Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia adalah sindrom yang terdiri dari tingginya tekanan darah

(hipertensi), tingginya kadar protein dalam urin (hemaproteuria), dan

banyaknya cairan yang ditahan oleh tubuh sehingga tungkai kaki ibu hamil

menjadi bengkak. Dahulu, preeklampsia disebut toksemia atau gejala

keracunan pada ibu hamil. Preeklampsia umumnya terjadi pada penderita

hipertensi. Hamil pertama kali mempunyai risiko preeklampsia yang lebih

besar. (Sinsin, 2008)

Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat

menunjang terjadinya preeklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara

lain, gizi buruk, kegemukan, dan gangguan aliran darah kerahim.

Preeklampsia umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan

di usia remaja dan kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko

yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan,

riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu

atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi,

riwayat kencing manis, kelainan ginjal, lupus atau rematoid artritis

(Rukiyah, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gafur Z.

(2012), umur ibu merupakan salah satu faktor risiko terjadinya preeklampsia,

yaitu didapatkan bahwa responden yang memiliki resiko tinggi (<20/>30

1
2

tahun) sebanyak 37 orang (22,8%), sedangkan responden yang memiliki resiko

rendah (20-35 tahun) sebanyak 125 orang (77,2%). Sedangkan hasil penelitian

Guspika (2012), Dari 380 atau 100% ibu hamil, terdapat 68 atau 17,89% ibu

yang memiliki umur resiko tinggi diantaranya, 34 atau 8,94% yang mengalami

preeklampsia dan 34 atau 8,94% yang tidak mengalami preeklampsia.

Sedangkan terdapat 312 atau 82,11% ibu yang memiliki umur resiko rendah

diantaranya, 14 atau 3,68% yang mengalami preeklampsia dan 298 atau

78,42% yang tidak mengalami preeklampsia.

Preeklampsia merupakan ancaman yang mematikan bagi ibu dan janin

yang dikandung ibu. Apabila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka

akan berlanjut menjadi eklampsi (kejang kehamilan) yang bisa mengakibatkan

kematian baik pada ibu maupun janin. (Sunardi, 2014)

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2014, sekitar

800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan

proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara

berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya

komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan. (Rohfiin,

2016 )

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada

tahun 2012, angka kematian ibu meroket menjadi 359 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 2013. Untuk mengatasi hal tersebut, BKKBN bekerja sama

dengan Kementerian Kesehatan mengelurkan petuah yang disebut dengan “4

Jangan dan 3 Terlambat”. "Jangan kawin terlalu muda, jangan terlalu sering

beranak, jangan terlalu dekat jarak melahirkan, dan jangan terlalu tua." Petuah
3

4-Jangan tersebut harus didukung untuk mencegah terjadinya 3-Terlambat.

Yaitu jangan terlambat mendeteksi kelainan kehamilan pada ibu, jangan

terlambat untuk segera pergi ke rumah sakit ketika di deteksi ada kelainan atau

penyakit, dan jangan terlambat ditangani oleh pelayanan kesehatan.

(Sulaiman Wolipop, 2014)

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

jumlah kematian ibu tahun 2015 sebanyak 175 orang dengan penyebab

perdarahan sebanyak 91 orang (6332%), preeklampsia 30 orang (30,7%),

infeksi 7 oramg (5,7%), dan lain-lain 33 orang (14,9%).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bone tahun 2013,

jumlah kematian ibu sebanyak 10 orang dengan penyebab: perdarahan 3 orang,

preeklampsia 4 orang, partus lama 2 orang, penyakit jantung 1 orang.

Sedangkan pada tahun 2015, jumlah kematian ibu sebanyak 12 orang dengan

penyebab: preeklampsia 6 orang, perdarahan 2 orang, partus lama (KPD) 2

orang, jantung 1 orang dan DM 1 orang.

Data yang diperoleh dari Rekam Medik UPTD Puskesmas Bajoe,

kejadian preeklampsia pada tahun 2014 yaitu dari 3747 ibu hamil, terdapat 131

(3,5%) yang mengalami preeklampsia dan eklampsia. Sedangkan pada tahun

2015, dari 3800 ibu hamil, yang mengalami preeklampsia dan eklampsia

terdapat 152 orang (4%).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk membahas

lebih lanjut melalui Karya Tulis Ilmiah serta melakukan penelitian dengan

judul “Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeklampsia di UPTD

Puskesmas Bajoe Tahun 2015 ”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran

karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun

2015 ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu hamil dengan

preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 .

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia di

UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 berdasarkan umur.

b. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil dengan preeklampsia di

UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 berdasarkan paritas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

a. Hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan penelitian lanjutan atau

dikembangkan oleh pihak yang berkepentingan.

b. Sebagai penambah informasi pembaca sehingga hasil penelitian ini

dapat disebarluaskan kepada masyarakat umum.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini sebagai sarana bagi peneliti untuk belajar menerapkan

teori yang telah diperoleh dalam bentuk nyata dan meningkatkan daya
5

berpikir dalam menganalisa suatu masalah

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan serta dapat

menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan


1. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio atau

fetus di dalam tubuhnya. (Astuti, 2011)


b. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa

dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung

dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung

dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-

27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).

(Saifuddin, 2010).
c. Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan

peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita

sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi

(Hani Ummi, 2010).


d. Kehamilan (fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan dan persenyawaan

antar sel mani dan sel telur. Fertilisasi terjadi di ampula tuba. Syarat dari

setiap kehamilan adalah harus ada : Spermatozoa, ovum, pembuahan

ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi. (Kusmiati, 2009).


e. Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel

sperma laki-laki. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, kemudian

berkembang (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi

embrio. (Wulanda, 2011)


2. Tanda-tanda Kehamilan
a. Tanda tidak pasti (presumptive sign)
6
7

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologi yang

dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita hamil.

Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini :

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

Konsep dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel

de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi.

2) Mual dan muntah (emesis gravidarum)

Pengaruh estrogen dan progestron terjadi pengeluaran asam

lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang

terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness.

Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis tetapi bila berlampau

sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut

dengan hiperemesis gravidarum.

3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan

yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-

bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin

tuanya kehamilannya.

4) Syncope (pingsan)

Terjadi gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan

iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau

pingsan, hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat

yang ramai.

5) Kelelahan
8

Sering terjadi kelelahan pada trimester pertama, akibat dari

penurunan kecepatan basal metabolisme pada kehamilan, yang akan

meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas

metabolisme hasil konsepsi.

6) Payudara tegang

Estrogen meningkat perkembangan system duktus pada payudara,

sedangkan pada progesterone menstimulasi perkembangan system

alveoli payudara.

7) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa

penuh dan sering miksi.

8) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus (tonus

otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.

9) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu,

terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

10) Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/gusi, sering terjadi pada trimester

pertama.

11) Varises atau penampakan pembuluh darah vena.


9

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran

pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.

Varises dapat terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis

serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang

setelah persalinan. (Hani Ummi, 2010)

b. Tanda Kemungkinan Kehamilan (Probability sign)


1) Perut membesar (pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan).
2) Uterus membesar (terjadi perubahan dalam bentuk besar, dan

konsistensi dari rahim).


3) Tanda hegar (otot uterus lembek).
4) Tanda chadwick (serviks dan vagina menjadi kebiruan).
5) Broxton-Hick (kontraksi-kontraksi uterus bila dirangsang).
6) Teraba ballotement.
7) Reaksi kehamilan positif. (Sofian Amru, 2013)
c. Tanda Pasti kehamilan (positif sign)
Beberapa tanda yang memastikan adanya kehamilan meliputi:
1) Gerakan janin yang dapat dilihat dan dirasakan. Ibu merasakan

gerakan janin ketika usia kehamilan 16 minggu pada multigravida

(akhir bulan keempat) atau awal bulan kelima pada primigravida.


2) Denyut jantung janin (DJJ). Terlihat dan terdengar denyut jantung

janin dengan bantuan alat .


3) Dengan melihat tulang-tulang pada foto rontgen. Tulang rangka

janin tampak jelas pada pemeriksaan foto rontgent sejak usia

kandungan 8 minggu, namun seiring perkembangan ilmu dan

teknologi tidak dilakukan lagi karena bahaya yang diakibatkan oleh

radiasi sinar X, yaitu kecacatan dan gangguan pertumbuhan janin.

(Astuti, 2011)
3. Perubahan Fisiologi dan Psikologis Kehamilan
Perubahan pada kehamilan menurut Astuti (2011) dibagi menjadi

perubahan fisik dan perubahan psikologis.

a. Trimester Ke-1
10

1) Perubahan Fisik

Pada beberapa minggu pertama, wanita hamil akan merasakan

nyeri, kencang, dan gatal di payudara. Selain itu berat badan ibu

biasanya belum bertambah, apalagi ketika ibu mengalami mual dan

muntah serta penurunan nafsu makan.

2) Perubahan Psikologis

Perubahan hormon menyebabkan ketidaknyamanan di tubuh ibu,

misalnya mual di pagi hari, mudah lelah dan lemas. Wanita yang

belum siap hamil secara mental sering kali membenci

kehamilannya.

b. Trimester Ke-2

1) Perubahan fisik

Selama trimester ke-2 berat badan ibu bertambah 1-2 kg selama

kehamilan. Pada saat ini, rahim dengan mudah dapat diraba dan

mulai tampak membesar. Ibu mulai terlihat gemuk dan bentuk

pinggang mulai tidak terlihat.

2) Perubahan Psikologis

Pada awal timester ke-2, sebagian ibu mungkin merasa kurang

percaya diri. Hal ini disebabkan karena perubahan fisik ibu yang

semakin membesar sehinnga menganggap penampilan tidak

menarik lagi. Pada umumnya setiap masa kehamilan, ibu sering

bermimpi. Yang paling sering adalah mimpi tentang jenis kelamin

bayi yang akan dilahirkan.

c. Trimester Ke-3
11

1) Perubahan Fisik

Payudara bertambah besar dan mulai keluar cairan kental kekuning-

kuningan (kolostrum). Cairan ini dapat ditekan keluar dengan

tekanan yang lembut. Pada akhir bulan ke-tujuh atau minggu ke-28

biasanya ibu merasa sehat. Namun, kadang-kadang ia mengalami

kesulitan pencernaan misalnya sembelit, bengkak pada kaki, dan

kelelahan. Pada akhir bulan, kesembilan atau minggu ke-36, Rahim

ibu mulai mencapai daerah tulang rusuk dan ibu mungkin merasa

tidak nyaman, khususnya jika ibu makan dalam jumlah banyak

dimalam hari.

2) Perubahan Psikologis

Pada tahap ini, ibu akan menyadari bahwa sebentar lagi janin yang

dikandungnya akan segera lahir kedunia dan hadir secara nyata

dihadapan ibu. Seiring itu, biasanya timbul juga perasaan cemas,

ketakutan, dan adanya masalah rumah tangga, akan membuat ibu

semakin stress dan mungkin merasa belum siap menghadapi proses

persalinan. Seorang ibu mungkin mulai takut akan merasa sakit dan

bahaya fisik yang akan timbul saat melahirkan nanti. Terlebih lagi

pada ibu yang pertama kali hamil (primigravida) atau yang

mengalami trauma/penyulit pada persalinan yang sebelumnya.

(Astuti, 2011)

4. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Tanda bahaya dalam kehamilan yang membutuhkan penanganan

secara cepat, antara lain:


12

a. Mual dan muntah


Masalah muntah terjadi sampai usia 20 minggu. Muntah yang hebat

selama masa hamil dapat menyebabkan terganggunya aktivitas,

dehidrasi, dan kelaparan.


b. Perdarahan pada kehamilan muda
Masalah perdarahan pervaginam pada hamil muda (trimester ke-1)

dapat berupa bercak atau banyak.


c. Perdarahan pada kehamilan tua
Perdarahan pada hamil tua terjadi ketika ibu mengalami perdarahan

pada kehamilan setelah 22 minggu sampai bayi dilahirkan atau

perdarahan ketika saat akan melahirkan.


d. Preeklampsia/Eklampsia
Ketika ibu merasakan nyeri kepala hebat, penglihatan kabur, menderita

kejang atau tidak sadar (koma), kemungkinan ibu mengalami

preeklampsia / eklampsia dalam kehamilan.

e. Demam
Ibu dapat menderita demam (suhu >38oC) selama kehamilan. Tanda-

tanda demam dapat dilihat dari luar, misalnya wajah kemerahan, mata

kabur, bibir kering serta jumlah denyut nadi meningkat dan jumlah

pernapasan menjadi cepat.


f. Nyeri Abdomen
1) Nyeri perut pada kehamilan muda
Nyeri perut pada kehamilan muda terjadi pada kehamilan 22

minggu atau kurang. Gejala yang timbul adalah ibu merasakan

nyeri pada daerah sekitar perut dan gejala tambahan lainnya.


2) Nyeri perut pada kehamilan tua
Ibu yang mengalami gangguan ini mengeluh nyeri perut pada

kehamilan lebih dari 22 minggu. Pada hamil lanjut, kadang ibu

tidak menyadari apakah nyeri yang ia alami adalah nyeri tanda

persalinan atau tanda bahaya.


g. Sulit bernapas
13

Ibu mungkin mengalami sesak napas selama kehamilan yang

mengganggu aktivitas ibu. Kurangnya oksigen pada ibu hamil langsung

berpengaruh pada kondisi janin. Oleh karena itu, pemantauan yang

ketat pada factor penyebab/pencetus perlu ibu lakukan untuk mencegah

timbulnya kesukaran bernapas dan melakukan penanganan yang tepat.


h. Gerakan janin tidak terasa
Ibu mungkin tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan 22

minggu atau selama persalinan. Biasanya ibu akan merasakan gerakan


janin ±20 kali per hari, atau minimal 1 kali dalam sejam.
i. Ketuban Pecah Dini
Hal ini terjadi ketika ibu merasakan cairan berupa air dari vagina keluar

setelah kehamilan berusia 22 minggu. Ketuban dinyatakan pecah dini

jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. (Astuti, 2011)

B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care (ANC)


1. Pengertian
a. Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim

(Manuaba, 2010).
b. Antenatal Care (ANC) adalah pengawasan sebelum anak lahir,

terutama ditujukan pada anak (Sofian Amru, 2013).


c. Pelayanan antenatal adalah merupakan pelayanan terhadap individu

yang bersifat preventif care untuk mencegah terjadinya masalah yang

kurang baikb agi ibu maupun janin. (Depkes, 2007).


2. Tujuan Antenatal Care
a. Tujuan asuhan Antenatal adalah :
1) Mamantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.


2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi.


3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi

yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit


14

secara umum, kebidanan atau pembedahan.


4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan

selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.


5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan normal dan

pemberian ASI eksklusif.


6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

(Depkes, 2007)
b. Tujuan Antenatal Care (Sofian Amru, 2013) yaitu:
1) Mengenal dan menangani penyakit-penyakit yang mungkin

dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas


2) Mengenal dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita

sedini mungkin
3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak
4) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehat sehari-hari.
c. Tujuan asuhan antenatal (Benson, 2009) :
1) Untuk memastikan sejauh mungkin kehamilan kehamilan tanpa

komplikasi dan persalinan bayi hidup yang sehat.


2) Untuk menentukan dan memberikan perawatan pada keadaan risiko

apapun.
3) Untuk menentukan tingkat perawatan yang diperlukan secara

individual.
4) Untuk membantu ibu dalam mempersiapkan persalinan, kelahiran

dan membesarkan anak.


5) Untuk melakukan persiapan penyakit-penyakit umum yang dapat

mempengaruhi kehidupan atau kesehatan ibu hamil atau anak.


6) Untuk memperkuat kebiasaan kesehatan yang baik untuk ibu hamil

dan keluarganya.
3. Kebijakan Program Antenatal Care
a. Jadwal Antenatal care

Dengan memperhatikan tujuan pengawasan antenatal dijadwal-

kan pemeriksaan sebagai berikut:


15

1) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat

haid.

2) Pemeriksaan ulang
a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan.
b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan.
c) Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi

persalinan.
3) Pemeriksaan khusus jika terdapat keluhan-keluhan tertentu.
Setiap ibu hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan

secara periode Antenatal :


a) Satu kali kunjungan pada trimester pertama (sebelum 14

minggu).
b) Satu kali kunungan pada trimester kedua (antara 14-28 minggu)
c) Dua kali kunjungan pada trimester ketiga (antara 28-36 sesudah

minggu ke 36).

Jadwal kunjungan ANC dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel.2.1. Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Jumlah kunjungan Waktu kkunjungan yang


Trimester
minimal dianjurkan
I 1x Sebelum minggu ke 16
II 1x Antara minggu ke 24-28
Antara minggu 30-32
III 2x
Antara minggu 36-38
Sumber : Kemenkes 2013.

b. Pelayanan Standar Antenatal Care

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh

standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang dikenal dengan “10 T”. Pelayanan atau asuhan standar

minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.


16

2) Pemeriksaan tekanan darah.

3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas).

4) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri).

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toksoid (TT) bila diperlukan.

7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

8) Test laboratorium (rutin dan khusus).

9) Tatalaksana kasus.

10) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

c. Kunjungan Antenatal Care

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

profesional untuk mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC)

sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak hanya

mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas

pelayanan, tetapi adalah setiap kontak tenaga kesehatan baik

diposyandu, pondok bersalin desa, kunjungan rumah dengan ibu hamil

tidak memberikan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai dengan

standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.

(Depkes RI, 2007).

1) Kunjungan ibu hamil Kl


17

Kunjungan baru ibu hamil adalah kunjungan ibu hamil yang

pertama kali pada masa kehamilan.


2) Kunjungan ulang
Kunjungan ulang adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan

yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal

sesuai dengan standar selama satu periode kehamilan berlangsung.


3) K4
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke

empat atau lebih untuk mendapatkan pelayanan Antenatal

Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:


a) Satu kali dalam trimester pertama (sebelum 14 minggu).
b) Satu kali dalam trimester kedua (antara minggu 14-28)
c) Dua kali dalam trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
setelah minggu ke 36).
d) Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu.
d. Keuntungan Antenatal Care

Keuntungan Antenatal Care sangat besar karena dapat

mengetahui berbagai risiko dan berbagai komplikasi hamil. Sehingga

ibu dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Untuk

evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan patograf WHO,

sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dirujuk ke

rumah sakit. (Manuaba, 2010)

Selain itu kelainan-kelainan yang mungkin akan timbul pada

kehamilan tersebut lekas diketahui dan segera dapat diatasi, sebelum

berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut. Tempat

pemeriksaan Antenatal. Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya

pada dokter ahli kebidanan, dokter umum, bidan, perawat, bidan dan

dukun terlatih. Dalam satu komunitas seperti Indonesia ada pusat-pusat


18

kesehatan Puskesmas dan KIA-nya dimana seorang ibu hamil dapat

memeriksakan kehamilannya.

Keuntungan skrining ANC untuk menilai faktor risiko

kehamilan adalah:

1) Memungkinkan untuk mengidentifiksi masalah potensial selama

kehamilan.
2) Evaluasi kebutuhan konseling untuk kehamilan.
3) Mengurangi ketakutan terhadap masalah dan prosedur yang

mungkin dibutuhkan.
4) Membantu untuk membangun komunikasi dan rasa percaya

terhadap pelayanan yang dilakukan di awal kunjungan.


5) Memungkinkan mengubah Diagnosa melalui proses monitoring

kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi dan emosional ibu

dan janin.
6) Melakukan rujukan ke tenaga professional sesuai masalah dan

komplikasi.
7) Memungkinkan rujukan pasangan untuk konsleing genetika.

(Rukiyah, 2010).

C. Tinjauan Umum Tentang Preeklampsia

1. Definisi

a. Preeklampsia adalah penyakit hipertensi yang khas dalam kehamilan,

penyakit ini timbul sesudah minggu ke-20 dan paling sering terjadi

pada primigravida yang muda. (Sastrawinata, 2005)

b. Preeklampisa adalah penyakit dengan tanda-tanda hipetensi, edema,

dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya

terjadi dalam triwulan. Ke-3 kehamilan, tetapi dapat terjadi

sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. (Rukiyah, 2010)


19

c. Preeklampsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya

perfusi darah ke organ akibat vasospasme dan disfungsi endotel.

(Cunningham, 2006)

d. Preeklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan

peningkatan tekanan darah (TD) dan proteinuria. (Chapman, 2006)

e. Peningkatan tekanan darah pada separoh akhir kehamilan yang disertai

dengan edema (retensi cairan yang berlebihan dan pembengkakan)

pada tangan, kaki, atau wajah, serta adanya protein dalam air kemih

diisebut preeklampsia. (Simkin, 2008)

f. Preeklampsia juga disebut toksemia adalah kondisi yang berkaitan

dengan tekanan darah tinggi yang dimulai selama kehamilan. Penyakit

ini ditandai dengan pembengkakan, tekanan darah tinggi, dan protein

didalam kemih. (Mukroff, 2006)

2. Etiologi

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskular,

sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang pada

kehamilan normal meningkat, aktifasi penggumpalan dan fibrinolisis,

yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan

mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi

trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin,

sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.

b. Peran Faktor Imunologis


20

Menurut Rukiyah (2010), Preeklamsia sering terjadi pada

kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya.

Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan

blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang

mendukung adanya sistem imun pada penderita PE-E. Beberapa wanita

dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam serum, beberapa studi

juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada PE-E diikuti

proteinuria.

c. Faktor Genetik

Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E

antara lain:

1) Preeklamsia hanya terjadi pada manusia.

2) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada

anak-anak dari ibu yang menderita PE-E.

3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu

ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka.

4) Peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (raas). (Rukiyah, 2010)

3. Faktor risiko

a. Primigravida

b. Riwayat preeclampsia

c. Tekanan darah yang meningkat pada awal kehamilan dan badan yang

gemuk

d. Adanya riwayat preeclampsia pada keluarga


21

e. Kehamilan ganda

f. Riwayat darah tinggi pada maternal

g. Diabetes pregestasional

h. Sindroma antifosfolipid

i. Penyakit vascular atau jaringan ikat

j. Usia maternal yang lanjut >35 tahun (Joseph HK., 2011)

4. Patofisiologi

Pada preeklampsia, resistensi vaskular perifer meningkat,

menyebabkan tekanan darah meningkat. Curah jantung agak menurun dari

input parasimpatik. Preeklampsia menyebabkan peningkatan reaktivitas

vascular terhadap presor, termasuk angiotensin II, dan vasospasme

merusak pembuluh darah, yang menyebabkan hipoksia lokal dan

subendotelial menyimpan fibrinogen dan trombosit. Hemoragi, nekrosis,

dan kerusakan organ akhir terjadi. (Sinclair, 2010)

Vasokontrisik merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokontrisi

menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan

hipertensi. Adanya vasokontrisi juga akan menimbulkan hipoksia pada

endotel setempat, sehingga terjadinya kerusakan endotel, kebocoran

arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu adanya

vasokontriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan

perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi

plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi

hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidase itu sendiri

memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian


22

akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah

hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan Peroksidase

lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila

kesinambungan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan

oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress

oksidatif. (Rukiyah, 2010)

Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta

menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita

hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan

sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase

lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase

lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-

sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut.

Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain : adhesi

dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap

plasama, terlepasnya ezim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai

akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya

keseimbangan prostasiklin dan tromboksin, terjadinya hipoksia plasenta

akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak. (Rukiyah, 2010)

5. Tanda dan Gejala

Gambaran klinis mulai dari kenaikan berat badan diikuti edema

kaki atau tangan, peningkatan tekanan darah, dan terakhir terjadi

proteinuria. Pada preeklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai,

tetapi pada preeklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala
23

terutama daerah frontalis, rasa nyeri didaerah epigastrium, gangguan mata,

penglihatan menjadi kabur, terdapat mual sampai muntah, gangguan

pernapasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran. Dengan

pengeluaran proteinuria, keadaan penyakit semakin berat, karena terjadi

gangguan fungsi ginjal. (Manuaba, 2010)

Menurut Wylie L., (2010), tanda klasik preeklampsia adalah

peningkatan tekanan darah, proteinuria, edema (meski tidak terdiagnostik),

dan perubahan tipis nilai kimia darah. Akan tetapi tanda tersebut sangat

individual dan tidak terdapat hipertensi bukan berarti tidak terjadi

preeklampsia. Tanda dan gejala pada individu bergantung pada organ dan

system yang terganggu oleh preeclampsia.

Sedangkan menurut Mukroff (2006), gejala-gejala awal dari

preeklampsia termasuk kenaikan berat tubuh yang tiba-tiba yang tidak

berkaitan dengan pasokan makanan yang berlebihan, pembengkakan yang

parah pada tangan dan wajah, sakit kepala yang tidak bias dijelaskan

penyebabnya, nyeri pada kerongkongan atau lambung, gatal, dan gangguan

penglihatan.

Astuti (2011), menambahkan tanda-tanda preeklampsia sebagai

berikut:

a. Peningkatan tekanan darah (TD>130/90).

b. Terdapat protein pada urine (pada pemeriksaan laboratorium).

c. Edema (bengkak) pada kaki (walaupun bukan tanda yang menunjang).

d. Sakit kepala/sebelah, kepala terasa berat.

e. Pusing.
24

f. Rasa pegal dibahu dan perasaan panas/gerah.

g. Kurang tidur.

h. Mual dan Muntah.

i. Rasa Lemah.

j. Gangguan penglihatan.

k. Gemetaran.

l. Mudah marah.

6. Klasifikasi

a. Preeklampsia Ringan

Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau

segera setelah kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur

kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab preeklamsia

ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai

“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala

akibatnya. (Rukiyah, 2010)

b. Preeklampsia Berat

Preeklampsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang

ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai

proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

(Rukiyah, 2010)

7. Diagnosis

a. Preeklampsia Ringan

1) Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu.


25

2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1 + atau pemeriksaan.

protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24 jam.

b. Preeklampsia Berat

1) Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu.

2) Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan

protein kuantitatif menunjukkan hasil >5 g/24 jam.

3) Atau disertai keterlibatan organ lain:

a) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati.

b) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas.

c) Sakit kepala , skotoma penglihatan.

d) Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion.

e) Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif.

f) Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl.

(Kemenkes RI, 2013)

8. Komplikasi

a. Komplikasi pada ibu

Tergantung derajat preeclampsia, yang termasuk komplokasi

antara lain atonia uteri (uterus yang tidak berkontraksi), sindrom

HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), ablasi

retina, gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung,

bahkan kematian.

b. Komplikasi pada janin

Pada janin berhubungan dengan akut dan kronisnya infusiensi

uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan


26

prematuritas. Preeklampsia juga dapat menyebabkan gangguan

peredaran darah pada plasenta. Hal ini akan menyebabkan berat badan

bayi yang dilahirkan relatif kecil. Selain itu, preeklampsia juga dapat

menyebabkan terjadinya kelahiran prematur dan komplikasi lanjutan

dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsi, sereberal

palsy, dan masalah pada pendengaran dan penglihatan. (Nursewian,

2012)

9. Pencegahan

Menurut Manuaba (2010), untuk mencegah kejadian preeklampsia

dapat diberikan nasehat sebagai berikut :

a. Diet-makanan. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup

vitamin, dan rendah lemak, kurangi garam apabila berat badan

bertambah atau edema, makanan berorientasi pada empat sehat lima

sempurna, untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu

butir telur setiap hari.

b. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup sesuai pertambahan usia

kehamilan berarti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan

kemampuan, lebih banyak duduk atauberbaring ke arah punggung

janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami

gangguan.

c. Pengawasan antenatal (hamil). Bila terjadi perubahan perasaan dan

gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan.

Keadaan yang memerlukan perhatian yaitu:

1) Uji kemungkinan preeklampsia


27

a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri.

c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

d) Pemeriksaan protein dalam urine

e) Jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,

gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.

2) Penilaian kondisi janin dalam rahim

a) Pemantauan tinggi fundus uteri.

b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung

janin, pemantauan air ketuban.

c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

10. Penatalaksanaan

a. Penanganan Preeklampsia Ringan

Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan,

lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:

1) Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex, dan kondisi janin.

2) Lebih banyak istirahat.

3) Diet biasa.

4) Tidak perlu diberi obat-obatan.

Jika rawat jalan tidak memungkinkan, rawat di rumah sakit:

1) Diet biasa.

2) Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari.

3) Tidak perlu obat-obatan.


28

4) Tidak perlu diuretic, kecuali jika terdapat edema paru,

dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut.

5) Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat

dipulangkan.

6) Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat.

7) Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertim-

bangkan terminasi kehamilan.

8) Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.

Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi:

1) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam

500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.

2) Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau

kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.

(Saifuddin, 2009)

b. Penanganan Preeklamsia Berat

1) Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada

setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni

pemeriksaan Nonstress test (NST) dan Ultrasonografi (USG),

dengan indikasi :

a) Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda

atau gejala impending eklamsi, kegagalan terapi konservatif

yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan

desakan 24 jam perawatan edicinal, ada gejala-gejala status duo

(tidak ada perbaikan).


29

b) Janin : hasil fetal assessment jelek (NST & USG) : adanya

tanda Intra Uterine Growt Retardation (IUGR)

c) Hasil Laboratorium : adanya “HELP Syndrome” (hemolisis)

dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia

2) Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan di

rumah sakit dan atas instruksi dokter), yaitu : Segera masuk rumah

sakit, tirah baring miring ke satu, tanda vital diperiksa setiap 30

menit, refleks patela setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1

liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam), berikan antasidan,

diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam, pemberian

obat anti kejang : MgSO4, diuretikum tidak diberikan kecuali bila

ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongesif atau edema

anasrka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM

3) Antihipertensi diberikan bila : Tekanan darah sistolik labih dari 180

mmHg, diastolik lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg.

4) Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat

diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu),

catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500cc

cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

5) Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet

anti hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-

5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang

sama mulai diberikan secara oral.


30

6) Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda

menjurus payah jantung, diberikan digitalis cepat dengan cedilanid

D.

7) Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obat-obat

antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,50c dapat dibantu

dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau xylomidon 2cc

IM; antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1

gr/6jam/IV/hari; anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah

karena kontraksi uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg

sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.

(Rukiyah, 2010)

D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Umur

Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Wanita yang berusia

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko tinggi

terhadap kejadian preeklampsia. Pada wanita dengan usia < 20 tahun

perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologisnya belum

optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan yang cukup matang

dan akhirnya akan mempengaruhi janin yang dikandungnya hal ini akan

meningkatkan terjadinya gangguan kehamilan dalam bentuk preeklampsia

dan eklampsia akibat adanya gangguan sel endotel, selain itu preeklampsia
31

juga terjadi pada usia > 35 tahun diduga akibat hipertensi yang diperberat

oleh kehamilan.

Menurut Manuaba (2010), salah satu faktor predisposisi kejadian

pre-eklampsia adalah umur yang ekstrim yaitu < 20 dan > 35 tahun yang

disebabkan kehamilan pada usia < 20 tahun adalah kehamilan usia dini

memuat resiko yang berat hal ini disebabkan karena emosional ibu belum

stabil dan ibu mudah tegang, secara emosional ketika si ibu mengandung

bayinya. Salah satu dampak resiko kehamilan badalah kombinasi keadaan

alat reproduksi yang belum siap hamil, makin meningkatkan terjadinya

resiko dalam bentuk hipertensi pre-eklampsia atau eklampsia sedangkan

pada usia >35 tahun kemungkinan ibu menderita diabetes gestational,

hipertensi dan penyakit kronis lainnya.

2. Paritas

Jumlah paritas ≥ 3 telah terbukti telah meningkatkan angka

kematian maternal disbanding paritas 1-2. Faktor kematian maternal ini

kemudian diidentifikasi sebagai 4 terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu

rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak). (Prawirohardjo S., 2006)

Berdasarkan hasil penelitian Langelo Wahyuny (2012) dengan uji

odds ratio diperoleh nilai OR 3,42 dengan tingkat kepercayaan (CI) 95%

yaitu 1,73-6,77. Karena nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup

nilai 1 dan didukung oleh nilai p value sebesar 0,00 (0,00< 0,05), maka

secara statistik dikatakan bermakna sehingga penelitian menunjukkan

adanya hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian

preeklampsia. (Langelo Wahyuny, 2012)


32

Insiden Preeklamsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan

dengan ras (etnis) juga predisposisi genetik serta lingkungan. Pada

primipara kejadian preeklamsia lebih besar karena terjadi perubahan

hormonal dan ada perubahan uterus karena ibu baru hamil untuk pertama

kalinya. (Cunningham, 2006)

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep dalam penelitian gambaran karakteristik ibu hamil

dengan preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Kab. Bone Tahun 2015.

Umur

Preeklampsia
Paritas

Pendidikan

Keterangan:

Variabel yang diteliti : Variabel independen :

Variabel yang tidak diteliti : Variabel dependen :

F. Defenisi Operasional

1. Umur adalah umur ibu pada saat kehamilan berlangsung yang dapat dilihat

melalui medical record.

Kriteria objektif :

Resiko tinggi : Jika umur ibu waktu hamil < 20 tahun atau > 35 tahun.

Resiko rendah : Jika umur ibu waktu hamil 20 tahun – 35 tahun.

Skala : Interval
33

2. Paritas yaitu jumlah kelahiran hidup atau mati dimiliki oleh seorang ibu.

Kriteria objektif :

Resiko tinggi : Jika jumlah kelahiran > 3.

Resiko rendah : Jika jumlah kelahiran 1-3.

Skala : Ordinal

BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah keseluruhan Ibu hamil.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti tersebut (Notoadmodjo, 2005), Populasi dalam penelitian ini adalah

semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di UPTD Puskesmas

Bajoe Tahun 2015.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian populasi diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti (Notoadmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil yang tercatat di medical record UPTD Puskesmas Bajoe

Tahun 2015 yang dinyatakan mengalami preeklampsia dan memiliki data

akurat.
34

3. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi dalam penelitaian ini adalah :

a. Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di UPTD Puskesmas

Bajoe Tahun 2015.


b. Ibu Hamil yang memilki data lengkap di UPTD Puskesmas Bajoe

Tahun 2015

4. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitaian35


ini adalah :

a. Ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di UPTD Puskesmas

Bajoe sebelum dan sesudah Tahun 2015.


b. Ibu Hamil yang memilki data tidak lengkap di UPTD Puskesmas Bajoe

Tahun 2015.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di UPTD Puskesmas Bajoe Kecamatan Tanete

Riattang Timur Kabupaten Bone.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni tahun 2016.

D. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan meneliti adalah data sekunder

yaitu data yang diperoleh dari medical record UPTD Puskesmas Bajoe

Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone tahun 2015. Data yang

telah dikumpulkan selanjutnya diolah secara manual dengan menggunakan

langkah-langkah berikut :
35

1. Editing

Proses editing dimulai dengan mengumpulkan semua data yang

diperoleh dari rekam medik kemudian memeriksa seluruh kelengkapan

data agar dapat diolah dengan baik. Setelah data lengkap kemudian data

dikelompokkan secara benar sesuai dengan kategori variabel yang diteliti

data tersebut dipindahkan dalam master tabel yang di gunakan untuk

mempermudah dalam pendistribusian tabel distribusi frekuensi.

2. Pengkodean (Coding)

Setelah data yang diperoleh penulis melakukan pengkodean untuk

memudahkan analisa data.

3. Tabulating

Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung

data yang diperoleh, kemudian dijadikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi. (Hidayat Alimul, 2007)

E. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah cara untuk mempermudah atau menyederhanakan

data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Analisa data

dilakukan secara diskriptif dengan melihat presentasi data yang telah

terkumpul disajikan dalam tabel distribusi frekuensi yang kemudian

dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori

kepustakaan yang ada dan dapat diperoleh satu kesimpulan.


36

Data di olah secara manual dengan menggunakan kalkulator,

sedangkan penyajian data di tampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan

presentase di sertai penjelasan dengan menggunakan rumus : P  f x100%


N
Keterangan:

P : Presentase

f : Frekuensi

N : Jumlah subjek. (Machfoedz, 2011).

F. Aspek Etis Penelitian

Setelah mendapat persetujuan dari pihak terkait, penelitian dilakukan

dengan menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

(observasi) yang diisi oleh peneliti dan hanya diberi kode tertentu.

2. Kerahasiaan (Confidentiallity)

Informasi yang berhasil dikumpulkan dari sampel peneliti dijaga

dan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok tertentu saja

yang mengetahui hasil penelitian atau riset. (Hidayat Alimul, 2007)


37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh

dari rekam medik BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone dengan tujuan

untuk mengetahui bagaimana gambaran karakteristik preeklampsia

berdasarkan umur dan paritas ibu. Sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan, didapatkan jumlah ibu hamil yang mengalami preeklampsia

sebanyak 152 orang dan hasilnya disajikan pada tabel distribusi dibawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Preeklampsia Berdasarkan Umur


di BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone
Tahun 2014

Frekuensi Persentase
No. Umur (F) (%)
1 Resiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) 49 32,2
2 Resiko rendah (20-35 tahun) 103 67,8
Jumlah 152 100
Sumber : Data Sekunder
38

Berdasarkan table A.1. distribusi frekuensi preeklampsia berdasarkan

umur di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 dapat dilihat bahwa

preeklampisia paling banyak dijumpai pada ibu hamil dengan kategori umur

resiko rendah (20 – 35 tahun) yaitu berjumlah 103 kasus (67,8%). Dan yang

paling sedikit dijumpai pada ibu hamil dengan kategori umur resiko tinggi (<

20 tahun dan > 35 tahun) berjumlah 49 kasus (32,2%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi


40Preeklampsia Berdasarkan Paritas
Di BLUD RS Tenriawaru Kelas B Kab. Bone
Tahun 2014

Frekuensi Persentase
No. Paritas (F) (%)
1 Resiko tinggi (> 3) 30 19,7
2 Resiko rendah (1-3) 122 80,3
Jumlah 152 100
Sumber : Data Sekunder

Berdasarkan table A.2. distribusi frekuensi preeklampsia berdasarkan

paritas di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 dapat dilihat bahwa

preeklampisia mayoritas dijumpai pada ibu hamil dengan kategori paritas

resiko rendah (1-3) yaitu berjumlah 122 kasus (80,3%). Dan minoritas

dijumpai pada ibu hamil dengan kriteria paritas resiko tinggi (>3) yaitu

berjumlah 30 kasus (19,7%).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui data

sampling tentang ibu hamil preklamsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015

, maka pembahasan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Gambaran Karakteristik Preeklampsia Berdasarkan Umur


39

Umur ibu pada saat kehamilan merupakan salah satu faktor yang

menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Wanita yang berusia

kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko tinggi

terhadap kejadian preeklampsia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 152 kasus

ibu hamil dengan preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015

dapat dilihat bahwa preeklampsia mayoritas terdapat pada ibu hamil

dengan kategori umur resiko rendah (20–35 tahun) yaitu berjumlah 103

kasus (67,8%).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gafur Z,

(2012) bahwa dari usia ibu hamil dengan resiko tinggi (<20/>35)

mengalami preeklampsia terdapat 29 (35,8%) responden, sedangkan usia

ibu hamil dengan resiko rendah mengalami preeklampsia terdapat 52

(64,2%) responden.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Manuaba (2010), yang

menyatakan salah satu faktor predisposisi kejadian pre-eklampsia adalah

umur yang ekstrim yaitu < 20 dan > 35 tahun yang disebabkan kehamilan

pada usia < 20 tahun adalah kehamilan usia dini memuat resiko yang berat

hal ini disebabkan karena emosional ibu belum stabil dan ibu mudah

tegang, secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. Namun dalam

penelitian ini kebanyakan responden adalah ibu hamil dengan kategori

umur resiko rendah (20–35 tahun).

Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena sebagian besar

responden meskipun memiliki resiko rendah dari tinjauan umur namun hal ini
40

disebabkan oleh faktor lain yakni sebagian besar ibu adalah baru pertama kali

hamil (primigravida). Sehingga dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada

kesamaan antara teori dengan hasil penelitian.

2. Gambaran Karakteristik Preklampsia Berdasarkan Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang

dimiliki oleh seorang wanita. Faktor paritas memiliki pengaruh terhadap

persalinan dikarenakan Ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi untuk

mengalami gangguan selama masa kehamilannya terlebih pada ibu yang

pertama kali mengalami masa kehamilan. (Langelo Wahyuny, 2012)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 152 kasus

ibu hamil dengan preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015

dapat dilihat bahwa, karakteristik preklampsia berdasarkan paritas

mayoritas banyak terdapat pada ibu hamil dengan paritas resiko rendah

yaitu berjumlah 122 kasus (80,3%).

Hal ini sesuai dengan teori Cunningham (2006), bahwa insiden

preeklamsia sangat dipengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras (etnis)

juga predisposisi genetik serta lingkungan. Pada primipara kejadian

preeklamsia lebih besar karena terjadi perubahan hormonal dan ada

perubahan uterus karena ibu baru hamil untuk pertama kalinya.

Sehingga dalam penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian.


41

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, Gambaran Karakteristik Ibu Hamil

Dengan Preeklampsia di UPTD Puskesmas Bajoe Tahun 2015 maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan karakteristik umur, kejadian preklampsia mayoritas terjadi

pada umur dengan kategori resiko rendah (20–35 tahun) yaitu berjumlah

103 kasus (67,8%). Dan minoritas dijumpai pada ibu hamil dengan

kategori umur resiko tinggi (< 20 tahun dan > 35 tahun) berjumlah 49

kasus (32,2%).

2. Berdasarkan karakteristik paritas, kejadian preeklampisia mayoritas

dijumpai pada ibu hamil dengan kategori paritas resiko rendah yaitu

berjumlah 122 kasus (80,3%). Dan minoritas dijumpai pada ibu hamil

dengan kriteria paritas resiko tinggi yaitu berjumlah 30 kasus (19,7%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti selanjutnya


42

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk

merupakan penelitian lebih dalam kasusnya tentang preklampsia

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi mahasiswa, dan

menjadi tambahan bacaan mahasiswa/kepustakaan D-III Kebidanan

Lapatau Bone mengenai ibu hamil dengan preklampsia.

3. Bagi Pihak RS
44
Diharapkan meningkat pendidikan dan pelayanan kesehatan terutama

mengenai ibu hamil dengan preklampsia.


43

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2011. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta : EGC

Benson, P & Pernoll, 2009. Buku saku Obsetri Ginekologi. Jakarta. EGC

Chapman, 2006, Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, EGC : Jakarta

Cunningham, 2006. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Depkes, 2007. Pedoman Pelayanan Antenatal. Direktorat Bina Pelayanan Medik


Dasar. Jakarta

Gafur Z., 2012. Hubungan Antara Primigravida Dengan Preeklampsia. Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Guspika, 2013. Faktor - faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-


Eklampsia Di RSUD Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tahun 2012. Stikes
Mega Rezky Makassar

Hani Ummi, 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta:


Salemba Medika.

Hidayat, Alimul. 2007. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika

Joseph HK., 2011. Catatan Kuliah Ginekologi dan Obstetri (obsgyn). Yogyakarta :
Nuha Medika

Kemenkes, BKKBN-BPS, 2012.Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia


2012.Kementerian Kesehatan Jakarta.
Kemenkes, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas kesehatan
Dasar dan Rujukan. Penerbitan edisi didukung oleh :UNFPA-Unicef-
USAID.
44

Kusmiyati, Yuni. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Langelo Wahyuny, 2012. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Di RSKD Ibu Dan
Anak Siti Fatimah Makassar Tahun 2011-2012. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Machfoedz, I. 2011. Bio Statistika. Yogyakarta: Fitramaya.

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan, EGC : Jakarta
Murkoff, 2006. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Jakarta :
Arcan
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

Nursewian, 2012. Preeklampsia. (online) http://buletinkesehatan.com diunduh 04


April 2016 .

Rohfiin, 2016 . Mini KTI Tren Persalinan (online) http://www.academia.edu


diakses 04 April 2016

Rukiyah, 2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info


Media

Saifuddin, 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Ed.4, cet.3. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Simkin,2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi, Edisi Revisi.


Jakarta: Arcan

Sastrawinata, 2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2,


Jakarta: EGC

Sinclair, 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta : EGC

Sofian Amru, 2013. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. ed.3,
Jilid 1. Jakarta : EGC

Sulaiman Wolipop, 2014. Angka Kematian Ibu Tinggi, BKKBN Serukan '4 Jangan
dan 3 Terlambat. (online) wolipop.detik.com. Diakses 26 Maret 2016

Sunardi, 2014. Mewaspadai Kegawatdaruratan Pada Trimester 2 Kehamilan.


(online) http://websehat.net Dakses 07 April 2016
45

Wulanda, 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika

Wylie L., 2010. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan dan


Persalinan. Jakarta: EGC

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas

Nama : DEVI RATNA SARI

NIM : 30647

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tgl Lahir : Palu, 03 Desember 1992

Suku : Bugis

Status : Belum Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. Yos Sudarso

No. HP : 082 347 009 992


46

B. Riwayat Pendidikan
1. Tamat SD Inpres Tompi Bugis Tahun 2004
2. Tamat SMP Neg. 2 Kulawi Selatan Tahun 2007
3. Tamat SMA Neg. 3 Palu Tahun 2010
4. Mengikuti Pendidikan di AKBID Lapatau Bone sampai sekarang.

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN


PREEKLAMPSIA DI UPTD PUSKESMAS BAJOE
KAB. BONE TAHUN 2015

nim :

OLEH :

NAMA : YULIA CITRA


NIM : BT 14 02 1
47

AKADEMI KEBIDANAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2016
KATA PENGANTAR

Atas berkah dan hidayah Allah SWT jualah maka penulis mampu

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan keteguhan dan kesabaran.

Proposal ini berjudul “Gambaran Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeklampsia di

UPTD Puskesmas Bajoe Kab. Bone Tahun 2015”


Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh

dari kesempurnaan, walaupun sesungguhnya penulis sudah berupaya keras dengan

kemampuan sesuai disiplin ilmu yang dimiliki.


Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis meminta para

pembaca agar senantiasa dapat memberikan kritik dan saran yang membangun

demi kesempurnaan proposal ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan

rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh rekan-rekan

dan sahabat-sahabatku yang tercinta di Akademi Kebidanan Batari Toja

Watampone yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.


Akhir kata penulis mengharapkan semoga Allah SWT selalu melimpahkan

hidayah-Nya dan safaat-Nya dalam menuju kehidupan kedepan.

Watampone, 06 April 2016


48

YULIA CITRA

iii
49

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan...................................................6
B. Tinjauan Umum Tentang Antenatal Care (ANC)..............................14
C. Tinjauan Umum Tentang Preeklampsia............................................20
D. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian...................................32
E. Kerangka Konseptual.......................................................................34
F. Defenisi Operasional........................................................................34

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN


A. Subjek Penelitian...............................................................................35
B. Populasi dan Sampel..........................................................................35
C. Lokasi dan Jadwal Penelitian……………….......….........................36
D. Teknik Pengumpulan Data............................................ …………..37
E. Tekhnik Analisa Data........................................................................38
F. Aspek Etis Penelitian ....................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA

ii

Anda mungkin juga menyukai