Anda di halaman 1dari 5

JURNAL RUAYA VOL. 2.

TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH


PADA SISTEM KERING TERHADAP IKAN TENGADAK
(Barbonemus schwanenfeldii)
ANESTHETIC TECHNIQUE USING A LOW TEMPERATURE IN A DRY
SYSTEM TO FISH TENGADAK (Barbonemus schwanenfeldii)

Victorius Bagus Hermawan1, Eka Indah Raharjo2, Hastiadi Hasan2

1. Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak


2. Staff pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: rajavictor@ymail.com

ABSTRAK
Transportasi ikan hidup merupakan suatu metode pengangkutan ikan dalam kondisi hidup
dengan kemasan dan cara tertentu. transportasi ikan hidup sistem kering merupakan hal yang baru,
Pada transportasi ikan hidup sistem kering perlu dilakukan proses pemingsanan terlebih dahulu.
Pengunaan suhu rendah dapat mengurangi stress, mengurangi kecepatan metabolisme dan konsumsi
oksigen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu pembiusan optimum secara langsung
terhadap tingkat kelulusan hidup ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) dalam transportasi
tanpa media air (sistem kering). Rancangan penelitian menggunakan metode eksperimen dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu suhu 7oC–8oC, 9oC–10oC,
11oC–12oC, 13oC–14oC dengan 3 ulangan. Sebagai unit percobaan calon induk tengadak selama
proses penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada masa induksi suhu tercepat
untuk memingsankan ikan tengadak adalah 7oC–8oC dengan waktu 119 detik. untuk kelangsungan
hidup yang paling lama pada suhu 13oC–14oC selama 6 jam. Suhu yang optimum untuk pengangkutan
ikan tengadak calon induk adalah suhu 13oC–14oC.

Kata kunci : pembiusan, suhu rendah, sistem kering, tengadak

ABSTARCT
Transport of live fish is a method of transporting live fish in the packaging and condition
specific way. transport of live fish dry system is a new thing, On the transport of live fish dry system is
necessary to advance the process of passing out. The use of low temperatures can reduce stress,
reduce the metabolic rate and oxygen consumption. The purpose of this study was to determine the
optimum temperature of anesthesia directly to the graduation rates of fish life tengadak (barbonymus
schwanenfeldii) in the medium of transport with water (dry system). The study design using
experimental methods with completely randomized design (CRD), which consists of 4 treatments,
namely temperature 7oC–8oC, 9oC–10oC, 11oC–12oC, 13oC–14oC with 3 replications. As a
prospective parent tengadak experimental units during the study. The results showed that the
induction period to stun fish fastest temperature is 7oC–8oC tengadak with time 119 seconds. for the
longest survival at temperatures of 13oC–14oC for 6 hours. The optimum temperature for fish
transportation tengadak brood temperature is 13oC–14oC.

keywords : anesthesia, low temperature, dry systems, tengadak

39
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

Pendahuluan
Transportasi ikan hidup merupakan suatu dapat menurunkan aktifitas dan tingkat
metode pengangkutan ikan dalam kondisi konsumsi oksigen ikan (Coyle et al. 2004).
hidup dengan kemasan dan cara tertentu. Pada imotilisasi ikan dengan suhu rendah,
Transportasi ikan hidup terbagi dua, yakni suhu diturunkan sedemikian rupa sehingga
sistem basah dan sistem kering. Pada diperoleh kondisi ikan dengan aktivitas ikan
transportasi sistem basah, media dituntutsama seminimal mungkin akan tetapi masih dapat
dengan tempat hidup ikan sebelumnya yaitu hidup dengan sehat setelah mengalami
air dan oksigen. Sedangkan transportasi sistem pembugaran kembali (Wibowo 1993).
kering merupakan transportasi yang tidak
menggunakan air sebagai media transportasi, Suatu percobaan yang dilakukan oleh Novesa
namun demikian bisa membuat lingkungan (2012) suhu pembiusan terbaik bawal air
atau wadah dalam keadaan lembab. Sistem tawar secara bertahap adalah 12–14oC dengan
basah terbagi atas dua metode, yakni metode waktu pembusan 30 menit, Pratisari (2010)
terbuka dan metode tertutup (Berka, 1986 tingkat kelulusan hidup ikan nila yang dibius
dalam Purwaningsih 1998). pada suhu 9–10oC lebih tinggi dibandingkan
dengan ikan nila yang dibius pada suhu 7–9oC
Saat ini transportasi ikan hidup sistem kering dan 6–7oC.
semakin berkembang terutama untuk
crustacea, tetapi untuk ikan masih merupakan Ikan tengadak merupakan salah satu ikan
hal yang baru dan belum berkembang di endemik yang berasal dari pulau Kalimantan
masyarakat. Pada transportasi ikan hidup (Huwoyon et al., 2010). Ikan tengadak masih
sistem kering perlu dilakukan proses memiliki kekerabatan yang dekat dengan ikan
penanganan atau pemingsanan terlebih tawes dan ikan nilem, karena ketiganya masih
dahulu. Kondisi ikan yang tenang akan termasuk kedalam satu familia yakni
mengurangi stress, mengurangi kecepatan cyprinidae (Cholik et al., 2005). Akan tetapi,
metabolisme dan konsumsi oksigen. Pada secara morfometrik ikan tengadak asal
kondisi ini tingkat kematian selama kalimantan berbeda dengan ikan tawes asal
transportasi rendah sehingga memungkinkan jawa barat dan sedikit memiliki kesamaan
jarak transportasi dapat lebih jauh dan dengan tengadak albino asal jawa barat
kapasitas angkut dapat meningkat. Metode (Kusmini et al., 2010).
pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan
cara menggunakan zat anestesi atau dapat juga Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
menggunakan penurunan suhu. suhu pembiusan optimum secara langsung
terhadap tingkat kelulusan hidup ikan
Imotilisasi dapat dilakukan salah satunya tengadak (barbonymus schwanenfeldii) dalam
dengan menggunakan suhu rendah transportasi tanpa media air (sistem kering).
(Kurniawan, 2012). Suhu air yang rendah
keberhasilan penerapan teknik pembiusan
untuk ditransportasikan dalam keadaan hidup
METODE PENELITIAN tanpa media air.

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Teknik pembiusan dilakukan dengan


Budidaya Perairan Fakultas Perikanan memasukkan ikan secara langsung dalam
Universitas Muhammadiyah Pontianak dan media air yang suhunya telah ditentukan pada
direncanakan berlangsung dari bulan oktober suhu pembiusan ikan tengadak. Akuarium
sampai november 2013. Bahan utama yang ukuran 60x30x40 cm3 sebanyak 3 buah untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah ikan masing-masing perlakuan diisi air sebanyak 1
tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang liter dengan aerasi dan diberi es sebanyak 2 kg
berasal Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) untuk mengatur suhu media air sesuai dengan
Anjongan Kalimantan Barat. Ikan yang suhu pembiusan ikan tengadak kemudian ikan
digunakan calon induk dipilih yang dalam tengadak dimasukkan setelah suhu media air
kondisi sehat, tidak cacat. telah mencapai suhu pembiusan.

Ikan tengadak yang akan dibius diseleksi Kotak styrofoam kosong terlebih dahulu diberi
terlebih dahulu kondisi fisik dan es batu dalam kantong plastik sebanyak
kesehatannya, karena akan mempengaruhi kurang lebih 0,5 kg. Media busa dingin sesuai

40
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

dengan suhu pembiusan ikan tengadak, pemingsanan dapat dibagi ke dalam


letakan diatas es yang di letakan. Ikan yang beberapakelompok, yaitu kelompok 21oC–
telah imotil masing-masing disusun miring di 25oC, 16oC–20oC, 15oC, 13oC–14oC, 11oC–
atas busa kemudian tutupi kembali dengan 12oC, 9oC–10oC, dan 7oC–8oC.
busa sampai tertutup semua. Tahap
selanjutnya kotak ditutup rapat dan dilakban kondisi ikan tengadak selama
untuk menghindari pengaruh suhu lingkungan proses pemingsanan
luar terhadap isi kemasan.
suhu
Penentuan suhu ini berdasarkan hasil dari kondisi ikan tengadak
(oC)
penelitian terdahulu dengan suhu Ikan masih berenang normal dan
pembiusanyang terbaik pada ikan nila 9o– 21–25
sangat lincah, ikan sangat respon
10oC (Pratisari, 2010) dan suhu pembiusan ikan sudah mulai tenang, kurang
terbaik pada ikan bawal 12o–14oC (Novesa, 16–20 berenang, akan tetapi ikan masih
2012) dengan pembagian sebagai berikut: merespon
Perlakuan A suhu 7o–8oC, Perlakuan B suhu ikan berenang dengan sangat
9o–10oC, Perlakuan C suhu 11o–12oC, dan 15 lamban, tidak aktif berenang,
Perlakuan D suhu 13o–14oC. kurang respon
ikan mulai berenang dengan tidak
Variabel Pengamatan durasi sedatif lamanya beraturan, ikan kehilangan
waktu pemulihan sejak ikan pingsan sampai 13–14
keseimbangan, dan beberapa saat
ikan sadar kembali. Pengukuran suhu media ikan bergerak panik
pengisi. ikan masih dalam keadaan limbung
terbawa arus aerasi dan terdapat
Pengukuran suhu media busa dilakukan 11–12 ikan yang sudah roboh, tidak
sebelum ikan dikemas dalam kemasan merespon oleh ransangan fisik dari
styrofoam dan sesudah dilakukan luar, Bila diangkat sedikit meronta
penyimpanan ikan dalam kemasan media busa
sebagian besar ikan tergeletak
dingin menggunakan termometer. Perhitungan
9–10 miring, Respon ikan tidak ada, Bila
tingkat kelulusan hidup ikan tengadak
ikan diangkat sedikit bergerak
(Barbonymus schwanenfeldii) dilakukan
semua ikan berada dalam keadaan
setelah disimpan dengan interval waktu lama
tergeletak miring, Respon ikan
penyimpanan, kemudian dilakukan proses 7–8
tidak ada sama sekali, Bila ikan
pembugaran dengan cara membongkar
diangkat tidak bergerak sama sekali
kemasan. kondisi respon ikan pengamatan
masa induksi ikan tengadak yaitu tenggang
Untuk mengetahui pada suhu 7oC–8oC ikan
waktu dimulai dari ikan setelah diberi
tersebut masih dalam keadan pingsan dan
pemberian batu es sampai ikan menjadi
tidak mati maka dilakukan proses penyadaran.
pingsan.
Proses penyadaran dilakukan dengan cara
memasukan ikan yang pingsan kedalam
Untuk menentukan pengaruh perlakuan
akuarium yang telah di isi air dengan suhu
analisis data berupa analisis sidik ragam
normal serta aerasi kuat.
(ANOVA) untuk menentukan ada atau
tidaknya pengaruh suhu rendah terhadap
pembiusan ikan tengadak yang diamati. Kodisi ikan tengadak pada proses
Apabila dari hasil analisis sidik ragam penyadaran
diperoleh keputusan bahwa suhu rendah
berbeda nyata terhadap nilai pembiusan ikan menit kondisi ikan
tengadak pada tiap-tiap perlakuan, maka 1 beberapa ikan yang panik dan
perhitungan statistic dilanjutkan dengan uji limbung masih tergeletak berada
Beda Nyata Terkecil (BNT) didasar akuarium
Hasil dan pembahasan 3 ikan mulai mengerakan operculum
untuk bernafas
Pemingsanan Ikan Tengadak 5 sebagian ikan masih panik dan
limbung
Ketika dalam proses pemingsanan, ikan 8 ikan mulai mengerakan anggota
tengadak pola tingkah laku yang berbeda-beda gerak tubuh
secara jelas pada saat semakin turunya suhu. 10 ikan tenang namun belum aktif
Pola tingkah laku ikan tengadak selama proses berenang

41
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

12 beberapa ikan sudah mulai aktif 149 detik ikan sudah tergeletak didasar
berenang akuarium dengan operculum yang bergerak
15 semua ikan sudah aktif berenang lambat.

Masa induksi Pada masa induksi menggunakan suhu 7o–8oC


yang memiliki tanda-tanda akan pingsan
Hasil penelitian mengunakan suhu rendah setelah masuk ke dalam median air dingin
menunjukan perlakuan D dengan suhu 13o– dalam waktu 29 detik ikan sudah dalam
14oC memiliki waktu induksi yang paling keadaan panik dan berenang kesana kemari
lama dimana dalam waktu 715 detik ikan dengan tergesa-gesa. Pada 59 detik ikan mulai
tengadak yang diuji telah pingsan semua dalam keadaan kejang-kejang ditandai dengan
dengan kondisi ikan tergeletak di dasar ikan yang berenang dengan terkejut-kejut.
akuarium. Pada perlakuan C dengan suhu 11o– Pada 119 detik ikan sudah berada di dasar
12oC ikan sudah dalam keadaan pingsan akuarium dengan keadaan ikan tergeletak di
tergeletak di dasar akuarium dengan lama dasar dan operculum bergerak dengan lambat.
waktu 194 detik, perlakuan B dengan suhu 9o–
10oC ikan sudah pingsan tergelatak di dasar
Tingkah laku ikan tengadak selama proses
akuarium dengan lama waktu 149 detik. Pada
perlakuan A dengan suhu 7o–8oC ikan lebih induksi
cepat pingsan dengan lama waktu pingsan 119
suhu
detik. ada kecendrungan bahwa semakin waktu tingkah laku
pembiusan
rendahnya suhu perlakuan semakin cepat ikan o (detik) ikan yang dibius
C
pingsan.
90 ikan mulai tenang
ikan berenang
Pada saat proses masa induksi yang 319
miring
menggunakan suhu 13o–14oC mengalami
beberapa tanda-tanda pembiusan, pada waktu ikan berenag
13–14 terbalik-balik
90 detik ikan mulai dalam keadaan tenang 498
tidak aktif seperti keadaan normal dan atau dalam
cenderung di dasar akuarium, pada 319 detik keadaan limbung
ikan mulai berenang miring dan berusaha ikan tergeletak
715
untuk tegak dalam kondisi normal, pada 498 didasar
detik ikan mulai berenang terbalik-balik pada 24 ikan panik
kondisi ini ikan sudah dalam keadaan hampir mulai berenang
85
pingsan. Pada detik ke 715 ikan sudah miring
11–12
tergeletak di dasar akuarium dengan ikan terbaring
pergerakan operculum yang lambat. 194 lemah didasar
akuarium
Pada saat proses masa induksi yang 41 ikan panik
menggunakan suhu 11o–12oC mengalami 79 berenag miring
beberapa tanda-tanda pembiusan, pada saat ikan berusaha
ikan dimasukan pada media air yang sudah 9–10 109 kembali keposisi
didinginkan pada 24 detik ikan mulia panik normal
dan berenang ke sana ke seni dengan tergesa- ikan tergeletak
149
gesa. Pada 85 detik ikan mulai berenag miring didasar akuarium
dan berusaha untuk tegak kembali seperti pada 24 ikan panik
keadaan normal. Pada 194 detik ikan sudah 7–8 59 kejang-kejang
dalam keadaan pingsan dengan posisi ikan 119 tergeletak didasar
tergeletak di dasar akuarium dengan
operculum yang bergerak lambat.
Tingkat kelangsungan hidup
Pada masa induksi menggunakan suhu 9o–
10oC yang mempunyai tanda-tanda akan Tingkat kelangsungan hidup (SR) pada
pingsan sebagai berikut pada 41 detik ikan perlakuan D suhu 13oC–14oC dengan suhu
mulai panik berenang ke sana ke sini dengan ruang 14oC yang dipertahankan selama 6 jam
tergesa-gesa. Pada 79 detik ikan mulai menghasilkan tingkat kelulusan sebesar
berenang miring secara perlahan, pada 109 16,67% dengan ulangan 3 kali. Pada
detik ikan berusaha kembali pada posisi tegak perlakuan C menggunakan suhu bius 11oC–
dan operculum bergerak dengan lambat. Pada 12oC dengan suhu ruangan 14oC yang

42
JURNAL RUAYA VOL. 2. TH 2014
FPIK UNMUH-PNK ISSN 2338 - 1833

dipertahankan selama 5 jam menghasilkan Kusmini, I, I. Gustiano, R. Mulyasari. 2010.


tingkat kelulusan sebesar 16,67% dengan 3 Karakterisasi Truss Morfometrik
kali ulangan. Pada perlakuan B yang Ikan Tengadak (Barbonymus
menggunakan suhu 9oC–10oC dengan suhu schwanenfeldii) asal Kalimantan
pengemasan 14oC dipertahankan selama 3 jam Barat dengan Tengadak Albino dan
menghasilkan tingkat kelulusan sebesar Ikan Tawes Asal Jawa Barat.
16,67% 3 kali ulangan. Pada perlakuan A Prosiding Forum Teknologi
yang menggunakan suhu pembiusan 7oC–8oC Akuakultur. 507-513.
dengan suhu ruang penyimpanan 14oC yang
dipertahankan selama 2 jam menghasilkan Novesa Aurismardika. 2012. Pembiusan Ikan
tingkat kelulusan sebesar 33,33% dengan 3 Bawal Air Tawar (Colossoma
kali ulangan. macropomum) Dengan Suhu
Rendah Secara Bertahap Dalam
KESIMPULAN DAN Transportasi Sistem Kering
SARAN [skripsi]. Bogor. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Tingkat kelangsungan hidup ikan tengadak Institut Pertanian Bogor.
dengan perlakuan D suhu 13oC–14oC
memiliki peresentase sebesar 16,67% yang Pratisari Dan. 2010. Transportasi Ikan Nila
dapat bertahan hidup selama 6 jam (Oreochromis niloticus) Hidup
penyimpanan. Sistem Kering Dengan
Mengunakan Pembiusan Suhu
Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan Rendah Secara Langsung [skripsi].
agar meningkatkan suhu bius supaya Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu
didapatkan pembiusan yang optimum pada Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
ikan tengadak dan memperoleh hasil
kelangsungan hidup yang tinggi selama Purwaningsih Sri. 1998. Sistem Transportasi
pengankutan. Ikan Hidup. Jurnal pengolahan hasil
perikanan fakultas perikanandan
DAFTAR PUSTAKA ilmu kelautan IPB. 0854-9230

Wibowo S. 1993. Penerapan Teknologi


Cholik, F. Jagatraya, A, G. Poernomo, R, P.
Penanganan dan Transportasi Ikan
Jauzi, A. 2005. Akuakultur
Hidup di Indonesia. Jakarta: Sub
Tumpuan Harapan Masa Depan
Balai Penelitian Perikanan Laut,
Bangsa. Taman Akuarium Air
Departemen Kelautan dan
Tawar. Taman Mini Indonesia
Perikanan.
Indah.

Gaspersz, V. 1994. Metode Perancangan


Percobaan. Armico. Bandung. 472
hal.

Huwoyon, G, H. Kusmini, I, I. Kristanto, A,


H. 2010. Keragaan Pertumbuhan
Ikan Tengadak Alam (Hitam) dan
Tengadak Budidaya (Merah)
(Barbonymus schwanenfeldii)
dalam Pemeliharaan Bersama
pada Kolam Beton. Prosiding
Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur. 501-505.

Kurniawan, Ardiyansyah. 2012. Transportasi


Ikan Hidup. Disampaikan Dalam
Temu Teknis pembudidaya Ikan Di
Balai Benih Ikan Koba, Bangka
Tengah 01 maret 2012. 25 hal.

43

Anda mungkin juga menyukai