Anda di halaman 1dari 4

Berita Selasa 9 April 2019

Dari SERAMBI NEWS

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Delapan hari menjelang pencoblosan pada Pilpres 2019, berbagai lembaga survei banyak yang
merilis elektabilitas kedua pasangan calon di pilpres 2019.
Terbaru, kemarin dua lembaga survei yakni Puskaptis dan Indodata merilis survei terkait elektabilitas antara Jokowi-Ma'ruf
dan Prabowo-Sandiaga terpaut 18 persen.
Berikut Tribunnews.com menghimpun hasil survei terbaru yang dirilis lembaga survei, yakni Indikator Politik Indonesia, LSI Denny JA,
Indo Barometer, Polmatrix, Puskaptis dan Indodata.

1. Lembaga Indikator Politik Indonesia


"Ada selisih 18 persen antara 01 dan 02, dimana Jokowi-Ma'ruf sebesar 55,4 persen dan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen," ujar Direktur
Ekselutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi di kantornya, Jakarta, Rabu (3/4/2019).
Sementara responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan, kata Burhanuddin, ditemukan sebanyak 7,2 persen

Survei ini dilakukan 22-29 Maret 2019, yang melibatkan 1.220 responden melalui wawancara tatap muka dengan margin of error 2,9
persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurutnya, perolehan 55,4 persen responden yang memilih Jokowi-Ma'ruf, terdapat angka swing voter atau besar kemungkinan
mengubah pilihan sebesar 8,8 persen.
Sedangkan dari 37,4 persen responden memilih Prabowo-Sandiaga, terdapat swing voters 8,1 persen. Artinya jika ditotal, junmlah
swing voter sebesar 16,9 persen dan undecided voters sebesar 7,2 persen.
"Jumlah swing voters ini di masing-masing di pendukung masing-masing, kurang lebih imbang. Kalau undecided itu lari ke pasangan
02, belum bisa mengejar 01 juga," kata Burhanuddin.
Sedangkan hasil prediksi model yang dibangun untuk melihat kemana suara swing voters dan undecided voters berlabuh saat
pencoblosan. Diketahui, akan terdistribusi merata, tetapi pasangan calon 02 lebih banyak sedikit.

2. LSI
Hari ini, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru di Maret 2019 terkait elektabilitas pasangan capres dan cawapres.
Hasilnya dari survei pada 1200 responden dengan metode multistage random sampling, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin tetap
menggungguli pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Elektabilitas Maret 2019, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin sebesar 56,8 persen-63,2 persen. Prabowo Sunianto-Sandiaga Uno 36,8
persen-43,2 persen. Pilpres 2019 mendekati garis finis, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul telak dibandingkan dengan
pasangan Prabowo-Sandiaga," ucap Penelisi LSI, Ardian Sopa saat merilis hasil survei di Kantor LSI, Jl Pemuda, Jakarta Timur, Selasa
(2/4/2019).

Ardian Sopa menuturkan tampilan angka elektabilitas masing-masing capres dibuat dalam bentuk range elektabilitas, karena LSI telah
memperhitungkan angka elektabilitas masing-masing capres dengan margin of error survei dan asumsi golput yang terjadi secara
proporsional.
"Kalkulasi ini dilakukan karena pilpres tinggal 16 hari lagi. Diperlukan proyeksi elektabilitas dengan mempertimbangkan angka margin of
error survei dan asumsi golput," ungkap Ardian Sopa.
Diketahui survei ini dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA. Survei dilakukan di 34 provinsi di Indonesia dengan metode multistage random
sampling.

Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan menggunakan kuesioner. Margin of error survei adalah 2,8 persen.
Selain survei, LSI juga melakukan riset kualitatif dengan metode FGD, analisis media dan indepth interview untuk memperkaya analisa
survei.
3. Indobarometer
Lembaga survei Indo Barometer merilis hasil survei di bulan Maret terkait elekatabilitas calon presiden dan calon wakil presiden yang
akan bertarung di Pemilihan Presiden 2019.
Peneliti Indo Barometer, Hadi Suprapto Rusli mengatakan pasangan no urut 01, Joko Widodo-KH Ma’ruf Amin masih tetap unggul
dengan selisih 18,8 persen jika dibandingkan dengan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga.
"Dengan simulasi gambar pasangan calon Presiden dan wakil Presiden 2019 yang ditanyakan kepada masyarakat, seandainya pilpres
dilakukan hari ini, maka pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin diprediksi menang. Paslon 01 memiliki elektabilitas sebesar 50,8 persen,
sedangkan paslon 02 memiliki elektabilitas sebesar 32 persen," ucap Rusli saat merilis hasil survei Indo Barometer, di Hotel Century
Park, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2019).
Rusli mengatakan, terdapat 17,2 persen masih merahasiakan pilihannya atau belum menentukan pilihannya terhadap pasangan calon
presiden dan calon wakil presiden.
Selain itu, Indo Barometer juga memproyeksikan hasil survei Maret 2019 ke 17 April 2019 (yang tidak menandai surat suara dibagi
proporsional).
Hasilnya pasangan Jokowi - Ma'ruf masih unggul dibadingkan dengan Prabowo-Sandi.
“Pasangan Jokowi - Ma'ruf unggul dengan proyeksi 61,35 persen. Sementara Prabowo -Sandi 38,65 persen,” pungkasnya.
4. Polmatrix
Lembaga survei Polmatrix Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas Capres-cawapres jelang hitungan hari Pilpres 2019.
Survei yang dilakukan pada 20-25 Maret 2019, dengan jumlah 2000 responden ini menunjukan bahwa Paslon nomor urut 01, Joko
Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul.
Direktur Riset Polmatrix Indonesia Dendik Rulianto mengatakan, Jokowi-Ma'ruf 54,1 persen, Prabowo-Sandi sebesar 34,0 persen sisa
11,9 persen yang belum memutuskan pilihan.
"jika diekstrapolasikan maka Jokowi-Ma’ruf berpeluang merebut 61,4 persen suara. Prabowo-Sandi mendapat sisanya yaitu 38,6
persen," kata Dendik Rulianto dalam rilis, di Jakarta, Senin (1/4/2019).
“Mengingat Pilpres hanya tinggal 17 hari lagi, sulit bagi Prabowo-Sandi untuk dapat mengejar elektabilitas Jokowi-Ma’ruf,” lanjutnya.
Dendik juga mengatakan, jika tidak ada perubahan berarti, diprediksi Jokowi-Ma’ruf menang tebal atas Prabowo-Sandi.
Menurut Dendik, yang dapat dilakukan kubu Prabowo-Sandi adalah mempersempit jarak elektabilitas.
Jika seluruh suara undecided voter mampu direbut, Prabowo-Sandi berpeluang meraih hingga 45,9 persen, atau sedikit di bawah
perolehan suara pada Pilpres 2014.

5. Survei Indodata
Direktur Eksekutif Indodata, Danis T Saputra mengatakan, hasil yang mereka dapatkan bahwa Jokowi-Amin masih unggul itu tercermin
dari pertanyaan survei yang dilakukan secara door to door.
"Kami menanyakan Bapak/Ibu jika Pilpres dilakukan hari ini, siapa yang akan dipilih?" kata Danis dalam rilis di kawasan Cikini, Jakarta
Pusat, Senin (8/4/2019).
"Hasilnya menunjukan pasangan Jokowi-Ma'ruf 54,8 persen. Prabowo Sandi 32,5 persen. Sedangkan sisanya menjawab tidak tahu
atau tidak menjawab," tambahnya.
Danis lalu menjabarkan jika pemilih yang tidak menjawab atau tidak tahu dihilangkan dalam survei. Hasilnya masih menunjukan bahwa
Paslon 01 masih unggul dari Paslon 02.

6. Survei Puskaptis, Prabowo unggul


Lembaga survei Pusat Kajian Kebijakan dan Pembangunan Strategis (Puskaptis) merilis hasil survei elektabilitas calon presiden dan
wakil presiden 2019.
Puskaptis memaparkan, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno unggul tipis yakni 47,59 persen sementara dari Jokowi - Maaruf Amin
45,37 persen.
Ia mengatakan elektabilitas Prabowo-Sandiaga yang unggul dari Jokowi-Maaruf, diungkap publik dengan berbagai alasan diantaranya
menginginkan perubahan dan presiden baru.

Survei dilakukan pada 26 Maret - 2 April 2019, yang diklaim dilakukan secara proporsional di 34 provinsi, dengan jumlah responden
sebanyak 2.100 berusia 17 tahun atau di atasnya dan telah menikah, serta tersebar baik di pedesaan maupun di perkotaan.
Survei dilakukan dengan Metode Multistage Random Sampling dan margin error kurang lebih 2,4 persen, pada tingkat kepercayaan 95
persen.
Prabowo Subianto-Sandiaga menguasai perolehan suara di lima provinsi di Pulau Jawa
Dalam surveinya Puskaptis menyatakan, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga menguasai perolehan suara di lima provinsi di Pulau
Jawa.

7. Roy Morgan
Lembaga survei Roy Morgan merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas para kandidat jelang pelaksanaan Pilpres 2019 pada 2 April
2019 pekan lalu.
Berdasar survei Roy Morgan, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin memang
masih unggul dibanding pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Dalam survei yang dilakukan pada Maret, sebanyak 56,5 % memiliki Jokowi-Maruf, sedangkan pemilih Prabowo-Sandi sebanyak 43,5
%.

Demikian dikatakan Chief Executive Officer Roy Morgan, Michele Levine.


Meski unggul, tapi selisih elektabilitas keduanya semakin menyempit.
Hasil elektabilitas Jokowi pun turun sebanyak 0,5 % dibanding pada survei sebelumnya, yang dilakukan pada Februari 2019.
Sementara Prabowo justru naik 0,5 % dari survei sebelumnya.
Survei Roy Morgan ini melibatkan 1.102 responden yang telah memiliki hak untuk memilih dengan usia di atas 17 tahun.
Dalam survei Roy Morgan, elektabilitas Jokowi kuat di daerah berbasis perdesaan, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera
Utara.
Secara keseluruhan, di daerah pedesaan preferensi jelas mendukung Jokowi 63 %, sedangkan Prabowo 37 %.
(Tribunnews.com/Rina Ayu/Muhammad Zulfikar/Fransiskus A/Seno/Theresia/Chaerul Umam)

Editor: Amirullah
Farid Wadjdi

Bekerja di perusahaan kontraktor nasional, memiliki minat khusus di bidang arsitektur dan konstruksi, tapi juga ingin beceloteh dan curhat
tentang apa saja.

Tadi pagi saya baca status Bang Arke di facebook yang menampilkan link sebuah tulisan yang berjudul "13 Alasan Saya
Tidak Setuju Jokowi Jadi Presiden" yang dimuat di situs Indonesia Online Media & News Network (iomnn.com). Seperti
biasa, status Bang Arke selalu jadi obrolan yang menarik dan kocak. Karena masih sibuk dengan kerjaan, saya belum bisa
langsung kasih komen. Baru setelah ada komen dari seorang teman facebook yang memberikan tanggapan dengan
menampilkan link tanggapan yang berjudul "Alasan Mengapa Saya Tidak Memilih Prabowo", maka saya jadi tertarik
ikut nimbrung.

Maka secara spontan saya menulis komentar melalui HP saya, "Kalau gitu saya mau bikin tulisan Alasan Mengapa Saya
Tidak Memilih Jokowi dan Prabowo". Hahaha, sepertinya saya jadi punya ide untuk mulai menulis lagi di Kompasiana.
Kalau baca dua tulisan di atas, banyak sekali alasan-alasan tulisan yang menolak Jokowi maupun yang menolak Prabowo.
Alasan-alasan itu dituliskan dalam beberapa butir penjelasan yang sangat detail, sehingga tulisannya jadi sangat panjang.
Tapi karena itu tulisan politik, jadinya tidak membosankan. Saya pun membaca kedua link tulisan itu sampai tuntas. Dan
saya setuju pada kedua tulisan itu, hehehe. Apakah saya plin-plan? Tidak dong, saya kan punya pilihan sendiri.

Kembali ke judul tulisan ini, lalu apa alasan saya menolak Jokowi dan Prabowo sekaligus. Jawabannya sederhana saja.
Cuma dua alasan saja, yaitu:

1.
2. Saya tidak memilih Jokowi karena alasan-alasan yang ditulis pada tulisan "13 Alasan Saya Tidak Setuju Jokowi Jadi
Presiden" di atas.
3. Saya tidak memilih Prabowo karena alasan-alasan yang ditulis pada tulisan "Alasan Mengapa Saya Tidak Memilih
Prabowo" di atas.

Nah, jelas dan gamblang kan alasan saya? Hehehe .......

Lalu siapakah calon pemimpin pilihan saya? Aburizal Bakrie? Hiii, sori lah yaw! Hatta Rajasa? Nggak ah! Besannya Pak
SBY, pasti nggak jauh beda dengan besannya. Dahlan Iskan? Nggak juga, beliau terlalu narsis. Lalu siapa? Nah ini dia.
Pilihan saya adalah ........ Lho ini bukan memilih, lebih tepatnya saya mengajukan. Emangnya saya siapa, kok berani-
beraninya ngajuin calon pemimpin? Lho, setiap warga negara kan nggak dilarang mengidamkan siapa calon pemimpinnya?
Oke, lalu siapa yang saya ajukan?

Nah, capres dan cawapres pilihan saya adalah duet Mahfud MD & Anies Baswedan. Menurut saya, duet Mahfud MD -
Anies Baswedan adalah kombinasi:

1.
2. (Old) Experienced dan (Young) Well Revolutionair
3. Politician dan Civil
4. Non Jawa dan Jawa
5. Mewakili unsur Religius-Nasionalis dan Nasionalis-Religius

Dan unsur titik temunya adalah:

1.
2. Akademisi
3. Pengawal pluralisme
4. Constitutional-minded
5. Integrity concerned

Itulah kelebihan duet Mahfud MD & Anies Baswedan. Kekurangannya adalah: belum ada dukungan dari partai dan tidak
ada dukungan media. Tapi justru yang seperti inilah yang saya dukung. Asli tanpa polesan. Saya sadar, duet ini memang
tidak populer, tapi saya yakin duet ini lebih berkualitas. Saya juga sadar, mungkin tidak banyak kompasianer yang setuju
dengan saya. Tapi siapa tahu kalau sebetulnya jauh di benak pikirannya, terlepas dari riuh rendahnya pemberitaan di media,
ternyata banyak juga yang setuju dengan pendapat saya. Semoga .......

Anda mungkin juga menyukai