Anda di halaman 1dari 15

KONTRAKSI UTERUS

Mei 6, 2011 · Filed under Persalinan

Uterus terdiri dari tiga lapisan otot polos, lapisan luar longitudinal, lapisan
dalam sirkular dan diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-
otot yang berayaman “tikar”. Seluruh lapisan otot ini bekerjasama dengan
baik, sehingga terdapat pada waktu his yang sempurna sifat-sifat :
a). Kontraksi yang simetris
b). Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, dan
c). Sesudah itu terjadi relaksasi
Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan banyak dipelajari oleh
Caldeyro-Barcia dan hasil-hasilnya diajukan pada kongres kedua
international Federation of Gynaecology and Obstetrics di Montreal, Juni
1958. Ia memasukkan kateter polietilen halus kedalam ruang amnion dan
memasang mikrobalon dimiometrium di fundus uteri, ditengah-tengah
korpus uteri dan dibagian bawah uterus . Semuanya kemudian disambung
dengann kateter polietilen halus kealat pencatat ( electrometer ). Dengan
demikian dapat diketahui bahwa otot-otot uterus tidak mengadakan
relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga
tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada
tiap kontraksi tekanan tersebut meningkat disebut amplitude atau
intensitas his yang mempunyai dua bagian :
a). Peningkatan tekanan yang agak cepat
b). Penurunan tekanan yang agak lambat

A. HIS (Kontraksi Uterus)


His (kontraksi) adalah serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena
otot-otot polos rahim yang bekerja dengan baik dan sempurna secara
bertahap akan mendorong janin melalui serviks (rahim bagian bawah)
dan vagina (jalan lahir), sehingga janin keluar dari rahim ibu.Kontraksi
menyebabkan serviks membuka secara bertahap (mengalami dilatasi),
menipis dan tertarik sampai hampir menyatu dengan rahim. Perubahan
ini memungkinkan janin bisa lahir.
His biasanya mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau
sesudah) tanggal perkiraan persalinan. Penyebab yang pasti dari mulai
timbulnya his tidak diketahui, mungkin karena pengaruh dari oksitosin
(hormon yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisa dan menyebabkan
kontraksi rahim selama persalinan). Persalinan biasanya berlangsung
selama tidak lebih dari 12-14 jam (pada kehamilan pertama) dan pada
kehamilan berikutnya cenderung lebih singkat (6-8 jam).
Show (sejumlah kecil darah yang bercampur dengan lendir dari serviks)
biasanya merupakan petunjuk bahwa persalinan segera dimulai tetap:
show bisa keluar 72 jam sebelum kontraksi dimulai kadang selaput
ketuban pecah sebelum persalinan dimulai dan cairan ketuban mengalir
melalui serviks dan vagina. Jika selaput ketuban pecah, segera hubungi
dokter atau bidan sekitar 80-90% wanita yang selaput ketubannya pecah
berlanjut menjadi persalinan spontan dalam waktu 24 jam. Jika setelah
lewat 24 jam persalinan belum juga dimulai dan keadaan bayinya baik,
biasanya dilakukan induksi persalinan untuk mengurangi resiko infeksi
akibat masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim infeksi bisa
menyerang ibu maupun bayinya. Untuk menginduksi persalinan biasanya
digunakan oksitosin atau obat yang serupa.
1. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa saat persalinan semakin
mendekat :
Tanda Artinya Kapan terjadi
Perasaan seolah-olah bayi
telah turun ke bawah Lightening, yaitu turunya bayi.
kepala bayi telah masuk ke dalam panggul ibu Mulai dari beberapa
minggu sampai beberapa jam sebelum persalinan dimulai
Keluar cairan dari vagina (jernih, berwarna pink atau sedikit mengandung
darah) Show, yaitu lendir kental yang tertimbun di serviks mulai
berdilatasi, lendir ini terdorong ke dalam vagina Beberapa hari sebelum
persalinan di mulai atau pada awal persalinan
Keluar cairan encer yang memancar atau mengeluar dari vagiana Selaput
ketuban pecah, yaitu pecahnya kantung berisi cairan yang mengelilingi
bayi selama dalam kandungan Mulai dari beberapa jam sebelum
persalinan di mulai sampai setiap saat selama persalinan
Pola kram yang teratur, yang mungkin dirasakan sebagai nyeri punggung
atau kran, mentruasi Kontraksi, yaitu menkerut & mengendurnya rahim.
Semakin kuat & bisa menyebabkan nyeri karena serviks bergerak di
sepanjang jalan lahir Pada awal persalinan

Dalam mengawasi persalinan hendaknya selalu dibuat daftar catatan


tentang his pada status wanita tersebut, diantaranya :
• Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau per 10 menit.
• Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg.
Dalam praktek, kekuatan his hanya dapat diraba secara palpasi apakah
sudah kuat atau masih lemah.
• Aktivitas his adalah frekuensi dan amplitudo diukur dengan unit
Montevideo. Contoh : frekuensi suatu his 3x per 10 menit dan
amplitudonya 50 mmHg, maka aktivitas rahim = 3×50= 150 unit
Montevideo.
• Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
• Datangnya his : apakah datangnya sering, teratur, atau tidak.
• Interval adalah masa relaksasi.
Penelitian tentang kekuatan his banyak dilaporkan oleh Caldeyro /
Barciadaro Amerika latin (1958). Dari penelitian ini diperoleh bahwa otot-
otot uterus pada waktu relaksasi masih mempunyai tonus dengan
tekanan antara 6-12 mmHg. Sedangkan pada tiap kontraksi tekanan
tersebut meningkat.
Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada pada uterus disudut
tuba dimana gelombang his berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke
dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm, tiap detik mencakup
seluruh otot-otot uterus, di sebut fundus dominan. Oleh karena serviks
tidak mempunyai otot-otot yang banyak, maka pada setiap his terjadi
perubahan pada serviks :
• Tertarik dan mendatar (eyffacement)
• Membuka (Dilatasi)
2. Aktifitas Uterus (Miometrium)
Pada kehamilan menjelang 7 bulan, bila dilakukan pemeriksaan palpasi
atau pemeriksaan dalam dapat diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil
dari rahim (kontraksi Braxton / Hicks) amplitudo 5 mmHg berlangsung
sebentar sesudah kehamilan 30 minggu, aktifitas rahim akan lebih kuat
dan lebih sering.
Pada kehamilan diatas 36 minggu dan pada permukaan kala 1, his timbul
lebih sering dan lebih kuat, permukaan serviks 2 cm. Pada akhir kala 1,
kontraksi uterus lebih meningkat, lebih sering dan teratur dengan
amplitudo 60 mmHg.
• Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif, terkoordinasi, simetris
dengan fundadominan kuat, dan lebih lama (60-90 detik).
• Pada waktu relaksasi, kekuatan tonus uterus kurang dari 12 mmHg,
karena dalam keadaan istirahat.
Adakalanya pada waktu uterus beraktifitas dengan kontraksi maka akan
menemukan rasa nyeri dan sakit rasa his. Perasaan sakit ini mungkin
dikarenakan askemia dalam corpus dan tempat terdapat banyak serabut
saraf. Peristiwa ini meneruskan perasaan sakit melalui saraf sensorik di
pleksus hipogastrikus ke sistem saraf pusat. Sakit pinggang sering terasa
pada kala pembukaan dan bila bagian bawah uterus berkontraksi. Hal ini
disebabkan oleh serabut sensorik turut terangsang, maka dari itu, jika His
sempurna dan efisien dengan adanya dominasi di fundus uteri serta
relaksasi bagian bawah uterus dan serviks, perasaan sakit pinggang dan
sakit di bagian bawah ini akan berkurang.
B. Mekanisme His
Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas rahim dan segmen
bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif
karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya
persalinan. Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peranan pasif
dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregang. Jadi segmen
atas berkontraksi menjadi tebal dan mendorong anak keluar sedangkan
segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi
saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi. Kontraksi otot
rahim mempunyai sifat yang khas seperti :
• Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke
keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun
tonusnya seperti sebelum kontraksi yang disebut retraksi. Sehingga
rongga rahim mengecil dan anak berangsur didorong ke bawah dan tidak
banyak naik lagi ke atas setelah His hilang akibatnya segmen atas
semakin majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.
• Tidak akan ada kemajuan dalam persalinan
Pada ligamentum rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot
polos apabila uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum
rotundumikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek.
Di ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus yang tadinya
bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan mendeesak dinding
perut ke depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim
akan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari
ligamentum rotundum fundus uteri terhambat pada ligamentum
rotundum dalam persalinan yang mengandung otot-otot polos apabila
uterus berkontraksi maka otot-otot ligamentum rotundum ikut
berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi pendek. Di
ligamentum rotundum pada tiap kontraksi fundus yang tadinya bersandar
pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut ke
depan.
Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena sumbu rahim
akan searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi dari
ligamentum rotundum fundus uteri terhambat sehingga waktu kontraksi
fundus tidak dapat naik keatas. Apabila fundus naik keatas waktu
kontraksi maka kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak turun
kebawah.
C. Perubahan-perubahan akibat His
Karena adanya kontraksi uterus ( his ) mengakibatkan perubahan-
perubahan, antara lain :
• Pada uterus dan serviks : uterus teraba keras/padat. Karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterine naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar ( effacement) dan terbuka (
latasi )
• Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
• Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi uterus – plasenter
berkurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar-
benar terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik,
maka terjadi gawat janin aspeksia dengan denyut jantung janin diatas
160/menit, tidak teratur.
D. Pembagian his dan sifat-sifatnya
a. His pendahuluan
His tidak kuat dan tidak teratur
Menyebabkab “show”
b. His pembukan
His pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Mulai kuat teratur dan sakit.

c. His pengeluaran ( his mengedan ) atau kala III :


Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama.
His untuk mengeluarakan janin.
Koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma
dan ligament.
d. His pelepasan uri ( kala III )
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
e. His pengiring ( kala III )
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri ( merian ), pengecilan rahim dalam
beberapa jam atau hari.
E. Perbedaan antara his sejati dan his palsu.
Sebelum terjadinya his sejati, seorang calon ibu bisa merasa his palsu
atau kontraksi rahim yang tidak teratur. His ini disebut kontraksi brayton
hisks. Ini merupakan hal yang normal dan mingkin lebih sering muncul
pada sore hari. Mungkin sulit untuk membedakan antara his sejati dan
hbis palsu. Biasanya his palsu tidak sesering dan tidak sekuat his asli.
Kadang satu-satunya cara untuk mengetahui perbedaan antara his sejati
dan his palsu adalah melakukan pemeriksaan dalam untuk bisa
mengetahui proses persalinan yang akan terjadi.
Perbedaan antara his palsu dan his sejati.
Jenis perubahan His palsu His sejati
Karakteristik kontraksi Tidak teratur dan tidak semakin sering ( kontraksi
Braxton hicks ) Timbul secara teratur dan semakin sering berlangsung
selama 30-70 detik.
Pengaruh gerakan tubuh Jika ibu berjalan atau beristirahat atau jika
posisi ibu berubah, kontraksi akan menghilang/terhenti. Meskipun posisisi
atau gerakan ibu berubah kontraksi tetap dirasakan.
Kekuatan kontraksi Biasanya lemah dan tidak semakin kuat ( mungkin
tadinya kuat kemudian melemah ) Kontraksinya semakin kuat
Nyeri karena kontraksi Biasanaya hanya dirasakan di tubuh bagian depan
Biasanya berawal dipunggung dan menjalar kedepan.

1. Tahap-tahap persalinan
 Tahap I :mulai dari awal his sampai pembukaan lengkap ( sekitar 10
cm )
 Fase awal ( fase laten )
 Kontraksi semakin kuat dan teratur
 Rasa nyeri masih bersifat minimal
 Serviks menipis dan membuka sampai mencapai sekitar 4 cm
 jam pada kehamilan selanjutnya
 Fase aktif
 Serviks membuka sampai 10 cm
 Bagian terendah bayi ( biasanya kepala ) mulai turun kedalam panggul
ibu
 Ibu mulai merasakan desakan untuk mengedan
 Fase ini berlangsung sekitar 5 jam ( pada kehamilan pertama ) dan 2
jam ( pada kehamilan berikutnya )
 Tahap II : mulai dari pembukaan lengkap sampai bayi keluar dari rahim
ibu. Berlangsung selama 60 menit ( pada kehamilan pertama ) dan 15-30
menit ( pada kehamilan berikutnya ).
 Tahap III : mulai dari kelahiran bayi sampai pengeluaran plasenta ( ari-
ari ). Biasanya tahap ini hanya berlangsung selama beberapa menit daja
setelah proses berlangsung.
Selama tahap I, ibu dilarang mengedan karena mengedan sebelum
pembukaan lengkap akan me3nghabiskan tenaga dan bisa menyebabkan
robekan pada serviks. Denyut jantung ibu dan bayi diperiksa setiap 15
menit. Jika denyut jantung bayi terlalu cepat atau terlalu lambat, maka
dipertimbangkan untuk melahirkan bayi melalui operasi Caesar atau
dengan bantuan forceps atau tindakan korektif lainnya ( misalnya ibu
disuruh berbaring miring kekiri, menambah jumlah cairan infus atau
memberikan O2 melalui selang hidung ).
Selama tahap II, ibu diharuskan mengedan setiap merasakan kontraksi
agar bayi terdorong kevagina. Pemantauan denyut jantung bayi dilakukan
setiap 3 menit.
2. Persalinan Spontan
Tehnik persalinan spontan yang paling terkenal adalah metode Lamaze.
Tehnik lainnya adalah metode leboyer, yang terdiri dari melahirkan
diruang gelap dan merendam bayi dalam air hangat segera setelah
dilahirkan. Pada persalinan spontan, untuk mengontrol nyeri selama
persalinan digunakan tehnik relaksasi dan pernafasan.
Untuk mempelajari tehnik ini calon ibu dan suaminya bisa mengikuti
latihan di rumah sakit mauoun klinik bersalin. Pada tehnik relaksasi, ibu
secara sadar menegangkan sebagian tubuhnya kemudian
mengendorkannya. Tehnik ini membantu ibu mengendorkan seluruh
tubuhnya ketika rahim berkontraksi dan ketika rahim tidak berkontraksi.
Beberapa jenis pernafasan bisa membantu ibyu da;lam menghadapi
pefrsalinan tahap I ( sebelum diperbolehkan mengedan ).
 Menarik napas dalam ( untuk membantu ibu rileks ), dilakukan pada
awal dan akhir kontraksi
 Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada
saat konttraksi mencapai puncaknya
 Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nfas
melalui mulut, dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan.
Pada stadium II ibu mulai boleh mengedaan dan diselangi dengan
menarik nafas cepat dan pendek. Selama kehamilan ibu dan pasangannya
sebaiuknya melakukan tehnik relaksasi dan pernafasan secara rutin.
Selama persalinan berlangsung, sang suami bisa memantiu calon ibu
dengan memngingatkan apa yang seharusnya dilakukan pada setiap
tahap persalinan dan menenangkannya jika terlihat tegang. Pemijatan
bisa mengurangi ketegangan pada calon ibu.

F. Tenaga mengedan ( power )


Tenaga mengedan adalah tenaga yang dimilliki dan dikeluarkan oleh ibu
untuk mengeluarkan bayi atau plasenta. Tenaga ini dihasilkan setelah
terjadi pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang
mendorong anak keluar selain his dikakrenakan kontraksi otot-otot
dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdomenal.
Tanaga ini dikeluarakan saat kepala janin sampai pada dasar panggul
timbul suatu reflex yang mengakibatkan pasien Menutup glottisnya,
mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diacfragmanya
kebawah. Tenaga mengejan sanmgat efektif sewaktu kontraksi rahim.
Beberapa mekanisme mengadan yang dibagi dalam beberap[a fase
dal;am kala II diantaranya :
1.Fase laten pada kala II
Kontraksi rahim yang lemah disekitar waktu pembukaan lengkap sering
kali dijumpai dan disebut fase laten kala II. Pada saat ini akan terjadi
penyesuaian berupa pemendekan serat-serat otot rahim yang akan
mengurangi ruang dalam rahim sampai otot terakhir membungkus tepat
badan janin. Selama proses tersebut kontraksi rahim melemah atau tidak
dapat dirasakan selang beberapa waktu, kontraksi membaik dan wanita
mengalami dorongan yang semakin kuat untuk mengedan yang
bersamaan dengan peningkatan pelepasan oksotosin. Beberapa upaya
untuk mempercepat kala II pada fase laten, diantaranya :
Meminta wanitaa untuk mengedan sekuat-kuatnya
Memberikan oksotosin untuk menguatkan kontraksi
Menunggu pembukaan lengkap dan mengedan dan usaha mengedan
spontan dari ibu
2.Fase akhir pada kala II
Fase aktif kala II ditandai dengan penurunan janin dan usaha untuk
mengedan tanpa sadar disebut sebagai bagian panggul dari persalinan.
Periode mengejan atau fase penurunan. Usaha untuk mengejan
merupakan usaha untuk mengatur posisi bernafas dan mengejan. Pada
waktu mengambil nafas dalam menahannya dan mengejan sekuat-
kuatnya selama sekurang-kurangnya 10 detik melepaskan nafas dan
segera mengambil nafas kembali.
 Beberapa efek psikologis menarik nafas dan mengejan yang
berkepanjangan pada wanita dan janin diantaranya:
 Sistem tekanan tertutup dengan rongga dada wanita sehingga terjadi
penurunan arus balik vena, penurunan curah jantung dan tekanan darah
arteri ibu.
 Peningkatan tahanan pembuluh darah tepi dikepala, wajah, lengan dan
kaki. Penurunan kadar oksigen dalam darah ibu dan aliran darah ke
plasenta. Peningkatan karbondioksida ibu sampai ia mengambil nafas.
 Peningkatan mendadak tekanan darah ketika mengambil nafas.
Menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil. Distensi mendadak dari
kanalis vaginalis dan otot-otot panggul.
 Kelelahan ibu
 Pada janin kandungan O2 dalam darah menurun dan aliran darah
keplasenta menurun, sehingga O2 yang tersedia untuk janin menurun
dan mengakibatkan janin hipoksia.

 Usaha mengedan spontan


Dengan usaha mengedan spontan kepada berbagai posisi efek samping
yang tidak diharapkan pada menahan nafas maksimal yang
berkepanjangan tidak akan terjadi. Jika seorang wanita tidak dibutuhkan
untuk mengejan dengan cara atau posisi tertentu ia dapat menggunakan
berbagai posisi. Menarik nafas, mengerang atau berteriak ketika
berkontrasi.
Usaha mengejan spontan, biasanya terjadi seiring dengan kemajuan kala
II dan janin turun usaha mengedan spontan akan semakin sering.
Mengedan spontagn diawali ketika pembukaan lengkap, kemudian timbul
kontraksi dan ibu akan bernafas terus samp[ai terasa ingi mengedan . di
lanjutkan dengan mengedan spontan dan ibu menahan nafas atau
bersuara serta memilih posisinya untuk melahirkan.
Dalam keadaan normal, dasar pangul wsanita membentuk landasan
tempat kepala janin dapat berotasi dan otot-otot yang melapisi panggul
juga memberikan bantalan lentur yang mendorong terjadinya rotasi.
Tekanan otot-otot ini. Mendorong respon regangan yang berperan penting
pada gerakan-gerakan utama dari penurunan. Seperti : pleki, rotasi
internal dan rotasi internal.
 Bagaimana posisi mengejan yang baik ?
Posisi yang baik untuk mengejan adalah sesuai dengan keinginan dan
kenyamanan ibu, tapi ada beberapa posisi baik yang bisa dilakukan ibu
pada saat mengejan, yaitu:
1. Duduk atau setengah duduk, seringkali merupakan posisi yang paling
nyaman, di samping memudahkan penolong persalinan dalam memimpin
persalinan pada saat keluarnya kepala bayi, dan dalam mengamati
perineum
2. Menungging atau posisi merangkak, baik dilakukan bila ibu merasakan
kepala bayi tertahan di punggungnya. Posisi ini juga bermanfaat pada
bayi yang sulit berputar
3. Jongkok atau berdiri, posisi ini membantu turunnya kepala bila
persalinan berlangsung lambat atau bila ibu tidak mampu mengejan
4. Berbaring pada sisi kiri tubuh, posisi ini nyaman dan mampu mencegah
ibu mengejan ketika pembukaan belum lengkap
Posisi yang tidak baik bagi ibu adalah berbaring lurus terlentang. Hal ini
dapat menimbulkan penekanan pada pembuluh darah yang membawa
darah untuk janin dan ibu, sehingga mereka akan memperoleh aliran
darah dan oksigen yang lebih sedikit. Selain itu pada posisi ini ibu akan
mengalam kesulitan dalam mengejan
 Tips mengejan yang baik.
Ada beberapa tips yang sepertinya pantas untuk dishare :
1. Ingatkan istri untuk selalu menarik napas yang dalam dan
mengeluarkan pelan-pelan, cara ini akan sangat mengurangi rasa sakit ,
2. Sekali lagi tekankan point 1 sebagai ganti dari berteriak jika terasa
sakit. Karena berteriak tidak akan mengurangi rasa sakit malah akan
membuang tenaga yang akan sangat dibutuhkan sewaktu melahirkan ,
3. Pada waktu akan melahirkan beri support ke istri baik support
psikologis maupun bantuan fisik dengan mendukung istri dari belakang
saat mengejan ,
4. Sewaktu mengejan ada beberapa hal yang perlu selalu diingatkan ke
istri , yang pertama adalah jangan sampai mengangkat pantat saat
mengejan karena dapat merobek vagina. Pada proses melahirkan
pertama kali biasanya akan digunting juga tetapi robek hasil guntingan
beraturan sehingga mudah dijahit sementara robek karena kecelakaan
tidak beraturan sehingga susah pulih ,
5. Sewaktu mengejan ingatkan istri supaya jangan menutup mata karena
dapat membuat pembuluh darah di mata pecah, dan usahakan untuk
melihat ke perut dengan bantuan dorongan suami dari punggung/leher
6. Sebagai persiapan mengejan minta istri untuk menghirup udara
sebanyak-banyaknya supaya dapat mengejan dalam waktu yang lama,
dengan kemampuan mengejan dalam waktu yang lama insya Allah tidak
perlu digunting
7. Sewaktu mengejan jangan sampai ada udara yang keluar dari hidung
dan mulut karena akan mengurangi kekuatan mengejan secara signifikan.
8. Kalau udara keluar saja dilarang apalagi berteriak , sama sekali tidak
membantu proses melahirkan.
G. Jenis-jenis kelainan his
a. Inersia uteri
Disini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat
dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, peranan fundus tetap
menonjol. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih
aman, singkat dan jarang dari pada bisaa. Keadan umum penderita
biasanya baik, dan rasa nyeri biasanya tidak seberapa. Selama ketuban
masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun janin
kecuali jika persalinan berlangsung terlalu lama : dalam hal terakhir ini
morbitas ibu dan mortalitas janin naik keadaan ini dinamakan inersia uteri
primer atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah
berlangsungya his kuat unutk waktu yangn lama, hal itu dinamakan
inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan
berlangsung demikian lama sehingga dapat mennimbulkan kelelahan
otot-otot uterus. Kecuali pada wanita tidak diberi pengawasan baik waktu
persalinan. Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakapenilaia yang
seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Janagan dilakukan
tidakan yang tergesa-gesa untuk mempercepat lahirnya janin. Tidak
dapat diberikan waktu yang pasti, yang dapat dipakaki sebagai
pengangan untuk membuat diagnosis inersia uteri atau untuk memulai
terapi aktif.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten : untuk hal ini
diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri. Tidak
cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk
sampai kepada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai
akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yakni pendataran dan
atu pembukaan. Kesalahan yang sering dibuat ialah mengobati seorang
penderita untuk inersia uteri padahal persalinan belum mulai ( fase
labour).
b. His terlampau kuat atau disebut juga hypertonic uterine contraction.
Walaupun pada golongan coordinated hypertonic uterine contraction
bukan merupakan penyebab distoksia, namun hal ini dibicarakan juga
disinai dalam rangka kelainan his. His yang terlalu kuat dan terlalu
efesien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang singkat.
Partus yang sudah selesai kurang dari 3 jam dimakan partus presipitatus:
sifat his normal, tonus otot diluar his juga biasa, kelainannya terletak
pada kekuatan his. Bahaya partus prespitatus bagi ibu ialah terjadinya
perlukaan luas pada jalan lahir. Khususnya serviks uteri. Vagian dan
perenium,sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak
karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi
menjadi sangat jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran
dinamakan lingkaran retraksi patologis. Ligamenta rotunda menjadi
tegang lebih jelas teraba, penderita merasa terus menerus dan
menjadigelisah. Akhirnya, apabila tidak diberikan penolong, regangan
segmen bawah melampaui kekuatan jaringan terjadilah repturi uteri.
c. Incoordinati Uterine Action
Disinilah sifat his berubah. Tonus otot uterus meningkat,juga diluar
his,dan kontraksi tidak berlangsung secara biasa karena tidak ada
singkronisasi antara kontraksi bagian-bagianya. Tidak adanya kooedinasi
antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak
efisien dalam mengadakan pembukaan.
Disamping itu tonus otot uterus yang menarik dapat menyebabkan rasa
nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula menyebabkan
hipoksia pada janin. His jenis ini disebut sebagai uncoordinater hypertonic
uterine contraction. Kadang-kadang pada persalinan persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah. Kelainan his ini menyebabkan
spasmus sirkuler setempat sehingga terjadi penyempitan kuvom uteri
pada tempat itu. Ini dinamakan lingkaran kontraksi atau lingkatan
konstrisi. Secara teoritis lingkaran ini terjadi dimana-mana akan tetapi
biasanya ditemukan pada batas antara bagian tas dan sigmen bawah
uterus. Lingkaran kontriksi tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan
dalam kecuali kalau pembukaan sudah lengkap kecuali kalu pembukaan
sudah lengkap, sehingga tangan dimasukan kedalam kavum uteri. Oleh
sebab itu, jika pembukaan belum lengkap, biasanya tidak mengenal
pelayanan ini dengan pasti. Adakalanya persalinan tidak maju karena
kelainan pada serviks yang dinamakan distosia sevikalis. Kelainan ini bisa
primer bisa sekunder.
d. uterus Tonika
Uterus Tonika merupakan obat-obatan(kemasan) yang kerjanya
mempengaruhi his. Sumber dari uterus tonika ini berasal dari hewani,
nabati dan sintesis secara umum , kegunaannya dalam obtetri:
 Mempengaaruhi kontraksi rahim akan memperkuat his
 Mengurangi pendarahan pada otonia uteri induksi atau stimulus partus
Cara pemakaian hendaknya menurut indikasi yang tepat. Penyalahgunaan
obat-obat ini, kadang-kadang dapat membahayakan jiwa siibu, misalnya
dapat terjadi robeknya rahim bila dipakai oleh orang yang tidak awas
akan penggunaannya.
Obat-obatan tersebut antara lain:
a. Pituitrin:
– Pitresin
– Pitosin
Pituitrin adalah ekstrak dari kelenjat hifofisis lobus belakang, sehingga
merupakan sumber hewani. Obat sintesisnya dikenal dengan nama
syintocinion, sebagai nama umum disebut oxitonicine. Kemasan yang
sering kita kenal :
Pitocin-piton-hypopisin-pitog-landol. Kerja obat ini memperkuat his yang
dudah ada his dating lebih cepat (efek obat) dan dalam waktu yang lama.
Kegunaannya pada:
 Atonia uteri promer ( imertia uteri )
 Kala uri ( kala III ) dengan perdarahan
 Kala IV dengan atonia uteri
 Steinse kuur ( induksi partus secara dulu )
 Pada plasenta prepia, setelah pemecahan ketuban dengan maksud
supaya perdarahan berhenti
 Pada kuret mola, supaya dinding rahim menjadi lebih tebal dan
berkontraksi
 Abortus incipiens ( perdarahan banyak )
Kontra indikasi:
 Bagian terdepan anak belum turun
 Letak lintang, letak rangkap
 Robekan rahim mengancam
 Bekas-bekas operasi pada uterus yang hamil
 Hipertensi, eklampsia ( syinto dan pitosin boleh ),dll

b. Sycale cornutum
Asal, yaitu :
 Ekstrak dari celaviceps purpurea ( kapang gandum )
 Sintesis, misalnya medhergin ( Sandoz )
Isinya antara lain :
 Ergotamin
 Ergotoksin
 Etgometrin
Kerjanya :
 Memperkuat kontraksi rahim
 Ada efek di luar his, efek kerjanya lama dan pengaruhnya cukup lama.
Kemasan yang tersedia berupa kemasan tincture, extractum, infusum,
tablet, dll. Biasanya dipasaran kita kenal : ergot, ergotrat, ergotamine,
ginergen, dan secara injeksi.
Dalam obstetri praktis sering dipakai pada :
 Postpartum
 Kala nifas
 Sub-involusio
 Abortus Incompletus
 Post-kuret,dll
Methergin merupakan kemasan sintesis dari pabrik Sandoz. Obat ini
sering dipakai pada perdarahan postpartum, multipara postpartum,
section caesarea, dan pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi
perdarahan postpartum. Cara pemberian melalui IV / IM, seperti pada
hidramnion, gemeli, anak besar, operasi obstetric, dan pernah mengalami
perdarahan postpartum. Cara pemberian bisa IV / IM intramural dan per
infuse.
c. Chinine ( pil kina )
Kina berasal dari kulit kayu kina, banyak terdapat di Indonesia terutama
dipakai untuk pengobatan malaria. Kerja obat ini memperkuat kontraksi
rahim yang sudah ada, kemasannya yaitu sulfas chihine. Dulu dipakai
pada khinine kuur dan steinse kuur.
d. Prostaglandin
Sekarang ini pemakaian PG dalam obstetric, terutama untuk pengeluaran
isi rahim ( kehamilan ) kapan saja dalam masa kehamilan, telah banyak
dipakai di luar negeri. Dimedan telah mulai dipakai untuk riset.
e. Morfin
Digunakan sebagai antidotum his yang kuat terus-menerus (tetania
uteri).
f. Sandopart
Dibuat sintesis oleh Sandoz dan digunakan untuk stimulasi / induksi
partus.
g. Oxsytocin drips
Terdiri atas :
 Syntocinon drips
 Pitocin drips
Untuk induksi partus dengan indikasi obstetric, dipakai 5-10 UI dalam 500
cc glukosa /dekstrosa 5 %. Pemberian drips ini harus diawasi
setiap saat.Dosis awal 4 tetes per menit, kemudian dinaikkan tiap 10-15
menit hingga dikehendaki his yang adekuat, maksimum 40 tetes per
menit. Syarat pemakaian obat ini harus diawasi serta dicatat DJJ tensi
dan kontraksi.
Bahaya pemakaian uterus tonika :
 Tetania uteri
 Ruptura uteri
 Retensio plasentae

Anda mungkin juga menyukai