Anda di halaman 1dari 2

PENELITIAN PERILAKU TUGAS DAN HUBUNGAN MELALUI EKSPERIMEN

Cara terbaik untuk menemukan hubungan sebab akibat adalah dengan melakukan eksperimen
dimana perilaku pemipin dimanipulasi dengan melatih para pemipin untuk meggunakan perilaku
tertentu. Beberapa eksperimen telah dilakukan dalam suasana laboratorium kepada para
mahasiswa universitas (Day, 1971; Day dan Hamblin, 1964; Farris dan Lim, 1969; Herold, 1977;
Lowin dan Craig, 1968; Misumi dan Shirakashi, 1966; Sims dan Manz 1984).penelitian ini
memperlihatkan bahwa hubungan sebab akibat beroperasi dalam dua arah, mdengan perilaku
kehasil, dan sebaliknya.

Keterbatasan dan kebanyakan eksperimen laboratorium mengenai kepemimpinan adalah bahwa


eksperimen itu sangant tidak realistis, sehingga sulit menggeneralisasi hasilnya kepara karyawan
dalam organisasi sebenarnya. Dalam usaha untuk menanggulangi keterbatasan tersebut, dua
buah studi telah dilakukan dengan memperkerjakan para mahasiswa untuk sementara waktu,
bekerja paruh waktu, untuk seorang penyelia yang sebenarnya adalah salah satu peneliti.

Eksperimen lapangan sulit dilakukan pada organisasi yang sebenarnya dan hanya sedikit dari
eksperimen itu digunakan untuk meneliti dampak dari perilaku kepemimpinan. Dalam
eksperimen lapangan ini, perialku telah dimanupulasi dengan program latihan. Dalam studi
selama 18 bulan terhadap para manajer sebuah pabrik saja, para manajer yang menerima
pelatihan menghsilkan pertimbangan lebih yang banyak dan memerima peringkat kerja
yanglebih tinggi dibanding para Manajer pada kelompok kendali (hand & slocum, 1972).
Hasilnya tidak pasti untuk perilaku yang berorientasi pada tugas. Pada studi mengenai para
penyelia sebuah rumah sakit, pelatihan meningkatkan perilaku pertimbangan dan menghasilkan
kepuasan dan kehadiran lebih tinggi, diukur dua bulan setelah pelatihan (wexley & Nemeroff,
1975). Dalam studi terhadap para penyelia lini pertama, pelatihan meningkatkan penggunaan
beberapa perilaku yang berorientasi pada hubungan (misalnya, mendengarkan secara aktif,
memberi pujian), dan terdapat peningkatan signifikan atas peringkat kinerja yang dibuat satu
tahun setelah pelatihan oleh atasan dari masing-masing penyelia (latham & Saari, 1979). Pada
studi terhadap penyelia, pelatihan hubungan antar manusia menghasilkan lebih banyak
penggunaan beberapa perilaku yang berorientasi pada hubungan (misalnya mendengarkan secara
aktif, memberi pujian, konsultasi) dan peningkatan signifikan sebanyak 17 persen atas
produktivitas kerja (produksi per jam) terjadi pada enam bulan setelah pelatihan diselesaikan
(Porras &Anderson, 1981). Akhirnya, pada studi terhadap para penyelia produksi di sebuah parik
mebel, produktivitas meningkata (untuk enam bulan hingga 2 tahun setelah pelatuhan) pada tiga
dari empat departemen di mana para penyelianya dilatih untuk menggunakan lebih banyak pujian
kepada para bawahannya (Wikoff, Anderson & Crowell, 1983).

Ringkasnya, penelitian eksperimental dalam laboraturium dan suasana lapangan


menemukan bahwa peningkatan perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan
biasanya menghasilkan kepuasan dan produktivitas yang lebih tinggi pada para bawahan.
Perilaku yang berorientasi pada tugas tidak dimanipulasi pada banyak studi eksperimental, dan
jika dimanupulasi hasilnya campur aduk dan tidak bisa disimpulkan

Anda mungkin juga menyukai