinggian 700- tanggal 30 Desember 2013, terjadi
7.000 meter. Dampak dari erupsi abu aliran lava pijar yang disertai dengan
tersebut mencapai Barat Daya-Barat. awan panas dan bergerak ke arah
Erupsi abu tersebut disertai dengan Tenggara sejauh 4,5 km dari puncak.
suara gemuruh dan juga lontaran batu Gunung Api Sinabung meletus
pijar yang jatuh di sekitar kawah. Pada sembilan kali dan memuntahkan lava
pertengahan November 2013, erupsi serta gas dengan ketinggian 7.000
abu mencapai tinggi 500-10.000 meter (Nugroho, Sutopo Purwo-
meter dengan persebaran ke arah Kepala Pusat Data Informasi BNPB
Barat Daya-Barat, Timur-Tenggara dalam BBC Indonesia, 31 Desember
yang juga disertai dengan suara 2013)


gemuruh. Sebagian besar kejadian
erupsi diikuti dengan terjangan awan
panas ke arah Tenggara dengan jarak
luncur 500-1.500 meter. Pada 25
November 2013 terjadi lebih dari 100
kali erupsi abu dan aliran awan panas
dengan ketinggian mencapai 1,5 km
dari kawah selatan. Aktivitas tanggal
30-31 Desember 2013 dapat disebut
sebagai puncak aktivitas Gunung Api
Sinabung pada tahun 2013 karena
terjadi guguran kubah lava yang
diikuti letusan. Luncuran awan panas
juga terjadi pada tanggal 31 Desember
2013.

Pada tanggal 23 Desember 2013,


berdasarkan pemantauan dari Badan
Geologi, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral mulai terpantau
kubah lava dengan pertumbuhan
sangat insentif, yaitu 2-3 m3/detik.
Letusan Gunung Sinabung Pada Tahun 2013

290 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3. Tahun 2014
Erupsi yang disertai awan panas terjadi Sebaran abu letusan juga
pada 11 Januari 2014, 16 Januari 2014, mengakibatkan kerusakan lahan
dan 1 Februari 2014. Sebelumnya, pada perkebunan penduduk di Desa
5 Januari 2014 terbentuk kubah lava Sukameriah (3,5 Km dari lereng
dengan volume 2,7 juta m3. Sesudah Selatan Gunung Api Sinabung) dan
erupsi juga terbentuk kubah lava, membuat permukiman tertutup abu.
yaitu pada 13 Januari 2014 sebesar Bahkan beberapa rumah roboh akibat
1 juta m3 dan pada 18 Januari 2014 hujan abu lebat. Kawasan permukiman
sebesar 0,8 m3. Pada akhir Januari di Desa Kuta Rakyat, dengan jarak
2014, terjangan lidah lava mencapai 4 Km timur laut dari Gunung Api
jarak 1.271 meter dari puncak Gunung Sinabung, tidak berfungsi lagi.
Api Sinabung. Gambar 3.5 adalah Gambar 3.6 menunjukkan kerusakan
lidah lava yang mencapai jarak 1.271 lahan perkebunan penduduk di Desa
m dari Puncak Gunung Sinabung. Sukameriah.
Sebaran awan panas terjadi dari
Januari hingga Februari 2014. Pada
1 Februari 2014, letusan dengan
luncuran awan panas terjadi sangat
dahsyat, sehingga menyebabkan
korban jiwa (15 orang meninggal dunia
dan 2 orang luka bakar).

Gambar 3.6 Kerusakan Lahan Perkebunan Penduduk di Desa
Sukameriah (3,5 km di lereng Selatan Gunung Sinabung)

Gambar 3.5 Lidah Lava yang mencapai Jarak


1.271 m dari Puncak Gunung Sinabung

Sumber: PVMBG, 2015 Sumber: PVMBG, 2015

291
Kejadian erupsi berupa letusan dan 4. Tahun 2015
awan panas cenderung menurun sejak
17 Januari 2014, sempat meningkat Aktivitas Gunung Api Sinabung
pada 20 Januari 2014 namun secara berupa awan panas mulai insentif
fluktuatif. Pertumbuhan kubah dan semenjak Januari hingga April 2015.
aliran lava terus terjadi. Guguran lava Jarak luncur maksimal 4,9 km ke arah
pijar dari kubah lava tersebut bergerak sektor Selatan-Tenggara. Pada 2 April
ke arah selatan-tenggara dengan jarak 2015 terjadi awan panas guguran
terjauh mencapai 1.500 m. Amplitudo dengan durasi cukup lama, yaitu 216-
tremor mengalami peningatan. Low 531 detik. Pengukuran merupakan hasil
frequency menurun pada akhir Januari rekaman alat seismograf. Berdasarkan
hingga awal Februari 2014. Tipe gempa pemantauan dan pengukuran secara
yang terjadi pada Gunung Sinabung insentif menunjukkan bahwa terjadi
tergolong Gempa Vulkanik Dalam (VA) pertumbuhan lidah lava baru ± 160
dan Gempa Hybrid. Berdasarkan hasil meter. Gempa Vulkanik Dalam (VA)
pemantauan visual dan instrumental dan Gempa Hybrid masih terjadi
serta potensi ancaman bahaya yang dan belum menunjukkan adanya
dilakukan oleh Tim PVMBG, status penurunan. Pada 2 Juni 2015 status
Gunung Sinabung berada pada level dinaikkan dari ’Siaga’ menjadi ‘Awas’.
‘Awas’ Gambar 3.7 adalah terjadinya kubah
lava baru hasil pantauan 6 Maret-2
April 2015.

Gambar 3.7 Terjadinya Kubah Lava Baru Hasil Pantauan 6 Maret-2 April 2015

Sumber: PVMBG, 2015

292 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03

Gambar 3.8 Kejadian Awan Panas Guguran dan Erupsi Hasil Pemantauan 2 April 2015

Sumber: PVMBG, 2015

293
Pkl. 00.15 meletus
memuntahkan lava
pijar, pasir, abu Pkl. 02.51 WIB Terjadi 100 kali Terbentuknya
vulkanik, 12.000 meletus, terjadi erupsi abu dan kubah lava
warga diungsikan
Terjadi aliran awan dengan
kepanikan pada
di 8 titik gempa masyarakat panas dengan pertumbuhan
pengungsian
27-08-2010
vulkanik 30-09-13
ketinggian 1,5km yang Insentif,
dari kawah yaitu 2-3Km
berakhir ÒSWARMÓ berakhir selatan

27-08-2010 29-08-2010 03-09-2010 06-09-2010 07-09-2010 15-09-2013 18-09-2013 25-11-2013 19-12-2013 23-12-2013

Terjadi Terjadi erupsi Pkl. 16.18 WIB


Letusan freatik Terjadi abu dengan meletus,
diikuti dengan letusan
hujan abu gempa gunung api
ketinggian rekomendasi
1.500-3.000 Pusat
vulkanik tremor sinabung meter disertai Vulkanologi
lontaran batu menetapkan
pijar disekitar status siaga
kawah radius 3Km

Pkl. 21.26 WIB


meletus, status
Letusan dengan awas radius 5Km
luncuran awan
panas yang
sangat dasyat
Terbentuknya Terjadi awan menyebabkan 15 Terbentuknya
kubah lava panas guguran orang meninggal kubah lava
dengan durasi dunia dan 2 dengan volume
baru
216-531 detik orang luka bakar 2,7juta m

06-09-2010 07-09-2010 15-09-2013 18-09-2013 25-11-2013 19-12-2013 23-12-2013 19-12-2013

Status Awas, Status siaga Terjangan lidah Terjadi aliran


lava mencapai lava pijar
5 desa dan radius 3Km jarak 1.271 M dari
dusun puncak Gunung disertai awan
dievakuasi Api Sinabung panas

Gambar 3.9 Kronologis Aktivitas Gunung Api Sinabung pada September 2013-Juni 2015

Gambar 3.9 menunjukkan kronologis letusan Gunung Api Sinabung pada 2010-
2015. Letuan gunung api tersebut disertai dengan aktivitas vulkanik lainnya, seperti
gempa vulkanik, letusan freaktik, hujan abu vulkanik, dan gempa tremor. Pada
thaun 2014, terjadi letusan yang disertai dengan awan panas.Kejadian tersebut
menyebabkan korban meninggal dan luka bakar.

294 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.1.2 Risiko Bencana Letusan Gunung Api Sinabung
Risiko bencana merupakan komposit tepatnya di Desa Kuta Gugung. Luas
dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas. wilayah di Desa Kuta Gugung yang
Risiko bencana diklasifikasikan dalam berisiko bencana adaah 1.092 Ha.
tiga kelas, yaitu rendah, sedang, Gambar 3.10 adalah risiko bencana
dan tinggi. Kecamatan Namanteran letusan Gunung Api Sinabung
merupakan wilayah berisiko tinggi,

Gambar 3.10 Risiko Bencana Gunung Api Sinabung Sumber: BNPB, 2015

295
3.1.3 Wilayah Terdampak

Dampak letusan Gunung Api desa tersebut direlokasi. Masyarakat


Sinabung pada 30 Agustus 2010 yang bermukim pada radius 3 km dari
berupa abu vulkanik telah melanda puncak diputuskan untuk direlokasi
desa-desa di bagian Timur Gunung karena berpotensi terancam dampak
Api Sinabung, sehingga menimbulkan lontaran batu dan hujan abu lebat.
kerugian materi. Desa Sukameriah, Wilayah terdampak terluas akibat
Desa Bekerah, dan Desa Simacem erupsi, terjadi pada aktivitas erupsi
terletak di bukaan kawah dan sangat di Bulan Januari 2014. Gambar 3.11
berisiko terhadap semburan awan menunjukkan wilayah terdampak
panas dan lahar hujan, sehingga Gunung Api Sinabung.
masyarakat yang bermukim di ketiga


Erupsi :

157,31 Ha Erupsi Awal 2010

549,60 Ha Januari 2014

119,59 Ha Februari 2015

171,42 Ha Maret 2015

202,95 Ha April 2015

Gambar 3.11 Wilayah Terdampak Gunung Api Sinabung


Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari PVMBG, 2015

296 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Tahapan evakuasi dilakukan dari tahun untuk masyarakat. Dengan begitu
2013-2015. Pada tahun 2013 tahapan masyarakat selalu dalam keadaan
evakuasi dilakukan untuk masyarakat siap siaga menghadapi situasi
yang tinggal dalam radius 5 Km potensi darurat. Berdasarkan data
dari puncak Gunung Api Sinabung. terakhir pada 22 Juli 2015, kawasan
Beberapa desa yang berada di depan permukiman yang penduduknya
bukaan kawah juga diputuskan untuk dievakuasi yaitu: Desa Guru Kinayan,
disterilisasi. Desa Tiga Pancur, Desa Pintu Mbesi,
Desa Sukanulu, Desa Beras Tepu, Desa
Pada tahun 2014, pengungsi berasal
Sigarang-garang, Desa Jeraya, Desa
dari 34 desa, dengan rincian 18 desa
Kuta Rayat, Desa Kuta Gugung, Desa
di dalam radius 5 km dan 16 desa
Lau Kawar, Desa Mardinding, dan Desa
di luar radius 5 km. Sedangkan,
Kuta Tengah.
masyarakat yang berada di luar radius
5 km dikembalikan ke tempat tinggal Jumlah penduduk yang berada di pos
masing-masing. pengungsian adalah 11.111 jiwa (3.150
KK). Sedangkan, penduduk yang
Pemulangan pengungsi ketempat
berada di huntara adalah 6.179 jiwa
tinggal masing-masing disertai
(5.053 KK). Tabel 3.1 menunjukkan
dengan sosialisasi tanggap bencana
data pengungsi per 22 Juli 2015.
Tabel 3.1 Data Pengungsi per 22 Juli 2015

Sumber: BNPB, 2015

297
3.1.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/ Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Erupsi Gunung Api Sinabung yang 1) Relokasi Tahap I (radius 0-3 km
terjadi sejak tahun 2010, telah dari Gunung Api Sinabung) adalah
menyebabkan perubahan kehidupan 370 KK dari 3 desa. Informasi
bagi masyarakat. Mereka menjadi progress upaya relokasi per 24
kelompok terpapar bencana dalam Juli 2015. Berikut ini adalah hasil
jangka waktu yang panjang. Oleh relokasi tahap I:
karena itu, pemerintah berupaya
đƫāāĂƫ1*%0ƫ.1)$ƫ0!($ƫ0!.*#1*ƫ
mengembalikan kehidupan normal
untuk warga Desa Bekerah,
masyarakakat dengan melakukan
dengan 50 unit dari jumlah
upaya tanggap darurat, rehabilitasi,
tersebut telah dihuni
dan rekonstruksi secara bersamaan.
đƫ āĂĉƫ1*%0ƫ.1)$ƫ0!($ƫ0!.*#1*ƫ
Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi
untuk warga Desa Sukameriah,
dilakukan melalui pembangunan
dengan progres fisik telah
hunian sementara (huntara),
mencapai 90%
pembangunan hunian tetap (huntap),
đƫ āĆƫ1*%0ƫ.1)$ƫ1*01'ƫ3.#ƫ!/ƫ
dan lahan usaha/pertanian masyarakat
Simacem sedang dikerjakan
yang direlokasi.
đƫ  ƫ '$%.ƫ #1/01/ƫ ĂĀāĆƫ
Pembangunan huntara telah dilakukan direncanakan akan dibangun
oleh pemerintah daerah dengan sistem 370 unit
sewa untuk rumah dan lahan pertanian. 2) Relokasi Tahap II (radius 3-5
Pembangunan huntara tersebut km dari Gunung Api Sinabung):
bertujuan untuk menyediakan rumah Relokasi ini direncanakan untuk
sekaligus lahan pertanian sementara 1.683 KK dari 4 desa dan 1 dusun.
untuk masyarakat, sembari menunggu
3) Relokasi Tahap III (radius 5-7
pembangunan huntap Siosar.
km dari Gunung Api Sinabung):
Pembangunan huntap telah dilakukan Relokasi ini belum direncanakan
di Siosar, Kecamatan Merek dengan hingga Juni 2015. Akan tetapi, perlu
luas lahan 250 Ha. Lokasi tersebut diantisipasi mengingat penetapan
berstatus Areal Penggunaan Lain terbaru dari PVMBG pada Juni
(APL). Relokasi tersebut dilakukan 2015 bahwa radius 7 km harus
secara bertahap dan progress bebas dari aktifitas masyarakat.
kemajuan per Agustus 2015, antara
lain:

298 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
KSA/KPA/TB

KSA/KPA LAUT

HUTAN LINDUNG Lokasi Alternatif 2 (Usulan Kemen LHK):


HUTAN PRODUKSI usulan tambahan lahan usaha/pertanian dengan
memanfaatkan kawasan berstatus Areal Penggunaan
Lain (APL) sesuai penetapan kawasan hutan dalam SK
Menhut No. 579/2014

Rencana lahan usaha/pertanian seluas 416 Ha yang


telah mendapatkan Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(IPPKH) Produksi dari Menteri LHK

Lokasi Alternatif 1 (Usulan Pemda) :


usulan tambahan lahan usaha/pertanian seluas 975
Ha yang IPPKH-nya belum diberikan oleh Menteri
LHK

Lahan Hunian Relokasi Siosar (250Ha) dengan


status APL

Gambar 3.12 Lokasi Huntap Siosar dan Lokasi lahan Usaha/Pertanian


Sumber: Ditjen Tata Ruang, diolah dari KLHK, 2015

Pembangunan hunian tetap disertai pertanian adalah 975 Ha (IPPKH belum


dengan pengembangan lahan usaha/ diberikan).
pertanian, seperti pada gambar
Terdapat dua lokasi alternatif untuk
3.12. Penyediaan lahan pertanian
lahan pertanian. Lokasi alternatif I
untuk kebutuhan pengungsi melalui
adalah usulan lahan hutan produksi
ijin pinjam pakai Hutan Produksi.
seluas 975 Ha yang berbatasan dengan
Lahan pertanian seluas 416 Ha telah
lahan APL 250 Ha yang digunakan
mendapatkan Ijin Pinjam Pakai
sebagai lahan hunian relokasi Siosar.
Kawasan Hutan (IPPKH) Produksi
APL baru yang menjadi alternatif II
dari Kementerian Lingkungan Hidup
seluas 6.034 Ha, merupakan kawasan
dan Kehutanan dan 5 Ha dari luasan
hutan yang dilepaskan menjadi APL
tersebut telah dilakukan land clearing.
sesuai SK No. 579/2014 dan lokasinya
Usulan untuk tambahan lahan
relatif dekat dengan relokasi Siosar.

299
Mitigasi ke depan diwujudkan melalui program-program penanggulangan
penataan ruang KRB Gunung Api bencana. Oleh karena itu, sangat
Sinabung diawali dengan surat Bupati penting bagi Pemerintah Kabupaten
Karo 050/1475/Bappeda/2015 kepada Karo untuk melakukan penyempurnaan
Menteri Agraria dan Tata Ruang Cq. RTRW dengan menuangkan konsep
Dirjen Tata Ruang tertanggal 24 mitigasi bencana/Pengurangan
Agustus 2015 perihal Permohonan Risiko Bencana dalam tujuan,
Bantuan Teknis Penataan Ruang strategi, kebijakan penataan ruang,
sebagai respon bencana erupsi dan juga program program-program
gunung api. Ditjen Tata Ruang Cq. penanggulangan bencana.
Direktorat Penataan Kawasan pada
Kegiatan fasilitasi diharapkan dapat
TA. 2015 melaksanakan kegiatan
membantu Pemerintah Kabupaten
Fasilitasi Penataan Ruang Kawasan
Karo dalam mewujudkan penataan
Rawan Bencana yang mencakup
ruang berbasis mitigasi/Pengurangan
kajian Rencana Tata Ruang (RTR)
Risiko Bencana (PRB) sesuai amanat
Kawasan Rawan Bencana (KRB)
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007
Gunung Api Sinabung. Penyusunan
tentang Penataan Ruang dan Undang-
RTR KRB Sinabung diarahkan untuk
Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
mewujudkan kawasan strategis
Penanggulangan Bencana.
kabupaten berdasarkan tipologi KRB.
Dalam rangka hal tersebut, tim dari
Penyempurnaan Rencana Tata Ruang
Ditjen Tata Ruang telah melakukan
Wilayah (RTRW) Kabupaten Karo juga
survey lapangan dan Focus Group
sangat urgen, mengingat perlu adanya
Discussion (FGD) bersama pada
pertimbangan kerawanan bencana,
pemangku kepentingan di Kabupaten
konsekuensi bencana terhadap sistem
Karo pada 5-8 Oktober 2015, serta
perkotaan dan pola ruang, dan upaya
telah menyusun kajian dan konsep
mitigasi yang diperlukan sebagai
penataan ruang Gunung Api Sinabung.
proteksi dari bencana. Penataan
ruang yang telah mempertimbangkan
mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana pasti akan
tertuang dalam tujuan, strategi,
kebijakan penataan ruang, dan juga

300 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Tahapan koordinasi telah dilakukan dari BNPB dalam Surat No. B.1030/
dalam lingkup lintas kementerian dan BNPB/08/2015 kepada Sekretaris
lembaga yang meliputi Kementerian Jenderal Kementerian ATR tertanggal
Agraria dan Tata Ruang (ATR), 7 Agustus 2015. Sebelum permohonan
Kementerian Lingkungan Hidup dan keterlibatan Kementerian ATR dalam
Kehutanan, dan Badan Nasional tim tersebut, secara implementatif
Penanggulangan Bencana (BNPB). Kementerian ATR telah terlibat sejak
Tahapan ini telah dilakukan sejak Juni 2015. Tabel 3.2 menunjukkan
tahun 2015 dengan pembentukan keterlibatan Kementerian ATR/BPN
tim Pendamping Nasional Gunung bersama Kementerian/Lembaga
Api Sinabung. Kementerian ATR juga lainnya dalam penanganan paska
menjadi bagian dari tim tersebut bencana erupsi Gunung Api Sinabung.
karena sesuai dengan permohonan

Tabel 3.2 Keterlibatan Kementerian ATR/BPN bersama Kementerian/Lembaga lainnya


dalam Penanganan Paska Bencana

No Waktu Kegiatan
Kunjungan lapangan bersama BNPB, Kementerian LHK,
dan dan Pemda Kabupaten Karo untuk melakukan
1 22-23 Juni 2015 ground check terhadap 2 alternatif lokasi usulan
tambahan lahan usaha/pertanian bagi masyarakat
permukiman kembali/relokasi Siosar
Rapat koordinasi di BNPB dalam rangka monitoring
2 2 Juli 2015
progres penangaan relokasi Siosar
Rapat koordinasi di Sekretariat Kabinet dalam rangka
3 7 Juli 2015 pembahasan rancangan Keppres Tim Percepatan
Penanganan Bencana Sinabung
Dialog antara Dirjen Tata Ruang-Kementerian ATR/BPN
dengan Dirjen Planologi-Kementerian terkait alternatif
4 14 Juli 2015
lokasi lahan usaha bagi masyarakat huntap/relokasi
Siosar
Minggu ke-2 Pengukuran dan pembuatan sertifikat untuk 112 rumah
5
Juli 2015 pada hunian tetap (huntap)/relokasi Siosar

301
Tabel 3.2 Keterlibatan Kementerian ATR/BPN bersama Kementerian/Lembaga lainnya
dalam Penanganan Paska Bencana

No Waktu Kegiatan
Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Karo dan Ditjen
Planologi dan Tata Lingkungan-Kementerian LHK
yang menghasilkan kesepakatan untuk menghasilkan
6 29 Juli 2015
kesepakatan pembentukan Tim Terpadu Inventarisasi
Kepemilikan Tanah pada alternatif lokasi lahan usaha bagi
masyarakat huntap/relokasi Siosar
Diskusi bersama BNPB, Pemda Provinsi Sumatera Utara,
dan Pemda Kabupaten Karo untuk pembahasan dan
tindak lanjut tata ruang terhadap Draft Hasil Kajian Risiko
7 31 Juli 2015
Bencana Erupsi Gunung Api Sinabung yang disusun oleh
Direktorat Pengurangan Risiko Bencana, Kedeputian
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan.
Penyampaian usulan personil sebagai Anggota Tim
Pendamping Nasional Sinabung, sesuai dengan
8 7 Agustus 2015 permohonan sesuai Surat Sekretaris Utama BNPB No.
B.1030/BNPB/08/2015 kepada Sekretaris Jenderal
Kementerian Agraria dan tata ruang/BPN
Tim dari Ditjen Tata Ruang melakukan survey lapangan
5-8 Oktober
9 dan Focus Group Discussion (FGD) bersama para
2015
pemangku kepentingan di Kab. Karo
Menindaklanjuti surat Bapak Bupati Karo 050/1475/
Bappeda/2015 kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang
Cq. Dirjen Tata Ruang tertanggal 24 Agustus 2015
perihal Permohonan Bantuan Teknis Penataan Ruang
sebagai respon bencana erupsi gunung api, maka Ditjen
September
10 Tata Ruang Cq. Direktorat Penataan Kawasan pada TA.
2015-sekarang
2015 melaksanakan kegiatan Fasilitasi Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana, yang mencakup penyusunan
kajian dan konsep Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan
Rawan Bencana (KRB) Gn.Sinabung, yang kemudian akan
dilanjutkan untuk KRB G.Sibayak pada TA.2016

Sumber: Hasil Olahan data, 2015

302 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.1.6 Lesson Learned Penataan Ruang KRB Gunung Api Sinabung

Beberapa pembelajaran yang Risiko Bencana, yang mencakup


diperoleh dari bencana erupsi Gunung penetapan bagian dari KRB
Api Sinabung terkait beberapa aspek, sebagai kawasan lindung, program
yaitu: struktural dan nonstruktural
mitigasi bencana, jalur dan
1. Terkait aspek tata ruang, penataan
tempat evakuasi bencana, lokasi
ruang KRB Gunung Api Sinabung
hunian sementara dan relokasi/
memiliki tantangan yang dapat
hunian tetap, serta ketentuan
dijadikan proses pembelajaran.
Peraturan Zonasi (PZ) untuk tiap
Upaya mitigasi multi bencana perlu
tingkat kerawanan bencana. RTR
diinisiasi melalui pengarusutamaan
Kawasan Rawan Bencana Gunung
PRB di tingkat RTRW kabupaten
Api Sinabung merupakan RTR
dan dapat dirincikan dalam
Kawasan Strategis Kabupaten atau
Rencana Tata Ruang Kawasan
rencana rinci RTRW Kabupaten
Strategis Kabupaten (KSK) dengan
Karo.
tipologi KRB. Penyempurnaan
RTRW sangat mendesak dilakukan 2. Dari aspek pertanahan, terlihat
untuk menata kembali wilayah bahwa data kepemilikan tanah
terdampak dan mitigasi bencana. (IP4T) berbasis GIS pada lokasi
Dalam hal penyempurnaan RTRW, Huntap Siosar dan sekitarnya, serta
perlu adanya bimbingan teknis pada wilayah terdampak, menjadi
untuk lebih memberikan konsepsi dasar pertimbangan penentuan
penataan ruang berbasis mitigasi lokasi maupun peruntukan ruang
bencana/Pengurangan Risiko di kawasan huntap dan kawasan
Bencana dengan mengakomodasi terdampak, misalnya dalam
perubahan peta KRB Sinabung. penentuan lokasi lahan usaha
Bantuan teknis juga diperlukan pertanian bagi masyarakat relokasi
dalam penyusunan Rencana Tata Siosar, penentuan peruntukkan
Ruang Kawasan Rawan Bencana ruang kedepan di wilayah
Gunung Api Sinabung berbasis terdampak (menjadi kawasan
mitigasi bencana/Pengurangan lindung atau kawasan budidaya

303
atau kawasan budidaya terbatas/ tumpang tindih kegiatan maupun
bersyarat). Sebagai contoh, lokasi sangat besar. Sinkronisasi
apabila status kepemilikan tanah tersebut perlu diwadahi melalui
di wilayah terdampak adalah penataan ruang paska bencana
milik negara, maka akan mudah (penataan ruang, KSP, KSK, harus
menentukan peruntukan ruang ke bisa mewadahi program-program
depan menjadi kawasan lindung dari kementerian/lembaga terkait).
rawan bencana. Akan tetapi,
sebaliknya jika tanah pada wilayah
4. Dimensi sosial juga menjadi
tantangan dalam penataan
terdampak tetap dimiliki oleh
Kawasan Rawan Bencana Gunung
masyarakat yang telah direlokasi
Api Sinabung. Masyarakat masih
(NB: telah mendapatkan tanah dan
menginginkan untuk kembali ke
bangunan pengganti di Huntap),
daerah asal paska erupsi Gunung
maka akan terdapat kemungkinan
Api Sinabung, meskipun telah
kembalinya masyarakat ke kawasan
direlokasi ke huntap Siosar.
rawan bencana dan penentuan
peruntukan ruang menjadi rumit. Dalam rangka menjaring informasi
terkait dengan penataan ruang di
KRB; Direktorat Penataan Kawasan,
3. Dari proses pembelajaran
Direktorat Jenderal Tata Ruang,
penataan ruang KRB Gunung
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Api Sinabung, perlu adanya
juga mengadakan serangkaian
sinkronisasi program lintas sektor
kegiatan Focus Group Discussion
serta pusat dan daerah dalam
(FGD). Kegiatan tersebut bertujuan
penanganan paska bencana/
menggali informasi terkait data
rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal
kebencanaan (kronologi kebencanaan,
ini penting mengingat bahwa
korban jiwa, kerugian materi, daerah
adanya keterlibatan yang sangat
terdampak bencana, dan lokasi
besar oleh Pemerintah Pusat
relokasi); rencana aksi/program
melalui program/kegiatan/proyek
penanggulangan bencana; dan
Kementerian/Lembaga terkait,
hambatan dalam penataan ruang KRB.
dan pada saat bersamaan terdapat
Selain itu, juga terdapat penyamaan
upaya oleh Pemerintah Daerah.
persepsi penataan ruang yang
Sehingga potensi terjadinya
berbasis Pengurangan Risiko Bencana

304 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
dan tahapan pengelolaan bencana
yang terdiri atas rencana kontijensi
dan tanggap darurat. Gambar 3.13
menunjukkan proses pelaksanaan
FGD untuk membahas penataan ruang
di kawasan rawan bencana letusan
Gunung Api Sinabung.

Gambar 3.13 FGD untuk Membahas Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana
Letusan Gunung Api Sinabung.
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

305
3.2 Bencana Tanah Longsor Banjarnegara
3.2.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis
Kabupaten Banjarnegara sebagai terjadi di Kabupaten Banjarnegara
bagian dari Provinsi Jawa Tengah tepatnya di bagian hulu, seperti
yang memiliki tingkat kerawanan Pandanarum, Kalibening, Winayasa,
bencana tinggi. Bencana yang terjadi Karangkobar, Batur Pejawaran,
di Kabupaten Banjarnegara, yaitu 1). Pagentan, Banjarmangu, Wanadadi,
Bencana gerakan tanah/tanah longsor; Rakit, Punggelan, Madukara, Sigaluh,
2). Bencana gunung api; 3). Bencana Pagedongan, Bawang, Banjarnegara,
angin ribut/kencang; 4). Bencana Purwanegara, Mandiraja, dan Susukan.
kekeringan; 5). Bencana banjir; 6). Gambar 3.14 menunjukkan peta zona
Bencana gempa bumi; 7). Bencana kerentanan gerakan tanah.
erosi; dan 7) Bencana lainnya, seperti
kebakaran. Pada buku ini akan dibahas  

bencana longsor di Banjarnegara


karena bencana tersebut sebagai
bencana terbesar dan terkini yang
terjadi di Jawa Tengah pada tahun
2014.

Hampir ± 70% wilayah Kabupaten


Banjarnegara pada 18 kecamatan
berada pada zona kerentanan
gerakan tanah tinggi. Bahkan terdapat
kecenderungan, setiap tahunnya
terjadi peningkatan kasus gerakan
tanah (tanah longsor). Ancaman Zona  kerentanan  gerakan  tanah  sangat  rendah  

Zona  kerentanan  gerakan  tanah  rendah  

gerakan tanah terdiri atas beberapa Zona  kerentanan  gerakan  tanah  menengah  

tipe, yaitu longsoran tanah (landslide), Zona  kerentanan  gerakan  tanah  tinggi  

longsoran batuan (rockslide),


Gambar 3.14 Peta Zona Kerentanan
amblesan tanah (subsidence), Gerakan Tanah

tanah merayap/tanah bergerak Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari PVMBG skala 1:100.000

(creeping), jatuhan tanah (rock fall).


Tipe-tipe gerakan tanah tersebut

306 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Dengan adanya kerentanan gerakan dimanfaatkan sebagai kawasan
tanah di Kabupaten Banjarnegara, budidaya, salah satu contohnya
wilayah ini berpotensi terdampak adalah permukiman. Permukiman
longsor. Desa yang berpotensi yang dibangun pada kelerengan 40%
terdampak longsor berada pada dan ketinggian >2.000 meter sangat
zona kerentanan tinggi. Kawasan rawan terhadap bencana longsor
Rawan Bencana Longsor berada karena tanahnya akan mudah erosi
pada bagian utara dan selaan jika tidak terdapat tutupan lahan.
Kabupaten Banjarnegara. Gambar Seharusnya lahan yang berada pada
3.14 menunjukkan Peta Delineasi Desa kelerengan >16% diperuntukkan
Terdampak Kerentanan Gerakan Tanah. sebagai kawasan. Gambar 3.15 adalah
Kabupaten Banjarnegara telah contoh permukiman yang dibangun
banyak mengalami alih fungsi lahan pada kelerengan curam.
dari kawasan yang seharusnya
menjadi kawasan lindung, ternyata

Gambar 3.15 Permukiman pada topografi curam di Desa Pasegeran, Kecamatan Pandanarum
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2015

307
Pemanfaatan lahan sebagai kawasan 2014 telah membuktikan bahwa alih
lindung ataupun budidaya perlu fungsi lahan dapat mengakibatkan
mempertimbangkan kemampuan lahan ketidakstabilan struktur tanah dan
dan kesesuaian lahan. Kemampuan pada akhirnya terjadi pergerakan
lahan mempertimbangkan faktor tanah karena hilangnya tutupan lahan
biofisik lahan dalam pengelolaannya, yang dapat berfungsi sebagai pengikat
sehingga tidak terjadi degradasi lahan tanah.
selama digunakan. Bencana longsor
yang terjadi di Desa Jemblung,
Kecamatan Karangkobar pada tahun

3.2.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis


Kawasan yang berisiko longsor di kawasan permukiman dan pertanian
Kabupaten Banjarnegara adalah (Gambar 3.16).


  Delineasi  kawasan  berpotensi  tinggi  terhadap  dampak  longsor  

Permukiman  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  sangat  rendah  

Permukiman  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  rendah  

Permukiman  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  menengah  

Permukiman  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  tinggi  

  Pertanian  dan  perkebunanan  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  sangat  rendah  
Pertanian  dan  perkebunanan  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  rendah  

Pertanian  dan  perkebunanan  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  menengah  


Pertanian  dan  perkebunanan  di  zona  kerentanan  gerakan  tanah  tinggi  

Gambar 3.16 Peta Indikasi Risiko (Guna Lahan Permukiman dan Pertanian yang berada pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah)

308 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03

309
3.2.3 Wilayah Terdampak
Bencana tanah longsor yang terjadi sedang 3 rumah, dan rusak ringan
pada akhir tahun 2014 di beberapa 87 rumah. Sedangkan nilai kerugian
wilayah Kabupaten Banjarnegara properti mencapai Rp, 29.472.581.840.
tepatnya di Dusun Pencil dan Bencana longsor di Dusun Jemblung
Wadasinatar Kecamatan Wanayasa; ditunjukkan pada Gambar 3.17.
Desa Sijeruk Banjarmangu; Tlaga
Punggelan; dan Duren Pagedongan.
Selain itu, bencana longsor
dengan dampak terbesar terjadi di
Dusun Jemblung, Desa Sambang,
Kecamatan Karangkobar. Bencana
longsor di Dusun Karangkobar telah
menimbulkarn korban jiwa, kerusakan
rumah, dan kerugian material. Jumlah
korban yang dinyatakan hilang/
meninggal 125 orang, satu orang
luka berat, dan sembilan orang
luka ringan. Rumah dengan kondisi
rusak berat adalah 110, rumah, rusak

Gambar 3.17 Bencana Longsor di Dusun Jemblung


Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara dan Dokumentasi Tim, 2015

310 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.2.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/ Rehabilitasi Dan Rekonstruksi
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara
bersinergi dengan berbagai pihak
melakukan tahapan rehabilitasi
dan rekonstruksi untuk hunian
masyarakat beserta prasarana dan
sarana umumnya. Masyarakat yang
tinggal di kawasan rawan bencana
di relokasi ke permukiman yang
telah disediakan pemerintah. Hunian
tetap Dusun Bandingan dibangun Hunian tetap di Dusun Bandingan

bagi korban tanah longsor Dusun


Jemblung. Selain Dusun Bandingan,
juga terdapat hunian tetap di Dusun
Gunungputih, Desa Pandansari,
Kecamatan Wanayasa. Hunian tetap
yang dibangun pada dusun tersebut
berjumlah 23 unit rumah. Gambar
3.18 adalah kawasan relokasi Korban
longsor Dusun Jemblung, Kabupaten Denah Lokasi Hunian di Dusun Bandingan


Banjarnegara Tahun 2014.

Hunian Tetap di Desa Pandansari

Gambar 3.18 Kawasan Relokasi Korban Longsor Dusun Jemblung, Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015 dan BPBD, 2015

311

Hunian Tetap di Dusun Bandingan
dihuni oleh 27 Keluarga. Mereka
merasa nyaman tinggal di hunian
tetap tersebut karena pemerintah
menyediakan tempat tinggal yang
layak. Lokasi hunian tetap ini hanya
berjarak ± 2 Km dari rumah mereka
sebelumnya di kawasan Desa
Jemblung. Selain itu, hunian tetap
tersebut telah dilengkapi dengan
berbagai prasarana dan sarana umum,
seperti tempat ibadah, sarana air
bersih, sekolah, dan balai pertemuan.
Gambar 3.19 menunjukkan sarana dan
prasarana di huntap Desa Jemblung

Sekolah

Masjid Sarana Air Bersih

Gambar 3.19 Sarana dan Prasarana di Huntap Dusun Bandingan


Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

312 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Tanah pertanian yang terkena longsor
dan hilang tidak dapat digunakan
untuk lahan pertanian lagi, sehingga
beberapa korban beralih ke mata
pencaharian lainnya. Akan tetapi,
masih ditemui korban yang masih
bekerja pada sektor pertanian dan
bekerja pada lahan yang disediakan

oleh pemerintah setempat. Pada saat Usaha Kerajinan Terpal
ini, mata pencaharian masyarakat
di hunian tetap tersebut bervariasi,
yaitu sebagai buruh tani, wiraswasta,
pengrajin terpal, dan distributor sayur
dan buah-buahan. Gambar 3.20
menunjukkan aktivitas di hunian tetap
Dusun Bandingan.
Distribusi Sayur dan Buah-Buahan

Kondisi Permukiman di Hunian Tetap Dusun Bandingan

Gambar 3.20 Kegiatan Masyarakat di Lokasi Relokasi


Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

313
Penghuni di hunian tetap juga telah 3) Inventarisasi lahan relokasi terkait
memiliki serifikat yang dikeluarkan dengan pemasangan batas persil
oleh BPN. Tahapan yang dilakukan lahan untuk hunian. Gambar 3.22
oleh BPN Kabupaten Banjarnegara menunjukkan pemasangan batas
selama proses relokasi, yaitu: persil di hunian tetap.

1) Inventarisasi tanah di kawasan



rawan bencana untuk
mengidentifikasi penggunaan
lahan, status tanah, dan pemilik
lahan. Berdasarkan Hasil
Identifikasi BPN Kabupaten
Banjarnegara, di Desa Sampang,
Kecamatan Karangkobar terdapat
1.833 bidang, 243 bidang tanah
sudah bersertifikat. Pada lokasi Gambar 3.22 Pemasangan Batas Persil Lahan di Hunian Tetap

longsor terdapat 6 bidang tanah 4) Pengecekan terakhir terhadap


bersertifikat. subjek dan objek sebelum sertifikat
2) Sosialisasi kepada masyarakat diserahkan. Gambar 3.23 adalah
rencana relokasi terkait dengan pengecekan terakhir terhadap
lokasi, periode relokasi, dan subjek dan objek di lokasi hunian
kepemilikan lahan. Gambar tetap
3.21 adalah salah satu kegiatan
sosialisasi yang dilakukan kepada
masyarakat

Gambar 3.23 Pengecekan Terakhir Terhadap Subjek


dan Objek di Lokasi Hunian Tetap

Sumber: BPN Kabupaten Banjarnegara, 2015


Gambar 3.21 Sosialisasi kepada Masyarakat rencana Relokasi

314 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
5) Penandatanganan berita acara
hibah tanah dari Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara kepada
masyarakat korban tanah longsor
Dusun Jemblung, Desa Sampang
Kecamatan Karangkobar. Gambar
3.24 adalah penandatanganan
berita acara hibah tanah dari
Pemkab Banjarnegara kepada
masyarakat Gambar 3.25 Penyerahan Sertifikat kepada
Masyarakat

Sumber: BPN Kabupaten Banjarnegara, 2015

3.2.5 Upaya Mitigasi ke Depan


Penyempurnaan RTRW Kabupaten
Gambar 3.24 Penandatanganan Berita Acara Banjarnegara agar lebih berbasis
Hibah Tanah dari Pemkab Banjarnegara kepada
Masyarakat mitigasi bencana sangat diperlukan.
6) Penyerahan serifikat tanah hak Dalam RTRW Kabupaten sebaiknya
pakai untuk fasilitas umum benar-benar mengatur dengan
pada lokasi hunian tetap tegas penggunaan lahan di Kawasan
kepada Pemerintah Kabupaten Rawan Bencana. Zonasi penggunaan
Banjarnegara dan setifikat tanah lahan dengan tingkat kerawanan
hak milik kepada masyarakat. tinggi, dapat ditetapkan sebagai
Gambar 3.25 adalah penyerahan kawasan lindung. Sedangkan zonasi
sertifikat kepada masyarakat penggunaan lahan dengan kerawanan
menengah hingga tinggi memerlukan

315
prasyarat maupun pembatasan untuk memerlukan prasarana dan sarana
mengendalikan lahan tersebut sebagai mitigasi, seperti jalur evakuasi; papan
kawasan budidaya. informasi terkait jenis bencana, lokasi
bencana, rute penyelamatan, dan
RTRW Kabupaten Banjarnegara juga
tempat penampungan.
perlu mempertimbangkan untuk
menetapkan kawasan rawan bencana 3.2.6 Lesson Learned Penataan Ruang
longsor sebagai kawasan strategis Kawasan Rawan Bencana
kabupaten dari tipologi Kawasan
Secara fisik Kabupaten Banjarnegara
Rawan Bencana, yang kemudian
didominasi oleh kawasan rawan
ditindaklanjuti dengan menyusun
longsor. Akan tetapi, pada kondisi
Rencana Tata Ruang Kawasan Rawan
eksisting terdapat banyak alih fungsi
Bencana Longsor sebagai salah satu
lahan menjadi kawasan budidaya,
rencana rinci.
terutama permukiman dan pertanian.
Upaya mitigasi ke depan yang telah Oleh karena itu, perlu upaya mitigasi
direncanakan oleh Pemerintah melalui penataan ruang yang disertai
Kabupaten Banjarnegara dengan pengawasan dan pengendalian
adalah adanya larangan untuk pemanfaatan ruang di KRB.
pengembangan kawasan budidaya,
Permasalahan yang terjadi saat ini
terutama permukiman pada kawasan
adalah penetapan Kawasan Rawan
rawan bencana. Pada kawasan rawan
Bencana longsor sebagai kawasan
bencana yang secara eksisting telah
lindung sangat sulit dilakukan karena
dimanfaatkan sebagai kawasan
terkendala status kepemilikan lahan
permukiman, perlu adanya sosialisasi
dan lahan yang sudah terlanjur menjadi
dan penyuluhan kepada masyarakat
kawasan budidaya. Permasalahan
bahwa tempat tinggal mereka
lahan juga terjadi di lokasi terdampak
termasuk dalam zona kawasan rawan
yang saat ini masih berupa lahan
bencana longsor. Oleh karena itu,
kosong. Status lahan di kawasan
mereka harus memiliki respon yang
tersebut perlu dipastikan, untuk
tinggi terhadap bencana. Masyarakat
mencegah kembalinya korban yang
harus memiliki kepedulian terhadap
saat ini telah menerima bantuan tanah
perubahan-perubahan kondisi
dan bangunan baru di huntap dan juga
alam yang terjadi. Permukiman
mencegah terjadinya kehilangan dan
pada kawasan rawan bencana juga

316 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
kerugian yang sama di masa depan. masa yang akan datang. Gambar 3.26
menunjukkan proses pelaksanaan FGD
Terdapat pembelajaran menarik,
untuk membahas penataan ruang di
terkait dengan status kepemilikan
kawasan rawan bencana di Kabupaten
tanah di kawasan rawan bencana
Banjarnegara.
longsor Kabupaten Banjarnegara.
Status tersebut tidak jelas apakah
tanah tersebut masih milik masyarakat
yang terkena bencana atau menjadi
milik pemerintah. Oleh karena itu,
perlu ditekankan mengenai konsep
atau definisi “tanah musnah” untuk
menjelaskan mengenai status tanah
tersebut. Adapun tanah musnah yaitu
tanah tergerus di kawasan pantai,
tanah longsor, atau tanah yang
berubah menjadi aliran air.
Gambar 3.26 FGD untuk Membahas Penataan
Dalam rangka menjaring informasi Ruang di Kawasan Rawan Bencana Longsor
Kabupaten Banjarnegara
terkait dengan penataan ruang di
KRB; Direktorat Penataan Kawasan,
Direktorat Jenderal Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
juga mengadakan serangkaian
kegiatan FGD. Kegiatan tersebut
bertujuan menggali informasi
terkait kronologis kejadian bencana
longsor di Kabupaten Banjarnegara
dan proses pembangunan hunian
tetap sebagai upaya relokasi. Selain
itu, juga terdapat pembahasan Sumber: Dokumentasi Tim, 2015
konsep penataan ruang kawasan
rawan bencana. Hal tersebut dapat
bermanfaat untuk menyempurnakan
RTRW Kabupaten Banjarnegara di

317

3.3 Bencana Banjir Bandang Manado
3.3.1 Aspek Kerawanan Bencana Dan Kronologis
Intensitas curah hujan yang tinggi sejak Luas penampang DAS Tondano
tanggal 13 Januari 2014 mengakibatkan semakin menyusut sehingga tidak
DAS Tondano tidak dapat menampung mampu menampung debit air yang
luapan air sehingga memicu terjadinya pada saat itu sangat tinggi. DAS
banjir bandang dan longsor di Kota Tondano mengalami pendangkalan
Manado. Banjir bandang yang terjadi karena adanya alih fungsi lahan
pada hari Rabu, 15 Januari 2014 juga di bantaran sungai. Kawasan
melanda beberapa kabupaten, seperti DAS Tondano yang seharusnya
Kabupaten Tomohon, Minahasa, menjadi kawasan resapan air, telah
Minahasa Utara, seperti terlihat pada dialihfungsikan menjadi kawasan
gambar 3.27. permukiman. Selain itu, masyarakat
di kawasan permukiman tersebut
memanfaatkan hutan untuk areal
pertanian, perkebunan, dan ladang
palawija, sehingga ketika hujan dengan
intensitas tinggi terjadi, maka air hujan
tersebut menjadi air permukaan (run
off). Permasalahan banjir di Kota
Manado, tidak hanya diakibatkan alih
fungsi lahan di DAS Tondano, tetapi
juga reklamasi di kawasan pesisir Kota
Manado. Gambar 3.28 menunjukkan
Kawasan Rawan Bencana Banjir Kota
Manado.

Gambar 3.27 Banjir Bandang pada Pertengahan


Januari 2014
Sumber: Mongbay.co.id, 2014

318 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03

Kawasan Rawan
Bencana Banjir

Batas
kecamata
n

Gambar 3.28 Kawasan Rawan Bencana


Banjir Kota Manado

Sumber: BPBD Kota Manado, 2014

3.3.2 Risiko Bencana


Banjir yang terjadi di Kota Manado
terjadi di kawasan pesisir, tepatnya
di sekitar Teluk Manado dan DAS
Tondano. Hanya saja intensitasnya
yang berbeda. Sehingga terdapat dua
karakteristik banjir di Kota Manado,
Gambar 3.29 Peta Risiko Banjir Kota Manado
yaitu banjir lokal dan banjir bandang.
Kawasan yang berbatasan langsung Sumber: Kementerian PU dan PERA, 2014

dengan teluk Manado dan DAS


Tondano memiliki risiko banjir yang
lebih tinggi. Berikut ini adalah peta
risiko banjir di Kota Manado. Gambar
2.29 menunjukkan Peta Risiko Banjir
Kota Manado.

319
3.3.3 Wilayah Terdampak 3.3.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/
Banjir bandang yang melanda Kota Rehabilitasi Dan Rekonstruksi
Manado telah menimbulkan korban
Penanganan paska bencana
jiwa. 18 orang meninggal dunia dan
melibatkan pemerintah pusat
lebih dari 400 orang harus mengungsi.
dan daerah. Pemerintah daerah
Sekitar 1.000 rumah penduduk
mengkoordinir bantuan yang datang,
juga rusak diterjang banjir. Sekolah,
sedangkan Pemerintah Pusat yang
perkantoran, kantor pemerintahan,
terdiri atas BNPB, Kementerian
dan sarana prasarana pelayanan
Sosial, dan Kementerian Kesehatan
masyarakat rusak akibat banjir. Kondisi
mendistribusikan bantuan logistik dan
tersebut mengakibatkan tidak adanya
peralatan sebanyak 57,2 ton. Bantuan
aktivitas masyarakat pada saat
logistik dan peralatan meliputi
banjir. Masyarakat fokus pada upaya
tenda keluarga 6,9 ton, makanan
penyelamatan diri menuju lokasi yang
pendamping ASI 3,2 ton, obat-obatan
lebih tinggi.
150 kg, kidware 1.200 paket, family kit
Pada saat intensitas hujan tinggi, 4.000 paket, tenda gulung 2.000 lebar,
tidak hanya terjadi bencana banjir, tikar 1.000 lembar, paket kesehatan
tetapi juga terjadi bencana tanah keluarga 500 paket, lauk pauk 5.000
longsor di Desa Tinoor. Akibatnya paket, dan sandang 1.500 paket
jalur lintas Manado-Tomohon terputus,
serta sejumlah titik di Kota Manado 3.3.5 Upaya Mitigasi ke Depan
mengalami kemacetan. Masyarakat Rencana Penanggulangan Bencana
di kawasan pesisir juga mengalami (RPB) Kota Manado yang merupakan
dampak dari bencana banjir. Tiga upaya mitigasi ke depan disusun
rumah nelayan rusak akibat terjangan berdasarkan Rencana Nasional
ombak dan 250 jiwa mengungsi di Penanggulangan Bencana (RENAS
tempat yang topografinya tinggi di PB) dan Rencana Penanggulangan
daerah Malalayang. Bencana Provinsi Sulawesi Utara.
Terdapat 8 (delapan) strategi untuk
penanggulangan bencana di Kota
Manado. Delapan strategi tersebut
terdiri atas 4 (empat) strategi dasar

320 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
dan 4 (empat) strategi khusus. Empat koordinasi dan kerjsama untuk masa
strategi dasar yaitu: 1). Penguatan kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
regulasi dan kapasitas kelembagaan; Tahapan tanggap darurat pada saat
2). Perencanaan penanggulangan terjadi bencana meliputi implementasi
bencana terpadu; 3). Penelitian, tanggap darurat dengan tujuan
pendidikan, dan pelatihan; dan 4). penyelamatan kelompok terpapar
Peningkatan kapasitas dan partisipasi dan meminimalkan adanya korban
masyarakat. Strategi dasar tersebut jiwa. Pada masa pemulihan, kegiatan
wajib diterapkan untuk seluruh tipe difokuskan pada upaya rehabilitasi
bencana. Strategi khusus diterapkan dan rekonstruksi.
untuk setiap bencana. Dengan
Implementasi penanggulangan
demikian, setiap bencana memiliki
bencana memerlukan kerjasama
strategi tersendiri untuk mengurangi
dan koordinasi dengan stakeholder
risiko bencana.
yang terlibat. Oleh karena itu setiap
Rencana penanggulangan stakeholder harus memiliki peran
bencana Kota Manado telah dan tanggung jawab. Hal tersebut
mempertimbangkan tahapan pra bertujuan untuk mencegah adanya
bencana, saat bencana, dan paska tumpang tindih peran dan tanggung
bencana. Strategi pencegahan dan jawab dan juga mencegah kekosongan
mitigasi difokuskan pada peningkatan peran dan tanggung jawab. Tabel 3.3
upaya mitigasi struktural dan non adalah Kegiatan Penanggulangan
struktural. Kegiatan dalam upaya Bencana Banjir.
pencegahan dan mitigasi ditekankan
pada aturan penataan ruang dan
penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.

Pada saat tahapan kesiapsiagaan,


kegiatan yang dilakukan adalah
meningkatkan sistem tanggap darurat
melalui peningkatan kapasitas Tim
Reaksi Cepat, penyediaan peralatan
dan perlengkapan untuk mengahadapi
bencana, pengembangan skema

321
Tabel 3.3 Kegiatan Penanggulangan Bencana Banjir

FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

Pencegahan dan 1. Meningkatkan upaya 1. Pencegahan dan 1. Perencanaan Penanggung Jawab:


Mitigasi Mitigasi Struktural Mitigasi non- Tata Ruang dan Dinas Tata Kota
dan non-struktural Struktural Tata Guna Lahan
yang memper-
hitungkan Risiko Pendukung:
Bencana Dinas Pekerjaan Umum, Sekretaris
Daerah, Bappeda, BPBD Kota
Manado, BPBD Sulut, Dinas Pekerjaan
Umum
2. Penetapan standar Penanggung Jawab:
pengelolaan Dinas Pekerjaan Umum
Sumber Daya Air
dan Daerah Aliran Pendukung:
Sungai Dinas Tata Kota, Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBD Kota Manado, BPBD
Sulut, Dinas Pekerjaan Umum
3. Penetapan Penanggung Jawab:
peraturan tentang Dinas Pekerjaan Umum
pengamanan
dan pelestarian Pendukung:
Sumber Daya Air Dinas Tata Kota, Sekretariat Daerah,
Bappeda, BPBD Kota Manado, BPBD
Sulut, Dinas Pekerjaan Umum

4. Pelarangan Penanggung Jawab:


pembangunan Dinas Tata Kota
berdasarkan
perencanaan tata Pendukung:
ruang & IMB yang Dinas Pekerjaan Umum, Sekretariat
berbasis bencana Daerah, Bappeda, BPBD Kota Manado

5. Pembangunan Penanggung Jawab:


Sistem Informasi BPBD Kota Manado
& Komunikasi
Bencana Pendukung:
Dinas Komunikasi dan Informatika,
Sekretariat Daerah, Bappeda, BNPB,
BPBD Sulut, BMKG, PVMBG, TELKOM,
Perusahaan Telekomunikasi Bergerak
(Mobile), Media
6. Pembersihan Penanggung Jawab:
saluran air/ Dinas Pekerjaan Umum
drainase secara
berkala dan Pendukung:
bergotong royong Dinas Kebersihan dan Pertamanan,
BPBD Kota Manado, Perusahaan
Swasta, LSM, Kelompok Masyarakat,
Kecamatan, Kelurahan, Relawan
7. Pembangunan Penanggung Jawab:
Sistem Peringatan BPBD Kota Manado
Dini
Pendukung:
Dinas Komunikasi dan Informatika,
Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Sulut,
BASARNAS, BMKG, PVMBG

Sumber: BPBD Kota Manado 2014

322 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

8. Penyusunan Rencana Penanggung Jawab:


Evakuasi tingkat lokal BPBD Kota Manado
(tempat dan jalur
evakuasi) Pendukung:
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Tata Kota, Sekretariat Daerah,
Satpol PP & Linmas, BPBD Sulut
9. Menyediakan jaringan Penanggung Jawab:
transportasi untuk masa Dinas Perhubungan
darurat
Pendukung:
Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Kota
Manado, BPBD Sulut, Dinas Pekerjaan
Umum, POLRI,TNI, Perusahaan
Transportasi / Asosiasi
10. Menyediakan stok barang Penanggung Jawab:
bantuan untuk masa Dinas Sosial
darurat
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Sekretariat Daerah,
BPBD Kota Manado, BPBD Sulut,
POLRI, TNI, PMI
11. Menyediakan stok Penanggung Jawab:
peralatan untuk masa BPBD Kota Manado
darurat
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Pekerjaan Umum, BNPB, BPBD Sulut,
POLRI, TNI, PMI
10. Menyediakan stok barang Penanggung Jawab:
bantuan untuk masa Dinas Sosial
darurat
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Sekretariat Daerah,
BPBD Kota Manado, BPBD Sulut,
POLRI, TNI, PMI
11. Menyediakan stok Penanggung Jawab:
peralatan untuk masa BPBD Kota Manado
darurat
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Pekerjaan Umum, BNPB, BPBD Sulut,
POLRI, TNI, PMI
12. Memasang berbagai Penanggung Jawab:
tanda 2x peringatan BPBD Kota Manado
seperti bahaya, dilarang
masuk ke daerah rawan Pendukung:
bencana, dll Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi
dan Informatika, Dinas Pekerjaan
Umum, BMKG, PVMBG, POLRI, TNI
2. Pencegahan 1. Pembangunan tanggul di Penanggung Jawab:
dan Mitigasi daerah rawan banjir Dinas Pekerjaan Umum
Struktural.
Pendukung:
BPBD Kota Manado, BPBD Sulut,
Dinas Pekerjaan Umum

323
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

2. Memberikan dukungan, Penanggung Jawab:


melaksanakan Dinas Pekerjaan Umum
pembangunan dan
perbaikan jaringan utama Pendukung:
irigasi dan bendungan . BPBD Kota Manado, BPBD Sulut,
Dinas Pekerjaan Umum
3. Mengembangkan inovasi Penanggung Jawab:
pintu air dengan teknologi Dinas Pekerjaan Umum
sederhana dan tepat guna
Pendukung:
BPBD Kota Manado,BPBD Sulut, Dinas
Pekerjaan Umum
4. Pemindahan penduduk Penanggung Jawab:
dari daerah rawan BPBD Kota Manado
bencana ke daerah yang
aman Pendukung:
Dinas Sosial,Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Tata Kota, Sekretariat Daerah
5. Menyediakan tempat Penanggung Jawab:
untuk fasilitas transportasi Dinas Perhubungan
selama masa darurat
seperti helipad, pusat Pendukung:
transportasi, dsbnya. Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata
Kota, Satpol PP & Linmas, BPBD Kota
Manado, BPBD Sulut, BASARNAS,
POLRI, TNI
Kesiapsiagaan 1. Meningkatkan 1. Membangun 1. Meningkatkan kapasitas Penanggung Jawab:
Sistem Tanggap Sistem Respon Tim Reaksi Cepat dan BPBD Kota Manado
Darurat Tanggap membentuk pos siaga
Darurat beserta semua unsur Pendukung:
pendukungnya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Pemadam Kebakaran, Sekretariat
Daerah, Satpol PP & Linmas, BNPB,
BPBD Sulut, BASARNAS
2. Mengumpulkan informasi Penanggung Jawab:
potensi bencana untuk BPBD Kota Manado
tanggap darurat
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Komunikasi
dan Informatika, Dinas Pekerjaan
Umum, Sekretariat Daerah, BNPB,
BPBD Sulut, BMKG, PVMBG
3. Monitoring curah hujan Penanggung Jawab:
dan tinggi permukaan air BMKG
Pendukung:
BPBD Kota Manado
4. Membangun dan Penanggung Jawab:
memelihara sistem Dinas Pekerjaan Umum
informasi dan komunikasi
yg terintegrasi / sistem Pendukung:
peringatan dini BPBD Kota Manado,BPBD Sulut, Dinas
Pekerjaan Umum

324 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


FASE FOKUS PROGRAM
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)

KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB


03
5. Persiapan dan Koordinasi Penanggung Jawab:
untuk Respon Awal BPBD Kota Manado
apabila terjadi bencana
Pendukung:
Walikota, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Perhubungan, Dinas Komunikasi dan
Informatika, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
Dinas Pertanian, Dinas Kelautan
dan Perikanan, Dinas Kebersihan
dan Pertamanan, Dinas Pemadam
Kebakaran, Satpol PP & Linmas, BNPB,
BPBD Sulut, BASARNAS, BMKG,
PVMBG, POLRI, TNI, PMI, Ikatan Dokter
Indonesia, Rumah sak
6. Menjalin kerjasama Penanggung Jawab:
untuk meningkatkan Walikota, BPBD Kota Manado
kesiapsiagaan dan respon
tanggap darurat di Kota Pendukung:
Manado Sekretariat Daerah, Bappeda, BNPB,
BPBD Sulut, BASARNAS
2. Mendukung 1. Mempersiapkan dan Penanggung Jawab:
Persiapan menyediakan kebutuhan Dinas Sosial, BPBD Kota Manado
Menghadapi dasar logistik untuk masa
Bencana darurat Pendukung:
Dinas Kesehatan, BNPB, BPBD Sulut,
TNI, PMI
2. Mempersiapkan dan Penanggung Jawab:
menyediakan kebutuhan Dinas Kesehatan
dasar kesehatan untuk
masa darurat Pendukung:
Dinas Sosial, BPBD Kota Manado,
BPBD Sulut, PMI , Ikatan Dokter
Indonesia, Rumah sakit
3. Mempersiapkan dan Penanggung Jawab:
menyediakan material Dinas Sosial, BPBD Kota Manado
untuk tanggap
darurat dan tempat Pendukung:
penampungan sementara Dinas Pekerjaan Umum, Satpol PP &
Linmas, BNPB, BPBD Sulut, POLRI,
TNI, PMI, Ikatan Dokter Indonesia,
Rumah sakit Perusahaan Swasta
4. Menyebarkan informasi Penanggung Jawab:
tentang persiapan kepada Dinas Komunikasi dan Informatika,
masyarakat BPBD Kota Manado
Pendukung:
Sekretariat Daerah, Media, Kecamatan,
Kelurahan
5. Tindakan untuk Penanggung Jawab:
menanggulangi banjir Dinas Pekerjaan Umum
Pendukung:
BPBD Kota Manado, BPBD Sulut,
Relawan

325
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

3. Membangun 1. Menyusun Rencana Penanggung Jawab:


Rencana & Kontinjensi BPBD Kota Manado
Sistem untuk
Kesiapsiagaan Pendukung:
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan,
Dinas Sosial, Dinas Perhubungan, Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas Pertanian,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Pemadam Kebakaran, Sekretariat
Daerah (Setda), Bappeda, Satpol PP
& Linmas, BNPB, BPBD Sulut, POLRI,
TNI, PMI
2. Mobilisasi Sumber Daya Penanggung Jawab:
(manusia dan peralatan) Dinas Perhubungan, BPBD Kota
Manado
Pendukung:
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Satpol
PP & Linmas, BASARNAS, POLRI, TNI,
Perusahaan Transportasi/Asosiasi
3. Memelihara semua Penanggung Jawab:
fasilitas & infrastruktur Dinas Sosial, Dinas Pekerjaan Umum,
kesiapsiagaan bencana BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan
Umum, PMI, PLN, PDAM, TELKOM,
Perusahaan Telekomunikasi Bergerak
(Mobile)
2. Meningkatkan 1. Meningkatkan 1. Pendidikan & Pelatihan, Penanggung Jawab:
Kapasitas Respon Kapasitas membangun sistem BPBD Kota Manado
Tanggap Darurat Respon & infrastruktur serta
Tanggap memberikan alokasi Pendukung:
Darurat anggaran yang memadai Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Pendapatan Daerah, Sekretariat
Daerah, BNPB, BPBD Sulut,
BASARNAS, Dinas Pekerjaan Umum
3. Meningkatkan 2. Meningkatkan 1. Meningkatkan kapasitas Penanggung Jawab:
Kapasitas Pelatihan masyarakat dalam BPBD Kota Manado
Masyarakat dan Simulasi menghadapi bencana
Tanggap Pendukung:
Darurat Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Tata
Kota, Bappeda, BNPB, BPBD Sulut,
PMI , LSM, Kecamatan, Kelurahan,
Relawan
2. Implementasi drill/latihan Penanggung Jawab:
PB untuk kesiapsiagaan BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BNPB,
BPBD Sulut, POLRI, TNI, PMI ,LSM,
Kecamatan, Kelurahan, Relawan

326 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


FASE FOKUS PROGRAM
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)

KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB


03
3. Melakukan sosialisasi Penanggung Jawab:
tentang kesiapsiagaan BPBD Kota Manado
Pendukung:
Walikota, Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Komunikasi dan Informatika,
Sekretariat Daerah, BPBD Sulut,
POLRI, TNI, PMI, LSM, Kecamatan,
Kelurahan, Relawan

Tanggap Darurat 1. Implementasi 1. Implementasi 1. Membentuk Pos Komando Penanggung Jawab:


Kegiatan Respon Operasi TD Walikota, BPBD Kota Manado
Awal Tanggap
Darurat Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial,
Sekretariat Daerah, BNPB, BPBD Sulut,
BASARNAS, POLRI, TNI, PMI
2. Mengumpulkan & Penanggung Jawab:
menyebarkan informasi Dinas Komunikasi dan Informatika,
kepada publik BPBD Kota Manado
Pendukung:
Sekretariat Daerah, BMKG, PVMBG,
Media, LSM, Kecamatan, Kelurahan,
Relawan
3. Kaji Cepat Bencana Penanggung Jawab:
BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Pekerjaan Umum, Sekretariat Daerah,
BNPB, BPBD Sulut
4. Meminta & menerima Penanggung Jawab:
bantuan dari pemerintah Walikota, BPBD Kota Manado
Provinsi Sulawesi Utara
Pendukung:
Sekretariat Daerah, BNPB, BPBD Sulut
2. SAR dan 1. Tindakan SAR untuk Penanggung Jawab:
Evakuasi korban bencana BPBD Kota Manado, BASARNAS
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Pemadam Kebakaran, BNPB, BPBD
Sulut, POLRI, TNI, PMI , Ikatan Dokter
Indonesia, Rumah sakit Kecamatan,
Kelurahan, Relawan
2. Mendukung upaya Penanggung Jawab:
memberikan pertolongan Dinas Kesehatan, BPBD Kota Manado,
pertama kepada korban BASARNAS
Pendukung:
Dinas Sosial, POLRI, TNI, PMI, Ikatan
Dokter Indonesia, Rumah sakit
Relawan

327
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

3. Mendukung upaya Penanggung Jawab:


evakuasi warga Walikota,BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Sosial, Dinas Perhubungan,
Dinas Pekerjaan Umum, Satpol PP &
Linmas, Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik, BPBD Sulut, POLRI, TNI, PMI,
Kecamatan, Kelurahan, Relawan
4. Menerima bantuan dari Penanggung Jawab:
lembaga/negara asing BPBD Kota Manado
Pendukung:
Walikota, Dinas Pendapatan Daerah
(Dispenda), PMI
2. Implementasi 1. Membantu 1. Memenuhi kebutuhan Penanggung Jawab:
Kegiatan Korban Bencana dasar seperti makanan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BPBD
Tanggap Darurat pakaian, tempat Kota Manado
berlindung, kesehatan, air
bersih dan sanitasi Pendukung:
Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Dinas
Pemadam Kebakaran, Satpol PP &
Linmas, BNPB, BPBD Sulut, POLRI,
TNI, PMI, Relawan
2. Mendirikan dan Penanggung Jawab:
mengoperasikan tempat Dinas Sosial, BPBD Kota Manado
2x evakuasi
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan
Umum, Satpol PP & Linmas, BPBD
Sulut, POLRI, TNI, PMI
3. Mengurus korban yang Penanggung Jawab:
meninggal dunia Dinas Kesehatan
Pendukung:
Dinas Sosial, Dinas Pemadam
Kebakaran, BPBD Kota Manado,
Ikatan Dokter Indonesia, Rumah sakit,
Kecamatan, Kelurahan
4. Melindungi dan Penanggung Jawab:
memberikan pertolongan Dinas Sosial,BPBD Kota Manado
kepada kelompok rentan
Pendukung:
Dinas Kesehatan, PMI, Relawan
5. Menerima bantuan dari Penanggung Jawab:
relawan BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, POLRI,
TNI, PMI, Ikatan Dokter Indonesia,
Rumah sakit, Relawan

328 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


FASE FOKUS PROGRAM
PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)

KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB


03
1. Implementasi 1. Pemulihan darurat Penanggung Jawab:
Kegiatan untuk fungsi fasilitas & Dinas Komunikasi dan Informatika,
Tanggap infrastruktur vital Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Kota
Darurat Manado
Pendukung:
Sekretariat Daerah, Satpol PP &
Linmas, POLRI, TNI, PLN, PDAM,
TELKOM, Perusahaan Transportasi/
Asosiasi, Perusahaan Swasta
2. Pemulihan darurat untuk Penanggung Jawab:
fungsi lifeline (PDAM, BPBD Kota Manado
PLN, dll).
Pendukung:
Dinas Sosial, PLN, PDAM, TELKOM,
Perusahaan Telekomunikasi Bergerak
(Mobile)
3. Membersihkan limbah Penanggung Jawab:
padat dan reruntuhan Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Pendukung:
Dinas Perhubungan, Dinas Pekerjaan
Umum, Satpol PP & Linmas, Badan
Lingkungan Hidup, BPBD Kota
Manado
4. Tindakan untuk menjaga Penanggung Jawab:
kebersihan dan mencegah Dinas Kesehatan, Dinas Kebersihan
wabah penyakit dan Pertamanan
Pendukung:
Badan Lingkungan Hidup, BPBD Kota
Manado
5. Mengamankan jaringan Penanggung Jawab:
transportansi darurat Dinas Perhubungan,Dinas Kebersihan
berserta seluruh dan Pertamanan
aktivitasnya
Pendukung:
Dinas Pekerjaan Umum, Satpol PP &
Linmas, BPBD Kota Manado, POLRI,
TNI, Perusahaan Transportasi /
Asosiasi
6. Tindakan untuk menjaga Penanggung Jawab:
keamanan POLRI,TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas, BPBD Kota
Manado
7. Tindakan untuk mencegah Penanggung Jawab:
terjadinya kepanikan POLRI,TNI
Pendukung:
Satpol PP & Linmas, Badan Kesatuan
Bangsa dan Politik, BPBD Kota
Manado

329
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

Pemulihan 1. Melakukan Proses 1. Implementasi 1. Identifikasi dan verifikasi Penanggung Jawab:


Rehabilitasi Rehabilitasi kerusakan dan kerugian BPBD Kota Manado
secara Cepat secara Cepat
dan Efektif Pendukung:
Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi
dan Informatika, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Tata Kota,Dinas
Pemadam Kebakaran, Bappeda,
BNPB, BPBD Sulut, POLRI, TNI
2. Menyusun Rencana Aksi Penanggung Jawab:
Rehabilitasi Walikota, Dinas Pekerjaan Umum,
BPBD Kota Manado
Pendukung:
Dinas Perhubungan, Dinas Tata Kota,
Dinas Pendapatan Daerah, Sekretariat
Daerah (Setda), Bappeda, BNPB,
BPBD Sulut
3. Rehabilitasi fasilitas & Penanggung Jawab:
infrastruktur publik Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Kota
Manado
Pendukung:
Dinas Perhubungan, BNPB, BPBD
Sulut
4. Memulihkan kondisi Penanggung Jawab:
psikologi dan kesehatan Dinas Kesehatan
Pendukung:
Dinas Sosial, BPBD Kota Manado,
BNPB, BPBD Sulut, PMI, Ikatan Dokter
Indonesia, Rumah sakit
5. Rehabilitasi Industri Penanggung Jawab:
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Pendukung:
Dinas Koperasi dan UMKM, BPBD
Kota Manado, BNPB, BPBD Sulut,
Perusahaan Swasta
2. Rekonstruksi yg 1. Implementasi 1. Menyusun rencana aksi Penanggung Jawab:
berkelanjutan dgn kegiatan rekonstruksi Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Kota
mempertimbangkan Rekonstruksi Manado
masa depan
Pendukung:
Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi
dan Informatika, Dinas Tata Kota,Dinas
Pertanian, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Sekretariat Daerah,
Bappeda, Satpol PP & Linmas, BNPB,
BPBD Sulut

330 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
FASE FOKUS PROGRAM KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

2. Memulihkan fasilitas & Penanggung Jawab:


infrastruktur publik serta Dinas Pekerjaan Umum, BPBD Kota
rekonstruksi rumah para Manado
korban bencana
Pendukung:
Dinas Perhubungan, Dinas Komunikasi
dan Informatika, Dinas Tata Kota,
Dinas Pertanian, Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas Kebersihan dan
Pertamanan, Sekretariat Daerah
(Setda),Bappeda,Satpol PP & Linmas,
BNPB, BPBD Sulut, PLN, PDAM,
TELKOM ,Perusahaan Telekomunikasi
Bergerak (Mobile)

Sumber : BPBD Kota Manado, 2014

3.3.6 Lesson Learned Penataan Ruang KRB di Manado

Tata ruang Kota Manado menjadi baik. Akibatnya aliran air tidak dapat
tantangan mengingat lokasi Kota meresap ke dalam tanah dan akhirnya
Manado yang dikelilingi oleh perairan menjadi air permukaan. Terlebih
dan berada pada kawasan hulu sampai lagi jika fungsi hilir termasuk daerah
hilir. Pemanfaatan ruang tidak hanya sempadan sungai juga digunakan
dilihat dalam periode saat ini, tetapi untuk kawasan terbangun, maka
juga di masa yang akan datang. Alih kerawanan banjir akan meningkat di
fungsi lahan menjadi permasalahan kawasan dengan topografi rendah. Hal
utama yang meningkatkan risiko ini terjadi di kawasan DAS Tondano.
bencana. Alih fungsi lahan baik di Tata ruang perlu mempertimbangkan
kawasan hulu maupun hilir dapat pengelolaan DAS Tondano dari hulu
meningkatkan kerawanan bencana hingga hilir, dengan mengendalikan
banjir. Kawasan hulu yang secara alih fungsi lahan menjadi kawasan
ideal sebagai kawasan lindung budidaya non terbangun dan
ternyata telah berubah fungsi menjadi terbangun. Diperlukan pengendalian
kawasan budidaya non terbangun. terhadap pemanfaatan ruang melalui
Hal itu menyebabkan kawasan yang penerapan peraturan zonasi yang
seharusnya menjadi daerah resapan ketat dengan mempertimbangkan
air tidak dapat berfungsi dengan kerawanan bencana.

331
3.4 Bencana Banjir di Kabupaten Wondama dan
Gempa Bumi di Kota Sorong, Papua Barat
3.4.1 Aspek Kerawanan Bencana dan Kronologis

Banjir bandang terjadi di Kabupaten dan mudah longsor. Hal tersebut


Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat diperparah dengan intensitas
pada Senin 4 Oktober 2010, pukul curah hujan yang tinggi, sehingga
07.30 WIT. Banjir tersebut terjadi mengakibatkan longsoran tanah
akibat intensitas curah hujan yang menutup aliran sungai dan terbentuk
tinggi. Hujan yang terjadi selama bendungan alami. Intensitas curah
6 (enam) jam di Kabupaten Teluk hujan yang semakin tinggi justru
Wondama mengakibatkan beberapa menyebabkan bendungan alami
wilayah terendam banjir. tersebut jebol dan mengakibatkan
banjir bandang. Material lumpur,
Banjir di Kabupaten Teluk Wondama
batuan, dan pohon terseret arus ketika
disebabkan karena dua aspek. Kondisi
banjir dan menggenangi permukiman
bentang lahan yang merupakan
masyarakat. Gambar 3.30 adalah KRB
perbukitan struktural (patahan) yang
Banjir di Kabupaten Teluk Wondama.
tersusun oleh batu gneis yang rapuh

Gambar 3.30 KRB Banjir di Kabupaten Teluk Wondama

Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari BNPB, 2015

332 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.4.1.2 Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong
Kota Sorong merupakan kawasan Sorong (SFZ) dan Blok Tambrauw.
strategis sebagai pintu masuk menuju Degan kondisi tersebut, Kota Sorong
Provinsi Papua Barat dan juga kota hampir setiap tahun terjadi gempa
persinggahan menuju kota/kabupaten yang berada pada kedalaman < 60 km
lain di Provinsi Papua Barat. Di sisi (gempa dangkal) dengan kekuatan >
lain, potensi bencana di Kota Sorong 3 SR.
cukup tinggi. Berdasarkan data Badan
Gempa terakhir terjadi di Kota Sorong
Nasional Penanggulangan Bencana
pada Jumat, 25 September 2015 pukul
(BNPB), terdapat lima potensi
24:53:28 WIT. Pusat gempa berada
bencana di Kota Sorong, yaitu gempa
di laut yang berjarak 31 kilometer
bumi, longsor, tsunami, kekeringan,
dari arah timur Kota Sorong dengan
dan banjir. Bencana gempa bumi
kedalaman 10 km. Menurut data BMKG,
merupakan bencana yang berdampak
lokasi pusat gempa bumi terletak di
besar di Kota Sorong. Supartoyo, dkk
sebelah timur Selat Dampar pada
(2014) dan Natawidjadja, dkk (2015)
koordinat 0,59°LS dan 131,27°BT pada
mengidentifikasikan bahwa gempa
kedalaman 10 km dan berjarak sekitar
bumi dan tsunami yang terjadi di
31 km utara Kota Sorong, Provinsi
Provinsi Papua Barat bersumber dari
Papua Barat. Sedangkan United
sesar Sorong, sesar naik Manokwari,
States Geological Survey (USGS)
dan sesar naik Papua New Guinea.
menyebutkan bahwa pusat gempa
Dalam sejarah kebencanaan di
bumi terletak di sebelah timur Selat
Indonesia, Provinsi Papua Barat telah
Dampar pada koordinat 0,629°LS dan
mengalami kejadian gempa bumi sejak
131,255°BT dengan magnitudo 6,6 Mw
tahun 2002 dan dua kejadian terjadi di
(Moment Magnitude) pada kedalaman
daerah Sorong (Supartoyo dkk, 2014).
24,1 km dan berjarak 30 km utara
Kota Sorong sangat berpotensi Kota Sorong. Goncangan kekuatan
terhadap gempa tektonik yang gempa adalah 6,8 SR. Potensi gempa
kemungkinan dapat diikuti dengan tersebut tidak menimbulkan potensi
tsunami. Hal ini disebabkan karena Kota tsunami. Gempa susulan pun terjadi
Sorong berada dalam sistem Sesar hanya selisih beberapa detik dari

333
gempa utama. Kekuatan gempa berdasarkan kejadian gempa tahun
susulan adalah 4,3 SR; 4,1 SR; dan 4,4 1970-2015. Sumber data kegempaan
SR. Guncangan gempa berintensitas berasal dari USGS dan BMKG. PGA
lemah, yaitu II-III. Gambar 3.31 adalah Kota Sorong berada dalam berada
sebaran gempa susulan. dalam intensitas 0,17-0,31 (g). PGA <
0,25 termasuk dalam kategori bahaya
Kajian ancaman bencana gempa bumi
rendah; 0,25< PGA <0.7 termasuk
dapat diidentifikasi melalui data PGA.
dalam kategori bahaya sedang; dan
Data PGA menggabungkan informasi
PGA > termasuk dalam kategori
lokasi sumber gempa, kedalaman
bahaya tinggi.
gempa, dan kekuatan gempa. Analisis
PGA Kota Sorong telah dilakukan

Lokasi gempa bumi susulan


Pusat gempa bumi


Gambar 3.31 Sebaran Gempa Bumi Susulan berdasarkan data BMKG Tanggal 24 September-3 Oktober 2015
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Badan Geologi), 2015

334 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Kota Sorong yang terdiri atas 6 distrik

rawan terhadap gempa bumi. Peta
Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa
bumi (Gambar 3.32) yang bersumber
dari PVMBG memperlihatkan rawan
gempa bumi di Kota Sorong yang
terdiri atas kategori sedang dan tinggi.

Gambar 3.32 KRB Gempa Bumi di Kota Sorong


Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari PVMBG, 2015

335
Sedangkan menurut Bappeda Kota rawan gempa kategori rendah yaitu
Sorong, wilayah rawan gempa bumi 13.828 Ha. Distrik Sorong Kepulauan
terdiri atas kategori sedang dan menjadi kawasan rawan gempa
rendah dengan luas mencapai 35.528 dengan luasan paling kecil, yaitu
ha. Distrik dengan kawasan rawan 713 Ha. Luasan tersebut terdiri atas
gempa terluas adalah Distrik Sorong kawasan rawan bencana sedang
Timur, yaitu 17.349 Ha. Kawasan dengan luasan 187 Ha dan kawasan
rawan gempa tersebut termasuk rawan bencana rendah dengan luasan
dalam kategori sedang dan rendah. 187 Ha. Tabel 3.4 adalah luasan wilayah
Luas kawasan rawan gempa kategori rawan gempa
sedang yaitu 3.521 Ha. Luas kawasan

Luasan Wilayah Rawan Gempa (Ha)


No Kelurahan Distrik
Rendah Sedang Jumlah
1 Tanjung Kasuari 0,00 289,65 289,65
2 Saoka 0,00 592,13 592,13
3 Klawasi Sorong Barat 0,00 2783,12 2783,12
4 Rufei 0,00 1588,15 1588,15
5 Klabala 0,00 4022,17 4022,17
6 Klasur 0,00 75,36 75,36
7 Kampung Baru 0,00 89,03 89,03
8 Klakubik Sorong 0,00 140,37 140,37
9 Klademak 0,00 200,50 200,50
10 Remu Utara 0,00 2733,20 2733,20
11 Klaligi 0,00 72,24 72,24
12 Malabutor 0,00 79,82 79,82
13 Malawei Sorong Manoi 0,00 60,91 60,91
14 Remu Selatan 0,00 298,31 298,31
15 Klasabi 0,00 343,49 343,49
16 Malainkedi 0,00 173,55 173,55
17 Klagete 0,00 127,01 127,01
18 Sawagumu Sorong Utara 0,00 233,69 233,69
19 Malanu 0,00 795,16 795,16
20 Matalamagi 53,70 2713,76 2767,46

336 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Luasan Wilayah Rawan Gempa (Ha)
No Kelurahan Distrik
Rendah Sedang Jumlah
21 Klawalu 0,00 515,03 515,03
22 Klamana 171,55 585,93 757,48
23 Klablim 2302,02 799,15 3101,17
24 Klawuyuk Sorong Timur 0,00 141,81 141,81
25 Klasaman 4042,32 898,34 4940,66
26 Klasuat 3420,39 0,00 3420,39
27 Giwu 3892,05 580,74 4472,79
28 Doom Barat 0,00 30,40 30,40
29 Doom Timur 0,00 19,04 19,04
30 Raam Sorong Kepulauan 0,00 56,65 56,65
31 Soop 258,70 2,85 261,54
32 P. Manjau 267,77 77,76 345,53
Tabel 3.4 Luasan Wilayah Rawan Gempa Provinsi Papua Barat
Sumber: Bappeda Kota Sorong, 2015

3.4.2 Risiko Bencana


3.4.2.1 Risiko Bencana Banjir di Kabupaten
Teluk Wondama
Berdasarkan data Badan dan dikategorikan sebagai bencana
Penanggulangan Bencana Daerah nasional. Gambar 3.33 menunjukkan
(2012), Kabupaten Teluk Wondama risiko bencana banjir di Kabupaten
memiliki risiko bencana banjir tinggi Teluk Wondama.
seluas 19.499,43 Ha atau sekitar 3,82 %

dari total luas wilayah Kabupaten Teluk
Wondama dan risiko bencana sedang
seluas 616,07 Ha atau sekitar 0,12 %
dari total luas wilayah Kabupaten
Teluk Wondama. Meskipun risiko banjir
tersebut tidak terlalu luas, namun
hal tersebut tetap harus diwaspadai
mengingat sejarah bencana banjir di

Kabupaten Teluk Wondama, tepatnya
di Kota Wasior, yang cukup besar

Gambar 3.33 Risiko Bencana Banjir di Kabupaten Teluk Wondama


Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari BNPB, 2015

337
3.4.2.2 Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong
Selain bencana banjir di Kota atau setara dengan 53,68% dari luas
Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, wilayah Kota Sorong, sedangkan risiko
terdapat bencana besar dan terkini sedang di kota ini seluas 15.766,90
lainnya di Provinsi Papua Barat, yaitu atau setara dengan 44,32% luas
bencana gempa bumi di Kota Sorong. wilayah Kota Sorong. Gambar 3.34
Berdasarkan analisis risiko bencana, adalah risiko bencana gempa bumi di
bencana gempa bumi di Kota Sorong Kota Sorong.
sebagian besar termasuk dalam kelas
risiko tinggi dengan luas 19.096,57 ha

Gambar 3.34 Risiko Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong


Sumber: Ditjen Tata Ruang diolah dari BNPB, 2015

338 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.4.3 Wilayah Terdampak 484 bangunan rusak berat dan 334
3.4.3.1. Bencana Banjir di Kabupaten Teluk bangunan rusak ringan. Retakan tanah
juga terjadi di Kelurahan Warmon,
Wondama Distrik Aimas dengan koordinat N 910
Bencana banjir bandang di Kabupaten E dengan panjang berkisar 3 hingga
Teluk Wondama telah menimbulkan 10 meter. Selain itu, retakan tanah juga
korban jiwa dan juga kerugian terdapat di Kelurahan Makbon, Distrik
material. Banjir bandang tersebut Makbon dengan koordinat N 1410 E
telah menyebabkan 158 orang tewas dengan panjang berkisar 2 hingga 10
dan 145 orang hilang. Kerusakan meter. Gambar 3.35 adalah kerusakan
sarana umum akibat banjir bandang bangunan tempat tinggal akibat
antara lain 31 unit rumah hanyut, 2 unit gempa bumi

sekolah rusak berat, 1 unit rumah sakit
rusak berat, 1 unit masjid rusak berat,
1 unit hotel rusak berat. Sedangkan
prasarana jalan yang rusak adalah 4
jembatan tertimbun lumpur. Bencana
banjir bandang telah mengakibatkan
8 (delapan) terendam, yaitu Kampung
Wasior I dan II, Kampung Rado, Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

Gambar 3.1
Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kerusakan Bangunan Tempat Tinggal di
Kampung Manggurai, Kampung Kelurahan Klaman Distrik Sorong Timurakibat
Gempa Bumi
Wondamawi, dan Kampung Wondiboy.  

3.4.3.2. Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong


Berdasarkan data PVMBG, gempa bumi
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015
di Kota Sorong telah mengakibatkan
Gambar
timbulnya korban dan kerugian Kerusakan Bangunan T
Kelurahan Klaman Distri
material. Korban luka akibat gempa di Gempa B

Kota Sorong adalah 21 jiwa (6 orang  


Gambar 3.35 Kerusakan Bangunan Tempat
luka ringan dan 15 orang luka berat). Tinggal di Kelurahan Klaman Distrik Sorong
Timur akibat Gempa Bumi
Kerugian material akibat gempa berupa
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015
kerusakan bangunan yang terdiri atas

339
merkonstruksi infrastruktur yang rusak
3.4.4 Pokok Penanganan Pasca Bencana/ akibat banjir bandang. Gambar 3.36
Rehabilitasi Dan Rekonstruksi adalah konstruksi hunian sementara
bagi korban banjir bandang.
3.4.4.1. Bencana Banjir di Kabupaten Teluk
Wondama

Upaya tanggap darurat segera


dilakukan oleh pemerintah pusat
maupun daerah. Bantuan tersebut
berupa bantuan logistik dan obat-
obatan. Menurut data BNPB, bantuan
untuk korban bencana banjir bandang
terdiri atas tenda pleton 3 unit, tenda
keluarga 80 unit, tenda gulung 200
lembar, velbed 60 unit, sandang 500
paket, kidsware 150 paket, selimut
Gambar 3.36 Konstruksi Hunian Sementara
100 lembar, tikar 100 lembar, family bagi Korban Banjir Bandang
kits 150 paket, dan makanan siap saji
2.250 paket. Nilai bantuan logistik Sumber: http://infopublik.id/read/67692/pemda-teluk-wonda-
ma-bangun-hunian-sementara-korban-banjir.html
mencapai Rp. 900 juta. Sedangkan
untuk bantuan obat-obatan dikirimkan
3.4.4.2. Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong
bantuan seberat 2,5 ton dan tim medis
Pemerintah Kota Sorong melakukan
7 orang.
upaya tanggap darurat pada saat
Paska bencana banjir bandang, bencana gempa terjadi. Pemerintah
Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Kota Sorong berkoordinasi dengan
Penanggulangan Bencana Daerah instansi terkait untuk penanganan
Kabupaten Teluk Wondama bencana. Pembentukan organisasi
membangun hunian sementara 938 dan penanggung jawab untuk setiap
unit. Rumah hunian sementara yang kegiatan tanggap darurat. Pada saat
bertipe 36 tersebut akan dihuni paska bencana, Pemerintah Kota
oleh korban banjir bandang. Selain Sorong terutama BPBD melakukan
itu Pemerintah Kabupaten Teluk Damage and Losses Assessment
Wondama akan merehabilitasi dan (DALA).

340 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Bencana Gempa Bumi di Kota daerah hulu, maka aliran hujan dapat
Sorong menjadi proses pembelajaran terserap dalam tutupan lahan tersebut
bagi Kota Sorong untuk melakukan dan juga DAS dapat berperan dalam
tindakan mitigasi bencana kedepan, menampung aliran hujan. Keberadaan
termasuk penanganan paska bencana tutupan lahan dan kualitas DAS akan
(rehabilitasi dan rekonstruksi). berpengaruh terhadap siklus hidrologi.
Pemerintah Kota Sorong terutama Apabila tidak terdapat tutupan lahan
BPBD masih berusaha untuk dan tidak berfungsinya DAS maka
mewujudkan tata kelola kebencanaan akan terjadi aliran limpasan yang
dengan memperbaiki sumber daya mengakibatkan banjir di outlet bagian
manusia dalam institusi dan skema tengah dan hilir.
pengorganisasian untuk pembagian
Penataan ruang berbasis mitigasi
tanggung jawab dan peran dalam
bencana/Pengurangan Risiko Bencana
instansi tersebut.
perlu dipahami oleh stakeholder. Dalam
Dalam aspek tata ruang, perbaikan hal ini, perlu adanya peningkatan
dokumen tata ruang sangat urgensi kapasitas stakeholder terkait dalam
untuk dilakukan. Peraturan zonasi hal penataan ruang berbasis mitigasi
untuk kawasan rawan bencana gempa bencana/Pengurangan Risiko
bumi perlu didetailkan melalui Rencana Bencana. Dalam hal ini perlu adanya
Detail Tata Ruang (RDTR). Dalam RDTR koordinasi antara Bappeda dan
belum mempertimbangkan sarana dan BPBD untuk mewujudkan tata ruang
prasarana mitigasi bencanna, seperti tersebut.
jalur evakuasi.
3.4.5 Upaya Mitigasi ke Depan
3.4.5.1. Bencana Banjir di Kabupaten Teluk
Wondama
Bencana banjir diperparah karena
adanya degradasi lahan. Oleh karena
itu, konservasi lahan perlu dilakukan
terutama di DAS untuk tetap
mempertahankan tutupan lahan.
Apabila terdapat tutupan lahan di

341
3.4.5.2. Bencana Gempa Bumi di Kota 1) Perencanaan lokasi (land
management) dan pengaturan
Sorong
penempatan penduduk;
Dalam merumuskan mitigasi ke depan,
Kota Sorong perlu memproyeksi 2) Memperkuat bangunan dan
kerawanan dan risiko bencana di masa infrastruktur serta memperbaiki
yang akan datang. Mitigasi yang efektif peraturan (code) desain yang
tidak hanya dapat mengurangi risiko sesuai;
saat ini saja, tetapi juga kemungkinan 3) Melakukan usaha preventif dengan
adanya peningkatan kerawanan dan merealokasi aktiftas yang tinggi
risiko di masa yang akan datang. kedaerah yang lebih aman dengan
Proyeksi yang dilakukan termasuk mengembangkan mikrozonasi;
gempa dengan intensitas terbesar dan
kemungkinan terjadi bencana tsunami. 4) Melindungi dari kerusakan dengan
melakukan upaya perbaikan
Mitigasi ke depan juga perlu lingkungan dengan maksud
mempertimbangkan aspek dan menyerap energi dari gelombang
objek yang terpapar dari bencana tsunami (misalnya dengan
tersebut. Dalam sistem perkotaan melakukan penanaman mangrove
terdapat aktivitas-aktivitas yang sepanjang pantai);
dapat terancam dampak bencana
tersebut. Begitu juga penduduk 5) Mensosialisasikan dan melakukan
yang menghuni di kawasan rawan training yang intensif bagi
bencana menjadi kelompok terpapar. penduduk didaerah area yang
Oleh karena itu, pengurangan risiko rawan tsunami; dan
bencana melalui mitigasi harus dalam
6) Membuat sistem peringatan
lingkup tata kelola bencana yang
dini sepanjang daerah pantai/
mempertimbangkan ancaman, risiko,
perkotaan yang rawan tsunami.
dampak bagi kelompok terpapar, dan
pengaruh bencana terhadap sistem
perkotaan. Sejalan dengan konsep
tata kelola bencana, Kota Sorong telah
memiliki rencana mitigasi (mitigation
plan) pada masa depan, antara lain :

342 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
3.4.6 Lesson Learned Penataan Ruang KRB kegiatan Focus Group Discussion
(FGD). Kegiatan tersebut bertujuan
3.4.6.1. Bencana Banjir di Kabupaten Teluk
menggali informasi terkait kronologis
Wondama kejadian banjir bandang di Kabupaten
Bencana banjir bandang di Kabupaten Teluk Wondama, dampak yang
Teluk Wondama dapat menjadi ditimbulkan akibat bencana tersebut,
proses pembelajaran terutama dan juga kendala dalam pengelolaan
dalam hal kesiap siagaan masyarakat bencana. Selain itu, juga terdapat
untuk mengantisipasi bencana pembahasan konsep penataan ruang
banjir bandang. Selain itu, adanya kawasan rawan bencana, termasuk
perlindungan ekosistem untuk upaya mitigasi yang direncanakan
mencegah degradasi lahan menjadi melalui pembelajaran dari banjir
tanggung jawab seluruh stakeholder. bandang yang telah terjadi. Gambar
Dengan begitu bencana banjir 3.27 menunjukkan proses pelaksanaan
bandang dapat dicegah. FGD untuk membahas penataan
ruang di kawasan rawan bencana di
Pemanfaatan ruang di Kabupaten
Kabupaten Teluk Wondama.
Teluk Wondama belum memiliki
kerangka kebijakan yang secara tegas
mengendalikan alih fungsi lahan
terutama di kawasan lindung. Kawasan
lindung sangat berpotensi pembukaan
lahan untuk kawasan budidaya non
terbangun. Peraturan zonasi hingga
skala rinci belum mempertimbangkan
arahan untuk pemanfaatan lahan di
Kawasan Rawan Bencana termasuk
prasarana dan sarana mitigasi bencana.

Dalam rangka menjaring informasi


terkait dengan penataan ruang di
KRB; Direktorat Penataan Kawasan,
Direktorat Jenderal Tata Ruang,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
juga mengadakan serangkaian

343

Gambar 3.37 Focus Group Discussion untuk Membahas Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir
Bandang di Kabupaten Teluk Wondama
Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

3.4.6.2. Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong


Penataan ruang menjadi bagian yang kejadian gempa bumi di Kota Sorong
tidak terpisahkan dalam pengelolaan masih belum mempertimbangkan
bencana. Hal tersebut disebabkan tahapan pra bencana dan paska
dalam ruang terdapat unsur manusia bencana, contohnya pembangunan
dan aktivitas yang dapat terdampak prasarana dan sarana mitigasi bencana.
dari bencana. Selain itu, penataan Sehingga tidak hanya dilakukan upaya
ruang menjadi bagian dalam tahapan tanggap darurat (saat bencana) saja.
pra bencana dalam tata kelola
Integrasi tata ruang dan tata kelola
bencana.
bencana belum didukung degan
Hal yang dapat dipelajari dalam kebijakan dan institusi yang kuat.
bencana adalah kawasan rawan Kota Sorong memerlukan kebijakan-
bencana belum mempertimbangkan kebijakan terkait penanggulangan
penataan ruang yang bencana yang dirancang berdasarkan
mempertimbangkan daya dukung prinsip-prinsip dasar penanggulangan
lahan dan keberlanjutan lingkungan. bencana di tingkat nasional, yaitu;
Masih banyak kawasan perumahan cepat dan tepat, prioritas, koordinasi
yang di bangun pada zona rawan dan keterpaduan, berdaya guna
gempa. Selain itu, penataan ruang dan berhasil guna, transparansi
perlu mempertimbangkan tahapan dan akuntabilitas, kemitraan,
pengelolaan bencana pada tahapan pemberdayaan, non diskriminatif, dan
pra, saat, dan paska bencana. Dalam nonproletisi.

344 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL BENCANA BESAR DAN TERKINI (TAHUN 2014-2015)
03
Dalam rangka menjaring informasi dan dampak yang ditimbulkan
terkait dengan penataan ruang di akibat bencana tersebut. Selain itu,
KRB; Direktorat Penataan Kawasan, juga terdapat pembahasan konsep
Direktorat Jenderal Tata Ruang, penataan ruang kawasan rawan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang bencana, termasuk upaya mitigasi
juga mengadakan serangkaian yang direncanakan. Gambar 3.28
kegiatan Focus Group Discussion menunjukkan proses pelaksanaan
(FGD). Kegiatan tersebut bertujuan FGD untuk membahas penataan

menggali informasi terkait kronologis ruang di kawasan rawan bencana di
kejadian gempa bumi di Kota Sorong Kota Sorong.

Gambar 3.38 Focus Group Discussion untuk Membahas Penataan Ruang


di Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di Kota Sorong

Sumber: Dokumentasi Tim, 2015

345
346 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04

PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/


KATALOG KETERSEDIAAN DATA
4.1 Inventarisasi Ketersediaan Data Spasial Kerawanan Bencana
Data Spasial Kerawanan Bencana menjadi input yang sangat penting dalam
perencanan tata ruang KRB. Dari data spasial kerawanan bencana dapat
ditindaklanjuti dengan identifikasi tingkat kerugian yang dialami kelompok
terpapar, tingkat kerentanan, kapasitas yang dimiliki kelompok terpapar, tingkat
ancaman bencana, yang kesemuanya menentukan tingkat risiko bencana. Hasil
analisis risiko bencana menjadi dasar dalam penataan ruang berbasis PRB.

Data spasial kebencanaan yang akurat sangat menentukan kualitas RTR dari
perspektif mitigasi/PRB. Terdapat kondisi data kebencanaan yang berbeda di
tiap lokasi/daerah dalam hal skala, format, dan sumber data. Tabel berikut adalah
hasil inventarisasi ketersediaan data spasial kerawanan bencana di Indonesia per
Desember 2015.

347
Data skala provinsi yaitu 1:250.000 teknologi, dan konflik sosial. Selain
telah tersedia peta bahaya dalam itu, telah tersedia Peta Zona Bahaya
format GIS (geodatabase) yang Gempa pada skala 1:125.000 untuk
bersumber dari BNPB tahun 2012 seluruh provinsi di Indonesia. Peta
untuk jenis bencana kekeringan, banjir, tersebut dikelompokkan berdasarkan
tsunami, tanah longsor, gempa bumi, historis gempa, lokasi gempa
gunung api, abrasi, angin, epidemik, destruktif, dan zona kerusakan gempa
kebakaran hutan lahan, kebakaran
permukiman gedung, kegagalan

Tabel 4.1 Katalog Ketersediaan Data Spasial Kerawanan Bencana


di Indonesia Tahun 2015

Format
Jenis Skala yang
Provinsi Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta yang
Bencana Tersedia
Tersedia

Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Aceh PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Bur Ni Telong PVMBG, 1996 & 2007 1:50.000 JPG
Aceh Gunung Api Peta KRB Gunung Api Peut Sague PVMBG, 2007 & 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Seulawah Agam PVMBG, 2007 & 2008 1:50.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Kota Banda Aceh PVMBG, 2012 1:250.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sumut PVMBG, 2012 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sinabung PVMBG, 2008, 2011, 2015 1:50.000 JPG
Sumatera Utara
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Sorik Marapi PVMBG, 2014 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Pusuk Bukit PVMBG, 2011 1:25.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sumbar PVMBG, 2010 1:1.000.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Lembar Padang PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Lembar Padang PVMBG 1:250.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Marapi PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Sumatera Barat
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Talang PVMBG, 2000 & 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tandikat PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Lembar Padang PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Peta KRB Tsunami Kepulauan Mentawai PVMBG, 2013 1:400.000 JPG
Riau Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Riau PVMBG, 2013 - JPG
Jambi Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jambi PVMBG, 2012 - JPG

348 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Format
Jenis Skala yang
Provinsi Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta yang
Bencana Tersedia
Tersedia

Sumatera Se- Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi SumSel PVMBG, 2013 - JPG
latan Gunung Api Peta KRB Gunung Api Dempo PVMBG, 2009 1:50.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Bengkulu PVMBG, 2013 1:500.000 JPG
Gempa Bumi
Bengkulu Peta KRB Gempa Bumi Lembar Bengkulu PVMBG, 2008 1:250.000 JPG
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Kaba PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Lampung PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Lampung Gunung Api Peta KRB Gunung Api Krakatau PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Kawasan Teluk Lampung PVMBG, 2009 1:100.000 JPG
Kepulauan Riau Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Riau PVMBG, 2013 - JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Bangka
Bangka Belitung Gempa Bumi PVMBG, 2013 - JPG
Belitung
Banten Tsunami Peta KRB Tsunami Provinsi Banten PVMBG, 2009 1:100.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jabar PVMBG, 2014 1:500.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Wilayah Jawa Ba-
Gempa Bumi PVMBG, 2008 1:500.000 JPG
gian Barat
Peta KRB Gempa Bumi Daerah Sukabumi PVMBG, 2007 - JPG
Peta KRB Gunung Api Ciremai PVMBG, 1993, 2006 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Galunggung PVMBG, 1995, 1996, 2015 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Gede PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Jawa Barat
Peta KRB Gunung Api Guntur PVMBG, 1993, 2003, 2015 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Papandayan PVMBG, 1997, 1998, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Salak PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Telaga Bodas PVMBG, 2011 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tangkubanparahu PVMBG, 1999, 2005 1:50.000 JPG
Peta KRB Tsunami Daerah Pangandaran PVMBG, 2010 1:100.000 JPG
Tsunami
Peta KRB Tsunami Teluk Pelabuhan Ratu PVMBG, 2013 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi JaTeng PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Dieng PVMBG, 2006 & 2011 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sundoro PVMBG, 1993, 2007 1:50.000 JPG
Jawa Tengah Peta KRB Gunung Api Merapi, Melingkupi
Gunung Api PVMBG, 2002 & 2010 1:50.000 JPG
Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta
Peta KRB Gunung Api Slamet PVMBG, 2006, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sumbing PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi DIY PVMBG, 2009 1:200.000 JPG
DIY Peta KRB Gunung Api Merapi, Melingkupi
Gunung Api PVMBG, 2002 & 2010 1:50.000 JPG
Wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta

349
Format
Jenis Skala yang
Provinsi Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta yang
Bencana Tersedia
Tersedia

Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Jatim PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ijen PVMBG, 2006 1:100.000 JPG
PVMBG, 1985, 2004, 2009,
Peta KRB Gunung Api Kelud 1:100.000 JPG
2014
Peta KRB Gunung Api Bromo PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Gunung Api
Jawa Timur Peta KRB Gunung Api Lamongan PVMBG, 1999, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Raung PVMBG, 2007 1:100.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Semeru PVMBG, 1995 &1996 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Arjuno PVMBG, 2008, 2009 1:50.000 JPG
Peta KRB Tsunami Daerah Banyuwangi PVMBG, 2010 1:100.000 JPG
Tsunami
Peta KRB Tsunami Wilayah Pantai Jember PVMBG, 2011 1:100.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Pulau Bali PVMBG, 2009 1:250.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Agung PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Gunung Api
Bali Peta KRB Gunung Api Batur PVMBG, 1997 1:25.000 JPG
Peta KRB Tsunami Kawasan Pantai Selatan
Tsunami PVMBG, 2008 - JPG
Bali
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi NTB PVMBG, 2012 - JPG
Gempa Bumi
Peta KRB Gempa Bumi Pulau Lombok PVMBG, 2008-2011 1:125.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Rinjani PVMBG, 2008 1:100.000 JPG
NTB
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Sangeangapi PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tambora PVMBG, 2008 1:100.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Wilayah Kota Bima PVMBG, 2014 - JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi NTT PVMBG, 2013 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sibulobo PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ebulobo PVMBG, 1998 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Inelika PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Egon PVMBG, 2005, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Releboleng PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sirung PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Sibulobo PVMBG, 2007 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Anak Ranaka PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
NTT Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Inie Rie PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Kelimutu PVMBG, 2008 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Lewotobi Laki-Laki -
PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Perempuan
Peta KRB Gunung Api Iya PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ili Werung PVMBG, 2010 1:25.000 JPG
Peta KRB Gunung Ili Boleng PVMBG, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Rokatenda PVMBG, 2009 1:25.000 JPG
Tsunami Peta KRB Tsunami Wilayah Kota Kupang PVMBG, 2014 - JPG
Kalimantan
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kaltara PVMBG, 2014 - JPG
Utara

350 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


Provinsi
Jenis
PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA

Peta Terkait Kerawanan Bencana Sumber Peta


Skala yang
Format
yang
04
Bencana Tersedia
Tersedia

Kalimantan
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kaltim PVMBG, 2015 - JPG
Timur
Kalimantan Barat Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalbar PVMBG, 2014 1:700.000 JPG
Kalimantan Ten-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalteng PVMBG, 2014 1:1.000.000 JPG
gah
Kalimantan Se-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Kalsel PVMBG, 2014 - JPG
latan
Sulawesi Selatan Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulsel PVMBG, 2012 - JPG
Sulawesi Teng-
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sultra PVMBG, 2012 -
gara
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulteng PVMBG, 2012 -
Sulawesi Tengah
Gunung Api Peta KRB Gunung Api Colo PVMBG, 2004 1:25.000 JPG
Gorontalo Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Gorontalo PVMBG, 2011 1:500.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulut PVMBG, 2010 1:500.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ambang PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Awu PVMBG, 1996 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Karangetan PVMBG, 1996, 2000 1:50.000 JPG
Sulawesi Utara Peta KRB Gunung Api Lokon PVMBG, 2000 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Mahawu PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Tangkoko PVMBG, 2010 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Ruang PVMBG, 2007 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Soputan PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Sulbar PVMBG, 2011 - JPG
Sulawesi Barat
Tsunami Peta KRB Tsunami Majene 2011 1:100.000 JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Maluku PVMBG, 2013 - JPG
Maluku Peta KRB Gunung Api Banda Api PVMBG, 2008 1:25.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Gamalama PVMBG, 1996 1:25.000 JPG
Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Maluku
Gempa Bumi PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Utara
Peta KRB Gunung Api Dukono PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Maluku Utara
Peta KRB Gunung Api Gamkonora PVMBG, 2006 1:50.000 JPG
Gunung Api
Peta KRB Gunung Api Ibu PVMBG, 2008 1:50.000 JPG
Peta KRB Gunung Api Kie Besi PVMBG, 2006 1:25.000 JPG
Papua Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Papua PVMBG, 2012 - JPG
Gempa Bumi Peta KRB Gempa Bumi Provinsi Papua Barat PVMBG, 2011 1:1.000.000 JPG
Papua Barat
Tsunami Peta KRB Tsunami Kota Manokwari PVMBG, 2012 1:25.000 JPG

đƫ !0ƫ+*ƫ !.!*0**ƫ!.'*ƫ*$ƫ!."+.)0ƫ
ƫ1*01'ƫ'3/*ƫ'1,0!*ĥ'+0ƫ %ƫ1(1ƫ
3ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ, ƫ/'(ƫ
'1,0!*ĥ'+0ƫĨāčāĀĀċĀĀĀĩċƫ!0ƫ0!./!10ƫ!./1)!.ƫ .%ƫ1/0ƫ1('*+(+#%ƫ *ƫ %0%#/%ƫ!**ƫ!+(+#%ƫĨ ĩƫ *ƫ %10ƫ
*0.ƫ0$1*ƫĂĀĀąƫĢƫĂĀāāċ
đƫ !0ƫ+*ƫ !.!*0**ƫ!.'*ƫ*$ƫ1*01'ƫ'3/*ƫ'1,0!*ĥ'+0ƫ %ƫ(1.ƫ1(1ƫ
3ƫ$*5ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ, ƫ/'(ƫ,.+2%*/%ƫ
ĨāčĂĆĀċĀĀĀĩċƫ!0ƫ0!./!10ƫ&1#ƫ!./1)!.ƫ .%ƫ ƫ *ƫ %10ƫ*0.ƫ0$1*ƫĂĀĀćƫĢƫĂĀāāċ
đƫ !0ƫ ƫ!),ƫ1)%ƫ1*01'ƫ,.+2%*/%ƫ0!($ƫ0!./! %ƫ1*01'ƫ/!(1.1$ƫ * +*!/%Čƫ*)1*ƫ, ƫ/'(ƫ'!%(ƫ5%01ƫāčĂĆĀċĀĀĀČƫāčĆĀĀċĀĀĀČƫ
01ƫ(!%$ƫ'!%(ċ
1)!.čƫ/%(ƫ!*#+($*ƫ0ČƫĂĀāĆ
351
Selain data berformat JPG, telah tersedia juga data dengan format shapefile (GIS)
untuk bencana gempa bumi dengan skala provinsi. Data tersebut bersumber dari
Peta KRB Gempa Bumi yang dibuat oleh PVMBG dan di-digitasi ulang oleh Ditjen
Tata Ruang.

4.2 Inventarisasi Ketersediaan Data Spasial Risiko Bencana


dan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Daerah
Rencana Penanggulangan Bencana telah tersusun. Peta risiko bencana
(RPB) dan peta risiko diperlukan pada tingkat provinsi (skala 1:250.000)
bagi daerah untuk menentukan telah tersedia untuk seluruh Indonesia
tindakan mitigasi bencana. Masa dalam format GIS berdasarkan status
berlaku RPB adalah 4 (empat) tahun. tahun 2012. Sedangkan informasi
Pada umumnya penyusunan RPB ketersediaan RPB dan peta risiko pada
mencakup kajian risiko bencana, kabupaten/kota dapat dilihat pada
sehingga idealnya jika RPB tersedia tabel berikut.
maka peta risiko bencana seharunya

Tabel 4.2 Ketersediaan RPB dan Peta Risiko di Kabupaten/Kota


seIndonesia Per Desember 2015

No Provinsi Kabupaten/Kota Ketersediaan RPB Ketersediaan Peta Risiko

1 Aceh Pidie
Simeulue
Aceh Besar
Aceh Singkil
Aceh Barat
Aceh Barat Daya
Aceh Jaya
Aceh Selatan
Aceh Tamiang
Aceh Tengah
Aceh Tenggara
Aceh Timur
Aceh Utara
Banda Aceh
Bener Meriah
Bireuen

352 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Gayo Lues
Kota Langsa
Kota Suulussalam
Kota Lhokseumawe
Nagan Raya
Pidie Jaya
Kota Sabang
2 Sumatera Utara Asahan
Dairi
Deli Serdang
Humbang Hasundutan
Karo
Kota Binjai
Kota Gunung Sitoli
Kota Medan
Kota Pematang Siantar
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Labuhan Batu Selatan
Labuhan Batu Utara
Langkat
Mandailing Natal
Nias
Nias Barat
Nias Selatan
Nias Utara
Padang Lawas
Padang Lawas Utara
Pakpak Bharat
Samosir
Serdang Bedagai
Batu Bara
Simalungun
Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah
Tapanuli Utara
Toba Samosir
3 Sumatera Barat Agam

353
Dharmasraya
Kepulauan Mentawai
Kota Sawah Lunto
Lima Puluh Koto
Kota Padang
Padang Panjang
Padang Pariaman
Pariaman
Pasaman
Pasaman Barat
Payakumbuh
Pesisir Selatan
Sijunjung
Kota Bukit Tinggi
Kab. Solok
Kota Solok
Solok Selatan
Tanah Datar
4 Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin
Empat Lawang
Kabupaten Lahat
Muaraenim
Lumbuk Linggau
Kabupaten Panungkal
Abab Lematang Ilir
Musirawas
Kabuapten Musi Rawas
Utara
Musi Banyu Asin
Ogan Ilir
Ogan Komering Ilir
Ogan Komering Ulu
Komering Ulu Selatan
Ogan Komering Ulu
Timur
Pagaralam
Lubuklinggau
Kota Palembang
Kota Prabumulih
5 Riau Bengkalis

354 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Indragiri Hilir
Indragiri Hulu
Kampar
Kepulauan Meranti
Kota Dumai
Kota Pekan Baru
Kuantan Singingi
Pelalawan
Rokan Hilir
Rokan Hulu
Siak
6 Jambi Batanghari
Bungo
Kerinci
Kota Jambi
Kota Sungai Penuh
Merangin
Muaro Jambi
Sarolangun
Tanjung Jabung Barat
Tanjung Jabung Timur
Tebo
7 Bengkulu Kota Bengkulu
Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah
Bengkulu Utara
Kaur
Kepahiang
Lebong
Mukomuko
Rejang Lebong
Seluma
8 Lampung Kota Bandar Lampung
Kota Metro
Lampung Barat
Lampung Selatan
Lampung Tengah
Lampung Timur
Lampung Utara

355
Mesuji
Pesawaran
Pringsewu
Tanggamus
Tulang Bawang Barat
Tulangbawang
Way Kanan
9 Bangka Belitung Bangka
Bangka Barat
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Belitung
Belitung Timur
Kota Pangkal Pinang
10 Kepulauan Riau Bintan
Karimun
Kepulauan Anambas
Kota Tanjung Pinang
Lingga
Kota Batam
Natuna
11 DKI Jakarta DKI Jakarta
12 Jawa Barat Bandung
Bandung Barat
Bekasi
Bogor
Ciamis
Cianjur
Cirebon
Garut
Indramayu
Karawang
Kota Bandung
Kota Banjar
Kota Bogor
Kota Cimahi
Kota Cirebon
Kota Depok
Kota Sukabumi

356 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Kota Tasikmalaya
Kuningan
Majalengka
Purwakarta
Subang
Sukabumi
Sumedang
Tasikmalaya
Pagandaran
13 Jawa Tengah Banjarnegara
Banyumas
Batang
Blora
Boyolali
Brebes
Cilacap
Demak
Grobogan
Jepara
Karanganyar
Kebumen
Kendal
Klaten
Kota Magelang
Kota Pekalongan
Kota Semarang
Kota Tegal
Kudus
Magelang
Pati
Pekalongan
Pemalang
Purbalingga
Purworejo
Rembang
Salatiga
Semarang
Sragen

357
Sukoharjo
Surakarta
Tegal
Temanggung
Wonogiri
Wonosobo
Daerah Istimewa Yog-
14 Bantul
yakarta
Gunung Kidul
Kulon Progo
Sleman
Yogyakarta
15 Jawa Timur Bangkalan
Banyuwangi
Batu
Bojonegoro
Bondowoso
Gresik
Jember
Jombang
Blitar
Kediri
Madiun
Malang
Mojokerto
Pasuruan
Probolinggo
Kota Blitar
Kota Kediri
Kota Madiun
Kota Malang
Kota Mojokerto
Kota Pasuruan
Kota Probolinggo
Lamongan
Lumajang
Magetan
Nganjuk

358 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Ngawi
Pacitan
Pamekasan
Ponorogo
Sampang
Sidoarjo
Situbundo
Sumenep
Kota Surabaya
Trenggalek
Tuban
Tulungagung
16 Banten Cilegon
Kota Serang
Kota Tangerang
Kota Tangerang Selatan
Lebak
Pandeglang
Serang
Tangerang
Badung
17 Bali Bangli
Buleleng
Kota Denpasar
Gianyar
Jembrana
Karang Asem
Klungkung
Tabanan
18 Nusa Tenggara Barat Bima
Dompu
Kota Bima
Lombok Barat
Lombok Tengah
Lombok Timur
Lombok Utara
Kota Mataram
Sumbawa

359
Sumbawa Barat
19 Nusa Tenggara Timur Alor
Belu
Ende
Flores Timur
Kota Kupang
Kupang
Lembata
Manggarai
Manggarai Barat
Manggarai Timur
Nagekeo
Ngada
Rote Ndao
Sikka
Sumba Barat
Sumba Barat Daya
Sumba Tengah
Sumba Timur
Timor Tengah Selatan
Timor Tengah Utara
Malaka
Sabu Raijua
20 Kalimantan Barat Bengkayang
Kapuas Hulu
Kayong Utara
Ketapang
Kota Pontianak
Kota Singkawang
Kubu Raya
Mempawah
Landak
Melawi
Pontianak
Sambas
Sanggau
Sekadau
Sintang
21 Kalimantan Tengah Barito Selatan

360 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Barito Timur
Barito Utara
Gunung Mas
Kapuas
Katingan
Kota Palangkaraya
Kota Waringin Barat
Kota Waringin Timur
Lamandau
Murung Raya
Pulang Pisau
Seruyan
Sukamara
22 Kalimantan Selatan Balangan
Banjar
Barito Kuala
Hulu Sungai Selatan
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Utara
Kota Banjar Baru
Kota Banjarmasin
Kota Baru
Tabalong
Tanah Bumbu
Tanah Laut
Tapin
23 Kalimantan Timur Kota Balikpapan
Berau
Kota Bontang
Kutai Barat
Kutai Timur
Kutai Kartanegara
Malinau
Pasir
Penajam Pasir Utara
Kota Samarinda
Tarakan
Mahakam Hulu
24 Kalimantan Utara Kota Tarakan

361
Nunukan
Tana Tidung
Bulungan
Malinau
25 Sulawesi Utara Bolaang Mengondow
Bolaang Mengondow
Selatan
Bolaang Mengondow
Timur
Bolaang Mengondow
Utara
Kepulauan Sangihe
Kepulauan Talaud
Kota Bitung
Kota Manado
Kota Tomohon
Kotamabagu
Minahasa
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Kep. Siau Tagulandang
Biaro
26 Sulawesi Tengah Banggai
Banggai Kepulauan
Buol
Donggala
Kota Palu
Morowali
Parigi Mountong
Poso
Sigi
Tojo Una-Una
Toli-Toli
27 Sulawesi Selatan Bantaeng
Barru
Bone
Bulukumba
Enrekang
Gowa

362 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Jeneponto
Luwu
Luwu Timur
Luwu Utara
Maros
Palopo
Pangkajene Kepulauan
Pare-Pare
Pinrang
Kepulauan Selayar
Sidenreng Rappang
Sinjai
Soppeng
Takalar
Tana Toraja
Toraja Utara
Wajo
Kota Makassar
28 Sulawesi Tenggara Bombana
Buton
Buton Utara
Konawe Kepulauan
Kolaka
Kolaka Utara
Konawe
Konawe Selatan
Konawe Utara
Kolaka Timur
Muna Barat
Buton Tengah
Buton Selatan
Kota Bau-Bau
Kota Kendari
Muna
Wakatobi
29 Gorontalo Boalemo
Bone Bolango
Gorontalo
Gorontalo Utara

363
Kota Gorontalo
Pahuwato
30 Sulawesi Barat Majene
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
Mamuju Tengah
Polewali Mandar
31 Maluku Kota Ambon
Buru
Buru Selatan
Kepulauan Aru
Kota Tual
Maluku Barat Daya
Maluku Tengah
Maluku Tenggara
Maluku Tenggara Barat
Seram Bagian Barat
Seram Bagian Timur
32 Maluku Utara Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Halmahera Timur
Halmahera Utara
Halmahera Selatan
Kepulauan Sula
Kota Ternate
Kota Tidore Kepulauan
Pulau Morotai
33 Papua Barat Fak-Fak
Kaimana
Kota Sorong
Manokwari
Maybrat
Raja Ampat
Sorong
Sorong Selatan
Tambrauw
Teluk Bintuni
Teluk Wondama

364 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL DATA SPASIAL KEBENCANAAN/KATALOG KETERSEDIAAN DATA
04
Manokwari Selatan
Pegunungan Arfak
34 Papua Asmat
Biak Numfor
Boven Digoel
Deiyai
Dogiyai
Intan Jaya
Jayapura
Jayawijaya
Keerom
Kota Jayapura
Lanny Jaya
Mamberamo Raya
Mamberamo Tengah
Mappi
Merauke
Mimika
Nabire
Nduga
Paniai
Puncak
Puncak Jaya
Sarmi
Supiori
Tolikara
Waropen
Yahukimo
Yalimo
Kepulauan Yapen
Pegunungan Bintang

Keterangan : Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2015

RPB dan Peta Risiko Belum Tersedia

RPB dan Peta Risiko Sudah Tersedia

365
366 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05

PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB


1.
DI TINGKAT NASIONAL
Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Penataan Ruang
Upaya penataan ruang KRB atau pengarusutamaan mitigasi bencana ke dalam
penataan ruang harus dilakukan di semua tingkatan, baik nasional maupun daerah.
Bab ini menguraikan gambaran sejauh mana upaya penataan ruang KRB di tingkat
nasional, khususnya oleh Ditjen Tata Ruang-Kementerian ATR/BPN selaku instansi
tingkat pusat yang membidangi tata ruang, rencana tata ruang yang menjadi
kewenangan nasional dan NSPK terkait penataan ruang KRB.

367
5.1 Rencana Strategis, Program, dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tata
Ruang Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan bencana
5.1.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tata Ruang Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana

1. Tujuan dan Sasaran Penyelenggaraan Penataan Ruang


Pada sasaran penyelenggaraan tata ruang telah memuat kerawanan bencana
dan juga mitigasi bencana sekaligus adaptasi perubahan iklim. Berikut ini adalah
penjelasannya.

Tujuan 1). Menciptakan ruang Nusantara yang aman terhadap ancaman berbagai bencana dan konflik
penyelenggaraan yang mengancam keutuhan NKRI
penataan ruang 2). Menciptakan ruang Nusantara yang nyaman, harmonis dan berkeadilan
3). Mewujudkan ruang Nusantara yang produktif, inklusif, dan berdaya
4). Menciptakan ruang Nusantara yang menjamin kelestarian lingkungan untuk kebutuhan saat ini
dan generasi mendatang
Sasaran Agar dapat menciptakan ruang Nusantara yang aman terhadap ancaman berbagai bencana dan
konflik yang mengancam keutuhan NKRI, maka dirumuskan sasaran sebagai berikut :
1). Terwujudnya sistem pengelolaan kawasan rawan bencana secara terpadu
2). Terciptanya sistem penataan ruang yang tanggap terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim
3). Terwujudnya penataan ruang dan pengelolaan kawasan perbatasan negara
4). Terwujudnya penataan ruang dan pengelolaan kawasan pertahanan negara

2. Rencana Strategis Ditjen Tata Ruang 2010-2014 Terkait Kebencanaan


Rencana strategis Ditjen Tata Ruang 2010-2014 telah memuat strategi mitigasi
bencana. Berikut ini adalah penjelasannya.

Sasaran berdasarkan
Terwujudnya sistem pengelolaan kawasan rawan bencana secara terpadu
tujuan pada nomor 1
Strategi Strategi untuk mewujudkan sasaran di atas adalah:
1) Melakukan pemetaan, pendataan, dan identifikasi kawasan rawan bencana di setiap wilayah,
2) Menyiapkan Pedoman Penyusunan RTR Kawasan Rawan Bencana dan Pedoman Penataan
Kembali Kawasan Paska Bencana,
3) Melakukan rehabilitasi lahan-lahan kritis di bagian hulu DAS untuk mencegah bencana banjir,
4) Mengembangkan sistem peringatan dini, jalur evakuasi, serta lokasi evakuasi bencana disetiap
daerah,
5) Melakukan Sinkronisasi dan koordinasi program penganggulangan bencana dengan instansi
dan pihak terkait.

368 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
3. Rencana Strategis Ditjen Tata Ruang 2015-2019 Terkait Kebencanaan
Rencana strategis Ditjen Tata Ruang 2015-2019 telah memuat strategi mitigasi
bencana. Berikut ini penjelasan rencana strategis tersebut.

Kebijakan ke-6
Melakukan pengarusutamaan aspek mitigasi bencana dan perubahan iklim dalam tata ruang

Strategi Strategi untuk mewujudkan sasaran di atas adalah:


1). Meningkatkan pemahaman tentang aspek kebencanaan dalam penataan ruang
2). Melakukan pengarusutamaan aspek mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam
rencana tata ruang
3). Mengembangkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang tangguh terhadap bencana
dan ancaman perubahan iklim

5.1.2 Program dan Kegiatan Direktorat Jenderal Tata Ruang


Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana

Setiap tahunnya Direktorat Jenderal Tata Ruang telah melaksanakan program dan
kegiatan terkait kebencanaan. Pada tahun 2010 hingga tahun 2014 sudah terdapat
22 program dan kegiatan yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Program dan Kegiatan Ditjen Tata Ruang Tahun Anggaran 2010 - 2014 Terkait Kebencanaan

NO Nama Program/Kegiatan S/K


TAHUN 2010
1 Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang untuk Evakuasi Bencana di Perkotaan K
2 Bantuan Teknis Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Provinsi Jambi K
3 Bantuan Teknis Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Provinsi Sumatera Barat K
4 Rekonstruksi Penataan Ruang Kawasan Bencana di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumbar S
5 Rekonstruksi Penataan Ruang Kawasan Bencana Di Gunung Merapi, Provinsi D.I. Yogyakarta S
TAHUN 2011
1 Fasilitasi Pendampingan Penataan Ruang KRB Bencana Gunung Merapi S

369
2 Fasilitasi Pendampingan Penataan Ruang Kawasan Bencana Merapi S
Fasilitasi Percepatan Penyusunan RTRW Prov/Kab, RDTR dan Rencana Pengembangan Kawasan Pasca Bencana
3 S
di Sumatera Barat
Fasilitasi Percepatan Penyusunan RTRW Prov/Kab, RDTR, dan Rencana Pengembangan Kawasan Pasca Bencana
4 S
Provinsi Papua Barat
5 Finalisasi Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Evakuasi Bencana S
6 Pengembangan Kapasitas SDM Bidang Kebencanaan S
7 Fasilitasi Koordinasi Penanganan Kawasan Rawan Bencana (Merapi, Mentawai dan Bromo) S
8 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Penataan Ruang KRB di Provinsi Papua Barat S
9 Identifikasi Kawasan Rawan Bencana di Pulau Sulawesi K
TAHUN 2012
1 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan PR di KRB di Provinsi Papua Barat S
Penyiapan Modul Sosialiasi NSPK Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (termasuk Matek Standar Penata-
2 K
an Ruang di Kawasan Rawan Bencana /SPR KRB)
3 Fasilitasi Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan PR di KRB di Provinsi Papua Barat S
TAHUN 2013
1 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Banjir (Materi Teknis) K
TAHUN 2014
Pelatihan Perencanaan Tata Ruang Berbasis Mitigasi Bencana di Daerah Pesisir (Coastal) dan Gunung Berapi
1 S
(Volcano)
2 Peningkatan Pemetaan Potensi dan Risiko Bencana Lingkungan dan Perubahan Iklim K
3 Penataan Kawasan Rawan Bencana di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi Berbasis Peran Masyarakat K
Evaluasi dan Rekomendasi Penataan Ruang terhadap Kerusakan DAS Tondano, DAS Ciliwung Cisadane, DAS Cita-
4 S
rum dan DAS Jratunseluna di Kawasan Rawan Bencana
TAHUN 2015
1 Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia S
2 Tabel 5.1 Program
Penyusunan
dan Kebijakan
Kegiatan dan Strategi
Ditjen Mitigasi
Tata Ruang Adaptasi
Tahun Perubahan
AnggaranIklim Bidang Penataan
2010-2014 Ruang
Terkait Kebencanaan S
3 Fasilitasi Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana S
4 Kajian Potensi Kawasan Rawan Bencana untuk Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional K
5 Kajian Pengembangan Konsep Resilient City di Indonesia K
6 Penataan Kawasan Rawan Bencana di Banjarnegara K
7 Penataan Kawasan Rawan Bencana Pantai Selatan di Jawa Bagian Barat K

370 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
5.2 NSPK Terkait Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana
NSPK terkait penataan ruang kawasan rawan bencana terdiri atas Peraturan Menteri
PU No. 22 Tahun 2007, Peraturan Menteri PU No 21 Tahun 2007, Peraturan Menteri
PU No 20 Tahun 2007, dan Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Rencana Tata
Ruang Provinsi, Kabupaten dan Kota, dan RDTR. Berikut ini adalah penjelasannya.

5.2.1 Peraturan Menteri PU No. 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawa
Bencana Longsor
Tujuan disusunnya Permen Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor adalah suatu proses perencanaan tata ruang,
PU No.22/PRT/M/2007 pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan yang berpotensi rawan
bencana longsor berdasarkan karakteristik alamiah dan aktivitas manusia yang ada. Pedoman Pe-
nataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor disusun dalam rangka melengkapi norma, standar,
prosedur dan manual bidang penataan ruang yang telah ada. Tujuan lainnya adalah untuk memberi
acuan bagi pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dalam melaksanakan penataan ruang ka-
wasan rawan bencana longsor yang dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten/kota
apabila berada dalam wilayah kabupaten/kota atau sebagai kawasan strategis provinsi apabila ka-
wasan tersebut berada dalam lintas wilayah kabupaten/kota.

Modul Terapannya sendiri disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk mem-
berikan penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan
Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
Ruang Lingkup Pedoman Pedoman Penataan ruang kawasan rawan longsor memuat muatan (i) perencanaan penataan ruang
penataan ruang kawasan kawasan rawan longsor yang mencakup; Penetapan kawasan rawan bencana longsor dan tipologi
rawan longsor zona berpotensi longsor, Klasifikasi zona berpotensi longsor berdasarkan tingkat kerawanannya,
Beberapa pertimbangan dalam penentuan struktur ruang dan pola ruang pada kawasan rawan ben-
cana longsor (ii) Pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor yang mencakup; Prinsip-prin-
sip yang perlu diacu dalam pemanfaatan ruang, Penyusunan program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaan, Pelaksanaan program pemanfaatan ruang. (iii) Pengendalian Pemanfaatan ruang
kawasan rawan bencana longsor yang mencakup; Prinsip pengendalian, Acuan peraturan zonasi,
Perizinan pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor, Perangkat insentif disinsentif peman-
faatan ruang kawasan bencana longsor, Sanksi pemanfaatan ruang kawasan rawan bencana longsor.
Kedudukan Pedoman Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor di dalam sistem peraturan
Penataan Ruang Kawasan dan perundang-undangan yang terkait dengan bidang penataan ruang ditetapkan sebagaimana ter-
Rawan Longsor lihat pada Gambar berikut :

371

Gambar 5.1 Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor dalam
Sistem Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 22 PRT/M/2007

372 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
5.2.2 Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/ 2007 tentang Pedoman Penataan
Ruang Kawasan Rawan Bencana Gunung Api dan Gempa
Tujuan disusunnya Permen Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi adalah
PU No.21/PRT/M/2007 suatu proses merencanakan tata ruang, mengatur pemanfaatan ruang dan mengendalikan peman-
faatan ruang pada kawasan yang berpotensi menimbulkan dampak letusan gunung berapi dan gempa
bumi berdasarkan karakteristik alamiah dan aktivitas manusia yang ada. Pedoman Penataan Ruang
Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi bertujuan untuk:

1. Memberi acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan penata-
an ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan gempa bumi;

2. Meminimalkan kerugian yang terjadi akibat letusan gunung berapi dan gempa bumi, baik korban
jiwa maupun materi melalui penataan ruang kawasan rawan letusan gunung berapi dan kawasan gem-
pa bumi.

Modul Terapannya sendiri disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan
penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi.

Ruang Lingkup Pedoman Ruang lingkup pedoman ini mencakup: (1) perencanaan tata ruang kawasan rawan letusan gunung
Penataan Ruang Kawasan berapi dan kawasan rawan gempa bumi, (2) pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan gunung be-
Rawan Letusan Gunung rapi dan kawasan rawan gempa bumi, (3) pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan letusan
Berapi dan Kawasan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi, dan (4) penatalaksanaan penataan ruang kawasan
Rawan Gempa Bumi rawan letusan gunung berapi dan kawasan rawan gempa bumi.
Kedudukan Pedoman Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan
Penataan Ruang Kawasan Gempa Bumi di dalam sistem peraturan perundangundangan yang terkait dengan bidang penataan
Rawan Letusan Gunung ruang ditetapkan sebagaimana terlihat pada Gambar berikut.
Berapi dan Kawasan
Rawan Gempa Bumi

Sumber: Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2007

Gambar 5.2 Kedudukan Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan
rawan Gempa Bumi terhadap Peraturan Perundang-undangan Terkait

373
Sumber: Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2007

Gambar 5.3 Kedudukan Pedoman Penataan Ruang


Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan rawan Gempa Bumi terhadap Hierarki Tata Ruang

5.2.3 Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik


Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
Pedoman dan Modul Terapan tentang Pedoman ini menjelaskan teknis atau cara tertentu agar analisis aspek-aspek terkait yang
Teknik Analisis Aspek Fisik dalam dilakukan sesuai dengan tujuan Penataan Ruang. Modul terapan dari pedoman ini juga
Penyusunan Rencana Tata Ruang sudah disusun yang berisi penjelasan sistematis subtansi Pedoman dan cara penggunaan
pedoman.

Terkait dengan hubungan antara penataan ruang dan penanggulangan bencana alam, Pe-
doman ini menjelaskan mengenai analisis aspek fisik dan lingkungan. Analisis dalam aspek
fisik dan lingkungan penting untuk dilakukan untuk mengenali karaktersitik sumber daya
fisik lingkungan sehingga pemanfaatan lahan dalam pengembangan wilayah dan kawasan
dapat dilakukan secara optimal dan mengurangi risiko terjadinya bencana. Kebutuhan Anal-
isis Aspek Fisik dan Lingkungan dalam penyusunan Rencana Tata Ruang kaitannya dengan
Penanggulangan Bencana ditunjukkan pada tabel berikut.

374 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL

Tabel 5.2 Kebutuhan Analisis Fisik dan Lingkungan dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang Terkait
05
Penanggulangan Bencana

JENIS DATA TUJUAN ANALISIS KEBUTUHAN DATA


Data Dasar : Untuk mengetahui kondisi morfologi dan Peta Morfologi
Topografi kemiringan lereng di wilayah dan kawasan satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua subsatuan,
perencanaan, terutama menfaat sebagai yakni sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0%-2%; dan sub-
masukan untuk mendelineasi kawasan satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kemiringan
rawan bencana. lereng lebih dari 2% hingga 5%.

Peta Kemiringan Lereng (turunan dr peta topografi)

Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi kemiringan lereng di


wilayah dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas sebagai
berikut:

1) Kemiringan lereng 0 % - 2%

2) Kemiringan lereng > 2% - 5%

3) Kemiringan lereng > 5% - 15%

4) Kemiringan lereng > 15% - 40%

5) Kemiringan lereng > 40%


Data Dasar : Geologi Data geologi umum ini diperlukan untuk Data geologi umum wilayah perencanaan dan sekitarnya yang diper-
Umum mengetahui kondisi fisik secara umum, lukan pada analisis kelayakan fisik kawasan ini adalah
terutama pada batuan dasar yang akan
menjadi tumpuan dan sumber daya alam • Peta dan data geologi, dalam skala terbesar yang tersedia
wilayah ini, serta beberapa kemungkinan
bencana yang bisa timbul akibat kondisi • Data geologi ini mencakup stratigrafi dan uraian litologinya, struktur
geologinya atau lebih dikenal dengan ben- geologi, serta penampang-penampang geologi
cana alam beraspek geologi.
Data Dasar: Peng- Untuk mengetahui pengelompokan perun-
gunaan Lahan tukan lahan, termasuk aglomerasi fasilitas
yang akan membentuk pusat kota serta
bangunan-bangunan yang memerlukan
persyaratan kemampuan lahan tinggi,
yang akan digunakan dalam penentuan
rekomendasi kesesuaian lahan.
Data Dasar : Studi Membantu dalam penentuan arahan kes-
F i s i k / L i n g ku n g a n esuaian peruntukan lahan, ataupun dalam
yang ada atau per- rekomendasi, karena daerah yang sudah
nah dilakukan disarankan peruntukannya dari studi ter-
dahulu bila dalam analisis kelayakan fisik
kawasan ini tidak termasuk pengemban-
gan perkotaan dapat diperuntukan se-
bagaimana usulan semula.

Sedangkan untuk daerah yang masuk


pengembangan perkotaan tetapi arahan
dari studi terdahulu sudah ada dan bukan
untuk perkotaan, dapat dilakukan penye-
suaian yang tentunya telah melalui pertim-
bangan dari berbagai sektor, yang kemu-
dian diakomodasikan dalam hasil studi ini
sebagai optimasi terakhir dalam bentuk
rekomendasi kesesuaian lahan.

375
Data Dasar : Kebija- Untuk menentukan rekomendasi kese- Data mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh Pemerintah
kan Pengembangan suaian lahan, karena kebijakan penggu- maupun pemerintah daerah dalam analisis kelayakan fisik pengemban-
Fisik yang ada naan lahan yang telah digariskan baik gan kawasan ini harus disertakan, agar tidak menimbulkan pertentan-
oleh Pemerintah maupun pemerintah gan antara rekomendasi kesesuaian lahan dengan kebijakan yang ada
daerah tentunya dalam rekomendasi di- dan sudah berjalan.
coba dipenuhi dengan memberikan pers-
yaratan-persyaratan khusus sesuai dengan
kendala dan potensi yang dimilikinya.
Analisis Kemampuan Untuk mengetahui tingkat kemampuan a. Data Bencana Alam,
Lahan : Satuan Ke- lahan dalam menerima bencana alam
mampuan Lahan khususnya dari sisi geologi, untuk meng- b. Peta Topografi, Morfologi, dan Kemiringan Lereng,
(SKL) terhadap Ben- hindari/mengurangi kerugian dan korban
cana Alam akibat bencana tersebut. c. Peta Geologi dan Geologi Permukaan,

Sasaran: d. Data Hidrologi dan Klimatologi,

1) Mengetahui tingkat kemampuan e. Penggunaan Lahan yang ada saat ini.


wilayah perencanaan terhadap berbagai
Keluaran
jenis bencana alam beraspekkan geologi.
1) Peta SKL terhadap bencana alam.
2) Mengetahui daerah-daerah yang rawan
bencana alam dan mempunyai kecend- 2) Deskripsi masing-masing tingkatan kemampuan lahan terhadap
erungan untuk terkena bencana alam, bencana alam tersebut.
termasuk bahaya ikutan dari bencana
tersebut. 3) Batasan pengembangan pada masing-masing tingkat

3) Mengetahui pola pengembangan dan


pengamanan masing-masing tingkat ke-
mampuan lahan terhadap bencana alam.
Analsis Kesesuaian Merangkum semua hasil studi kesesuaian 1) Perkiraan Daya Tampung Lahan
Lahan lahan dalam satu rekomendasi kesesuaian
lahan untuk pengembangan kawasan, 2) Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan
Rekomendasi Kese-
yang akan merupakan masukan bagi
suaian Lahan 3) Evaluasi Penggunaan lahan yang ada terhadap kesesuaian lahan
penyusunan rencana pengembangan ka-
wasan (rencana tata ruang, rencana induk
4) Analisis Kesesuaian Lahan
pengembangan kawasan) terkait dengan
penanggulangan kawasan rawan ben-
cana.

Sumber : Peraturan Menteri PU No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta
Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

376 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
5.2.4 Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Provinsi, Kabupaten dan Kota, dan RDTR
Acuan untuk Sebagai tindak lanjut dari UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
menyusun Rencana serta PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, maka
Tata Ruang yang disusun beberapa NSPK sebagai berikut:
memperhatikan
aspek kebencanaan 1. Permen PU No. 15 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW
Provinsi,

2. Permen PU No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW


Kabupaten,

3. Permen PU No. 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kota,


dan

4. Permen PU No.20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan


Peraturan Zonasi

NSPK tersebut digunakan sebagai acuan untuk menyusun rencana tata ruang
yang memperhatikan aspek kebencanaan
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang
(Nasional, Provinsi, Kabupaten, Kota) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
salah satunya adalah data daerah rawan bencana yang dilengkapi dengan
peta-peta masukan untuk analisis bencana

1. Skala 1 : 1.000.000 untuk RTRW Nasional;

2. Skala 1 : 250.000 untuk RTRW Provinsi;

3. Skala 1 : 50.000 untuk RTRW Kabupaten;

4. Skala 1 : 25.000 untuk RTRW Kota;

5. Skala 1 : 5.000 untuk RDTR


Pengolahan Data Data dan peta informasi untuk masukan analisis kebencanaan diatas diolah
dan Analisis untuk mengenali karakteristik fisik wilayah terkait potensi rawan bencana
alam. Peta Rawan Bencana memuat deliniasi kawasan rawan bencana menurut
tingkatan bahayanya (dinyatakan dengan gradasi warna).

Salah satu teknik yang digunakan dalam analisis fisik adalah teknik penentuan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup melalui Kajian Lingkungan
Hidup Strategis. Untuk penyusunan RDTR, analisis karakteristik wilayah
salah satunya meliputi kerentanan terhadap potensi bencana. Secara lebih
rinci analisis aspek fisik dan lingkungan dilakukan dengan mengacu kepada
Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang (Peraturan Menteri PU No.
20/PRT/M/2007).

377
Substansi Rencana RTRW Provinsi

đƫ * %'/%ƫ.$*ƫ,!.01.*ƫ6+*/%ƫ/%/0!)ƫ,.+2%*/%ƫ/($ƫ/01*5ƫ)!*'1,ƫ
ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan
wilayah provinsi dalam mengendalikan pemanfaatan ruang, salah satunya
adalah pada kawasan rawan bencana.

RTRW Kabupaten

đƫ 0.1'01.ƫ.1*#ƫ3%(5$ƫ'1,0!*ƫ %!*01'ƫ+(!$ƫ/%/0!)ƫ,./.*ƫ5*#ƫ
diantaranya adalah rencana sistem jaringan sumber daya air berupa
sistem pengendalian banjir dan sistem jaringan prasarana lainnya berupa
jalur evakuasi bencana.

đƫ 3/*ƫ.3*ƫ!**ƫ()ƫ *ƫ.3*ƫ!**ƫ#!+(+#%ƫ ($ƫ#%*ƫ


dari kawasan lindung dan dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

đƫ !0!*01*ƫ1)1)ƫ,!.01.*ƫ6+*/%ƫ/($ƫ/01*5ƫ!.%/%'*ƫ'!0!*01*ƫ
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan wilayah
kabupaten seperti kawasan rawan bencana.

RTRW Kota

đƫ 0.1'01.ƫ.1*#ƫ3%(5$ƫ'+0ƫ %!*01'ƫ+(!$ƫ/%/0!)ƫ,./.*ƫ5*#ƫ
diantaranya adalah infrastruktur perkotaan berupa jalur evakuasi bencana.
Jalur ini meliputi escape way dan )!!0%*#ƫ,+%*0Č baik dalam skala kota,
kawasan, maupun lingkungan.

đƫ !**ƫ,+(ƫ.1*#ƫ3%(5$ƫ'+0ƫ %.1)1/'*ƫ !*#*ƫ/($ƫ/01ƫ


kriterianya adalah memperhatikan mitigasi bencana pada wilayah kota.

đƫ 3/*ƫ.3*ƫ!**ƫ()ƫ *ƫ.3*ƫ!**ƫ#!+(+#%ƫ ($ƫ#%*ƫ


dari kawasan lindung dan dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup. Sementara yang termasuk dalam kawasan budi daya
adalah kawasan ruang evakuasi bencana, meliputi ruang terbuka atau
ruang-ruang lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi meeting point
ketika bencana terjadi.

đƫ #%*ƫ%(5$ƫ!.'+0*ƫ5*#ƫ!. ƫ, ƫ'3/*ƫ.3*ƫ!**ƫ


wajib menyediakan jalur evakuasi bencana yang meliputi jalur evakuasi
dan tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk skala
kabupaten/kota, kawasan, maupun lingkungan. Jalur evakuasi bencana
dapat memanfaatkan jaringan prasarana dan sarana yang sudah ada.

đƫ 3/*ƫ.3*ƫ!**ƫ0!.)/1'ƫ'3/*ƫ.!$%(%0/%ƫ *ƫ.!'+*/0.1'/%ƫ
pascabencana dapat ditetapkan sebagai sub-Bagian Wilayah Perkotaan
yang diprioritaskan penanganannya.

378 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
5.2.5 Draft Pedoman Penataan Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana

Draft pedoman ini disusun pada tahun 2015, yang merupakan hasil penyempurnaan
draft Standar Penataan Ruang di Kawasan Rawan Bencana yang disusun pada
tahun 2012, dengan mengintegrasikan draft pedoman lainnya terkait kebencanaan.
Misalnya Pedoman Penyediaan Ruang Evakuasi Bencana, dan Kajian/Materi Teknis
Revisi Pedoman Penyusunan RTR berdasarkan perspektif PRB.

Rancangan pedoman ini memuat kerangka integrasi PRB ke dalam tiap tahapan
perencanaan tata ruang dan tiap level RTR. Ruang lingkup tiap jenis bencana
difokuskan pada bencana gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, gunung api,
dan kekeringan.

5.3 Kebijakan RTRW Nasional


Dalam kebijakan RTRW Nasional telah mempertimbangkan kerawanan bencana.
Dalam kebijakan ini terdapat identifikasi KRB yang berada di kawasan lindung
dan budidaya. Pada kawasan budidaya perlu adanya pengembangan infrastruktur
bencana untuk membentuk kawasan yang tangguh. Selain itu, perlu adanya
pengendalian ruang untuk mengurangi risiko bencana dan tetap melindungi
aktivitas eksisting terutama di kawasan eksisting. Berikut ini adalah penjelasannya.

Tindak lanjut penataan ruang Undang-Undang dan peraturan pelaksanaan di bidang


dalam PP No.26 Tahun 2008 penataan ruang telah memberikan beberapa acuan
tentang RTRWN terkait dengan bagi penataan ruang di kawasan rawan bencana.
Penanggulangan Bencana Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
telah dinyatakan bahwa kawasan rawan bencana alam
merupakan bagian dari kawasan lindung, antara lain
terdiri dari kawasan rawan letusan gunung berapi,
kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah
longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan
kawasan rawan banjir. Hal ini berarti bahwa kawasan
rawan bencana alam dibatasi untuk kegiatan budi
daya dengan maksud untuk mengurangi dampak dari
bencana alam. Lebih lanjut dalam PP No. 26

379
Tahun 2008 tentang RTRWN dinyatakan bahwa salah
satu strategi dalam pengembangan kawasan lindung
adalah mengembangkan kegiatan budidaya yang
mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan
bencana. Untuk pengembangan kawasan budi daya,
salah satu strategi untuk pengendalian perkembangan
kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan adalah membatasi
perkembangan kegiatan budi daya terbangun di
kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi
kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana
termasuk pula ancaman terhadap jiwa manusia. Ini
berarti bahwa penataan ruang memiliki peranan
penting dalam penanggulangan bencana, terutama
untuk pengurangan risiko akibat bencana.

Kriteria yang dapat digunakan secara umum sebagai acuan untuk menentukan
kawasan rawan bencana telah ditetapkan dalam PP No. 26 Tahun 2008, yaitu
sebagaimana disarikan berikut ini.

Tabel 5.3 Kriteria Penetapan Kawasan Rawan Bencana Alam dan Bencana Alam Geologi

JENIS KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM KRITERIA PENETAPAN

Kawasan rawan tanah longsor Kawasan berbentuk lereng yang rawan


terhadap perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan,
tanah, atau material campuran
Kawasan rawan gelombang pasang Kawasan sekitar pantai yang rawan
terhadap gelombang pasang dengan
kecepatan antara 10-100 Km/jam yang
timbul akibat angin kencang atau gravitasi
bulan atau matahari
Kawasan rawan bencana banjir Kawasan yang diidentifikasikan sering
dan/atau berpotensi tinggi mengalami
bencana alam banjir

380 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
JENIS KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM KRITERIA PENETAPAN

Kawasan rawan letusan gunung berapi a. Wilayah di sekitar kawah atau


(termasuk kawasan rawan bencana aliran kaldera; dan/atau
lahar)
b. Wilayah yang sering terlanda awan
panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau
guguran batu pijar dan/atau aliran gas
beracun

Kawasan rawan gempa bumi Kawasan yang berpotensi dan/atau pernah


mengalami gempa bumi dengan skala
VII sampai dengan XII Modified Mercally
Intensity (MMI).
Kawasan rawan gerakan tanah Memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah
tinggi
Kawasan rawan tsunami Pantai dengan elevasi rendah dan/atau
berpotensi atau pernah mengalami
tsunami
Kawasan rawan abrasi Pantai yang berpotensi dan/atau pernah
mengalami abrasi
Kawasan rawan bahaya gas beracun Wilayah yang berpotensi dan/atau pernah
mengalami bahaya gas beracun
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN

5.4 Rencana Tata Ruang KSN Merapi


Dengan melihat sejarah letusan Gunung Merapi yang telah menimbulkan banyak
korban jiwa dan kerugian materi, maka Pemerintah Pusat dan daerah menetapkan
langah strategis dengan membuat kebijakan penataan ruang KRB Gunung Merapi.
Kebijakan tersebut terjabarkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi. Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
alat koordinasi pelaksanaan pembangunan Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi.

381
Cakupan kawasan Penataan Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
ditetapkan berdasarkan fungsi Taman Nasional Gunung Merapi dan Kawasan
Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi yang merupakan Kawasan Rawan Bencana
Alam Geologi. Cakupannya meliputi dua provinsi, yaitu Provinsi Jawa Tengah dan
Daerah Istimewa Yogyakarta. Perpres No 70 Tahun 2014 sebagai salah satu contoh
penataan ruang KRB yang terdapat di Indonesia. Kebijakan ini dapat menjadi acuan
dalam pengembangan KRB yang berbasis PRB atau mitigasi bencana. Langkah ini
dapat menjadi best practice dalam penataan KRB yang lain di Indonsia. Berikut ini
penjabaran muatan Perpres No 70 Tahun 2014.

Tujuan Penataan Mewujudkan Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Ruang Kawasan yang berkualitas dalam rangka menjamin kelestarian lingkungan dan
Taman Nasional kesejahteraan Masyarakat Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Gunung Merapi yang berbasis Mitigasi Bencana
Kebijakan Penataan 1). Pelestarian lingkungan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi;
Ruang Kawasan dan 2). Pengembangan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Taman Nasional berbasis Mitigasi Bencana
Gunung Merapi
Strategi Penataan 1). Meningkatkan fungsi konservasi Taman Nasional Gunung Merapi
Ruang Kawasan untuk menjaga keberlanjutan Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati
Taman Nasional beserta habitatnya serta menjaga keseimbangan tata air, iklim makro,
Gunung Merapi dan lingkungan alami; 2). meningkatkan konservasi sumber daya air
di Kawasan Sekitar Taman Nasional Gunung Merapi;
Strategi pengembangan Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
berbasis Mitigasi Bencana terdiri atas: a. meningkatkan fungsi
Taman Nasional Gunung Merapi yang berbasis Mitigasi bencana;
b. meningkatkan fungsi Kawasan Lindung dan mengembangkan
Kawasan Budidaya di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
berbasis Mitigasi Bencana; c. mengembangkan sistem evakuasi
bencana yang terintegrasi dengan sistem pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi; d. menyesuaikan pemanfaatan ruang pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi yang terdampak langsung di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi; e. melakukan pengendalian yang tinggi
pada Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung
(enclave) permukiman di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi;
f. meningkatkan peran dan kesadaran Masyarakat dalam pelaksanaan
dan pengembangan sistem evakuasi bencana di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi; dan g. mengembangkan kelembagaan
antarsektor dan antardaerah untuk meningkatkan kerja sama
pengelolaan kawasan dan Penanggulangan Bencana di Kawasan
Taman Nasional Gunung Merapi

382 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
Rencana Struktur Rencana struktur ruang kawasan nasional Gunung Merapi ditetapkan
Ruang Kawasan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, pelayanan Evakuasi
Taman Nasional bencana, dan jaringan prasarana Kawasan Taman Nasional Gunung
Gunung Merapi Merapi guna menjamin kelestarian lingkungan dan kesejahteraan
Masyarakat Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang berbasis
Mitigasi Bencana
Rencana struktur ruang terdiri atas: a. Rencana sistem pusat
permukiman dan b. Rencana sistem jaringan prasarana
Rencana sistem jaringan prasarana terdiri atas: a. sistem jaringan
prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya
Sistem jaringan prasarana utama berupa sistem evakuasi bencana
Sistem jaringan prasarana lainnya meliputi :
a. sistem jaringan transportasi,
b. sistem jaringan energi,
c. sistem jaringan telekomunikasi,
d. sistem jaringan sumber daya air,
e. sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana alam
geologi
Sistem evakuasi bencana ditetapkan sebagai upaya memindahkan
pengungsi dari Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi ke kawasan
aman bencana, memudahkan proses Evakuasi pengungsi, dan
menjamin keselamatan serta kebutuhan dasar Pengungsi selama
terjadinya Bencana Alam Geologi di Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi. Sistem evakuasi bencana terdiri atas TES, TEA, dan
jalur evakuasi
Tempat Evakuasi Sementara (TES) ditetapkan dengan kriteria
a. berada pada lokasi yang mudah diakses oleh Pengungsi dan
kendaraan penjemput Pengungsi; b. tidak berada pada area yang
membahayakan keselamatan Pengungsi, seperti area rawan longsor,
area jaringan listrik tegangan tinggi, area rawan pohon tumbang, dan
sempadan sungai; c. tersedia prasarana dan sarana yang memadai
dengan mempertimbangkan keamanan dan aksesibilitas; d. tersedia
jaringan komunikasi; dan e. tersedia rambu Evakuasi
Tempat Evakuasi Akhir (TEA) ditetapkan dengan kriteria a. berada
di luar Kawasan Rawan Bencana di Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi; b. berada pada lokasi yang mudah diakses oleh
Pengungsi dan kendaraan pengangkut Pengungsi; c. tidak berada
pada area yang membahayakan keselamatan Pengungsi, seperti
area rawan longsor, area jaringan listrik tegangan tinggi, area rawan
pohon tumbang, dan sempadan sungai; d. tersedia prasarana dan
sarana yang memadai dengan mempertimbangkan keamanan dan
aksesibilitas; e. tersedia ruang terbuka: f. tersedia prasarana dan
sarana komunikasi; dan g. tersedia rambu Evakuasi

383
Jalur evakuasi ditetapkan dengan kriteria a. merupakan jalan dengan
perkerasan yang dapat dilalui kendaraan pengangkut pengungsi; b.
tersedia marka jalan: dan c. tersedia rambu evakuasi
Sistem jaringan transportasi ditetapkan untuk meningkatkan kualitas
dan jangkauan pelayanan pergerakan orang dan barang/jasa
bagi pelaksanaan evakuasi bencana dan pengembangan kegiatan
budidaya yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi
Sistem jaringan energi berupa jaringan tranmisi listrik yang terdiri atas
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET)
Sistem jaringan telekomunikasi ditetapkan untuk meningkatkan
aksesibilitas masyarakat serta pengelola Taman Nasional Gunung
Merapi terhadap layanan telekomunikasi untuk mendukung
peningkatan pelestarian Taman Nasional dan sistem evakuasi
bencana serta sistem pemantauan dan peringatan dini bencana alam
geologi
Sistem jaringan sumber daya air terdiri atas sumber air dan prasarana
sumber daya air. Sumber air terdiri atas air permukaan pada sungai
dan air tanah pada cekungan air tanah (CAT). Prasarana sumber daya
air terdiri atas a. sistem jaringan irigasi dan b. sistem pengendalian
banjir
Sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana alam
geologi ditetapkan untuk memantau dan menginformasikan situasi
rawan bencana alam geologi di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi
Sistem jaringan pemantauan dan peringatan dini bencana
alam geologi terdiri atas a. jaringan pemantauan bencana alam
geologi dan b. jaringan peringatan dini bencana geologi. Jaringan
pemantauan bencana alam geologi berupa prasarana dan sarana
pemantauan aktivitas gunung merapi dan dikelola oleh instansi
yang menyelenggarakan pemantauan aktivitas gunung merapi.
Jaringan peringatan dini bencana alam geologi berupa prasarana dan
sarana peringatan dini bencana alam geologi. Prasarana dan sarana
peringatan dini bencana alam geologi terdiri atas alat komunikasi,
alat tanda bahaya, dan/atau prasarana dan sarana peringatan dini
bencana alam geologi lainnya

384 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
Rencana Pola Rencana pola ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Ruang Kawasan ditetapkan untuk meningkatkan perlindungan lingkungan,
Taman Nasional mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan,
Gunung Merapi dan meningkatkan konservasi sumber daya air serta melindungi
Masyarakat dari risiko Bencana Alam Geologi di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi
Kawasan Lindung terdiri atas: a. Zona Lindung 1 (Zona L1) yang
merupakan Taman Nasional yang berada pada Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi; b. Zona Lindung 2 (Zona L2) yang
merupakan Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi yang terdampak
langsung; c. Zona Lindung 3 (Zona L3) yang merupakan Kawasan
Rawan Bencana Alam Geologi yang berada pada sempadan sungai;
dan
d. Zona Lindung 4 (Zona L4) yang merupakan Kawasan Rawan
Bencana Alam Geologi yang terdapat kantung (enclave) permukiman
Zona L1 ditetapkan untuk: a. melindungi keanekaragaman hayati
dan Ekosistem Gunung Merapi; b. melindungi dan melestarikan Flora
dan fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah; c.
melindungi keseimbangan tata guna air; d. meningkatkan konservasi
sumber daya air; e. melindungi keseimbangan iklim makro; f.
meningkatkan kualitas lingkungan hidup; dan g. melindungi kawasan
di bawahnya
Zona L2 ditetapkan untuk memberikan perlindungan semaksimal
mungkin atas kemungkinan Bencana Alam Geologi terhadap
manusia, permukiman, dan infrastruktur
Zona L3 ditetapkan untuk a. Melindungi sungai dari kegiatan manusia
yang dapat mengganggu dan merusak kualitas sungai serta untuk
mengamankan aliran sungai dan meningkatkan konservasi sumber
daya air, dan b. mengamankan kawasan sekitar sempadan sungai
sebagai area limpasan banjir lahar
Zona L4 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. kawasan yang berpotensi terkena kembali dampak erupsi Gunung
Merapi berupa awan panas dan material panas lainnya yang
berdampak kecil pada manusia, permukiman, dan infrastruktur; dan
b. kawasan yang terdapat kantung (enclave) permukiman dengan
konsep kehidupan harmonis berdampingan dengan Bencana Alam
Geologi, perumahan dengan kepadatan sangat rendah, dan tidak
melakukan pembangunan fisik baru

385
Kawasan Budi Daya terdiri atas: a. Zona Budi Daya 1 (Zona B1) yang
merupakan kawasan permukiman perkotaan; b. Zona Budi Daya
2 (Zona B2) yang merupakan kawasan permukiman perdesaan; c.
Zona Budi Daya 3 (Zona B3) yang merupakan kawasan budidaya
hortikultura dan perkebunan; d. Zona Budi Daya 4 (Zona B4) yang
merupakan Kawasan Budi Daya Tanaman Pangan; dan e. Zona Budi
Daya 5 (Zona B5) yang merupakan kawasan hutan rakyat
Zona B1 ditetapkan untuk mengembangkan kegiatan permukiman
perkotaan yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi dan berbasis Mitigasi Bencana. Zona B1 memiliki
karakteristik berupa:
a. kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan sedang; dan
b. kawasan yang memiliki intensitas pelayanan prasarana dan sarana
sedang
Zona B1 terdiri atas a. kawasan perumahan dengan kepadatan
sedang; b. kawasan pemerintahan kabupaten atau kecamatan; c.
kawasan perdagangan dan jasa skala kecil atau menengah; dan d.
kawasan pelayanan sosial dan pelayanan umum
Zona B2 ditetapkan untuk mengembangkan kegiatan permukiman
perdesaan yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi dan berbasis Mitigasi Bencana. Zona
B2 memiliki karakteristik berupa: a. kawasan yang memiliki daya
dukung lingkungan rendah; dan b. kawasan yang memiliki intensitas
pelayanan prasarana dan sarana rendah dan sedang. Zona B2 terdiri
atas a. kawasan perumahan kepadatan rendah dan sedang; dan b.
kawasan budi daya pertanian
Zona B3 ditetapkan untuk mengembangkan potensi budidaya
hortikultura dan perkebunan yang mendukung fungsi lindung
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan berbasis mitigasi
bencana.
Zona B3 memiliki karakteristik berupa a. Kawasan yang memiliki
daya dukung lingkungan rendah; b. Kedalaman efektif lapisan tanah
atas > 30Cm, dan memiliki kondisi, potensi sumber daya alam, serta
prasarana dan sarana untuk pengembangan budidaya hortikultura
dan perkebunan.
Zona B3 terdiri atas a. Kawasan budidaya hortikultura dan
perkebunan dan, b. kawasan perumahan perdesaan kepadatan
rendah

386 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05
Zona B4 ditetapkan untuk mengembangkan potensi budi daya
tanaman pangan yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi dan berbasis Bencana, serta mewujudkan
keberlanjutan lahan tanaman Pangan termasuk lahan Pertanian
pangan berkelanjutan. Zona B4 memiliki karakteristik berupa: a.
kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan rendah; b. curah
hujan minimal 1.500 mm/tahun ; c. kedalaman efektif lapisan tanah
atas >30 cm; d. tersedia jaringan irigasi; dan e. memiliki kondisi,
potensi sumber daya alam, serta prasarana dan sarana untuk
pengembangan budi daya tanaman pangan. Zona B4 terdiri atas a.
Kawasan Budi Daya Tanaman Pangan; dan b. perumahan perdesaan
kepadatan rendah
Zona B5 ditetapkan untuk mengembangkan potensi hutan rakyat
yang mendukung fungsi lindung Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi dan berbasis Mitigasi Bencana. Zona B5 memiliki karakteristik
berupa a. kawasan yang memiliki daya dukung lingkungan rendah;
b. memiliki kesesuaian lahan sebagai pertanian tanaman keras; dan
c. memiliki kondisi, potensi sumber daya alam serta prasarana dan
sarana untuk pengembangan hutan rakyat. Zona B5 terdiri atas a.
hutan rakyat; dan b. kawasan perumahan perdesaan kepadatan
rendah

387

Gambar 5.4 Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014

388 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana



PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT NASIONAL
05

Gambar 5.5 Rencana Struktur Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014

Gambar 2.5 Rencana Struktur Ruang Kawasan Taman Nasional

Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014

Gambar 5.6 Rencana Pola Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi
Sumber: Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2014

389
390 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06

PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB


DI TINGKAT DAERAH
6.1 Profil Kualitas Rencana Tata Ruang dari Perspektif PRB
Penilaian pada 19 komponen memperoleh hasil nilai minimum adalah 1 (satu),
dengan asumsi setiap komponen memiliki skor 1 (satu). Sedangkan nilai maksimum
adalah 4 (empat), dengan asumsi setiap komponen memiliki skor, yaitu 4 (empat).

Berdasarkan penilaian aspek rencana tata ruang, maka didapat skor komulatif
dengan rentang 1-1,5. Nilai terendah adalah 1; untuk muatan RTRW Provinsi
Sumatera Selatan. Nilai tertinggi yaitu 1,5; untuk muatan RTRW Provinsi Bengkulu.

391
Peta Indikasi Upaya
Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Gempa
Bumi yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)

Peta Indikasi Upaya


Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Gunung
Api yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)

392 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06

Peta Indikasi Upaya


Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Tanah
Longsor yang
Ditetapkan Sebagai
kawasan Lindung dalam
RTRW Provinsi)

Peta Indikasi Upaya


Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Tsunami
yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)

393
Peta Indikasi Upaya
Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi Banjir
yang Ditetapkan
Sebagai kawasan
Lindung dalam RTRW
Provinsi)

Peta Indikasi Upaya


Mitigasi di Indonesia
(KRB Tinggi
Kekeringan yang
Ditetapkan Sebagai
kawasan Lindung dalam
RTRW Provinsi)

394 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06

Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Gempa Bumi)

Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Gunung Api)

395
Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Tanah Longsor)

Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Tsunami)

396 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06

Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Banjir)

Peta Indikasi
Keterpaparan Masa
Depan di Indonesia
(Kawasan Budidaya
Terbangun Dalam
RTRW Provinsi yang
Berada pada KRB
Tinggi Kekeringan)

397
Tabel 6.1 Hasil Penilaian Muatan RTRW Berbasis PRB/Mitigasi Bencana

No Provinsi Skor
Komulatif
1 Aceh 1,4
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatra Barat 1,3
4 Riau -
5 Kepulauan Riau -
6 Jambi 1,2
7 Sumatera Selatan 1,05
8 Bangka Belitung -
9 Bengkulu 1,5
10 Lampung 1,2
11 DKI Jakarta 1,4
12 Jawa Barat 1,2
13 Banten 1,1
14 JawaTengah 1,2
15 Daerah Istimewa Yogyakarta 1,3
16 Jawa Timur 1,3
17 Bali 1,4
18 Nusa Tenggara Barat 1,2
19 Nusa Tenggara Timur 1,4
20 Kalimantan Barat 1,3
21 Kalimantan Tengah 1,1
22 Kalimantan Selatan 1,1
23 Kalimantan Timur -
24 Kalimantan Utara -
25 Sulawesi Utara 1,3
26 Sulawesi Barat 1,2
27 Sulawesi Tengah 1,1
28 Sulawesi Tenggara 1,2
29 Sulawesi Selatan 1,3
30 Gorontalo 1,3

398 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06
31 Maluku 1,3
32 Maluku Utara 1,1
33 Papua Barat 1,3
34 Papua 1,3

Berdasarkan tabel 6.1 dapat di ditingkatkan karena jauh dari nilai


simpulkan bahwa kualitas muatan sempurna. Gambar 6.1 menunjukkan
RTRW Provinsi dengan berbasis rentang nilai muatan RTRW yang
mitigasi bencana atau pengurangan masih berada pada kisaran 1-1.5 dari
risiko bencana sangat perlu skor maksimum 4.

6.2 Inventarisasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan


Strategis Kabupaten (KSK) Dengan Tipologi Kawasan Rawan
Bencana (KRB)
Kawasan rawan bencana telah Startegis Kabupaten/Kota. Berikut
ditetapkan sebagai salah satu kawasan ini adalah rincian kawasan strategis
strategis dalam RTRW Provinsi dan provinsi maupun kota/kabupaten
Kota/Kabupaten. Kawasan rawan dengan tipologi Kawasan Rawan
bencana telah dijadikan Kawasan Bencana.
Strategis Provinsi dan Kawasan
Tabel 6.2 Inventarisasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dan Kawasan Strategis Kabupaten
(KSK) Dengan Tipologi Kawasan Rawan Bencana (KRB) (Status Hingga Tahun 2015)

Provinsi KSP dari Kriteria Kabupaten/Kota KSK dari Kriteria Rawan Bencana
Rawan Bencana
Aceh Aceh Utara Kawasan Strategis Bencana Tsunami
Kawasan Strategis Mitigasi Bencana
Banjir dan Longsor
Sumatera Utara Langkat Kawasan Rawan Bencana
Sumatera Utara Mandailing Natal Kawasan Rawan Longsor, Kawasan
Jalur Patahan Aktif
Kawasan Rawan Bencana Gunung
Api
Sumatera Utara Nias Barat Kawasan rawan bencana tsunami
Jawa Tengah Blora Kawasan bencana alam kekeringan

399
Jawa Tengah Kebumen Kawasan Geologi Karangsambung
Jawa Tengah Pekalongan Kawasan perbatasan dengan Kota
Pekalongan guna
penanganan masalah rob dan banjir
Jawa Timur Kab. Kediri KRB letusan gunung berapi di lereng
Gunung Kelud dan Wilis
Kawasan rawan banjir di Kecamatan
Kras
Jawa Timur Kab. Pasuruan Kawasan Geologi Karangsambung
Jawa Timur Nganjuk Kawasan rawan bencana alam dan
bencana gunung berapi
Jawa Timur Sampang Kawasan rawan Banjir
Jawa Timur Sumenep Kawasan rawan bencana longsor
Kawasan rawan bencana banjir
Kawasan rawan bencana angin puyuh
Bali Kawasan Strategis Bangli Kawasan rawan bencana gunung
dari sudut berapi Gunung Batur
Bali k e p e n t i n g a n Karang Asem Kawasan rawan letusan gunung
fungsi dan berapi
daya dukung
Bali Klungkung Kawasan Rawan Bencana Gunung
lingkungan
Berapi Gunung Agung
hidup. Salah satu
kriterianya adalah
memberikan
perlindungan
terhadap kawaan
rawan bencana
alam
Kalimantan Barat Kota Singkawang Kawasan rawan bencana alam
Gayung Bersambut
Kalimantan Barat Sambas Kawasan rawan bencana alam
Gayung Bersambut
Kalimantan Timur Kutai Timur Kawasan lindung geologi berupa
kawasan karst kelas I
Sulawesi Utara B o l a a n g Kawasan rawan bencana tanah
M e n g o n d o w longsor di sepanjang jalur pantai
Selatan Selatan dan jalur Molibagu-Dumoga
Kawasan rawan gelombang pasang/
abrasi dan tsunami di sepanjang
pesisir Bolaang Mongondow Selatan

400 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL STATUS PENATAAN RUANG KRB DI TINGKAT DAERAH
06
Sulawesi Utara B o l a a n g Kawasan strategis Gunung Berapi
Mengondow Timur Ambang di Kecamatan Modayag dan
Kecamatan Modayag Barat
Sulawesi Utara Minahasa Selatan Kawasan rawan banjir
Kawasan sesar/patahan Minahasa
Selatan meliputi Kelurahan Ranoyapo
dan Kelurahan Buyungon di
Kecamatan Amurang Timur

Sumber: Hasil Kompilasi dari RTRW Provinsi dan kabupaten, 2015

401
402 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
07

PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG


KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
7.1 Aspek Data dan Informasi
Data dan informasi menjadi input dasar bagi setiap wilayah dalam kegiatan
penataan ruang KRB. Sebagian besar wilayah di Indonesia yang telah terklasifikasi
dalam KRB telah memiliki data dan informasi terkait kebencanaan. Data
kebencanaan yang termuat dalam kajian tersebut meliputi jenis bencana, dampak
yang ditimbulkan, korban jiwa, dan kerugian. Data tersebut dapat dijadikan
sebagai data awal untuk menganalisis tingkat keterpaparan, kerentanan, kapasitas
adaptasi dan risiko bencana. Permasalahan yang sering terjadi adalah kondisi
data yang berbeda-beda di setiap daerah, baik dalam hal ketersediaan, jenis data,
sumber data, akurasi, skala, format, dan unit data. Sebagai contoh adalah tidak
tersedianya peta kerawanan bencana dan peta risiko sesuai dengan standar yang
berlaku dan pada skala yang memadai, khususnya pada tingkat kota dan kawasan.
Contoh lainnya adalah tidak tersedianya data kebencanaan secara lengkap, yaitu
data kebencanaan banjir dan data kebencanaan kekeringan.

Selain itu, data dasar yang menjadi input penyusunan peta KRB juga belum
tersedia dalam skala rinci, sehingga peta KRB yang ideal sulit dihasilkan. Misalnya,
ketersediaan data rinci untuk peta geologi, sesar aktif, curah hujan harian, dll.

403
7.2 Aspek Analisis pemerintah dan indeks kesiapsiagaan
masyarakat.
Dalam mengkaji risiko bencana
terdapat beberapa pendekatan baik Kajian kerawanan bencana juga
konsep yang berasal dari kajian masih terkendala dengan belum
kebencanaan di tingkat internasional, tersedianya standar (SNI/pedoman)
maupun kajian dari kebencanaan di sebagai acuan metodologi pemetaan
tingkat nasional. Sebelum membahas kerawanan bencana dan pengkajian
aspek analisis yang digunakan risiko bencana pada tingkat kota atau
berbeda, terminologi atribut-atribut kawasan, serta masalah standarisasi
dalam kebencanaan pun berbeda. analisis penentuan kawasan rawan
Terminologi atribut bencana antara bencana dan tingkat bahayanya
lain bahaya, keterpaparan, sensitivitas, (hazard mapping).
kerentanan, dan kapasitas adaptasi.
Atribut-atribut tersebut digunakan
dalam perhitungan risiko bencana. 7.3 Aspek Kualitas Muatan
Dalam beberapa literatur, pendekatan
untuk perhitungan risiko diperoleh
Rencana Tata Ruang
dengan menggunakan atribut bahaya, Muatan rencana tata ruang sering
kerentanan, dan kapasitas adaptasi. kali tidak mempertimbangkan aspek
Akan tetapi terdapat konsep lain pengurangan risiko bencana dan
yang melihat bencana dari atribut mitigasi bencana. Muatan rencana
keterpapaan, sensitivitas, dan tata ruang hanya memertimbangkan
kapasitas adaptasi. BNPB mengacu aspek-aspek pengembangan wilayah
dari beberapa pendekatan untuk secara spasial dan sektoral. Aspek
menilai risiko bencana. Dalam menilai aspek kebencanaan dan juga upaya
risiko, atribut yang digunakan adalah pengurangan risiko bencana tidak
tingkat ancaman, tingkat kerugian, dikaitkan dengan pemanfaatan
dan tingkat kapasitas. Tingkat ruang dan juga pembangunan sarana
ancaman didapatkan dari nilai indeks prasarana. Dalam muatan rencana tata
ancaman indeks penduduk terpapar. ruang juga tidak menjabarkan tahapan
Tingkat kerugian berdasarkan indeks pra-saat-paska bencana. Tahapan
kerugian. Sedangkan tingkat kapasitas rehabilitasi dan rekonstruksi paska
berdasarkan indeks kapasitas bencana juga perlu diantisipasi dalam

404 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
07
RTRW. Dalam muatan rencana tata 7.4 Aspek Implementasi
ruang hanya menjabarkan KRB dalam
pola ruang kawasan lindung. Oleh
Penataan Ruang KRB
karena itu, perlu adanya peningkatan Kerangka kebijakan belum menaungi
kualitas muatan rencana tata ruang. implementasi dari pengurangan
Secara garis besar pengembangan risiko bencana. Sebagai salah satu
pola ruang dan struktur ruang contohnya adalah muatan rencana
perlu mempertimbangkan risiko tata ruang belum mempertimbangkan
bencana dan juga upaya mitigasi aspek kebencanaan dan pengurangan
untuk mengurangi risiko bencana risiko bencana. Begitu juga
tersebut. Perlu adanya perlindungan implementasi Penataan ruang KRB
terbadap ruang dan aktivitasnya agar melalui pengurangan risiko bencana
tahan terhadap bencana. Selain itu, atau mitigasi bencana mengalami
pembangunan infrastruktur bencana banyak hambatan.
juga tidak boleh terlepas dari aspek
kebencanaan. Sehingga, pada saat Bila RTR telah disusun berbasis
bencana terjadi infrastruktur tersebut mitigasi/PRB, tantangan dalam
dapat berfungsi. Selain penyediaan implementasi RTR KRB tersebut
infrastruktur umum, infrastruktur adalah kesiapan sistem pengawasan
mitigasi juga diperlukan untuk pemanfaatan ruang dan instrumen
mengurangi risiko bencana, seperti pengendalian pemanfaatan ruang
sistem peringatan dini, jalur evakuasi, di KRB. Hal ini untuk mencegah
tempat evakuasi, moda transportasi meningkatnya risiko bencana di
untuk evakuasi, dan lain sebagainya. masa mendatang akibat pelanggaran
Aspek kebencanaan dan pengurangan rencana tata ruang.
risiko bencana juga perlu dicantumkan
Penataan ruang KRB juga sering
dalam tujuan, kebijakan, dan strategi
terbentur dengan permasalahan
penataan ruang. Dengan begitu, arah
pendanaan. Penataan ruang KRB
pengembangan wilayah lebih jelas
yang mempertimbangkan multi
bertumpu pada pengurangan risiko
hazard dalam skala spasial yang
bencana.
terintegrasi memerlukan skema
pendanaan yang besar. Terlebih lagi
jika ingin mewujudkan PRB dalam

405
jangka panjang. Selama ini pendanaan adalah penentuan jalur evakuasi dan
untuk PRB belum mempertimbangkan tempat evakuasi bencana seringkali
program-program prioritas yang ditentukan pada saat bencana terjadi.
efektif untuk multi hazard. Selain Seharusnya, jika sudah terdapat
itu, pendanaan yang besar juga penataan ruang berbasis mitigasi
menyebabkan PRB tidak menjadi bencana/pengurangan risiko, maka
bagi daerah. Hal ini disebabkan jalur evakuasi dan tempat evakuasi
keterbatasan skala prioritas pendanaan telah dipertimbangkan dalam
pembangunan oleh Pemda. RDTRK yang dalam manajemen
bencana berada dalam tahapan pra
7.5 Aspek Kelembagaan, bencana. Penanggulangan bencana
yang ditentukan pada saat bencana
Koordinasi, dan terjadi (event disaster) membuktikan
Komitmen minimnya sinkronisasi antara
penyusunan dan pelaksanaan RTR
Perwujudan penataan ruang berbasis KRB dengan RPB, program-program
mitigasi/Pengurangan Risiko Bencana mitigasi oleh sektor terkait, dan
dapat melalui koordinasi antara instansi instansi penyusun RTR KRB.
baik pusat dan daerah. Koordinasi ini
dapat dilakukan antara instansi yang
menaungi penataan ruang maupun
7.6 Aspek Pertanahan
pengelolaan bencana di tingkat pusat Aspek pertanahan menjadi krusial
hingga daerah. Hal ini disebabkan dalam penanggulangan bencana
penataan ruang dan pengelolaan dan penataan ruang KRB. Beberapa
bencana merupakan satu kesatuan. tipikal permasalahan yang dihadapi
Akan tetapi, hal ini masih lemah dalam meliputi kepemilikan tanah di daerah
implementasinya. Pada level daerah, terdampak dan lokasi relokasi dan juga
koordinasi antara BPBD, intansi tata ketersediaan data peruntukkan ruang
ruang, dan Badan Koordinasi Penataan dan kepemilikan lahan di KRB
Ruang Daerah (BKPRD) sering belum
dapat dilakukan secara optimal untuk Peruntukan ruang mempertimbangkan
membahas penataan ruang berbasis sumber daya lahan. Hanya saja tanah
mitigasi bencana/Pengurangan yang diperuntukkan untuk aktivitas-
Risiko Bencana. Sebagai contohnya aktivitas tertentu tidak sesuai

406 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA
07
dengan daya dukung lahan. Saat ini, 7.7 Aspek Sosial dan Budaya
ketersediaan data peruntukkan ruang
dan juga kepemilikan tanah di KRB Penataan ruang KRB sering
(dalam format GIS) untuk mendukung berhadapan dengan aspek sosial dan
analisis penentuan lokasi terdampak budaya yang telah berkembang dalam
dan relokasi masih sulit didapatkan. masyarakat. Sebagai contohnya
adalah keengganan masyarakat
Kerancuan dalam penataan ruang
untuk direlokasi dari kawasan rawan
dan aspek pertanahan sering terjadi
bencana. Masyarakat telah turun
dalam pengelolaan bencana, terutama
temurun menghuni kawasan rawan
dalam penerbitan status pemilikan
bencana. Hal ini terkait dengan ikatan
tanah. Instansi bidang pertanahan dan
sosial yang kuat dalam masyarakat
penataan ruang perlu merumuskan
juga mempengaruhi keputusan
kebijakan terkait dengan pembatasan
masyarakat dalam melakukan relokasi.
dan pengendalian pemanfaatan ruang
Begitu juga dengan matapencaharian
di kawasan rawan bencana. Delineasi
yang berada di kawasan rawan
KRB dapat dilakukan bersama antar
bencana. Pembukaan lahan untuk
kedua instansi tersebut. Hal itu
kawasan pertanian dan perkebunan di
juga mempengaruhi kebijakan dari
kawasan rawan bencana masih terjadi
instansi bidang pertanahan untuk
di beberapa daerah. Hal tersebut dapat
mengeluarkan sertifikat tanah.
meningkatkan probabilitas terjadinya
Bukan hanya permasalahan pertanahan bencana. Pada wilayah yang sering
di KRB, tetapi juga terkait dengan mengalami kejadian bencana dan
ketersediaan tanah milik negara bantuan selalu diberikan terbentuk
yang sekaligus memenuhi kriteria budaya dan mental masyarakat yang
kesesuaian lahan bagi permukiman cenderung negatif, yaitu menjadi
relokasi. Kepastian status kepemilikan sangat bergantung pada bantuan,
tanah pada wilayah terdampak kurang mandiri, tidak menjadikan
maupun lokasi relokasi sangat penting. upaya PRB pada tingkat individu/
Apabila korban telah mendapatkan keluarga sebagai tanggung jawab
bantuan tanah dan rumah yang pribadi. Dari penjelasan diatas, aspek-
baru di huntap dengan kepemilikan aspek tersebut dapat diinventarisasi
yang jelas, maka kecil kemungkinan dalam permasalahan tata ruang
masyarakat menginginkan kembali ke berbasis mitigasi bencana. Berikut ini
tempat tinggal semula di KRB. adalah penjelasannya:

407
Tabel 7.1 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana (KRB)

Aspek Penataan
Ruang Kawasan
No Masalah
Rawan Bencana di
Indonesia
1 Aspek data dan đƫ !0!./! %*ƫ 0ƫ !(1)ƫ /01ƫ ,%*01ƫ Ĩ/01ƫ /1)!.ĩƫ 5*#ƫ /!$.1/*5ƫ
informasi dijadikan acuan dalam penataan kawasan rawan bencana dari tingkat
pusat hingga daerah
đƫ !*##1**ƫ 0ƫ 5*#ƫ !.! ƫ /!.ƫ &!*%/ƫ 0Čƫ /1)!.ƫ 0Čƫ *ƫ
unit data
đƫ !0!./! %*ƫ !0ƫ !.3**ƫ !**ƫ *ƫ !0ƫ %/%'+ƫ Ĩ'$1/1/*5ƫ
gempabumi, tsunami. Gn.api, longsor, banjir, dan kekeringan) sesuai
dengan standar yang berlaku dan pada skala yang memadai (khususnya
1:25.000 atau lebih rinci)
đƫ !0!./! %*ƫ /0* .ƫ Ĩ ƫ 01ƫ ,! +)*ĩƫ ĥ1*ƫ )!0+ +(+#%ƫ
pemetaan kerawanan bencana dan pengkajian risiko bencana tingkat
kota atau kawasan (skala peta 1:25.000 atau lebih rinci)

2 Aspek analisis đƫ !(1)ƫ  *5ƫ /01ƫ '!,!)$)*ƫ 0!*0*#ƫ 0!.)%*+(+#%ƫ '!!***Čƫ


seperti bahaya, keterpaparan, sensitivitas, kerentanan, dan kapasitas
adapati
đƫ !(1)ƫ *5ƫ/01ƫ,!)$)*ƫ'&%*ƫ01ƫ,!.$%01*#*ƫ.%/%'+ƫ!**
đƫ %*'.+*%//%ĥ%*0!#./%ƫ )!0+ ƫ ,!*#'&%*ƫ .%/%'+ƫ !**ƫ Ĩ()ĩƫ *ƫ
bencana perubahan iklim (climate related disasters)
đƫ 0* .%//%ƫ *(%/%/ƫ ,!*!*01*ƫ '3/*ƫ .3*ƫ !**ƫ *ƫ 0%*#'0ƫ
bahayanya (hazard mapping).
3 Aspek kualitas đƫ 10*ƫ .!**ƫ 00ƫ .1*#ƫ !(1)ƫ )!),!.0%)*#'*ƫ /,!'ġ/,!'ƫ
muatan rencana tata kebencanaan dan pengurangan risiko bencana
ruang đƫ !*#!)*#*ƫ /0.1'01.ƫ .1*#ƫ *ƫ ,+(ƫ .1*#ƫ !(1)ƫ
mempertimbangkan aspek pengurangan risiko bencana. Contohnya
adalah belum adanya sistem peringatan dini dan juga insfrastruktur
mitigasi bencana di Kawasan Rawan Bencana
đƫ !%&'*ƫ *ƫ /0.0!#%ƫ ,!*0*ƫ .1*#ƫ !(1)ƫ )!)10ƫ /,!'ġ/,!'ƫ
kebencanaan dan pengurangan risiko bencana
đƫ %*'.+*%//%ƫ *0.ƫ .!**ƫ .!$%(%0/%ƫ *ƫ .!'+*/0.1'/%ƫ *ƫ .!2%/%ƫ
RTRW pasca bencana
4 Aspek implementasi đƫ ),(!)!*0/%ƫ!(1)ƫ)!(%0'*ƫ/!(1.1$ƫ/0'!$+( !.ƫ$%*##ƫ#.//.++0ƫ
dalam penataan ruang berbasis mitigasi bencana
đƫ ),(!)!*0/%ƫ ,.+#.)ƫ !(1)ƫ 0!.'+*!'/%ƫ *0.ƫ 3%(5$Čƫ /!$%*##ƫ
program pengurangan risiko bencana belum efektif untuk seluruh
wilayah terdampak
đƫ !)*"0*ƫ ($*ƫ %ƫ ƫ 0% 'ƫ %%)*#%ƫ +(!$ƫ '!!,0*ƫ *ƫ
efektivitas pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh
Pemda.
đƫ !)*"0*ƫ ($*ƫ %ƫ ƫ 0% 'ƫ %%)*#%ƫ +(!$ƫ '!!,0*ƫ *ƫ
efektivitas pengawasan dan pengendalian pemanfaatan ruang oleh
Pemda
đƫ '!0!.0/*ƫ/'(ƫ,.%+.%0/ƫ,!* **ƫ,!)*#1**ƫ+(!$ƫ!) 

408 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


5
PROFIL PERMASALAHAN PENATAAN RUANG KAWASAN RAWAN BENCANA DI INDONESIA

Aspek kelembagaan, đƫ 0ƫ '!(+(ƫ !(1)ƫ )!)* *#ƫ /,!'ƫ '!!***ƫ /!.ƫ $+(%/0%'ċƫ
07
koordinasi, dan holistik. Dalam artian terdapat sistem koordinasi dalam suatu
komitmen kelembagaan yang berperan dan bertanggungjawab dalam pengelolaan
bencana
đƫ !(1)ƫ0!.31&1 *5ƫ#++ ƫ#+2!.**!ƫ ()ƫ,!*#!(+(*ƫ!**
đƫ 1'1*#*ƫ '!.*#'ƫ .!#1(/%ƫ 0!.$ ,ƫ )!'*%/)!ƫ %*0!#./%ƫ )%0%#/%ĥ
PRB ke dalam perencanaan tata ruang (melalui mekanisme Persub,
KLHS, pedoman perencanaan)
đƫ %*'.+*%//%ƫ ,.+#.)ƫ Ĩ(+'1/ƫ *ƫ "+'1/ĩƫ *0.ƫ ĥ ƫ ()ƫ '!#%0*ƫ
penataan ruang kawasan rawan bencana (KRB), khususnya antara
pemetaan KRB, kajian risiko, penataan ruang KRB.
đƫ '++. %*/%ƫ*0.ƫČƫ%*0*/%ƫ00ƫ.1*#Čƫ *ƫ&1#ƫ *ƫ ++. %*/%ƫ
Penataan Ruang Daerah (BKPRD) belum dapat duduk bersama untuk
membahas penataan ruang berbasis mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana.
đƫ %*%)*5ƫ /%*'.+*%//%ƫ *0.ƫ ,!*51/1**ƫ *ƫ ,!('/**ƫ ƫ ƫ
dengan RPB, program-program mitigasi oleh sektor terkait, dan instansi
penyusun RTR KRB

6 Aspek pertanahan đƫ !.*1*ƫ ()ƫ,!*0*ƫ.1*#ƫ *ƫ/,!'ƫ,!.0*$*ƫ/!.%*#ƫ0!.& %ƫ


dalam pengelolaan bencana, terutama dalam penerbitan pemilikan
tanah
đƫ */0*/%ƫ % *#ƫ ,!.0*$*ƫ *ƫ ,!*0*ƫ .1*#ƫ ,!.(1ƫ )!.1)1/'*ƫ
kebijakan terkait dengan pembatasan dan pengendalian pemanfaatan
ruang di kawasan rawan bencana
đƫ !(%*!/%ƫ '3/*ƫ .3*ƫ !**ƫ !(1)ƫ %('1'*ƫ !./)ƫ *0.ƫ
kedua instansi tersebut
đƫ !0!./! %*ƫ 0ƫ ,!.1*01''*ƫ .1*#ƫ *ƫ &1#ƫ '!,!)%(%'*ƫ 0*$ƫ %ƫ
KRB (dalam format GIS) untuk mendukung analisis penentuan lokasi
terdampak dan relokasi masih sulit didapatkan
đƫ !,/0%*ƫ/001/ƫ'!,!)%(%'*ƫ0*$ƫ, ƫ3%(5$ƫ0!. ),'ƫ)1,1*ƫ
lokasi relokasi
7 Aspek sosial dan đƫ '0*ƫ/+/%(ƫ5*#ƫ'10ƫ ()ƫ)/5.'0ƫ!. ),'ƫ, ƫ'!!*##**ƫ
budaya masyarakat untuk pindah dari pindah dari hunian kawasan rawan
bencana
đƫ /5.'0ƫ /*#0ƫ !.#*01*#ƫ , ƫ *01*Čƫ '1.*#ƫ )* %.%Čƫ 0% 'ƫ
menjadikan upaya PRB pada tingkat individu/keluarga sebagai
tanggung jawab pribadi
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015

409
410 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana
REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08
REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN
PRB MELALUI PENATAAN RUANG
Upaya peningkatan PRB melalui penataan ruang dapat dilakukan dengan
penentuan lokasi prioritas penataan KRB, sehingga alokasi kegiatan pemerintah
khususnya Ditjen Tata Ruang dapat lebih terfokus dan lebih tepat sasaran. Kriteria
penentuan KRB/lokasi prioritas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kriteria amanat RPJMN

Dalam RPJMN 2015-2019 telah mengamanatkan penanggulangan bencana melalui


beberapa program. Program-program tersebut diimplementasikan pada wilayah
yang diprioritaskan. Wilayah prioritas PRB adalah wilayah yang memiliki Indeks
Risiko Bencana tinggi dan sedang. Dalam pemilihan Provinsi dan KRB prioritas
sesuai dengan yang diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019 karena perlunya
mengacu pada kebijakan nasional. Sehingga rekomendasi ini diharapkan dapat
tepat sasaran dan sesuai dengan prioritas nasional.

2) Kriteria spasial

Kriteria spasial yang digunakan dalam rekomendasi provinsi dan KRB prioritas
adalah 1). Tingkat kerawanan bencana; 2). Tingkat risiko bencana; 3). Indikasi
keterpaparan masa depan; 4) Sejarah bencana besar; 5). Sejarah bencana
terkini; 6). KRB yang diprioritaskan penataan ruangnya dalam RTRW Provinsi;
7). Kelengkapan data kebencanaan. Kriteria-kriteria tersebut dilakukan penilaian
dengan metode skoring dan pembobotan.

3) Kriteria masa peninjauan kembali RTRW

Kriteria ini untuk menjadi pertimbangan pemilihan rekomendasi provinsi-provinsi


dan KRB prioritas. Penyempurnaan RTRW berbasis mitigasi bencana/Pengurangan
Risiko Bencana dapat dilakukan pada masa peninjauan kembali. Apabila masa
peninjauannya berada dalam waktu dekat (2016-2020), maka akan semakin cepat
pula mewujudkan penataan ruang berbasis mitigasi bencana/Pengurangan Risiko
Bencana.

411
8.1 Rekomendasi Provinsi dan Kawasan Rawan Bencana Prioritas
Penataan ruang menjadi kunci untuk menghadapi bencana.
dalam keberhasilan menerapkan
Di masa yang akan datang, penataan
pengurangan risiko bencana.
ruang di KRB dapat berbasis mitigasi
Dalam penataan ruang KRB
dan adaptasi. Mitigasi mengacu
mempertimbangkan tahapan
pada pengurangan dampak negatif
pelaksanaan penataan ruang secara
bahaya dengan menerapkan berbagai
umum dan juga pengelolaan bencana.
strategi dan tindakan (UNISDR,
Pelaksanaan penataan ruang
2009), sedangkan adaptasi sebagai
secara umum terdiri atas tahapan
upaya menghadapi perubahan-
perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
perubahan akibat bencana dalam
pengendalian pemanfaatan ruang.
jangka panjang. Risiko bencana tidak
Sedangkan pengelolaan bencana
dapat dhindari, tetapi dapat dikurangi.
terdiri atas tahapan pra bencana,
Pengurangan risiko bencana juga
saat bencana, dan paska bencana.
memerlukan konsep locality. Dalam
Peran penataan ruang lebih dominan
artian pengurangan risiko bencana
pada tahapan pra bencana. Dalam
disesuaikan dengan jenis bencana yang
penataan ruang terdapat muatan
terjadi dan kemampuan masyarakat.
pengembangan struktur ruang
Strategi mitigasi dan adaptasi risiko
dan pola ruang, termasuk rencana
bencana dapat dipertimbangkan
penyediaan infrastruktur, contohnya
dalam muatan penataan ruang.
adalah konsep pengembangan
sistem pusat permukiman untuk Integrasi antara tata ruang dan
KRB tentunya perlu menyiapkan pengurangan risiko bencana perlu
infrastruktur mitigasi dan juga mempertimbangkan beberapa aspek,
perlindungan untuk kegiatan di PKN, antara lain kebijakan, institusional,
PKW, dan PKL. Kemudian dalam data, platform, ruan dan tanah. Berikut
perencanaan pola ruang, kawasan ini adalah penjelasannya.
lindung perlu dipertahankan karena
1). Kebijakan berfungsi memberikan
keberadaannya dapat mengurangi
arahan untuk pengintegrasian
risiko bencana dan pengembangan
dan implementasi tata ruang,
kawasan budidaya yang berada pada
stakeholder terkait, tata kelola
KRB memerlukan upaya kesiapsiagaan

412 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08
yang dilakukan oleh stakeholder sehingga data tersebut tervalidasi,
tersebut, dan juga standarisasi terstandarisasi, dan sesuai dengan
data. Kebijakan dapat diwujudkan kebutuhan institusi. Dengan
dengan undang-undang dan demikian data tersebut dapat
peraturan di tingkat pusat hingga dijadikan sebagai dasar dalam
daerah pengambilan keputusan. Strategi
penataan ruang yang berbasis
2). Institusional sebagai koordinasi
pengurangan risiko bencana
antara kementerian dan lembaga
memerlukan kolaborasi antara
dari tingkat pusat hingga daerah
pemerintah dan masyarakat.
dan juga organisasi-organisasi
lainnya untuk mengintegrasikan 4). Platform penataan ruang
kegiatan mitigasi dan adaptasi KRB yang melibatkan seluruh
dalam tata ruang stakeholder dengan pendekatan
partisipatif perlu diinisiasi. Hal
3). Data yang digunakan dalam
tersebut disebabkan tata ruang
pengurangan risiko bencana
berbasis pengurangan risiko hanya
perlu ditingkatkan validitasnya.
dapat diwujudkan melalui integrasi
Hingga sampai saat ini, data
kebijakan, ketersediaan data, dan
masih terkendala dengan
stakeholder.
perbedaan format setiap institusi.
Data kebencanaan memerlukan 5). Tanah dan Ruang perlu dilihat
pembenahan terkait dengan sebagai dua aspek yang menyatu.
penyedia data dan format data, Wilayah yang terdelinisasi sebagai
terutama data spasial. Hal yang KRB memerlukan penataan ruang
harus dilakukan adalah integrasi secara khusus. Pemanfaatannya
jenis data, unit data, skala data, pun memerlukan pembatasan dan
simbol data, sumber data, pengendalian. Begitu juga dengan
dan proyeksi data. Data yang status tanah atau kepemilikan
digunakan sebagai acuan dapat tanah yang lebih dianjurkan dimiliki
berasal dari satu institusi. Sebelum oleh pemerintah daerah setempat.
data tersebut dipublikasikan dan Sehingga, akan memudahkan
dipergunakan oleh institusi lainnya, proses monitoring dan evaluasi
data tersebut perlu diklarifikasi dalam pemanfaatan tanah yang
bersama seluruh stakeholder berada di Kawasan Rawan Bencana

413
Lima kebijakan sebagaimana 3). Indikasi keterpaparan masa depan,
diuraikan di atas merupakan kebijakan 4). Sejarah bencana terbesar dan
mendasar dalam meningkatkan PRB terkini, 5). KRB yang diprioritaskan
melalui penataan ruang. Selanjutnya penataan ruangnya dalam RTRW
dibutuhkan penentuan target lokasi Kab/Kota, 6). Kelengkapan data
prioritas dimana kebijakan-kebijakan kebencanaan, 7). Prioritas lokasi PRB
tersebut akan diterapkan. dalam RPJMN 2015-2019, dan 8). RTRW
yang memasuki peninjauan kembali.
Penyusunan Profil Penataan Ruang
Harapannya lokasi prioritas tersebut
Kawasan Rawan Bencana Tahun 2015
dapat meningkatkan kesiapsiagaan
telah menghasilkan lokasi yang menjadi
daerah dalam melakukan mitigasi
prioritas dalam penataan ruang
dan/atau adaptasi terhadap ancaman
berbasis mitigasi. Lokasi prioritas yang
bencana dan menindaklanjuti dalam
terdapat pada tabel 8.1, penentuannya
penyusunan kebijakan beserta rencana
berdasarkan kriteria 1). Tingkat
aksinya.
kerawanan, 2). Tingkat risiko bencana,

Tabel 8.1 Lokasi Prioritas dalam Penataan Ruang Berbasis Mitigasi Bencana

Masa Revisi/
Prioritas Lokasi PRB dalam
Review RTRW
No. Skor Maksimum Jenis Bencana RPJMN 2015-2019 (Kab./
Kab/Kota
Kota)
Terdekat
1 PROVINSI PAPUA
Jayapura 2016
Merauke 2016
2.7846 Banjir Sarmi 2019
Yapen Waropen/ Kepulauan 2017
Yapen
2 PROVINSI JAWA TENGAH
Cilacap 2016
Demak 2016
Kebumen 2017
2.499 Tanah Longsor
Kendal 2016
Kota Semarang 2016
Magelang 2016

414 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08
3 PROVINSI JAWA BARAT
Bandung Barat 2017
Bekasi 2016
Ciamis 2017
Cirebon 2016
2.4276 Tanah Longsor Kota Bandung 2016
Kota Bogor 2016
Kota Depok 2020
Kota Sukabumi 2017
Kota Tasikmalaya 2017
4 PROVINSI JAWA TIMUR
Banyuwangi 2017
Bojonegoro 2016
Gresik 2016
Jember 2016
2.3562 Banjir Kota Malang 2016
Lamongan 2016
Pacitan 2020
Sidoarjo 2019
Kota Surabaya 2019
5 PROVINSI SULAWESI TENGAH
Donggala 2016
Kota Palu 2016
Morowali 2017
2.3562 Tanah Longsor
Parigi Mountong 2016
Poso 2017
Sigi 2017
6 PROVINSI ACEH
2.2848 Banjir Banda Aceh 2018
7 PROVINSI SUMATERA BARAT
Kepulauan Mentawai 2018
2.2848 Gempa Bumi Kota Padang 2017
Padang Pariaman 2016

415
8 PROVINSI SULAWESI SELATAN
Gowa 2017
Luwu Timur 2016
2.2848 Tanah Longsor Maros 2017
Takalar 2016
Kota Makassar 2021
9 PROVINSI GORONTALO
Gorontalo 2018
2.2848 Tanah Longsor
Kota Gorontalo 2016
10 PROVINSI PAPUA BARAT
Kota Sorong 2019
Manokwari 2018
Raja Ampat 2017
2.2848 Banjir
Teluk Bintuni 2017
Teluk Wondama 2017
Nabire 2018
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015

Dengan mengidentifikasi kerawanan ruang di KRB dengan strategi mitigasi


bencana dan risiko bencana yang dan adaptasi. Gambar 8.1 menunjukkan
terjadi di Indonesia sekaligus tahapan dalam perwujudan tata ruang
pemahaman terhadap konsep tangguh bencana berdasarkan lesson
pengurangan risiko bencana, maka learned 2015.
perlu adanya platform penataan
ruang yang telah mempertimbangkan
tingkat kerawanan bencana, tingkat
risiko, data kebencanaan, dan juga
kebijakan. Platform ini sebagai
proses pembelajaran pada kegiatan
Penyusunan Profil Penataan Ruang
Kawasan Rawan Bencana Tahun 2015.
Kemudian dapat diwujudkan tata

416 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08

Gambar 8.1 Tahapan dalam Perwujudan Tata Ruang Tangguh Bencana berdasarkan
Lesson Learned 2015
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015

Penataan ruang berbasis PRB/mitigasi


bencana memerlukan implementasi
berupa rencana aksi yang dapat
dilakukan dalam periode waktu
tertentu. Periode waktu pelaksanaan
rencana aksi berdasarkan kesiapan
dari stakeholder termasuk juga daftar
pelaksanaan program Gambar 8.2
merupakan road map penataan KRB
dan dampak iklim dan juga Tabel 8.2
merupakan Rekomendasi Kegiatan
PRB melalui Penataan Ruang Tahun
2017-2021.

417
Gambar 8.2 Roadmap Penataan Kawasan Rawan Bencana

Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015

418 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08
Tabel 8.2 Rekomendasi Kegiatan PRB melalui Penataan Ruang Tahun
2015-2019
NO KEGIATAN Lokasi 2015 2016 2017 2018 2019
I Penataan KRB Penataan KRB đƫƫĨāĩ ċƫ*#* .*Čƫ
đƫ!*51/1**ƫ!0ƫ Pantai Selatan (2) Kab. Cilacap, (3) Kab.
KRB skala rinci Jawa Blitar, (4) Kab. Kulonprogo
đƫ!*5!),1.**ƫ đƫ!0ƫ ƫ1*01'ƫĂĉƫ ĥ
RTRW berbasis PRB Kota di Pansela Jawa
đƫ!*51/1**ƫƫ đƫĨĆĩƫ ċƫ.10ČƫĨćĩƫ ċƫ
KRB Pacitan
đƫ !)%0.*ƫ 1(0%ġ Penataan KRB đƫĨĈĩƫ +0ƫ.%)*ƫ *ƫĨĉĩƫ
pihak (BNPB, Pantai Barat Kab.Padang Pariaman
PVMBG, BMKG, Sumatera đƫ!0ƫ ƫ1*01'ƫăĈƫ ĥ
PUPR, PPMB ITB, Kota di Pantai Barat
PSBA UGM) Sumatera
Penataan KRB đƫĨĊĩƫ %*$/ġĨāĀĩƫ
di bagian utara Manado-(11) Bitung
Pulau Sulawesi đƫ!0ƫ ƫ1*01'ƫ/!(1.1$ƫ
kab/kota di bagian utara
Pulau Sulawesi
Penataan KRB đƫĨāĂĩƫ
5,1.ČƫĨāăĩƫ+.+*#
di bagian utara đƫ!0ƫ ƫ1*01'ƫ/!(1.1$ƫ
Pulau Papua kab/kota di bagian utara
Pulau Papua
Penataan KRB đƫĨāąĩƫ%.!+*ČƫĨāĆĩƫ!)'
Pantai Utara đƫ!0ƫ ƫ1*01'ƫ/!(1.1$ƫ
Jawa kab/kota di bagian utara
Pulau Jawa
Penataan KRB đƫĨāćĩƫ ƫ(+*#/+.ƫ,.%+.%0/ƫ
di Banjarnegara di Kab.Banjarnegara

Penataan KRB đƫĨāĈĩƫ ƫċ%*1*#ƫ %ƫ


di Kab.Karo Kab. Karo
đƫ ƫ(%**5ƫ %ƫ ċƫ .+
II Peningkatan Kualitas Tata Ruang Untuk đƫĨāĉĩƫ* 1*#ČƫĨāĊĩƫ
Mewujudkan Kota Tangguh Bencana Surabaya, (20) Bogor, (21)
dan Berketahanan Perubahan Iklim Depok, (22) Tangerang,
(Resilient City) (23) Malang, (24)
đƫ!*%(%*ƫ0%*#'0ƫresilient city Balikpapan
đƫresilient city action plan đƫĨĂĆĩƫ* .ƫ ),1*#Čƫ
đƫ,!*#%*0!#./%*ƫƫresilient city action (26) Semarang, (27)
plan ke dalam RTRW Kota Tarakan, (28) Batu, (29)
Pekalongan, (30) Blitar

419
NO KEGIATAN Lokasi 2015 2016 2017 2018 2019
III Penyusunan Profil Penataan Ruang đƫ!(1.1$ƫ * +*!/%ƫ !*#*ƫ
Kawasan Rawan Bencana pendalaman pada lokasi
đƫ 0(+#ƫ0ƫ,/%(ƫĨ ĥ$5ƫĒƫ kab/kota dengan bencana
Risiko) besar terkini
đƫ +),%(/%ƫ ƫ0!.'%0ƫ đƫ ċ .+Čƫ ċƫ
Banjarnegara, Kota
đƫ.+ü(ƫ 1(%0/ƫƫ .%ƫ
Manado, Kota Sorong
đƫ.+ü(ƫ 1(%0/ƫ ĥ ƫ .%ƫ
đƫ 1,0!*ƫ(+.ƫČƫ1(1ƫ
đƫ.+ü(ƫ!**ƫ!/.ƫ!.'%*% Lombok , Ambon
đƫ!.)/($*ĥ /1ƫ/0.0!#%/ƫƫ 
đƫ +'/%ƫ(%**5ƫ/!/1%ƫ
urgensi dan kejadian
bencana
IV Penyempurnaan NSPK/ Pedoman đƫ! +)*ƫ!*0*ƫ1*#ƫ
Penataan Ruang KRB dan Rentan Berbasis Pengurangan
Dampak Perubahan iklik Risiko Bencana
đƫ! +)*ƫ *0!#./%ƫ
Adaptasi Perubahan Iklim
ke dalam Perencanaan
Tata Ruang
đƫ* 1*ƫ!*#!)*#*ƫ
Kota Tangguh Bencana
dan Berketahanan Iklim
(Resilient City)
V Kemitraan/kolaborasi multi-pihak đƫČƫ Čƫ Čƫ
dalam peningkatan Pengurangan Risiko PUPR, BIG, LAPAN, PPMB
Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan ITB, PPI ITB, PSBA UGM,
Iklim (API) melalui Penataan Ruang KLHK

NB: Target jumlah lokasi penataan Kawasan Rawan Bencana (KRB) dalam Renstra Ditjen
Tata Ruang 2015-2019 berjumlah 30 kawasan/lokasi
Sumber: Hasil Analisis Tim Penyusun, 2015

420 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


REKOMENDASI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRB MELALUI PENATAAN RUANG
08

421
Daftar Pustaka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Rencana Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Manado. BNPB: Jakarta

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi


Paparan “Penanggulangan Bencana di Kabupaten Banjarnegara”. Dalam acara
Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015

Bappeda Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Penataan Ruang Wilayah


Kabupaten Banjarnegara dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara Focus
Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana di Indonesia Tahun 2015

Bappeda Kota Sorong. 2015. Materi Paparan “Kawasan Rawan Bencana di Indonesia
Penataan Ruang Wilayah Kota Sorong dan Aspek Mitigasi Bencana”. Dalam acara
Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015

Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Energi, Sumber Daya Mineral Kabupaten
Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Kerawanan Bencana Geologi di Kabupaten
Banjarnegara. Dalam acara Focus Discussion Group (FGD) Penyusunan Profil
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia Tahun 2015

Direktorat Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2015. Draft


Rencana Kesiapsiagaan Menghadapi Kontijensi/Potensi Terjadinya Situasi Darurat
Akibat Letusan Gunungapi Sinabung Pasca Pemulangan Pengungsi. BNPB: Jakarta

Fleischhauer, M., S. Greiving, et al. (2005). Spatial Planning in the Focus of Hazard
and Risk Assessment/Management in Europe. EURO-RIOB Conference, Wroclaw

Harahap, Syaiful W. 2015. Banjir Bandang Manado karena Kerusakan DAS Tondano.
Dipublikasikan di Kompasiana. Diakses tanggal 4 Januari 2016

422 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


DAFTAR PUSAKA

Hendrasto, Muhammad; dkk. 2014. Aktivitas Gunungapi Sinabung Tahun 2010


Pasca Masa Istirahat Panjang

HFA (2005). Hyogo Framework for Action 2005–2015: Building the resilience
of nations and communities to disasters. Hyogo, United Nations

Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara. 2015. Materi Paparan “Aspek


Pertanahan Dalam Penanggulangan Bencana”. Dalam acara Focus Discussion
Group (FGD) Penyusunan Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di
Indonesia Tahun 2015

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. 2015.


Materi Paparan dalam Rapat Koordinasi Tindak Lanjut Penanganan Pengungsi
Akibat Erupsi Gunung Sinabung

Peraturan Menteri PU No. 21 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang


Kawasan Rawan Bencana Gunung Api dan Gempa

Peraturan Menteri PU No. 20 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana
Tata Ruang

Peraturan Menteri PU No. 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Ruang Kawasan Rawan
Bencana Longsor

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2014 Tentang Rencana


Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi

Peraturan Presiden Republik Indoneia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2014. Materi Paparan “Evaluasi
Status Awas Gunungapi Sinabung”

Supartoyo, dkk. 2015. Laporan Tanggap Darurat Bencana Gempabumi Sorong


Tanggal 24 September 2015. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi:
Bandung

423
Twigg, John. 2004. Disaster Risk Reduction: Mitigation and Preparedness in
Development and Emergency Programming. Overseas Development Institute:
London

Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana

United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR). 2009.


Terminology on Disaster Risk Reduction. Geneva, Switzerland

http://infopublik.id/read/67692/pemda-teluk-wondama-bangun-hunian-
sementara-korban-banjir.html

www.mongabay.co.id/

https://puguhdraharjo.wordpress.com/2010/10/09/banjir-bandang-wasior-
papua-barat-tinjauan-deskriptif-kualitatif/

424 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


DAFTAR PUSAKA

425
Terima kasih
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana, baik itu tim
penyusun dari Ditjen Tata Ruang, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional maupun narasumber dan peserta dari pusat dan daerah.

Terkhusus kepada Plt. Direktur Jenderal Tata Ruang, Bapak DR. Ir. Budi Situmorang,
MURP serta Plh. Direktur Penataan Kawasan sekaligus Plt. Kasubdit Penataan
Kawasan Baru, Bapak DR. Ir. Doni Janarto Widiantono, M.Eng. Sc. yang telah
memberikan arahan dan dukungan pada tim dalam penyusunan Buku Profil ini.

Penyusunan Buku Profil Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana di Indonesia ini
tersusun berkat dukungan data dan informasi dari Direktorat Pengurangan Risiko
Bencana - BNPB, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi - Kemen. ESDM,
Pemkab Karo, Pemkab Banjarnegara, Pemkot Sorong, Pemkot Manado, serta
internal Ditjen Tata Ruang. Narasumber dan peserta yang berkontribusi dalam
rangkaian diskusi di pusat maupun di daerah adalah :

1. Kepala Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG,


Bapak DR. Gede Suantika,

2. Surveyor Pemetaan Madya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi,


Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, DR. Supartoyo,

3. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten


Karo, Bapak Mulianta Tarigan, S.Sos,

4. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo,

5. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten


Banjarnegara, Bapak Drs. Setiawan, M.Hum,

426 profil penataan ruang di kawasan rawan bencana


TERIMA KASIH

6. Kepala Pelaksana, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten


Banjarnegara, Bapak Catur Subandrio, S.Sos,

7. Kepala Seksi Geologi Migas dan ESDM, Dinas PSDA dan ESDM Kabupaten
Banjarnegara, Bapak Drs. Kun Dharmawan H,

8. Kepala Kantor Pertanahan (BPN) Kabupaten Banjarnegara, Bapak Sri Soewito,


S.H,

9. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Sorong,


Bapak Rahman, S.STP, M.Si, dan

10. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Teluk Wondama,


Bapak Drs. Andarias Kayukatui, M.Si.

Terima kasih kepada kesepuluh narasumber tersebut yang telah memberikan


kontribusinya dalam penyusunan Buku Profil ini dan memberikan masukan dan
saran guna kesempurnaan Buku Profil.

Tim Penyusun
Saran dan masukan terhadap
Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan Rawan Bencana Letusan
Gunung Api Sinabung
dapat melalui :
penataankawasanbaru@gmail.com
PROFIL KEBENCANAAN DI INDONESIA
02

429

Anda mungkin juga menyukai