PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu kondisi sel yang telah kehilangan kendali dan
mekanisme sel normalnya sehingga sel mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, dan tidak terkendali (Hiwari, 2004). Salah satu keluhan pada pasien
kanker adalah nyeri. Rasa nyeri terjadi karena masa tumor yang bertambah besar
sehingga menekan saraf, tulang, dan organ lain. Nyeri dapat juga disebabkan
karena adanya metastasis, tindakan diagnosis, dan komplikasi terapi (Farastuti and
Windiastuti, 2005).
Prevalensi kanker pada tahun 2013 di Indonesia adalah 1,4% atau sekitar
347.792 orang. Di Jawa Tengah ada sekitar 68.638 orang yang terkena kanker.
Jumlah penderita kanker serviks adalah 0,8% atau sekitar 19.734 orang dan 0,5%
menderita kanker payudara atau sekitar 11.511 orang (Kementrian Kesehatan RI,
2015). Prevalensi nyeri pada kanker diperkirakan ada 25% untuk pasien yang baru
didiagnosa, 33% untuk pasien yang sedang menjalani pengobatan aktif, dan 75%
untuk pasien dengan nyeri kronis (Paice and Ferrell, 2011). Penatalaksanaan
untuk nyeri pada pasien kanker menggunakan analgetik, baik analgetik golongan
non-opioid dan opioid (Baumann and Strickland, 2008). Terapi nyeri kanker
dilihat dari etiologi, patofisiologi, sindrom nyeri, dan fungsi terapi nyeri.
Terapinya dibedakan menjadi 2 yaitu terapi nyeri kanker yang tidak berhubungan
dengan keadaan darurat diterapi dengan analgetik opioid dan non-opioid, dan
terapi nyeri kanker yang berhubungan dengan keadaan darurat diterapi dengan
analgetik yang ditambahkan dengan tindakan operasi, steroid, terapi radiasi, dan
antibiotik (Swarm et al., 2014).
Berdasarkan prevalensi kanker yang cukup tinggi di Indonesia, maka
penggunaan analgetik pada pasien kanker organ reproduksi wanita perlu dipantau
ketepatan dan efektivitasnya. Pemilihan RSUD Dr. Moewardi sebagai tempat
penelitian karena merupakan rumah sakit daerah rujukan di Jawa tengah dan
1
2
Daerah Solo Raya, dan belum ada penelitian tentang evaluasi penggunaan obat
analgetik untuk pasien kanker organ reproduksi wanita dengan standar acuan
NCCN (National Comprehensive Cancer Network) tahun 2014, ESMO clinical
practice guideline (Annals of Oncology 23) tahun 2012, British National
Formulary (BNF) 54 tahun 2007, dan Drug Information Handbook (DIH) 2009
serta penelitian tentang efektivitas obat analgetik untuk kanker yang rasional di
RSUD Dr. Moewardi. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi
gambaran untuk penatalaksaan nyeri yang rasional pada pasien kanker organ
reproduksi wanita.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana profil penggunaan analgetik pada pasien kanker organ reproduksi
wanita di RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember tahun 2015?
2. Apakah penggunaan analgetik pada pasien kanker organ reproduksi wanita di
RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember tahun 2015 sudah sesuai
dengan standar acuan NCCN (National Comprehensive Cancer Network)
tahun 2014, ESMO clinical practice guideline (Annals of Oncology 23) tahun
2012, British National Formulary (BNF) 54 tahun 2007, dan Drug
Information Handbook (DIH) tahun 2009?
3. Bagaimana efektivitas obat analgetik yang rasional pada pasien kanker organ
reproduksi wanita di RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember tahun
2015?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan
untuk :
a. Mengetahui profil penggunaan analgetik pada pasien kanker organ reproduksi
wanita di RSUD Dr. Moewardi periode Januari-Desember tahun 2015.
3
D. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Kanker
Kanker adalah suatu kondisi sel yang telah kehilangan kendali dan
mekanisme sel normalnya sehingga sel mengalami pertumbuhan yang tidak
normal, cepat, dan tidak terkendali (Hiwari, 2004). Kanker merupakan kelompok
penyakit yang ditandai dengan ketidaknormalan dari sel. Pertumbuhan sel kanker
yang tidak terkontrol akan menyebabkan kematian. Ada 2 faktor resiko penyebab
kanker yaitu :
a. Faktor eksternal seperti bahan kimia yang karsinogen, radiasi, infeksi bakteri,
dan karena tembakau (merokok).
b. Faktor internal seperti adanya suatu mutasi gen, pertumbuhan hormon yang
tidak stabil, dan akibat kondisi imun.
Dengan adanya faktor resiko tersebut, sel yang terpapar faktor resiko akan
bermutasi menjadi sel abnormal, sehingga tahap perkembangan kanker
membutuhkan waktu yang lama (WHO, 2008).
2. Kanker Organ Reproduksi Wanita
a. Kanker Payudara (Mammae)
Kanker payudara atau kanker mammae adalah suatu penyakit yang di
tandai dengan adanya keganasan di jaringan payudara (Sukandar et al., 2011).
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol di jaringan
4
kanker, pada punggung bawah, luka pada spinal cord. Nyeri kronis di bagi
menjadi 4 subtipe : 1) nyeri akut atau kronis karena kanker, 2) nyeri yang organ
penyebabnya tidak jelas, 3) nyeri akibat penyakit kronis, 4) nyeri akibat luka
akut.
c. Manifestasi Klinis Nyeri
Gejala nyeri yaitu seperti pusing, panas, nyeri menyengat dan merambat,
nyeri hilang-timbul, pedih, dan menusuk. Gejala nyeri yang tidak spesifik yaitu
kecemasan, depresi, insomnia, marah, takut, dan kelelahan. Nyeri akut dapat
digambarkan dengan jelas dan membaik dengan analgetik konvensional. Nyeri
kronis tidak bisa digambarkan dengan jelas dan tidak terobati dengan analgetik
konvensional. Nyeri bersifat subjektif sehingga untuk diagnosanya harus
berdasarkan pada riwayat penyakit. Pada pengobatan nyeri yang tidak spesifik
akan meyebabkan hipertensi dan hipoksia (Baumann and Strickland, 2008).
4. Pain Rating Scale
a. Numeric Rating Scale (NRS)
Skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) digunakan untuk mengukur
intensitas nyeri. NRS merupakan skala nyeri versi Visual Analog Scale (VAS),
dimana pasien harus memilih nomor (0-10 bilangan bulat) yang menggambarkan
intensitas nyerinya. Perbedaan antara skala NRS dan skala VAS yaitu cara
penyajian skala VAS menyerupai skala NRS tetapi pada skala VAS diberikan
sajian gambar wajah yang menunjukan rasa nyeri pasien (Hawker et al., 2011).
Pengolahan NRS yaitu nomor 0 mewakili tidak ada rasa sakit dan nomor 10
mewakili rasa sakit hebat. NRS diinterpretasikan sebagai berikut : 1-3 nyeri
ringan, 4-6 nyeri sedang, dan 7-10 nyeri parah (Flaherty, 2008).
Gambar 1 menjelaskan tentang pengukuran rasa sakit dengan NRS. Nomor
0 menunjukan tidak ada rasa sakit, nomor 1-3 menunjukan nyeri ringan, nomor 4-
6 menunjukan nyeri sedang, dan nomor 7-10 menunjukan nyeri berat.
8
Step 1
Nyeri ringan 1-3
Step 2
Nyeri sedang 4-6
Non-opioid (Aspirin atau
Parasetamol) ± NSAID
Opioid lemah (Kodein atau Tramadol) ± non-
(Ketorolak) ± analgetik
opiod atau NSAID (Ketorolak) ± analgetik
adjuvant (Nortriptilin dan
adjuvant (Nortriptilin dan Carbamazepin).
Carbamazepin).
.
Step 3
Nyeri berat 7-10
Gambar 3. Terapi nyeri untuk pasien kanker (Ripamonti et al., 2012; Swarm et al., 2014).
10
6. Palliative Care
Palliative care adalah total perawatan aktif untuk pasien dengan penyakit
termal (penyakit yang aktif dan ganas), penyakit yang sudah stadium lanjut, dan
pasien yang sudah tidak merespon pengobatan kuratif. Tujuan dari palliative care
adalah untuk memperpanjang harapan hidup, meningkatkan kualitas hidup, dan
memberikan perawatan yang aktif untuk mengurangi rasa sakit dan gejala yang
menggangu lainnya (Dexter, 2013).
1) Parasetamol (PCT)
Parasetamol adalah jenis obat analgetik non-opioid, karena efeknya
mengurangi rasa nyeri dengan intensitas ringan-sedang. Efek samping dari
parasetamol yaitu udem, urtikaria, dan lesi mukosa (Dewanto et al., 2007). Dosis
parasetamol yaitu 325-650 mg setiap 4-6 jam secara oral dan 10-50 mg setiap 4-6
jam secara intravena (Lacy et al., 2009).
2) Asam Mefenamat
Asam mefenamat adalah jenis obat NSAID (Non Steroidal Anti-Inflamatory
Drug) yang efeknya sebagai analgetik dan anti-inflamasi (Dewanto et al., 2007).
Dosis asam mefenamat yaitu 250-500 mg setiap 4-8 jam secara oral (Lacy et al.,
2009).
3) Ibuprofen
Ibuprofen adalah jenis obat NSAID yang memiliki efek analgetik dan anti-
inflamasi (Dewanto et al., 2007). Dosis dari ibuprofen yaitu 200-400 mg setiap 4-
6 jam secara oral (Lacy et al., 2009).
4) Na Diklofenak
Obat ini termasuk dalam obat NSAID yang memiliki efek analgetik dan anti-
inflamasi. Efek samping dari obat ini yaitu mual, gastritis, udem kulit, dan sakit
kepala (Dewanto et al., 2007). Dosis dari Na diklofenak yaitu 50-150 mg setiap 8-
12 jam secara oral dan 75 mg setiap 4-6 jam secara intravena (Lacy et al., 2009).
5) Ketorolak
Obat ini termasuk dalam obat NSAID yang memiliki efek analgetik dan anti-
inflamasi. Efek samping dari ketorolak yaitu gangguan saluran pencernaan,
kantuk, dan sakit kepala (Dewanto et al., 2007). Dosisnya yaitu 10-30 mg setiap
4-6 jam secara oral dan 30 mg setiap 6 jam secara intravena (Lacy et al., 2009).
b. Analgetik Opioid (Narkotik)
Analgetik narkotik atau analgetik opioid yang dapat meredakan dan
menghilangkan rasa nyeri dengan intensitas sedang sampai berat (Dewanto et al.,
2007). Contoh obat analgetik opioid yaitu :
12
1) Morfin
Morfin adalah obat analgetik golongan opioid kuat yang dapat meredakan dan
menghilangkan rasa nyeri dengan intesitas yang berat. Morfin digunakan untuk
terapi analgetik pada pasien kanker. Efek sampingnya yaitu mual, muntah, tremor,
insomnia, dan pada keadaan intoksisitas akan menyebabkan koma sampai
kematian (Dewanto et al., 2007). Dosisnya yaitu 10 mg setiap 4 jam secara oral
dan 2,5-5 mg setiap 3-4 jam secara intravena (Lacy et al., 2009).
2) Fentanil
Fentanil adalah obat analgetik golongan opioid kuat yang dapat
menghilangkan rasa nyeri dengan intensitas berat (Dewanto et al., 2007). Dosis
fentanil yaitu 25-200 mcg secara intravena (Lacy et al., 2009).
3) Kodein
Kodein termasuk dalam analgetik opioid lemah, karena efek opioidnya lebih
lemah (Dewanto et al., 2007). Dosis dari kodein yaitu 15-120 mg setiap 4-6 jam
secara oral (Lacy et al., 2009)
4) Tramadol
Tramadol termasuk dalam analgetik opioid lemah yang dapat meredakan rasa
nyeri dengan intensitas sedang (Dewanto et al., 2007). Dosis tramadol yaitu 50-
100 mg setiap 4-6 jam secara oral (Lacy et al., 2009).
8. Terapi Adjuvant
(Depkes RI, 2011). Penggunaan obat yang rasional harus mencakup hal-hal
berikut (Depkes RI, 2011) :
a. Tepat pasien
Tepat pasien adalah pemberian obat yang disesuaikan dengan kondisi pasien
terhadap efek obat.
b. Tepat indikasi
Tepat indikasi adalah pemberian obat disesuaikan dengan gejala dan diagnosa
pasien karena obat memiliki spektrum terapi yang spesifik.
c. Tepat obat
Tepat obat adalah pemberian obat disesuaikan dengan diagnosis penyakit dan
obat yang dipilih haruslah obat lini pertama.
d. Tepat dosis
Tepat dosis adalah pemberian obat yang tepat besaran, frekuensi, dan
durasinya kepada pasien sehingga menimbulkan efek yang diinginkan, karena
pemberian dosis yang berlebihan atau kurang akan menimbulkan efek yang tidak
diinginkan.
e. Tepat cara pemberian
Tepat cara pemberian adalah pemberian obat disesuaikan dengan kondisi
pasien.
f. Tepat lama pemberian
Tepat lama pemberian adalah pemberian obat harus disesuaikan dengan
penyakitnya. Pemberian obat yang terlalu cepat atau terlalu lama akan
mempengaruhi hasil pengobatan dan menimbulkan efek samping.
E. Keterangan Empiris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui gambaran penggunaan obat
analgetik pada pasien kanker organ reproduksi wanita meliputi tepat obat, tepat
pasien, tepat indikasi, tepat dosis, tepat frekuensi, tepat rute, dan tepat durasi serta
efektifitas obat yang rasional pada pasien kanker organ reproduksi wanita dengan
melihat data pain rating scale pasien kanker organ reproduksi wanita di RSUD
Dr. Moewardi tahun 2015.