Anda di halaman 1dari 35

BAB III

JARINGAN DISTRIBUSI DAN PERLATAN


LISTRIK JARINGAN

3.1 Pengertian Jaringan Distribusi


Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga
listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga
listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen. Jadi
fungsi distribusi tenaga listrik adalah;
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa
tempat (pelanggan), dan
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung
berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-
pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan
distribusi.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga
listrik besar dengan tegangan 400 V (data 400 V berdasarkan dari
tegangan yang dihasilkan di generator pada Pusdiklat Migas
Cepu) dinaikan tegangannya oleh transformator step-up menjadi
6.1 kV (6.1 kV merupakan tegangan distribusi pada Pusdiklat
Migas Cepu) kemudian disalurkan melalui saluran distribusi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil
kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal
ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang
mengalir (I2.R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga
kerugian daya juga akan kecil pula. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan transformator
penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan
sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh
saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan

15
tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan
rendah, yaitu 220/380 Volt.
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua sistem
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV dan semua Jaringan
Tegangan Rendah (JTR) 220/380 V hingga ke meter-meter
pelanggan. Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan
menggunakan kawat-kawat distribusi melalui penghantar udara.
Dimana setiap jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang
trafo-trafo distribusi untuk menurunkan level tegangan dari
tegangan menengah. Dari trafo-trafo distribusi tersebut daya
disalurkan menuju pelanggan listrik baik rumah tangga di
pemukiman maupun pelanggan listrik komersial seperti industri.
Hal ini dinamakan distribusi sekunder.

3.2 Pembagian Jaringan Distribusi


Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
3.2.1 Berdasarkan Tegangan Pengenal
Menurut jenis tegangan pengenalnya, jaringan distribusi
dibedakan menjadi seperti di bawah ini :
a. Saluran distribusi primer
Terletak pada sisi primer trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder trafo substation (G.I.) dengan titik primer trafo
distribusi. Saluran ini bertegangan menengah 20kV. Jaringan
listrik 70 kV atau 150 kV, jika langsung melayani pelanggan,
bisa disebut jaringan distribusi.
b. Saluran distribusi sekunder
Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik
sekunder dengan titik cabang menuju beban.
3.2.2 Menurut Bentuk Tegangan
Menurut bentuk tegangannya, jaringan distribusi
dibedakan menjadi seperti di bawah ini :
a. Saluran Distribusi DC (Direct Current) menggunakan sistem
tegangan searah.

16
b. Saluran Distribusi AC (Alternating Current) menggunakan
sistem tegangan bolak-balik.
3.2.3 Menurut Jenis/Tipe Konduktor
Menurut jenis konduktornya, sistem distribusi dibedakan
menjadi tiga, yaitu :
a. Saluran udara, dipasang pada udara terbuka dengan bantuan
support (tiang) dan perlengkapannya, dibedakan atas:
 Saluran kawat udara, bila konduktornya telanjang, tanpa
isolasi pembungkus.
 Saluran kabel udara, bila konduktornya terbungkus
isolasi.
b. Saluran Bawah Tanah, dipasang di dalam tanah, dengan
menggunakan kabel tanah (ground cable).
c. Saluran Bawah Laut, dipasang di dasar laut dengan
menggunakan kabel laut (submarine cable).
Untuk sistem distribusi Kudus menggunakan saluran
distribusi AC dan menggunakan jenis konduktor saluran udara.
Berikut adalah gambar Jaringan Distribusi Kudus kota

3.2.4 Menurut Susunan Saluran


Saluran distribusi direntangkan sepanjang daerah yang
akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban. Terdapat
bermacam-macam bentuk rangkaian jaringan distribusi primer.
Antara lain sebagai berikut :
a. Sistem Radial
Bila antara titik sumber dan titik bebannya hanya terdapat
satu saluran (line), tidak ada alternatif saluran lainnya. Bentuk
jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling
banyak digunakan. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik
secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari
jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang
dilayani.

17
Gambar 3.1 Sistem jaringan tipe radial
b. Sistem Ring (loop)
Bila pada titik beban terdapat dua alternatip saluran berasal
lebih dari satu sumber. Jaringan ini merupakan bentuk tertutup,
disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian
penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban
dilayani dari dua arah penyulang, sehingga kontinyuitas
pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih
baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi
lebih kecil.

Gambar 3.2 Sistem jaringan tipe ring


c. Sistem Spindel
Selain bentuk-bentuk dasar dari jaringan distribusi yang
telah ada, maka dikembangkan pula bentuk-bentuk modifikasi,
yang bertujuan meningkatkan keandalan dan kualitas sistem.
Salah satu bentuk modifikasi yang populer adalah bentuk

18
spindle, yang biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam
keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa
beban. Saluran 5 penyulang yang beroperasi dalam keadaan
berbeban dinamakan "working feeder" atau saluran kerja, dan
satu saluran yang dioperasikan tanpa beban dinamakan "express
feeder". Fungsi "express feeder" dalam hal ini selain sebagai
cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah satu "working
feeder", juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya drop
tegangan pada sistem distribusi bersangkutan pada keadaan
operasi normal.

Gambar 3.3 Sistem Jaringan Spindel


d. Sistem Cluster
Konfigurasi cluster seperti pada gambar di bawah ini
banyak digunakan untuk kota besar yang mempunyai kerapatan
beban yang tinggi. Dalam sistem ini terdapat Saklar Pemutus
Beban, dan penyulang cadangan.

19
Gambar 3.4 Sistem jaringan tipe cluster
3.2.5 Menurut Tipe Pengawatan Sistem Distribusi
Ditinjau dari cara pengawatannya, saluran distribusi AC
dibedakan atas beberapa macam tipe, dan cara pengawatan ini
bergantung pula pada jumlah fasanya, yaitu :
1. Sistem satu fasa dua kawat 120 Volt
2. Sistem satu fasa tiga kawat 120/240 Volt
3. Sistem tiga fasa empat kawat 120/208 Volt
4. Sistem tiga fasa empat kawat 120/240 Volt
5. Sistem tiga fasa tiga kawat 240 Volt
6. Sistem tiga fasa tiga kawat 480 Volt
7. Sistem tiga fasa empat kawat 240/416 Volt
8. Sistem tiga fasa empat kawat 265/460 Volt
9. Sistem tiga fasa empat kawat 220/380 Volt
Sistem jaringan tegangan menengah yang digunakan dan
diterapkan pada jaringan distribusi PT.PLN APJ Kudus sama
dengan yang diterapkan di seluruh area distribusi Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu menggunakan sistem tiga
fasa empat kawat 220/380 V, dengan konfigurasi bintang yang
satu kawat merupakan netral.

20
Gambar 3.5 Sistem distribusi tiga fasa empat kawat 220/380 V [2]

3.3 Jaringan Distribusi Bawah Tanah


Jaringan distribusi bawah tanah dewasa ini telah banyak
digunakan terutama untuk perkotaan atau wilayah tertentu yang
menonjolkan estetika. Salah satu dari penggunaan jaringan
distribusi bawah tanah adalah untuk jaringan distribusi
perumahan. Beberapa fasilitas juga menggunakan konstruksi
jaringan bawah tanah seperti industry dan kilang minyak.
Biaya yang dibutuhkan untuk konstruksi jaringan bawah
tanah lebih mahal daripada jaringan udara, faktor-faktor utama
yang mempengaruhi biaya jaringan bawah tanah antara lain
adalah kondisi tanah, pengembangan, pipa kabel, bahan dan
ukuran kabel dan peralatan instalasi.

3.3.1 Perbandingan Antara Saluran Udara dan Saluran


Bawah Tanah
Berdasarkan pemasangannya, saluran distribusi dibagi
menjadi dua kategori, yaitu saluran udara (overhead line) yang
merupakansistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat
penghantar yang ditompang pada tiang listrik, dan saluran bawah
tanah (underground line) yang merupakan sistem penyaluran
tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanamkan dalam tanah.

3.3.1.1 Saluran Bawah Tanah


Merupakan saluran distribusi yang menyalurkan energi
listrik melalui kabel yang ditanam tanah. Jenis saluran ini sering
di gunakan di dalam kota karena nilai estetikanya yang tinggi
dan juga tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau
kondisi alam. Akan tetapi biaya pemasangan saluran distribusi

21
bawah tanah lebih mahal dibandingkan saluran udara dan juga
sulitnya menentukan titik lokasi gangguan jika terjadi gangguan.
Berikut merupakan keuntungan dan kerugian pemakaian kabel
bawah tanah adalah :
 Tidak terpengaruh oleh bahaya petir, badai, tertimpa pohon.
 Tidak mengganggu pemandangan, nilai estetikanya tinggi
 Investasi lebih mahal
 Penyambungan lebih sulit
 Kapasitas elektro statis lebih besar

3.3.1.2 Saluran Udara


Merupakan saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik
melalui kabel konduktor yang digantung pada isolator antar
menara atau tiang distribusi. Keuntungan dari saluran distribusi
jenis ini adalah lebih murah, lebih mudah dalam perawatan,
mudah mengetahui letak gangguan, mudah dalam perbaikan, dan
sebagainya. Akan tetapi karena berada di ruang terbuka, maka
estetikanya lebih buruk dan lebih rentan terhadap gangguan
seperti gangguan akibat petir atau pohon tumbang.
Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan dari penggunaan
saluran udara:
 Instalasi lebih murah
 Cara penyambungan mudah
 Mudah mencari gangguan
 Memerlukan tempat yang luas
 Faktor keamanan lebih tinggi
 Lebih mudah terkena gangguan

3.4 Kabel Saluran Bawah Tanah


Sistem listrik dari saluran distribusi bawah tanah dengan
kabel memiliki banyak jenis. Di Eropa, sistem pembumian
dengan reaktor banyak digunakan, sedangkan di Amerika sistem
pembumian langsung atau sistem pembumian dengan tahanan
yang kecil banyak digunakan. Distribusi merupakan salah satu
tahap penyaluran dari generator menuju beban. Berdasarkan cara
pemasangannya, sistem distribusi dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu saluran udara (overhead line), saluran kabel

22
bawah laut (submarine cable) dan saluran kabel tanah.
(underground line).

3.5 Sistem Distribusi Pusdiklat Migas Cepu


Sistem distribusi di Pusdiklat Migas Cepu menggunakan tipe
ring (dapat dilihat di SLD). Jaringan ini merupakan bentuk
tertutup, disebut juga bentuk jaringan "loop". Susunan rangkaian
penyulang membentuk ring, yang memungkinkan titik beban
dilayani dari dua arah penyulang, sehingga kontinyuitas
pelayanan lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih
baik, karena rugi tegangan dan rugi daya pada saluran menjadi
lebih kecil.
Sumber listrik di Pusdiklat Migas Cepu ada dua, yaitu dari
power plant dan PLN. Beberapa tempat tertentu di suplai oleh
dua sumber (misalnya Kilang), pada keadaan normal, kilang di
suplai oleh power plant, akan tetapi jika terjadi gangguan pada
power plant, maka ATS (Automatic Transfer Switch) akan
bekerja dan mengganti sumber menjadi dari PLN sehingga
kilang terus di suplai listrik tanpa gangguan. Penggunaan ATS di
sini bertujuan untuk meningkatkan dan menjaga keandalan
sistem di Pusdiklat Migas Cepu. Sebagian beban yang
sebelumnya ditanggung oleh power plant kini sudah beralih
menjadi ditanggung oleh PLN. Untuk saat ini Power Plant hanya
berfungsi untuk mensuplai kilang dan sebagai back up jika
terjadi gangguan di PLN. Penggantian suplai listrik ini
dikarenakan kebijakan pemerintah tentang penghematan energi.

3.6 Trafo Distribusi


Trafo Distribusi adalah merupakan suatu komponen
yang sangat penting dalam penyaluran tenaga listrik dari gardu
distribusi ke konsumen. Kerusakan pada trafo distribusi
menyebabkan kontiniuitas pelayanan terhadap konsumen akan
terganggu (terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman).
Pemilihan rating trafo distribusi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan beban akan menyebabkan efisiensi menjadi kecil,
begitu juga penempatan lokasi trafo distribusi yang tidak cocok
mempengaruhi drop tegangan ujung pada konsumen atau
jatuhnya/turunnya tegangan ujung saluran/konsumen.
Bagian-bagian dari transformator :

23
1. Inti besi
Inti besi berfungsi untuk membangkitkan fluksi yang
timbul karena arus listrik dalam belitan atau kumparan
trafo. Bahan inti terdiri dari lempengan-lempengan baja
tipis, hal ini dimaksudkan utuk mengurangi panas yang
diakibatkan oleh arus eddy (eddy current).
2. Kumparan Primer dan Kumparan Sekunder
Kawat yang berbentuk kumparan yang terisolasi dengan
baik antar kumparan maupun inti besi. Bila salah satu
dari kumparan diberikan tegangan maka akan
membangkitkan fluks pada inti serta menginduksi
kumparan lainya sehingga pada kumparan sisi lain akan
timbul tegangan.
3. Minyak trafo
Belitan primer dan sekunder pada inti besi pada trafo
terendam minyak trafo, hal ini dimaksudkan agar panas
yang terjadi pada kedua kumparan dan inti trafo
berkurang. Selain itu minyak trafo juga digunakan
sebagai isolasi kumparan dan inti besi.
4. Bushing
Pada ujung kedua trafo baik primer maupun sekunder,
keluar batang konduktor yang terisolasi. Sebagai
penyekat antar kumparan dengan body badan trafo.
5. Tangki
Bagian-bagian trafo yang terendam minyak trafo berada
dalam tangki.

3.7 Transformator di Pusdiklat Migas Cepu


Trafo di Pusdiklat Migas ada dua jenis, yaitu trafo step-up
dan trafo step-down, trafo step-up digunakan untuk menaikan
teganggan dari 400 V menjadi 6.1 kV. Tegangan 400 V tersebut
berasal dari generator di Pusdiklat Migas Cepu. Sedangkan trafo
step-down digunakan untuk menurunkan tegangan 6.1 kV
menjadi teganggan 380/220 V, trafo tersebut digunakan untuk
memenuhi kebutuhan beban tegangan rendah.
Berikut merupakan trafo di Pusdiklat Migas Cepu :
 Transformator 1 (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6,1 kV/380 V
Beban : Dapat dilihat di SLD

24
 Transformator 2 (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 3 (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 4 (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 5 (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 6a (step-down)
Kapasitas : 500 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 6b (step-down)
Kapasitas : 200 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 7 (step-down)
Kapasitas : 200 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 8 (step-down)
Kapasitas : 630 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 9 (step-down)
Kapasitas : 630 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 10 (step-down)
Kapasitas : 200 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 11 (step-down)
Kapasitas : 400 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 12 (step-down)
Kapasitas : 400 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 13 (step-down)
Kapasitas : 6300 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 14 (step-down)
Kapasitas : 200 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator 15 (step-down)
Kapasitas : 200 kVA; 6.1 kV/380 V
 Transformator Step-up
Kapasitas : 1600 kVA; 0,4 kV/6,1 kV
 Transformator Step-up
Kapasitas : 800 kVA; 0,4 kV/6,1 kV
 Transformator Step-up
Kapasitas : 630 kVA; 0,4 kV/ 6,1 kV

25
3.8 Generator Set
Genset atau kepanjangan dari generator set adalah sebuah
perangkat yang berfungsi menghasilkan daya listrik. Disebut
sebagai generator set dengan pengertian adalah satu set peralatan
gabungan dari dua perangkat berbeda yaitu engine dan generator
atau alternator. Engine sebagai perangkat pemutar sedangkan
generator atau alternator sebagai perangkat pembangkit listrik.
Engine dapat berupa perangkat mesin diesel berbahan bakar solar
atau mesin berbahan bakar bensin, sedangkan generator atau
alternator merupakan kumparan atau gulungan tembaga yang
terdiri dari stator ( kumparan statis ) dan rotor (kumparan
berputar).
Genset dapat dibedakan dari jenis engine penggeraknya,
dimana kita kenal tipe-tipe engine yaitu engine diesel dan engine
non diesel /bensin. Engine diesel dikenali dari bahan bakarnya
berupa solar, sedangkan engine non diesel berbahan bakar bensin
premium.
Di pasaran, genset dengan engine non diesel atau berbahan
bakar bensin biasa diaplikasikan pada genset berkapasitas kecil
atau dalam kapasitas maksimum 10.000 VA atau 10 kVA,
sedangkan genset diesel berbahan bakar solar diaplikasikan pada
genset berkapasitas > 10 kVA. Hal ini dikarenakan tenaga yang
dihasilkan oleh diesel lebih besar daripada engine non diesel,
dimana cara kerja pembakaran diesel yang lebih sederhana yaitu
tanpa busi, lebih hemat dalam pemeliharaan, lebih responsif dan
bertenaga. Selain itu untuk aplikasi industri dimana bahan bakar
diesel (solar) lebih murah daripada bensin (gasoline).
Dalam aplikasi kita akan jumpai bahwa genset terdiri dari
genset 1 phasa atau 3 phasa. Pengertian 1 phasa atau 3 phasa
adalah merujuk pada kapasitas tegangan yang dihasilkan oleh
genset tersebut. Tegangan 1 phasa artinya tegangan yang
dibentuk dari kutub L yang mengandung arus dengan kutub N
yang tidak berarus, atau berarus Nol atau sering kita kenal
sebagai Arde atau Ground. Sedangkan tegangan 3 phase dibentuk
dari dua kutub yang bertegangan. Genset tiga phasa
menghasilkan tiga kali kapasitas genset 1 phasa. Pada sistem
kelistrikan PLN kita, kapasitas 3 phasa yang dihasilkan untuk
aplikasi rumah tangga adalah 380 Volt, sedangkan kapasitas 1
phasa adalah 220 Volt.

26
Genset dapat digunakan sebagai sistem cadangan listrik
atau "off-grid" (sumber daya yang tergantung atas kebutuhan
pemakai). Genset sering digunakan oleh rumah sakit dan industri
yang membutuhkan sumber daya yang mantap dan andal (tingkat
keandalan pasokan yang tinggi), dan juga untuk area pedesaan
yang tidak ada akses untuk secara komersial dipasok listrik
melalui jaringan distribusi PLN yang ada.

3.8.1 Mesin Diesel


Mesin diesel termasuk mesin dengan pembakaran dalam
atau disebut dengan motor bakar, ditinjau dari cara memperoleh
energi termalnya (energi panas). Untuk membangkitkan listrik,
sebuah mesin diesel dihubungkan dengan generator dalam satu
poros (poros dari mesin diesel dikopel dengan poros generator).
Keuntungan mesin diesel sebaga penggerak utama adalah :
 Desain dan instalasi sederhana
 Auxilary equipment (peralatan bantu) sederhana
 Waktu pembebanan relatif singkat
Sedangkan kerugian dari penggunaan mesin diesel sebagai prime
mover:
 Starting awal berat, karena kompresinya tinggi yaitu
sekitar 200 bar.
 Semakin besar daya maka mesin diesel tersebut
dimensinya makin besar pula, hal tersebut menyebabkan
kesulitan jika daya mesinnya sangat besar.
 Konsumsi bahan bakar menggunakan bahan bakar
minyak yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan
pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar jenis
lainnya, seperti gas dan batubara.
 Berat mesin yang sangat berat karena harus dapat
menahan getaran serta kompresi yang tinggi.

3.8.2 Cara Kerja Mesin Diesel


Prime mover atau penggerak mula merupakan peralatan
yang berfungsi menghasilkan energi mekanis yang diperlukan
untuk memutar rotor generator. Pada mesin diesel/diesel engine
terjadi penyalaan sendiri, karena proses kerjanya berdasarkan
udara murni yang dimampatkan di dalam silinder pada tekanan

27
yang tinggi (± 30 atm), sehingga temperatur di dalam silinder
naik. Dan pada saat itu bahan bakar disemprotkan dalam silinder
yang bersuhu dan bertekanan tinggi melebihi titik nyala bahan
bakar sehingga bahan bakar yang diinjeksikan akan terbakar
secara otomatis. Penambahan panas atau energi senantiasa
dilakukan pada tekanan yang konstan.
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakar dan udara
akan mendorong torak yang dihubungkan dengan poros engkol
menggunakan batang torak, sehingga torak dapat bergerak bolak-
balik (reciprocating). Gerak bolak-balik torak akan diubah
menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan
sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak
bolak-balik torak pada langkah kompresi.
Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel
dibedakan menjadi dua, yaitu motor diesel yang menggunakan
sistim airless injection (solid injection) yang dianalisa dengan
siklus dual dan motor diesel yang menggunakan sistim air
injection yang dianalisa dengan siklus diesel (sedangkan motor
bensin dianalisa dengan siklus otto).
Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata
adalah terletak pada proses pembakaran bahan bakar, pada motor
bensin pembakaran bahan bakar terjadi karena adanya loncatan
api listrik yang dihasilkan oleh dua elektroda busi (spark plug),
sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi karena
kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat
kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala. Karena
prinsip penyalaan bahan bakarnya akibat tekanan maka motor
diesel juga disebut compression ignition engine sedangkan motor
bensin disebut spark ignition engine.

Berdasarkan kecepatan proses diatas maka mesin diesel dapat


digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1.Diesel kecepatan rendah (< 400 rpm)
2.Diesel kecepatan menengah (400 - 1000 rpm)
3.Diesel kecepatan tinggi ( >1000 rpm)

Sistem starting atau proses untuk menghidupkan/menjalankan


mesin diesel dibagi menjadi 3 macam sistem starting yaitu:

28
1. Sistem Start Manual
Sistem start ini dipakai untuk mesin diesel dengan daya
mesin yang relatif kecil yaitu < 30 PK. Cara untuk
menghidupkan mesin diesel pada sistem ini adalah dengan
menggunakan penggerak engkol start pada poros engkol atau
poros hubung yang akan digerakkan oleh tenaga manusia. Jadi
sistem start ini sangat bergantung pada faktor manusia sebagai
operatornya.
2. Sistem Start Elektrik
Sistem ini dipakai oleh mesin diesel yang memiliki daya
sedang yaitu < 500 PK. Sistem ini menggunakan motor DC
dengan suplai listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt untuk
menstart diesel. Saat start, motor DC mendapat suplai listrik dari
baterai atau accu dan menghasilkan torsi yang dipakai untuk
menggerakkan diesel sampai mencapai putaran tertentu. Baterai
atau accu yang dipakai harus dapat dipakai untuk menstart
sebanyak 6 kali tanpa diisi kembali, karena arus start yang
dibutuhkan motor DC cukup besar maka dipakai dinamo yang
berfungsi sebagai generator DC.
Pengisian ulang baterai atau accu digunakan alat bantu
berupa battery charger dan pengaman tegangan. Pada saat diesel
tidak bekerja maka battery charger mendapat suplai listrik dari
PLN, sedangkan pada saat diesel bekerja maka suplai dari battery
charger didapat dari generator. Fungsi dari pengaman tegangan
adalah untuk memonitor tegangan baterai atau accu. Sehingga
apabila tegangan dari baterai atau accu sudah mencapai 12/24
volt, yang merupakan tegangan standarnya, maka hubungan
antara battery charger dengan baterai atau accu akan diputus oleh
pengaman tegangan.
3. Sistem Start Kompresi
Sistem start ini dipakai oleh diesel yang memiliki daya
besar yaitu > 500 PK. Sistem ini memakai motor dengan udara
bertekanan tinggi untuk start dari mesin diesel. Cara kerjanya
yaitu dengan menyimpan udara ke dalam suatu botol udara.
Kemudian udara tersebut dikompresi sehingga menjadi udara
panas dan bahan bakar solar dimasukkan ke dalam Fuel Injection
Pump serta disemprotkan lewat nozzle dengan tekanan tinggi.

29
`````Akibatnya akan terjadi pengkabutan dan pembakaran di
ruang bakar. Pada saat tekanan di dalam tabung turun sampai
batas minimum yang ditentukan, maka kompressor akan secara
otomatis menaikkan tekanan udara di dalam tabung hingga
tekanan dalam tabung mencukupi dan siap dipakai untuk
melakukan starting mesin diesel.

3.8.3 Baterai (Baterry dan Accu)


Battery merupakan suatu proses pengubahan energi kimia
menjadi energi listrik yang berupa sel listrik. Pada dasarnya sel
listrik terdiri dari dua buah logam/ konduktor yang berbeda
dicelupkan ke dalam larutan maka akan bereaksi secara kimia
dan menghasilkan gaya gerak listrik antara kedua konduktor
tersebut.
Proses pengisian battery dilakukan dengan cara
mengalirkan arus melalui sel-sel dengan arah yang berlawanan
dengan aliran arus dalam proses pengosongan sehingga sel akan
dikembalikan dalam keadaan semula. Battery yang digunakan
pada sistem otomatis GenSet berfungsi sebagai sumber arus DC
pada starting diesel.

3.8.4 Battery Charger


Alat ini berfungsi untuk proses pengisian battery dengan
mengubah tegangan PLN 220V atau dari generator itu sendiri
menjadi 12/24 V menggunakan rangkaian penyearah. Battery
Charger ini biasanya dilengkapi dengan pengaman hubung
singkat (Short Circuit) berupa sekering/ fuse.
Panel ACOS
ACOS (Automatic Change Over Switch) merupakan panel
pengendalian generator dan terdapat beberapa tombol yang
masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda.
Tombol pengontrol operasi Gen Set automatic, antara lain yaitu :
Off, Automatic, Trial Service, Manual Service, Manual Starting,
Manual Stoping, Signal Test, Horn Off, Release, Start, Start
Fault, Engine Running, Supervision On, Low Oil Pressure,
Temperature To High, Generator Over Load.

3.8.5 Sakelar PMT Minyak(OCB)

30
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus
sampai 10kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV.
Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam
minyak, sehingga minyak menguap dan menimbulkan
gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang
ditimbulkan busur api, minyak mengalami dekomposisi dan
menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat produksi
pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung
pada pemanjangan dan pendinginan busur api dan juga
tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.

Gambar 3.6 Pemadaman busur api pada pemutus daya minyak

Gas yang timbul karena dekomposisi minyak menimbulkan


tekanan terhadap minyak, sehingga minyak terdorong ke bawah
melalui leher bilik. Di leher bilik, minyakini melakukan kontak
yang intim dengan busur api. Hal ini akan menimbulkan
pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Minyak yang berada diantara kontak sangat efektif
memutuskan arus. Kelemahannya adalah minyak mudah terbakar
dan kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak,
sehingga tidak cocok untuk sistem yang membutuhkan
pemutusan arus yang cepat.
Sakelar PMT minyak terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Sakelar PMT dengan banyak menggunakan minyak (Bulk Oil

31
Circuit Breaker), pada tipe ini minyak berfungsi sebagai peredam
loncatan bunga api listrik selama terjadi pemutusan kontak dan
sebagai isolator antara bagian-bagian yang bertegangan dengan
badan, jenis PMT ini juga ada yang dilengkapi dengan alat
pembatas busur api listrik.
2. Sakelar PMT dengan sedikit menggunakan minyak (Low oil
Content Circuit Breaker), pada tipe ini minyak hanya
dipergunakn sebagai peredam loncatan bunga api listrik,
sedangkan sebagai bahan isolator dari bagian-bagian yang
bertegangan digunakan porselen atau material isolasi dari jenis
organic.

3.8.6 Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit


Breaker)
Sakelar PMT ini dapat digunakan untuk memutus arus sampai 40
kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. PMT udara
hembus dirancang untuk mengatasi kelemahan pada PMT
minyak, yaitu dengan membuat media isolator kontak dari bahan
yang tidak mudah terbakar dan tidak menghalangi pemisahan
kontak, sehingga pemisahan kontak dapat dilaksanakan dalam
waktu yang sangat cepat. Saat busur api timbul, udara tekanan
tinggi dihembuskan ke busur api melalui nozzle pada kontak
pemisah dan ionisasi media diantara kontak dipadamkan oleh
hembusan udara tekanan tinggi itu dan juga menyingkirkan
partikel-partikel bermuatan dari sela kontak, udara ini juga
berfungsi untuk mencegah restriking voltage (tegangan pukul
ulang).

32
Gambar 3.7 Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus

Kontak pemutus ditempatkan didalam isolator, dan juga


katup hembusan udara. Pada sakelar PMT kapasitas kecil,
isolator ini merupakan satu kesatuan dengan PMT, tetapi untuk
kapasitas besar tidak demikian halnya.

3.9 Generator Sinkron


Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin
sinkron yangdigunakan untuk mengubah daya mekanik menjadi

33
daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator sinkron
tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari
kebutuhan.
Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah
sama dengan konstruksi motor sinkron, dan secara umum biasa
disebut mesin sinkron. Ada dua struktur kumparan pada mesin
sinkron yang merupakan dasar kerja dari mesin tersebut, yaitu
kumparan
yang mengalirkan penguatan DC (membangkitkan medan
magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah kumparan
(biasa disebut jangkar) tempat dibangkitkannya GGL arus bola-
balik.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL
berupa stator yang diam dan struktur medan magnit berputar
sebagai rotor. Kumparan DC pada struktur medan yang berputar
dihubungkan pada sumber DC luar melaui slipring dan sikat
arang, tetapi ada juga yang tidak mempergunakan sikat arang
yaitu sistem “brushless excitation”.

3.9.1 Konstruksi Generator Sinkron


3.9.1.1 Rotor
Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan
rotor untuk mengahasilkan mdan magnet rotor. Rotor generator
diputar oleh prime mover menghasilkan medan magnet berputar
pada mesin. Medan magnet putar ini menginduksi tegangan tiga
fasa pada kumparan stator generator. Rotor pada generator
sinkron pada dasarnya adalah sebuah elektromagnet yang besar.
Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient (kutub sepatu)
dan dan non salient (rotor silinder). Pada kutub salient, kutub
magnet menonjol keluar dari permukaan rotor sedangkan pada
kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata dengan
permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor
dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu
digunakan untuk rotor dengan empat atau lebih kutub.
Pemilihan konstruksi rotor tergantung dari kecepatan putar
prime mover, frekuensi dan rating daya generator. Generator
dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi 50 Hz dan
rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder.

34
Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah
maka digunakan rotor kutub sepatu.
Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
1. Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC
````eksternal dengan sarana slip ring dan sikat.
2. Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang
````ditempelkan langsung pada batang rotor generator
````sinkron.

3.9.1.2 Bentuk Stator


Stator dari Mesin Sinkron terbuat dari bahan ferromagnetik,
yang berbentuk laminasi untuk mengurangi rugi-rugi arus pusar.
Dengan inti ferromagnetik yang bagus berarti permebilitas dan
resistivitas dari bahan tinggi.

Gambar 3.8. Inti Stator dan Alur pada Stator

Gambar 3.8 memperlihatkan alur stator tempat kumparan


jangkar. Belitan jangkar (stator) yang umum digunakan oleh
mesin sinkron tiga fasa, ada dua tipe yaitu :
a. Belitan satu lapis (Single Layer Winding)
b. Belitan berlapis ganda (Double Layer Winding).

3.9.2 Prinsip Kerja Generator Sinkron


Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada
medan magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan
sinusoidal pada kumparan tersebut. Medan magnet bias
dihasilkan oleh kumparan yang dialiri arus DC atau oleh magnet

35
tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet diletakkan pada stator
(disebut generator kutub eksternal / external pole generator) yang
mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor. Hal ini
dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon sikat,
sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya
tinggi.
Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe
generator dengan kutub internal (internal pole generator), yang
mana medan magnet dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan
AC dibangkitkan pada rangkaian stator. Tegangan yang
dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet pada celah
udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan
konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron
kutub internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian
rupa sehingga membentuk beda fasa dengan sudut 120°.

Gambar 3.9 Gambaran sederhana kumparan 3-fasa dan tegangan yang


dibangkitkan

Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal


didapatkan dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan
pada rotor silinder, kumparan rotor disusun secara khusus untuk
mendapatkan fluks terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe
generator dengan kutub internal (internal pole generator), suplai
DC yang dihubungkan ke kumparan rotor melalui slip ring dan

36
sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan eksitasi
daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka
tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

3.9.3 Kecepatan Putar Generator Sinkron


Frekuensi elektris yang dihasilkan generator sinkron adalah
sinkron dengan kecepatan putar generator. Rotor generator
sinkron terdiri atas rangkaian elektromagnet dengan suplai arus
DC. Medan magnet rotor bergerak pada arah putaran rotor.
Hubungan antara kecepatan putar medan magnet pada mesin
dengan frekuensi elektrik pada stator adalah:

Di mana:
fe = frekuensi listrik (Hz)
nr = kecepatan putar rotor = kecepatan medan magnet (rpm)
p = jumlah kutub magnet
Oleh karena rotor berputar pada kecepatan yang sama
dengan medan magnet, persamaan diatas juga menunjukkan
hubungan antara kecepatan putar rotor dengan frekuensi listrik
yang dihasilkan. Agar daya listrik dibangkitkan tetap pada
frekuensi 50Hz atau 60 Hz, maka generator harus berputar pada
kecepatan tetapdengan jumlah kutub mesin yang telah
ditentukan. Sebagai contoh untuk membangkitkan 60 Hz pada
mesin dua kutub, rotor arus berputar dengan kecepatan 3600
rpm. Untuk membangkitkan daya 50 Hz pada mesin empat
kutub, rotor harus berputar pada 1500 rpm.

3.9.4 Alternator Tanpa Beban


Dengan memutar alternator pada kecepatan sinkron dan
rotor diberi arus medan (IF), maka tegangan (Ea ) akan
terinduksi pada kumparan jangkar stator. Bentuk hubungannya
diperlihatkan pada persamaan berikut.

37
yang mana:
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
φ = fluks yang dihasilkan oleh IF

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir


pada stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar.
Fluks hanya dihasilkan oleh arus medan (IF). Apabila arus
medan (IF) diubah-ubah harganya, akan diperoleh harga Ea
seperti yang terlihat pada kurva sebagai berikut.

Gambar 3.10 Karakteristik tanpa beban generator sinkron

3.9.5 Alternator Berbeban


Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan
mengakibatkan terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar besifat
reaktif karena itu dinyatakan sebagai reaktansi, dan disebut
reaktansi magnetisasi (Xm ). Reaktansi pemagnet (Xm ) ini
bersama-sama dengan reaktansi fluks bocor (Xa ) dikenal
sebagai reaktansi sinkron (Xs) . Persamaan tegangan pada
generator adalah:

38
yang mana:
Ea = tegangan induksi pada jangkar
V = tegangan terminal output
Ra = resistansi jangkar
Xs = reaktansi sinkron

Karakteristik pembebanan dan diagram vektor dari alternator


berbeban induktif (faktor kerja terbelakang) dapat dilihat pada
gambar di bawah ini :

Gambar 3.11 Karakteristik alternator berbeban induktif

3.9.6 Rangkaian Ekuivalen Generator Sinkron


Tegangan induksi Ea dibangkitkan pada fasa generator
sinkron. Tegangan ini biasanya tidak sama dengan tegangan yang
muncul pada terminal generator. Tegangan induksi sama dengan
tegangan output terminal hanya ketika tidak ada arus jangkar
yang mengalir pada mesin. Beberapa faktor yang menyebabkan
perbedaan antara tegangan induksi dengan tegangan terminal
adalah:
1. Distorsi medan magnet pada celah udara oleh mengalirnya
arus pada stator, disebut reaksi jangkar.
2. Induktansi sendiri kumparan jangkar.
3. Resistansi kumparan jangkar.
4. Efek permukaan rotor kutub sepatu.

39
Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 3.12 Rangkaian ekuivalen generator sinkron perfasa

3.9.7 Menentukan Parameter Generator Sinkron


Harga s X diperoleh dari dua macam percobaan yaitu
percobaan tanpa beban dan percobaan hubungan singkat. Pada
pengujian tanpa beban, generator diputar pada kecepatan
ratingnya dan terminal generator tidak dihubungkan ke beban.
Arus eksitasi medan mula adalah nol. Kemudian arus eksitasi
medan dinaikan bertahap dan tegangan terminal generator diukur
pada tiap tahapan. Dari percobaan tanpa beban arus jangkar
adalah nol (Ia = 0) sehingga V sama dengan Ea. Sehingga dari
pengujian ini diperoleh kurva Ea sebagai fungsi arus medan (If).
Dari kurva ini harga yang akan dipakai adalah harga liniernya
(unsaturated). Pemakaian harga linier yang merupakan garis
lurus cukup beralasan mengingat kelebihan arus medan pada
keadaan jenuh sebenarnya dikompensasi oleh adanya reaksi
jangkar.

40
Gambar 3.13 Karakteristik tanpa beban

Pengujian yang kedua yaitu pengujian hubung singkat. Pada


pengujian ini mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan
terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter.
Kemudian arus jangkar Ia (= arus saluran) diukur dengan
mengubah arus eksitasi medan. Dari pengujian hubung singkat
akan menghasilkan hubungan antara arus jangkar (Ia ) sebagai
fungsi arus medan (IF), dan ini merupakan garis lurus. Gambaran
karakteristik hubung singkat alternator diberikan di bawah ini.

Gambar 3.14 Karakteristik hubung singkat alternator

41
Ketika terminal generator dihubung singkat maka tegangan
terminal adalah nol. Impedansi internal mesin adalah:

Oleh karena Xs >> Ra, maka persamaan diatas dapat


disederhanakan menjadi:

Jika Ia dan Ea diketahui untuk kondisi tertentu, maka nilai


reaktansi sinkron dapat diketahui. Tahanan jangkar dapat diukur
dengan menerapkan tegangan DC pada kumparan jangkar pada
kondisi generator diam saat hubungan bintang (Y), kemudian
arus yang mengalir diukur. Selanjutnya tahanan jangkar perfasa
pada kumparan dapat diperoleh dengan menggunakan hukum
ohm sebagai berikut.

Penggunaan tegangan DC ini adalah supaya reaktansi kumparan


sama dengan nol pada saat pengukuran.

42
Gambar 3.15 Diagram fasor (a) Faktor daya satu (b) faktor daya
tertinggal (c) faktor daya mendahului

Diagram fasor memperlihatkan bahwa terjadinya pebedaan


antara tegangan teminal V dalam keadaan berbeban dengan
tegangan induksi (Ea ) atau tegangan pada saat tidak berbeban.
Diagram dipengaruhi selain oleh faktor kerja juga oleh besarnya
arus jangkar (Ia ) yang mengalir. Dengan memperhatikan
perubahan tegangan V untuk faktor keja yang berbeda-beda,
karakteristik tegangan teminal V terhadap arus jangkar Ia
diperlihatkan pada gambar

3.9.8 Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan)


Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal
alternator antara keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh

43
(VFL). Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop
tegangan yang terjadi pada generator, yang dinyatakan sebagai
berikut.

3.9.9 Kerja Paralel Alternator


Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan
tambahan sumber daya listrik. Agar sumber daya listrik yang
yang baru (alternator baru) bisa digunakan bersama, maka
dilakukan penggabungan alternator dengan cara mempararelkan
dua atau lebih alternator pada sistem tenaga dengan maksud
memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem.
Selain untuk tujuan di atas, kerja pararel juga sering
dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada
mesin (alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk
istirahat atau reparasi, maka alternator lain masih bisa bekerja
untuk mensuplai beban yang lain. Untuk maksud mempararelkan
ini, ada beberapa pesyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam
kebesarannya, dan bertentangan dalam arah, atau harga
sesaat ggl alternator harus sama dalam kebesarannya dan
bertentangan dalam arah dengan harga efektif tegangan
jalajala.
2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan
jala harus sama
3. Fasa kedua alternator harus sama
4. Urutan fasa kedua alternator harus sama
Bila sebuah generator ’G’ akan diparaelkan dengan jala-jala,
maka mula-mula G diputar oleh penggerak mula mendekati
putaran sinkronnya, lalu penguatan IF diatur hingga tegangan
terminal generator tersebut sama denga jala-jala. Untuk
mendekati frekuensi dan urutan fasa kedua tegangan (generator
dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi yang dapat berupa lampu
sinkronoskop hubungan terang. Benar tidaknya hubungan pararel

44
tadi, dapat dilihat dari lampu tersebut. Bentuk hubungan operasi
paralel generator sinkron dengan lampu sinkronoskop
diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.16 Operasi paralel generator sinkron

Jika rangakaian untuk pararel itu benar (urutan fasa sama)


maka lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati dengan frekuensi fL
- fG cycle. Sehingga apabila ke tiga lampu sedang tidak bekedip
berarti fL = fG atau frekuensi tegangan generator dan jala-jala
sudah sama. Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan
(generator dan jala-jala) sama dapat dilihat dari lampu L1, L2,
dan L3. Frekuensi tegangan generator diatur oleh penggerak
mula, sedang besar tegangan diatur oleh penguatan medan. Jika
rangkaian untuk mempararelkan itu salah (urutan fasa tidak
sama) maka lampu L1, L2 dan L3 akan hidup-mati bergantian
dengan frekuensi (fL + fG ) cycle. Dalam hal ini dua buah fasa
(sebarang) pada terminal generator harus kita pertukarkan.
Jika urutan fasa kedua sistem tegangan sama, maka lampu
L1, L2, dan L3 akan hidup-mati bergantian dengan frekuensi fL -
fG cycle. Saat mempararelkan adalah pada keadaan L1 mati
sedangkan L2 dan L3 menyala sama terang, dan keadaan ini
berlangsung agak lama (yang berarti fL dan fG sudah sangat
dekat atau benar-benar sama). Dalam keadaan ini, posisi semua
fasa sistem tegangan jala-jala berimpit dengan semua fasa sistem
tegangan generator.

45
3.9.10 Generator di Pusdiklat Migas Cepu
Power Plant di PUSDIKLAT MIGAS Cepu menggunakan
tenaga diesel dengan bahan baku solar. Digunakan 9 buah
generator yang terdiri dari 8 buah generator tetap dan 1 buah
generator dimobil.
Data mengenai generator tersebut adalah:
1.) 4 buah generator berkapasitas masing-masing 1000 kVA (G1,
G5, G8, dan G9)
 Merk : Cummin’s, Amerika
 Putaran : 1500 rpm
 Jumlah silinder : 12
 Jumlah valve : 48
 Frekuensi : 50 Hz
 Phasa : 3
 Power factor : 0,8
 Tegangan : 611 kV (1 unit) dan 400 Volt
(3 unit)
2.) 3 buah generator berkapasitas masing-masing 820 kVA (G2,
G3, dan G4)
 Merk : MAN, Jerman
 Putaran : 500 rpm
 Jumlah silinder : 6
 Jumlah valve : 24
 Frekuensi : 50 Hz
 Phasa : 3
 Power factor : 0,8
 Tegangan : 6,1 kV
3.) 2 buah generator berkapasitas masing-masing 400 kVA (G6
dan G7)
 Merk : Mitsubitsi, Jepang
 Putaran : 1500 rpm
 Jumlah silinder : 6
 Jumlah valve : 24
 Frekuensi : 50 Hz
 Phasa : 3
 Power factor : 0,8

46
 Tegangan : 400 Volt
Beban puncak terjadi pada jam 10-12 siang yaitu 1.8 – 2
MW/hari dan beban minimum terjadi pada jam 6-7 pagi yaitu
800 – 900 kW/hari. Untuk menanggung beban tersebut
digunakan 5 -6 genset sedangkan yang lainnya standby.
Pemakaian bahan bakar untuk genset ini adalah 8000 – 10.000
lt/hari dan minyak pelumas sebanyak 40 – 80 liter/hari.

3.10 ATS dan AMF


3.10.1 Automatic Transfer Switch (ATS)
ATS adalah singkatan dari AutomaticTransfer Switch, yaitu
proses pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik
yang satu ke sumber listrik yang lain secara bergantian sesuai
perintah pemrograman, ATS adalah pengembangan dari COS
atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change Over Switch,
beda keduanya adalah terletak pada sistim kerjanya, untuk ATS
kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS
dikendalikan atau dioperasikan secara manua

3.10.2 Automatic Main Failure (AMF)


AMF adalah singkatan dalam istilah kelistrikan dari
Automatic Main Failure yang maksudnya menjelaskan cara kerja
otomatisasi terhadap sistem terhadap sistem kelistrikan cadangan
apabila terjadi gangguan pada sumber/penyulang listrik utama
(Main), istilah ini secara umum sering dijabarkan sebagai sistim
kendali start dan stop genset, baik itu diesel generator, genset gas
maupun turbin.
Sistim kerja panel ATS dan AMF yang sering kita temukan
adalah kombinasi untuk pertukaran sumber baik dari genset ke
pln maupun sebaliknya, bilamana suatu saat sumber listrik dari
PLN tiba-tiba padam, maka AMF bertugas untuk menjalankan
diesel genset sekaligus memberikan proteksi terhadap sistim
genset, baik proteksi terhadap unit mesin/engine yang berupa
pengamanan terhadap gangguan rendahnya tekanan minyak
pelumas (Low Oil Pressure) maupun kondisi temperatur mesin
serta media pendinginannya, dan juga memberikan perlindungan
terhadap unit Generatornya. baik berupa pengamanan terhadap
beban pemakaian yang berlebih maupun perlindungan terhadap
karakterlistrik lain seperti tegangan maupun frequensi genset,

47
apabila parameter yang diamankan melebihi
batasannormal/setting maka tugas ATS adalah melepas hubungan
arus listrik ke beban sedangkan AMF bertugas untuk
memberhentikan kerja mesin.
Apabila generator yang dijalankan beroperasi dengan baik,
berikutnya ATS bertugas memindahkan sambungan dari
sebelumnya yang tersambung dengan pln dipindahkan secara
otomatis ke sisi generator sehingga aliran listrik bisa tersambung
ke sisi pengguna.
Apabila kemudian pln kembali normal, selanjutnya ATS
bertugas untuk mengembalikan jalurnya dengan memindahkan
switch kembali ke sisi utama dan untuk kemudian disusul dengan
tugas AMF untuk memberhentikan kerja mesin diesel tersebut,
demikian seterusnya semua sistim kontrol dikendalikan secara
otomatis berjalan dengan sendirinya.

3.10.3 Keuntungan Menggunakan ATS dan AMF


1. Sistim perpindahan dari pln ke genset dan sebaliknya hanya
membutuhkan waktu yang sangat singkat, dengan hitungan
detik setelah pln padam, genset langsung start dan listrik
segera dapat disalurkan kembali.
2. Meringankan tugas tehnisi listrik, bahkan gedung
perkantoran sering tidak memiliki tehnisi listrik, dengan
panel ATS-AMF ini pekerjaan tehnisi menjadi mudah, jika
listrik padam maka genset akan aktif sendiri dan ketika
PLN sudah tidak ada gangguan maka genset dapat mati
sendiri, tehnisi tidak perlu men-start genset dan mengoper
switch, yang paling penting genset tetap harus dipelihara
agar sistim bisa bekerja secara maksimal.
3. Memberi perlindungan terhadap alat kantor seperti
komputer, AC , peralatan pabrik maupun laboratorium,
seringkali terjadi tegangan listrik pln maupun genset tiba-
tiba anjlok atau bahkan tiba-tiba naik sampai jauh diluar
batas toleransi normal untuk keamanan alat-alat elektronik,
bahkan sering pula ada salah satu fasa listrik yang hilang
(untuk sistim 3 fasa), turun dan naiknya tegangan, maupun
hilangnya tegangan.

48
3.11 Beban Terpasang di Pusdiklat Migas Cepu

No Lokasi Beban Beban Operasi


Terpasang (kW) (kW)
1 Kilang 356.4 194.5
2 Boiler 219.0 149.5
3 WPS 365 213
4 Utilities 1149.8 329.2
5 Wax Plant 299.2 75
6 Kantor Migas 508.5 470
7 Bengkel 78 50
8 STEM 215 120
9 Kantor Pertamina 120 63
10 Perum Pertamina 90 65
11 Perum Migas 175 115
12 PDN 50 25
13 Exxon Mobil 40 25
14 ATR/STM/SOOS 20 12
15 Hummpus - 10
Total 3685.94 1916.2

49

Anda mungkin juga menyukai