Anda di halaman 1dari 18

BAB III ANALISIS PEMILIHAN JENIS PONDASI DENGAN METODE

PENYELIDIKAN TANAH DI LEMBANG

3.1 Letak Geografis Lembang

Kordinat : 6°48'42"S 107°36'35"E

Kondisi geografis

Lembang adalah sebuah daerah di bagian utara Kota Bandung berbatasan dengan

Subang di bagian utara, dengan ketinggian lebih dari 1300 mdpl Lembang memiliki

suhu udara yang sejuk sehingga banyak wisatawan baik lokal maupun asing yang

berkungjung ke Lembang untuk menikmati udara sejuk dan segar di daerah

pegunungan.

Lembang terletak di sebelah utara kota Bandung. Lembang adalah salah satu

kecamatan dari Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini

dikelilingi oleh beberapa pegunungan dengan luas wilayah 10.620.000 hektar.

Lembang merupakan kawasan Agrowisata dengan didukung oleh pemandangan

yang indah, tumbuh tanaman-tanaman hortikultura khususnya sayuran dan bunga,

menjadikan Lembang sebagai objek wisata terkenal di Jawa Barat, bahkan di

Indonesia.

curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan serta rata-rata kelembaban nisbi 84-89%.

Utara : Subang

Timur : Gunung Manglayang


Barat: Padalarang

Selatan : Kota Bandung

3.2 Kondisi Batuan di Lembang

Geologi dan Sifat-Sifat Fisik Batuan

Litologi penyusun wadah dan isi Cekungan Bandung adalah batuan gunung api

yang secara stratigrafi kegiatan vulkanismenya sudah dimulai sejak Kala

Paleosen. Berdasarkan Bronto and Hartono (2006), kemungkinan pembentukan

Cekungan Bandung disebabkan oleh 4 hal utama yaitu:

1. Merupakan cekungan antar gunung (intra-mountain basin), sebagai bentukan

utamanya adalah proses eksogen.

2. Merupakan graben, sebagai bentukan murni deformasi tektonika.

3. Merupakan kaldera, sebagai bentukan murni letusan gunung api.

4. Merupakan volcano-tectonic calderas, sebagai hasil perpaduan proses tektonika

dan vulkanisme.

Cekungan Bandung terdiri atas berbagai formasi morfologi yang terdiri atas

berbagai batuan berumur Oligosen hingga Resen. Batuan-batuan tersebut

dikelompokkan dalam beberapa formasi (Sampurno, 2004 dan Hutasoit, 2009),

sebagai berikut:

a. Formasi Cibeureum

Merupakan lapisan aquifer utama dengan sebaran berbentuk kipas yang

bersumber dari Gunung Tangkubanparahu. Formasi ini terutama terdiri atas


perulangan breksi dan tuf dengan tingkat konsolidasi rendah serta beberapa

sisipan lava basal, dengan umur Plistosen Akhir-Holosen. Breksi dalam formasi

ini adalah breksi vulkanik yang disusun oleh fragmen-fragmen skoria batuan beku

andesit basal dan batu apung.

b. Formasi Kosambi

Nama Formasi Kosambi diusulkan oleh Koesoemadinata dan Hartono (1981)

untuk menggantikan nama Endapan Danau yang digunakan oleh Silitonga (1973).

Sebaran formasi ini dipermukaan adalah di bagian tengah. Litologinya terutama

terdiri atas batu lempung, batu lanau dan batu pasir yang belum kompak dengan

umur Holosen. Formasi ini mempunyai hubungan menjemari dengan Formasi

Cibeureum bagian atas. Berdasarkan sifat litologinya, formasi ini berperan

sebagai akuintar di kawasan Cekungan Bandung.

c. Formasi Cikapundung

Formasi ini adalah satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian

(Koesoemadinata dan Hartono, 1981) dan terdiri atas konglomerat dan breksi

kompak, tuf dan lava andesit. Umur formasi ini diperkirakan Plistosen Awal.

Kekompakan litologi penyusun formasi ini dapat digunakan sebagai salah satu

pembeda dengan formasi Cibeureum serta dasar untuk menentukan peran formasi

ini sebagai batuan dasar hidrogeologi di kawasan Cekungan Bandung. Menurut

Silitonga (1973) formasi ini adalah ekuivalen dengan Qvu. Selain formasi ini,

berdasarkan sifat litologinya Qvl, Qvb, Qob, dan Qyl dapat dimasukkan sebagai

batuan dasar. Satuan-satuan lain yang membentuk batuan dasar adalah batuan

gunung api Kuarter (kecuali Formasi Cibeureum dan Formasi Cikapundung),


batuan gunung api Tersier, batuan sedimen Tersier, dan batuan terobosan yang

tercakup didalam peta geologi.

c. Endapan Batuan Vulkanik (Kuarter)

Berbagai endapan gunung api dapat dipisahkan antara lain berdasarkan umur

maupun komposisi. Umumnya terdiri dari breksi vulkanik, tufa, lidah-lidah lava,

endapan lahar dan aglomerat. Tufa dari Gunung Tangkuban Perahu yang

menyebar hingga Lembang, beberapa tempat di Dago, dan Kipas Aluvial

Bandung utara, sebagian besar mengandung batu apung yang bersifat berpori dan

permeabel. Tufa yang membentuk daerah Gunung Burangrang, Gunung Sunda,

Gunung Bukit Tunggul, Gunung Canggak dan perbukitan Dago Utara hingga

Maribaya terdiri atas breksi vulkanik berselingan dengan endapan lahar, tufa halus

dan lidah-lidah lava. Sifat batuan umumnya sedikit kompak daripada tufa berbatu

apung tetapi masih cukup permeabel. Lapisan endapan vulkanik di sebelah utara

umumnya menunjukkan kemiringan ke arah selatan sekitar 5-7 derajat. Pada

permukaannya, endapan vulkanik menunjukkan tanah hasil pelapukan yang

bersifat gembur dan mudah terkikis tetapi subur.

d. Endapan Danau Purba

Terdiri dari lapisan-lapisan kerakal, batu pasir, batu lempung, tersemen, lemah,

gembur dan terkadang kenyal. Beberapa lapisan bersifat permeabel dan menjadi

akifer yang baik. Beberapa lapisan lain bersifat lembek, organik dan mempunyai

daya dukung rendah dan air tanah yang dikandungnya dapat bersifat agak asam

atau berbau sulfur. Kedudukan lapisan umumnya horisontal dengan hubungan

antar lapisan kadang-kadang berbentuk silang jari.


e. Endapan Aluvial

Terdiri dari kerikil, pasir, lanau dari endapan sungai atau endapan banjir pada

umumnya bersifat lepas sampai tersemen lemah, atau plastis bahkan dapat bersifat

mengalir bila jenuh air. Pasir lepas dan kerakal endapan sungai masih

mengandung cukup banyak lumpur.


3.3 Gambaran Umum Lembang

Berdasarkan data, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat yaitu 1.305,77 KM²,

terletak antara 60º 41’ s/d 70º 19’ lintang Selatan dan 107º 22’ s/d 108º 05’ Bujur

Timur. Mempunyai rata-rata ketinggian 110 M dan Maksimum 2.2429 M dari

permukaan laut. Kemiringa wilayah yang bervariasi antara 0 – 8%, 8 – 15%

hingga diatas 45%, dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah barat : berbatasan dengan kabupaten Cianjur

Sebelah utara : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang.

Selebah timur : berbatasan dengan Kabupaten bandung dan Kota Cimahi.

Sebelah selatan : berbatasan dengan Selatan Kabupaten Badung dan Kabupaten

Cianjur.

Cakupan wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi 15 (lima belas) kecamatan

yang terdiri dari : Padalarang, Cikalongwetan, Cililin, Parongpong, Cipatat,

Cisarua, Batujajar, Ngamprah, Gununghalu, Cipongkor, Cipeundeuy, Lembang,

Sindangkerta, Cihampelas dan Rongga.

Penggunaan lahan Eksisting

Dilihat dari sisi penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bandung Barat,

penggunaan lahan untuk budidaya pertanian merupakan penggunaan lahan

terbesar yaitu 66.500,294 HA, sedangkan yang termasuk kawasan lindung seluas

50.150,928 HA, budidaya non peratanian seluas 12.159,151 HA dan lainnya

seluas 1.768,654 HA.


Luas wilayah lindung di daerah Kabupaten Bandung Barat terkait dengan isu

kawasan bandung utara, disamping itu dilihat dari kondisi fisik geografis posisi

wilayah Kabupaten Bandung Barat dinilai kurang menguntungkan, hal ini

dikarenakan terdiri dari banyak cekungan yang berbukit-bukit dan di daerah-

daerah tertentu sangat rawan dengan bencana alam.

Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai

berikut:

Utara :

Kecamatan Cikalong Kulon (Kabupaten Cianjur); Kecamatan Maniis, Darang,

Bojong &, Kecamatan Wanayasa (Kab. Purwakarta);Kec. Sagalaherang,

Jalancagak & Cisalak (Kab. Subang), dan Kab. Sumedang;

Timur :

Kecamatan Cilengkrang, Kec. Cimenyan, Kecamatan Margaasih, Kecamatan

Soreang (Kabupaten Bandung); Kecamatan Cidadap, Kecamatan Sukasari (Kota

Bandung); Kec. Cimahi Utara, Kec. Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi

Selatan (Kota Cimahi);

Selatan :

Kecamatan Ciwidey dan Rancabali (Kabupaten Bandung); Kecamatan Pagelaran

(Kabupaten Cianjur);

Barat :
Kecamatan Campaka, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Bojongpicung, Kecamatan

Ciranjang dan Kecamatan Mande (Kabupaten Cianjur).


REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN
DILENGKAPI DENGAN JUMLAH DESA/KELURAHAN

KAB. BANDUNG BARAT, JAWA BARAT

LAKI-
PEREMPUAN JUMLAH JUMLAH
LAKI
NO. KECAMATAN
(JIWA) (JIWA) (JIWA) DESA/KEL

1 LEMBANG 86,858 81,204 168,062 16

2 PARONGPONG 47,733 45,089 92,822 7

3 CISARUA 34,732 32,735 67,467 8

CIKALONG
4 55,452 51,345 106,797 13
WETAN

5 CIPEUNDEUY 38,448 36,489 74,937 12

6 NGAMPRAH 77,793 73,958 151,751 11

7 CIPATAT 62,821 59,588 122,409 12

8 PADALARANG 89,993 84,827 174,82 10

9 BATUJAJAR 49,772 46,895 96,667 7

10 CIHAMPELAS 60,791 56,344 117,135 10

11 CILILIN 41,613 38,852 80,465 11

12 CIPONGKOR 46,616 42,53 89,146 14

13 RONGGA 26,789 24,292 51,081 8

14 SINDANGKERTA 32,861 31,071 63,932 11

15 GUNUNG HALU 35,646 32,2 67,846 9

16 SAGULING 9,908 9,099 19,007 6

TOTAL 797,826 746,518 1,544,344 165


3.4 Permasalahan Kondisi Lahan di Lembang

Lahan (tanah) merupakan bagian dari ruang sehingga pemanfaatan lahan harus

sesuai dengan perencanaan tata ruang. Yang dimaksud dengan pemanfaatan lahan

merupakan penggunaan lahan pada fungsi waktu tertentu. Penggunaan lahan

merupakan suatu keadaan dimana suatu areal lahan ditempati oleh vegetasi,

bangunan, atau objek/ kegiatan lain, baik yang ditata maupun yang tidak ditata.

Lahan kritis merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif karena

pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan syarat-

syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan

atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang

Lahan kritis merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif karena

pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan syarat-

syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan

atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang telah ditentukkan atau

diharapkan. Secara umum lahan kritis merupakan salah satu indikator adanya

degradasi (penurunan kualitas) lingkungan sebagai dampak dari berbagai jenis

pemanfaatan sumber daya lahan yang kurang bijaksana.

Ciri utama lahan kritis adalah gundul, terkesan gersang dan bahkan muncul batu-

batuan di permukaan tanah dan pada umumnya terletak di wilayah dengan

topografi lahan berbukit atau berlereng curam (Hakim dkk., 1991). Tingkat

produksi rendah yang ditandai oleh tingginya tingkat keasaman, rendahnya unsur
hara (P, K, Ca, dan Mg), rendahnya kapasitas tukar kation, kejenuhan basa dan

kandungan bahan organik, serta tingginya kadar Al dan Mn yang dapat meracuni

tanaman dan peka terhadap erosi. Selain itu pada umumnya lahan kritis ditandai

dengan vegetasi alang-alang dan memiliki pH tanah relatif lebih rendah yaitu

sekitar 4.8 hingga 5.2 karena mengalami pencucian tanah yang tinggi serta

ditemukan rhizoma dalam jumlah banyak yang menjadi hambatan mekanik dalam

budidaya tanaman.

3.5 Penyelidikan Tanah di Lembang


Penyelidikan lapangan bertujuan untuk mengetahui keadaan tanah dilapangan

untuk mengetahui karakteristik tanah agar dapat memilih jenis pondasi yang tepat.

Penyelidikan tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi bawah tanah

untuk perencanaan pondasi bangunan sipil. Penyelidikan tanah harus mencapai

kedalaman dimana tanah memberikan daya dukungnya atau mengkontribusi

penurunan akibat struktur yang akan dibangun. Penyelidikan tanah mencakup

antara lain, pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah, pengujian lapangan,

pengujian laboratorium dan observasi air tanah. Kedalaman penyelidikan

tergantung pada Jenis Struktur, Jenis Tanah, Prakiraan awal jenis pondasi yang

akan dipakai.

Tujuan Penyeledikan Tanah Secara umum mencakup hal-hal berikut :

1. Untuk menentukan kondisi alamiah dari lapisan-lapisan tanah dilokasi yang

ditinjau.

2. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed).
3. Untuk menentukan kedalaman lapisan tanah keras.

4. Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test).

5. Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah perilaku bangunan yang

sudah ada di sekitar lokasi yang ditinjau.

Untuk mengetahui lapisan keras untuk penempatan pondasi dibutuhkan

penyelidikan lapangan yaitu Sondir (Dutch Cone Penetrometer). Uji Sondir

dengan kapasitas 2.5 ton merupakan suatu uji lapangan untuk mengetahui tahanan

ujung (qc) dan tahanan selimut tanah (fs) sebagai korelasi parameter karakteristik

tanah . Berdasarkan pada kemudahan operasional dan hasil ujinya memberikan

nilai korelasi yang cukup baik dengan parameter uji laboratorium dari hasil

penelitian terdahulu, maka pada penelitian ini akan dilakukan korelasi nilai

tahanan ujung sondir dengan karakteristik tanah dari uji laboratorium yaitu

parameter kuat geser dan konsolidasi tanah lempung di Indonesia. Korelasi yang

dibuat untuk daerah Indonesia mempunyai cakupan yang luas dan memberikan

rentang cukup besar sehingga tinjauan penelitian dipersempit untuk tanah

lempung daerah Bandung. Lapisan tanah di Bandung didominasi oleh lapisan

hasil pelapukan gunung berapi vulkanik dengan jenis tanah yang berbeda yaitu

tanah residual dan tanah sedimen. Sesuai teori dari Wesley , tanah residual dan

sedimen mempunyai karakteristik yang bebeda yaitu ada atau tidak adanya nilai

tekanan prakonsolidasi. Dari Penelitian ini korelasi dilakukan antara nilai tahanan

konus ( qc) dengan parameter kuat geser undrained dan nilai OCR ( over

consolidated ratio) , nilai qc terhadap indek plastisitas serta nilai koefisien α


terhadap nilai qc dan koefisien kemampatan volume. Hasil yang diperoleh

memberikan grafik dengan trend yang hampir sama tetapi dengan nilai yang

berbeda seperti grafik yang telah dibuat oleh peneliti terdahulu dengan tanah dari

luar Indonesia yang mempunyai karakteristik dan pembentukan tanah yang

berbeda.

3.6 Daerah Patahan Lembang

Patahan Lembang membentang dari timur ke barat di kawasan sebelah Utara

Bandung. Jalur patahan ini jelas terlihat di sepanjang ~25 km, yang dicirikan oleh

kelurusan untaian bukit-bukit, mulai dari daerah sebelah timur tempat pariwisata

Maribaya sampai ke daerah Cisarua-Cimahi di baratnya.

Kenampakan tektonik morfologi pada dan sekitar jalur patahan mengindikasikan

bahwa patahan ini bergerak aktif pada Zaman Kuarter dan kemungkinan besar

aktivitasnya masih terus berlangsung sampai Zaman Holosen, bahkan sampai

sekarang. Dari panjang patahan dapat diperkirakan bahwa patahan ini berpotensi

untuk menghasilkan gempa berkekuatan antara 6 sampai dengan 7 skala Richter.

Letak patahan yang melewati wilayah yang sudah cukup berkembang dan padat,

dan juga hanya sekitar 15 km dari kota Bandung menjadikan zona patahan ini

harus serius diperhitungkan dalam usaha mitigasi bencana dan dalam rencana

pengembangan kota. Pusat geologi dan geofisika terus melakukan analisa geologi
dan morfo-tektonik dari patahan, di samping juga mengevaluasi data geologi dan

geofisika terdahulu dengan tujuan untuk meneliti sejarah, kinematika, dan

keaktifan dari Patahan Lembang.

3.7 Kondisi Medan

Daerah Lembang merupakan dataran tinggi yang berada di bandung bagian udara

yang kondisinya dominan perbukitan dengan jaringan jalan lokal sekunder yang

berukuran >= 3,5 m dan tidak diperuntukan bagi kendaraan yang berat oleh

karena itu kendaraan berat tidak dapat mengakses jalan ini.

3.8 Jenis Pondasi

A. Pondasi Batu Kali

Adalah pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu kali yang disusun

sedemikian rupa. sehingga dapat menahan berat bangunan yang ada di atasnya

dan meneruskan ke tanah


B. Pondasi Batu Bata

Adalah pondasi yang dibuat dengan bahan dasar batu yang disusun sedemikian

rupa, sehingga dapat menahan berat bangunan yang ada di atasnya

danmeneruskanya ke tanah

C. Pondasi Telapak/ Footplat

pondasi telapak berbentuk seperti telapak kaki seperti gambar disamping, pondasi

setempat gunanya untuk mendukung kolom baik untuk rumah satu lantai maupun

dua lantai, jadi pondasi ini diletakan tepat pada kolom bangunan, pondasi ini

terbuat dari beton bertulang, dasar pondasi telapak bisa berbentuk persegipanjang/

persegi
D. Pondasi Umpak

pondasi umpak dijumpai pada rumah kayu, rumah-rumah adat, atau rumah jaman

dulu

E. Pondasi Rakit

Bila dikedalaman dangkal ditemui tanah yang lunak untuk diletakan pondasi ,

maka solusinya bisa menggunakan pondasi rakit, selain itu pondasi ini juga

berguna untuk mendukung kolom-kolom yang jaraknya terlalu berdekatan tidak

mungkin untuk dipasangi telapak satu persatu , solusi dijadikan satu kekuatan.

pondasi rakit sejatinya adalah plat beton bertulang


F. Pondasi Sumuran

pondasi untuk kedalaman tanah keras 2-6 meter dibawah permukaan tanah .

pondasi sumuran mempunyai bis beton berdiameter 60, 100, 120, atau 150 cm.

biasanya di bor /dikerjakan dengan bor jatuh sebab di dalamnya tidak dapat digali.

jarak antar pondasi sumuran adalah 4-7 meter

G. Pondasi Dalam

yaitu pondasi yang digunakan pada kondisi tanah stabil lebih dari kedalaman 3

meter. pondasi dalam membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang

baik ada di kedalaman , biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan,

struktur lepas pantai , dsb


Jenis pondasi dalam :

1. Pondasi Tiang pancang (beton, besi, pipa, baja)

2. Pondasi Borpile

Anda mungkin juga menyukai