BAB II Mater (KB)
BAB II Mater (KB)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan antara
informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk
menerima informasi kesehatan dan berbuat sesuai dengan infomasi tersebut agar mereka
menjadi lebih tahu dan lebih sehat (Budioro, 1998). Tujuan pendidikan kesehatan adalah
untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran
pasien selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Keluarga merupakan sasaran sekunder pelayanan kesehatan setelah individu yang
menderita sakit atau klien yang memerlukan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan
pada keluarga salah satunya adalah keluarga berencana. Keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan
objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, menentukan jumlah
anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Maka dari itu penulis merasa hal ini layak dibahas dalam makalah ini, untuk
menambah wawasan dan pemahaman kepada para pembaca khususnya teman mahasiswa
keperawatan sebagaicalon tenaga kesehatan. Agar dapat memahami dan melaksanakan
pendidikan keluarga berencana kepada klien atau keluarga, dengan baik dan benar.
1
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep keluarga berencana
c. Mahasiswa mampu menjelaskan apa itu kontrasepsi
d. Mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam kontrasepsi
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makaalah ini adalah dengan
metode deskriptif dengan mempelajari dan mengumpulkan referensi dan pustaka yang
berhubungan dengan judul makalah kami yaitu “Keluarga Berencana”, baik berupa buku
maupun informasi di internet.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah kelompok ini adalah sebagai berikut :
BAB I berisi Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan Makalah
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II berisi Tinjauan Teori yang meliputi tentang Konsep pendidikan
kesehatan, Konsep keluarga berencana, Tujuan Keluarga
Berencana, Sasaran Keluarga Berencana, Ruang Lingkup
Keluarga Berencana, Akseptor Keluarga Berencana,
Lontrasepsi dan macam-macam kontrasepsi hormonal.
BAB III berisi Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
KB adalah merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan
jalan memberikan nasehat perkawinan,pengobatan kemandulan dan penjarangan
kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). KB merupakan tindakan membantu individu atau
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran (Hartanto,
2004; 27). KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan
jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif
yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian.
Peningkatan dan perluasan pelayanan kelurga berencana merupakan salah satu usahan
untuk menurunkan angka kesakitan dam kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu
pada tahun 70-an dan masyarakat dunia mengganggap berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penaggulangan kelahiran
(Menurut WHO 1970).
4
D. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang
bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan
pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera (Handayani, 2010; 29).
5
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat
kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi
setelah melahirkan atau abortus.
4. Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5. Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
G. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti
“melawan”atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi
adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya
pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan
tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha
untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat
bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008; 534).
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan.Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro,
2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel teluroleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yangtelah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
6
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatucara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidakdiinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikutiaturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsidalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktorseperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin denganaturan pemakaian dan
sebagainya.
4. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metodekontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi(MAL), Couitus Interuptus,
Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,Metode Suhu Basal Badan, dan
Simptotermal yaitu perpaduan antarasuhu basal dan lendir servik. Sedangkan
metode kontrasepsi sederhanadengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks
dan spermisida(Handayani, 2010).
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitukombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) danyang
7
hanya berisi progesteron saja.Kontrasepsi hormonal kombinasiterdapat pada pil
dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormone yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaituAKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) danyang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010).AKDR yangmengandung hormon
Progesterone atau Leuonorgestrel yaituProgestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandungLeuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu MetodeOperatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW seringdikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotongatau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuanantara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan namavasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferenssehingga cairan sperma tidak dapat
keluar atau ejakulasi (Handayani,2010).
8
a. Metode Kalender
Metode kalender biasa disebut juga dengan metode ritmik. Pasangan harus
menghindari senggama atau berhubungan seksual ketika ibu berada dalam
keadaan subur, yaitu 3 hari sebelum dan sesudah ovulasi.
b. Suhu Basal Tubuh
Suhu basal tubuh biasanya lebih rendah selama 2 minggu pertama dari
siklus menstruasi sebelum ovulasi. Segera setelah ovulasi suhu mulai
meningkat, berlanjut hingga menstruasi berikutnya. Artinya bahwa
peningkatan suhu merupakan indikasi bahwa progesteron dikeluarkan ke
dalam sistem. Sehari sebelum ovulasi, suhu baasal tubuh ibu biasanya
mengalami penurunan hingga satu setengah derajat. Ketika ovulasi, suhu
basal tubuh ibu akan meningkat satu derajat karena pengaruh
progesterone. Jika ibu akan menemukan model kontrasepsi suhu basal
tubuh, maka ibu harus mengukur suhunya setiap hari setelah bangun
namun sebelum beranjak dari tempat tidur dan melakukan aktivitasnya
sehari-hari.
c. Metode Lendir Serviks
Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan
mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-
hari ovulasi. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan :
1) Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari
2) Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini akan
menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan. Pola subur adalah
pola yang terus berubah, sedangkan pola dasar tidak subur adalah pola
yang sama sekali tidak berubah.
9
2. Kontrasepsi Sederhana Dengan Alat
a. Kondom
10
b. Diafragma
11
ditempatkan dalam vagina sebelum berhubungan seksual, beberapa
diantaranya dilakukan 30 menit sebelumnya.
1) Jenis kontrasepsi spermasida :
a) Aerosol
b) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm
c) Krim
2) Cara kerja kontrasepsi spermisida
Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel
telur.
3) Manfaat kontrasepsi spermisida :
a) Efektif seketika (busa dan krim)
b) Tidak mengganggu produksi ASI
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
d) Tidak mengganggu kesehatan klien
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
f) Mudah digunakan
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus
3. Metode Farmakologi
a. Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen danprogesteron oleh
ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovariumselama siklus haid yang normal,
sehingga juga menekan releasing factorsdi otak dan akhirnya mencegah ovulasi.
Pemberian Pil Oralbukan hanya untuk mencegah ovulasi, tetapi juga
menimbulkangejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti
mual,muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
1) Efektivitas
12
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-99,9%
dan 97% (Handayani, 2010).
2) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21
tabletmengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,
dalam dosisiyang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif,
jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan dua
dosis berbeda 7tablet tanpa hormon aktif, dosis hormon
bervariasi.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin, dengan
tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasisetiap hari.
13
1) Efektivitas kontrasepsi suntik
Menurut Sulistyawati (2013), kedua jenis kontrasepsi
suntikmempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30% kehamilan
per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun
NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1
per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun
pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET
EN (Hartanto, 2002)
2) Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung
150mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara
disuntik intramuscular (di daerah pantat).
14
3) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
c. Kontrasepsi Implant
1) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
g) Aman dipakai pada masa laktasi.
2) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun.
15
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
16
memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi
ini.
1) Jenis-jenis AKDR :
a) Copper- T
17
c) Multi Load
18
(benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk
tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang
rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini
ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi.
Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan
demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak
diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi
ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah
kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh
dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak
harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam
perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang
harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi
adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun,
jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
19
c. Kontrasepsi Vasektomi
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses
perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu atau lebih baik. Tujuan pendidikan
kesehatan adalah untuk meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit,
mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien
selama sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan.
Sedangkan keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya. Peningkatan, perluasan
pelayanan dan pendidikan kelurga berencana merupakan salah satu usahan untuk
menurunkan angka kesakitan dam kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita.
B. Saran
Kepada mahasiswa atau pembaca disarankana agar dapat memahami tentang keluarga
berencana. Sehingga dapat melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien, klien atau
keluarga yang membutuhkan pengetahuan tentang keluarga berencana. Supaya dapat ikut
serta dalam usaha untuk menurunkan angka kesakitan dam kematian ibu yang sedemikian
tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
21
DAFTAR PUSTAKA
Prijatni, Ida. Rahayu, Sri. 2016. Kesehatan reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta:
Pusdik SDM Kesehatan.
Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.ums.ac.id/3799
8/7/05.%2520BAB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwjhqYLjyNrZAhVMq48KHSaRDYEQFjABegQ
ICBAB&usg=AOvVaw0_H8qahdowDJwNpyzNnSrp (diakses pada 04 Maret 2018)
https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://103.15.241.30/opac/up
loaded_files/dokumen_isi/Monograf/CHAPTER%2520I%2520%2520II_001.pdf&ved=2ahUKE
wjhqYLjyNrZAhVMq48KHSaRDYEQFjAEegQIBhAB&usg=AOvVaw0O3Yw56CAAVWDu-
UIeAnPY (diakses pada 05 Maret 2018)
22