Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

PADA ANAK

Disusun oleh :

Nama : Arina Addiba

NIM : 010116A010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018
A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian
superficial(Muttaqin & Kumala 2011). Gastroenteritis akut yang ditandai
dengan diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit (Betz&Linda,2009). Gastroenteritis
akut adalah perwujudan infeksi Campylobacter , masa inkubasi adalah 1-7
hari, diare terjadi dari tinja encer atau tinja berdarah dan mengandung
lendir.

B. Etiologi
Hampir sekitar 70%-90% penyebab dari diare sudah dapat
dipastikan. Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua golongan,
diare sekresi (secretory diarrhoea) dan diare osmotis (osmotic
diarrhea). Diare sekresi dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara lain
(Sodikin, 2011) :
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen, atau penyebab lainnya (seperti
keadaan gizi/gizi buruk, hygiene atau sanitasi yang buruk, kepadatan
penduduk, sosial budaya, dan sosial ekonomi).
b. Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan
kimia, makanan (seperti keracunan makanan, makanan yang pedas
atau terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan
saraf, hawa dingin atau alergi, dan sebagainya.
c. Defisiensi imun terutama SigA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan jamur
(terutama Candida).
d. Diare osmotik (osmotic diarrhea) disebabkan oleh malabsorpsi
makanan, kekurangan kalori protein (KKP), bayi berat badan lahir
rendah (BBLR), dan bayi baru lahir.
C. Patofisiologi
Secara patofisiologi, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan mukosa lambung, meliputi : (1) kerusakan mukosa barrier, yang
menyebabkan difusi balik ion H+ meningkat; (2) perfusi mukosa lambung
yang terganggu; dan (3) jumlah asam lambung yang tinggi (Wehbi, 2009
dalam Muttaqin dan Kumala 2011). Faktor- faktor tersebut biasanya tidak
berdiri sendiri, contohnya, stress fisik akan menyebabkan perfusi mukosa
lambung terganggu sehingga timbuk daerah-daerah infark kecil; selain itu
sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada pasien strees fisik
biasanya tidak terganggu (Muttaqin & Kumala, 2009).
Gastroenteristis Akut akibat infeksi H.pylori biasanya bersifat
asimtomatik. Bakteri yang masuk akan memproteksi dirinya dengan lapisan
mukus. Proteksi lapisan ini akan menutupi mukosa lambung dan
melindungi dari asam lambung. Penetrasi atau daya tembus bakteri ke
lapisan mukosa yang menyebabkan terjadinya kontak dengan sel-sel
epithelial lambung dan terjadi adhesi (pelengketan) sehingga menghasilkan
respons peradangan melalui pengaktifan enzim untuk mengaktifkan IL-8.
Hal tersebut menyebabkan fungsi barier lambung terganggu dan terjadilah
gastroenteristis akut (Santacroce, 2008 dalam Muttaqin & Kumala, 2009).
Widagdo (2011) menjelaskan bahwa virus tersebar dengan cara
fekal-oral bersama makanan dan minuman, dari beberapa ditularkan secara
airborne yaitu norovirus, virus penyebab diare secara selektif menginfeksi
dan merusak sel-sel di ujung jonjot yang rata disertai adanya sebukan sel
radang mononuclear pada lamina propania sedang pada mukosa lambung
tidak terdapat perubahan walaupun penyakit dikenal sebagai
gastroenteristis. Gambaran patologi tidak berkorelasi dengan gejala klinik,
dan terlihat perbaikan proses sebelum gejala klinik hilang. Kerusakan akibat
virus tersebut mengakibatkan adanya adanya absorpsi air dan garam
berkurang dan terjadi perubahan keseimbangan rasio sekresi dan absorpsi
dari cairan usus, serta aktivitas disakaridase menjadi berkurang dan
terjadilah malabsorpsi karbohidrat terutama laktosa. Enteritis virus juga
meningkatkan permiabilitas terhadap makromolekul di dalam usus dan ini
diperkirakan sebagai penyebab meningkatnya resiko terjadinya alergi
makanan.
Menurut Mansjoer (2000), patofisiologi diare dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Diare sekresi, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen
dan apatogen, hiperperistaltik usus halus akibat bahan kimia atau makanan,
gangguan psikis, gangguan saraf, hawa dingin, alergi, dan defisiensi imun
terutama IgA secretorik.
2. Diare osmotik, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan,
kekurangan kalori protein (KKP), atau bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir.

Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan


keseimbangan asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa
pernafasan kuusmaul, hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi.
Menurut Hidayat (2008), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak
sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya
terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan
fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya
toksin bakteri akan menyebabkan system transport aktif dalam usus sehingga
sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan
tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan
diare.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual(93%),
muntah(81%) atau diare(89%), dan nyeri abdomen(76%) adalah gejala yang
paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi
sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor
kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil
pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk,
dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).
Beberapa gejala klinis yang sering ditemui adalah :
a. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et
al., 2009).
Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya
peningkatan sekresi air dan elektrolit.
b. Mual dan Muntah
Mekanisme pasti muntah yang disebabkan oleh gastroenteritis belum
sepenuhnya diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena adanya
peningkatan stimulus perifer dari saluran cerna melalui nervus vagus atau
melalui serotonin yang menstimulasi reseptor 5HT3 pada usus. Pada
gastroenteritis akut iritasi usus dapat merusak mukosa saluran cerna dan
mengakibatkan pelepasan serotonin dari sel-sel chromaffin yang
selanjutnya akan ditransmisikan langsung ke pusat muntah atau melalui
chemoreseptor trigger zone. Pusat muntah selanjutnya akan mengirimkan
impuls ke otot-otot abdomen, diafragma dan nervus viseral lambung dan
esofagus untuk mencetuskan muntah (chow et al, 2010).
c. Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut
banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang
timbul ada hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus,
adakah penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain.
Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya
pada lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan
makanan dan berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus
akan timbul nyeri di sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke
punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila pada usus
besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon jarang
bertempat di perut bawah. Kelainan pada rektum biasanya akan terasa nyeri
sampai daerah sakral (Sujono Hadi, 2002).
d. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-
hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di
hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012).
E. Pemeriksaan fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna
dalam menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai
perubahan pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas.
Pemeriksaan abdomen yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan
(Simadibrata K et al., 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan
kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.
b. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah
lengkap, pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar
ureum.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien berdasarkan WGO
Guideline (2012), yaitu :
1. Melakukan penilaian awal

2. Tangani dehidrasi

3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan
cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.

4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan


pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai

5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral

6. Atasi gejala-gejala lain

7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis

8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik

H. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis
dapat dilakukan melalui berbagai cara salah satunya adalah dengan pemberian
vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan
penyakit ini. Selain itu hal lain yang dapat kita lakukan ialah dengan
meningkatkan kebersihan diri dengan menggunakan air bersih ataupun
melaksanakan kebiasaan mencuci tangan dan juga memperhatikan kebersihan
makanan karena makanan merupakan salah satu sumber penularan virus yang
menyebabkan gastroenteritis (WGO, 2012).

Anda mungkin juga menyukai