PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 8,19 juta ha dimana
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, sawah yang sudah beririgasi sebesar 4,78
juta ha dan sawah non irigasi sebesar 3,4 juta ha (Kementerian Pertanian, 2018).
Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012
hingga 2016 secara berturut di Indonesia memiliki luas lahan sawah sebesar 8,132
juta ha, 8,128 juta ha, 8,111 juta ha, 8,092 juta ha, dan 8,186 juta ha. Lahan sawah
yang dimaksud merupakan lahan sawah irigasi dan lahan sawah non irigasi
5
Luas (juta ha)
4
Sawah Non Irigasi
Sawah Irigasi
3
2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
1
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik luas lahan sawah terus menurun
sejak 2 tahun terakhir menjadi 7,1 juta ha pada tahun 2018, data tersebut turun dari
8,186 juta ha pada tahun 2016 dan 7,75 juta ha pada tahun 2017. Data yang
bersumber dari Badan Pusat Statistik mengenai luas lahan sawah tersebut diperoleh
dengan metode Kerangka Sampel Area (KSA) menggunakan data hasil citra satelit
memiliki luas lahan sawah sebesar 10,079 juta ha dimana lahan tersebut sudah
termasuk lahan yang ditanami dan lahan terkena puso (gagal panen) sebesar 0,26%
atau sekitar 26,4 ribu ha. Selanjutnya, data dari BPS dan Kementan digunakan
Pangan. Dalam pencapaian ketahanan pangan tiap wilayah baik tingkat provinsi
hingga desa dipengaruhi oleh pengadaan air dari suatu irigasi. Daerah Irigasi
memiliki perbedaan jenis tanaman pertanian yang ditanam dimana hal tersebut perlu
dianalisis untuk perhitungan kebutuhan air. Prediksi luas lahan dan kebutuhan air
yang tidak sesuai maka dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah yang telah ada.
Metode prediksi luas lahan dan kebutuhan air dapat dilakukan dengan bantuan
citra satelit digital seperti Landsat, SPOT, IKONOS, Terra Aster, Quickbird,
2
2018). Selain menyempurnakan metode tersebut, metode prediksi yang
fungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot atau mampu menjalankan sendiri sesuai
(UAV) atau pesawat tanpa awak dapat mengambil foto udara dengan cakupan
wilayah yang luas dari jarak dekat secara detail dalam waktu singkat. Saat
foto udara yang diinginkan (Syauqani, Subiyanto, dan Suprayogi, 2017). UAV
merupakan pesawat yang terbang tanpa operator didalamnya dan dapat terbang
secara autonomous dengan mengolah data sensor sehingga dapat terbang sesuai
Satelit Landsat 8 merupakan penerus dari satelit Landsat 7 yang sudah tidak
dapat bekerja dengan baik sejak Mei 2003. Satelit Landsat 8 diluncurkan pada tahun
dirancang untuk diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikron matahari pada
ketinggian 705 km, inklinasi 98,2o, periode 99 menit, waktu liput ulang 16 hari,
waktu melintasi khatulistiwa nominal pada jam 10.00 s.d 10.15 pagi (NASA, 2008).
Penggunaan foto udara dapat menjadi solusi untuk mendapatkan data yang
akurat. Foto udara adalah hasil pengambilan gambar yang dilakukan dengan
3
bantuan wahana untuk menerbangkan kamera. Format dari foto udara ada 3 yaitu
format kecil, sedang, dan tinggi. Pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang
saat ini sangat diminati sehingga dengan adanya teknologi kamera dan wahana
terbang hal tersebut akan dilakukan secara efisien dalam hal biaya dan waktu
pertanian untuk pemetaan tanah, pemantauan kondisi air pada tanaman, pengelolaan
hara atau pemupukan, deteksi hama dan penyakit tanaman. Dalam hal untuk prediksi
luas lahan sawah, foto udara juga dapat digunakan sebagai data acuan.
terlebih dulu yang kemudian akan digunakan untuk menentukan kelas spectral yang
mewakili kelas informasi tersebut (Septiana, 2017). Sumber data dari UAV dan
klasifikasi terbimbing dapat digunakan dalam proses analisis citra satelit SPOT
disamping itu belum terdapat media informasi komputasi berbasis sistem informasi
mengenai prediksi luas lahan untuk rencana pola tata tanam. Komparasi metode
klasifikasi terbimbing dari sumber data UAV dan Landsat 8 akan menghasilkan
kelebihan dan kekurangan dalam hal tingkat akurasi dan efisiensi (biaya dan
waktu).
4
Penelitian dengan membandingkan jenis tanaman dan fase pertumbuhan
Indonesia. Sedangkan informasi yang akurat, cepat, dan efisien (biaya dan waktu)
dibutuhkan dalam kegiatan pengelolaan air irigasi. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini akan membandingkan dua sumber data (UAV dan Landsat 8) dengan
B. Tujuan
fase pertumbuhan tanaman dari dua sumber data (UAV dan Landsat 8).
C. Manfaat
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Irigasi (DI) adalah kesatuan lahan yang mendapat air dari satu
daerah irigasi yang di kelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyumas
dengan luas areal 350 Ha. Sumber air yang ada di DI Danayuda didapat dari sungai
Foto udara merupakan gambar yang ditampilkan pada media yang didapatkan
dari hasil pemotretan secara fotografi. Dalam bidang ilmu geografi terdapat suatu
6
produk yang mengambil objek, daerah, atau kejadian yang berada di permukaan
bumi menggunakan bantuan kamera dengan cara merekam secara fotografik yang
Wicaksono (2009), foto udara terbagi dalam beberapa jenis pemotretan, yaitu
(oblique), dan pemotretan udara sangat condong (high oblique). Foto udara
merupakan peta foto yang didapat dari penerbangan wahana ke udara dengan
(1) Skala pada foto udara sama untuk satu lembar foto
Foto udara dibagi menjadi dua jenis, yaitu foto udara metrik dan foto udara
non metrik. Foto udara udara metrik merupakan foto udara yang datanya diperoleh
dari kamera udara. Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah
tertentu, sedangkan kamera biasa non metrik fokusnya dapat diubah-ubah sesuai
dengan kebutuhan. Foto udara metrik ini memiliki ketelitian yang sangat tinggi
karena memang dirancang khusus untuk pemetaan. Foto udara ini memiliki panjang
Dalam proses pengambilan foto udara dapat dilakukan menggunakan bantuan UAV
7
Drone adalah pesawat tanpa awak yang dapat juga disebut “unmanned aerial
vehicle” atau UAV. Pengendalian drone dilakukan oleh seorang operator yang ada
di darat secara otomatis ataupun sebagian. Pada umumnya ukuran drone yang ada
memiliki ukuran yang kecil dikarenakan drone adalah pesawat tanpa awak (Howell,
menyatakan drone sebagai sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali
jarak jauh oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. DJI Phantom 4
Pro merupakan UAV yang dapat membawa kamera terbang pintar dengan lima arah
brand baru menawarkan kualitas gambar yang tidak dapat diprediksi untuk sekelas
Phantom, dengan tingkat kejelasan yang baik, minimumnya tingkat ‘noise’, foto
dan video dengan resolusi tinggi (DJI, 2017). Software yang dapat digunakan dalam
Photoscan merupakan perangkat lunak 3 dimensi modelling dengan data foto udara
yang diambil dari bebeapa sudut pengambilan dimana nantinya dapat disusun
foto udara yang diambil dengan bantuan Unmanned Aerial Vehicle sehingga hasil
8
pengambilan berupa mosaik orthofoto, titik tinggi (elevation point clouds), dan
Satelit Landsat 8 merupakan penerus dari satelit Landsat 7 yang sudah tidak
dapat bekerja dengan baik sejak Mei 2003. Satelit Landsat 8 diluncurkan pada tahun
dirancang untuk diorbitkan pada orbit mendekati lingkaran sikron matahari pada
ketinggian 705 km, inklinasi 98,2o, periode 99 menit, waktu liput ulang 16 hari,
waktu melintasi khatulistiwa nominal pada jam 10.00 s.d 10.15 pagi (NASA, 2008).
kegunaan yang berbeda (Tabel 1) serta kombinasi band untuk melakukan kegiatan
9
Band 10 – TIRS 1 10.60 – 11.19 100 meter resolution, thermal
mapping and estimated soil moisture
Band 11 – TIRS 2 11.50 - 12.51 100 meter resolution, Improved
thermal mapping and estimated soil
moisture
(Sumber: Barsi et al., 2014)
Agriculture 652
Land/Water 564
Deliniasi adalah permodelan akan hal penting yang ditandai dengan adanya
garis dan logo yang biasa digunakan untuk keperluan pemataan dan sebagainya
(KBBI, 2018). Proses konversi data analog ke data digital seperti aliran sungai,
rumah, sawah, dan lainnya disebut digitasi. Digitasi yang digunakan didalam layar
10
monitor memiliki format digital dimana sebelumnya memiliki format raster dari
Penggunaan lahan adalah hasil dari segala hal yang dilakukan oleh kegiatan
manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang memiliki sifat dinamis dan
memiliki fungsi memenuhi kebutuhan hidup secara materi dan spiritual (Arsyad,
1989). Penggunaan lahan mengalami perubahan dari satu sisi penggunaan ke sisi
penggunaan lainnya, yang diikuti dengan perubahan fungsi suatu lahan seiring
informasi geografis yang dapat digunakan secara open source dan lintas platform.
komersil lainnya yang terkait. QGIS memiliki fungsionalitas dan fitur yang
dibutuhkan oleh pengguna QGIS. Adanya plugins dan fitur inti dapat
peta. QGIS dapat menggabungkan data yang didapatkan untuk kemudian dianalisa,
diedit, dan diatur sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pengguna (Agus,
2012).
11
metode yang melakukan pengelompokkan value piksel citra menjadi kelas-kelas
spektral dengan bantuan algoritma klusterisasi (Gambar 3). Metode ini pertama-
tama analis akan menentukan jumlah kelas yang akan dibuat, setelah itu akan
dapat menyatukan beberapa kelas yang memiliki batas-batas yang sama menjadi
satu kelas. Sebagai contoh kelas A adalah sawah, kelas B adalah perkebunan, dan
kelas C adalah hutan, maka dari ketiga kelas tersebut dapat dijadikan satu menjadi
12
Metode tidak terbimbing terdiri dari dua jenis data yaitu:
1. Iso Data
terdekat. Semua interaksi akan dihitung ulang dan melakukan klasifikasi ulangan
dalam hal ini beberapa pixel mungkin tidak diklasifikasikan apabila tidak
memenuhi kriteria yang dikehendaki. Proses ini berlanjut sampai jumlah pixel
dalam setiap perubahan kelas kurang dari ambang perubahan pixel yang dipilih
2. K-Means
tersebut.
diharuskan menetapkan beberapa training area (daerah sampel) pada citra sebagai
kelas lahan tertentu (Gambar 4). Penetapan ini berdasarkan pengetahuan analis
dalam daerah contoh tersebut kemudian digunakan oleh komputer sebagai kunci
untuk mengenal pixel yang lain. Daerah yang memiliki nilai pixel sejenis akan
13
dimasukan kedalam kelas lahan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi dalam
metode ini analis menentukan kelas informasi terlebih dulu yang kemudian akan
digunakan untuk menentukan kelas spectral yang mewakili kelas informasi tersebut
(Septiana, 2017).
1. Parallelepiped
dalam ruang data gambar. Dimensi ini ditentukan berdasarkan batas standar
14
2. Minimum Distance
dari setiap pixel yang diketahui oleh vektor rerata untuk tiap kelas. Beberapa
yang dipilih.
3. Maximum Likehood
Statistik setiap kelas di tiap-tiap band yang terdistribusi secara normal dan
menghitung probabilitas dimana setiap pixel yang diberikan milik kelas tertentu.
Jika analis memilih batas probabilitias, semua pixel diklasifikasikan. Setiap pixel
tertinggi lebih kecil dari standar deviasi yang ditentukan maka pixel tidak akan
diklasifikasi.
4. Mahalanobis Distance
covveriences kelas yang mirip yang menyebabkan metode ini lebih singkat
jarak.
Metode ini bila digunakan pada data reflektansi dikalibrasi, relatif tidak
spektrum endmember dan setiap vektor pixel di n-D. Sudut kecil merupakan
perbandingan lebih dekat dengan spektur referensi. Pixel lebih jauh dari batas
15
sudut maksimum yang ditentukan dalam radian tidak diklasifikasikan.
data cahaya, kesalahan umumnya tidak signifikan karena data asal masih
mendekati nol.
kemungkinan pixel serupa. Pixel yang memiliki ukuran lebih besar daripada
7. Binary Encoding
endmember ke nol dan satu berdasarkan band yang jatuh dibawah atau diatas
spektrum mean, tiap spektrum referensi dikodekan dengan spektrum data akan
16
III. METODE PENELITIAN
Jenderal Soedirman.
Penelitian menggunakan data pendukung yaitu data luasan areal dan peta DI
Danayuda dari instansi terkait. Sedangkan alat yang digunakan yaitu pesawat tanpa
awak DJI Phantom 4 Pro, sebuah smartphone Xiaomi Redmi Note 2 untuk
spesifikasi AMD Ryzen 5 1400, RAM sebesar 8 GB, hardisk 1 TB, Graphic Card
17
C. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
1. Pengambilan data
misi penerbangan UAV (Gambar 6). Rincian jumlah foto udara yang didapat
yaitu:
18
c) Penerbangan ke-3 mendapatkan foto udara sebanyak 174 foto.
19
Gambar 6. Peta kotak misi penerbangan
2. Pengolahan Data
penggabungan dari beberapa foto udara sehingga terlihat menjadi satu (utuh).
20
menggunakan metode supervised classification dan unsupervised
a) Supervised Classification
antar piksel yang tidak dikenali dengan penciri kelas dari training area
dimana semakin mirip maka jarak spektralnya semakin dekat. (Jaya, 2010
Mengacu pada hasil analisis Sari et al. (2015), alasan penelitian ini
ditentukan.
menggunakan Persamaan 1.
𝑑(𝑥, 𝑚𝑖 )2 = (𝑥 − 𝑚𝑖 )2 ..................................................................(1)
dengan
21
d(x,y) = Euclidian distance yang merupakan jarak antara data pada
b) Unsupervised Classification
untuk data dengan ukuran yang besar karena memiliki kecepatan yang
Suhartono, 2011).
22
Mengacu pada artikel yang ditulis oleh Atmajaya (2016), alasan
proses klasifikasi relatif cepat, dan umum digunakan dalam hal pemetaan.
menggunakan Persamaan 2.
dengan
klaster.
23
Gambar 8. Diagram alir metode klasifikasi K-Means
(Sumber: Raju, Aravinth, dan Veni, 2016)
24
Dari foto udara tersebut selanjutnya dilakukan klasifikasi untuk
∑𝑛
𝑖=1(𝑢−ū)
2
𝑆𝐷 = √ ...........................................................................(3)
(𝑛−1)
dengan
u = Data ke-i
ū = Rata-rata data
25
n = Jumlah data
SD = Standard deviasi
𝑆𝐷
𝑆𝐸 = ..........................................................................................(4)
√𝑛
dengan
n = Jumlah data
SD = Standard deviasi
SE = Standard error
26
Gambar 9. Diagram alir Metode Penelitian
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
pesawat tanpa awak DJI Phantom 4 Pro (Gambar 10) merupakan hasil mosaicing
dari ribuan data foto udara yang didapatkan yang sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adi, Prasetyo, dan Yuwono (2017) dimana mosaicing merupakan
gabungan dari beberapa foto udara yang saling bertampalan dan disusun
pengambilan foto udara yang terdapat pada peta Gambar 10 didapatkan berdasarkan
28
Gambar 10. Citra UAV DI Danayuda yang didapatkan
29
Citra UAV lahan peruntukkan sawah DI Danayuda yang diambil
menggunakan wahana pesawat tanpa awak (Gambar 11) merupakan hasil clipped
tutupan lahan (land use/land cover) pada DI Danayuda dari peta Gambar 10 dan
memiliki luas sebesar 176,3 Ha. Proses clipped dilakukan hanya pada lahan
saja, sedangkan tutupan lahan lainnya tidak dipergunakan dikarenakan waktu saat
processor octa-core 4 Ghz, RAM 16 GB, dan hardisk menggunakan jenis SSD
(Solid State Drive) sebesar 1 TB supaya lebih cepat dalam pembacaan dan
penulisan data. Penelitian yang dilakukan oleh Adi, Prasetyo, dan Yuwono (2017)
4710HQ @2,5 GHz, RAM 8 GB, dan hardisk jenis HDD sebesar 800 GB.
30
Gambar 11. Citra UAV lahan peruntukkan sawah DI Danayuda
31
B. Klasifikasi Tutupan Lahan (Land Use/Land Cover) pada Lahan
Peruntukkan Sawah menggunakan Drone
Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
November 2017 (Gambar 12) merupakan hasil klasifikasi peta Gambar 11 yang
diambil tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan sawahnya
yang memiliki luas total sebesar 176,3 Ha yang terbagi menjadi 6 kelas yaitu fase
pertumbuhan palawija sebesar 68,3 Ha, fase panen palawija sebesar 40,6 Ha, fase
vegetatif padi sebesar 27,5 Ha, fase olah tanah sebesar 26,2 Ha, fase pra olah tanah
sebesar 12,3 Ha, dan fase persemaian sebesar 1,3 Ha. Grafik tutupan lahan (land
use/land cover) pada lahan peruntukkan sawah menggunakan drone (Gambar 13).
32
Gambar 12. Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan
peruntukkan sawah menggunakan metode supervised di QGIS DI Danayuda
33
1%
Persemaian
23%
Gambar 13. Grafik tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
sawah menggunakan Drone
November 2017 merupakan awal musim hujan sehingga banyak didapatkan tutupan
lahan di DI Danayuda berupa fase pertumbuhan palawija dan fase panen palawija.
Grafik data curah hujan di Stasiun Purwokerto Tahun 2017 (Gambar 14)
menjelaskan bahwa pada bulan November 2017 merupakan bulan yang memiliki
curah hujan tinggi dan merupakan peralihan musim tanam sehingga fase-fase
pertumbuhan palawiija, fase panen palawija, fase pra olah tanah, fase olah tanah,
34
1000
600
400
200
Bulan
Gambar 14. Grafik data curah hujan di Stasiun Purwokerto Tahun 2017
15) yang didapatkan melalui citra Landsat 8 yang disediakan oleh fitur EarthExplorer
menghalangi tutupan lahan (Jia et al., 2014) kemudian melakukan proses Clipped
sesuai areal DI Danayuda dan melakukan pengaturan kombinasi band Agriculture (6-
5-2).
35
Gambar 15. Peta DI Danayuda yang diambil menggunakan citra Landsat 8 dengan
kombinasi band Agriculture
36
Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
pengambilan citra drone (Gambar 17) merupakan hasil klasifikasi dari peta Gambar
pembuatan ROI (Region Of Interest) dengan data acuan dari peta Gambar 11 berupa
untuk pembacaan ROI yang telah dibuat. Peta pada Gambar 17 memiliki luas total
sebesar 347,8 Ha yang terbagi menjadi 5 kelas yaitu fase pertumbuhan palawija
sebesar 34,9 Ha, fase panen palawija sebesar 57,5 Ha, fase vegetatif padi sebesar
18,5 Ha, fase olah tanah sebesar 214,6 Ha, dan fase pra olah tanah sebesar 22,4 Ha.
Grafik tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan sawah
menjadi beberapa kelas yang didasarkan pada training area atau region of interest
(ROI) sebagai piksel acuan dimana ditentukan oleh pengguna yang kemudian
digunakan oleh komputer dalam proses klasifikasi dan algoritma yang disarankan
37
Gambar 16. Peta ROI (Region Of Interest) DI Danayuda yang diambil
menggunakan citra Landsat 8 dengan kombinasi band Agriculture
38
Gambar 17. Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan
peruntukkan sawah menggunakan metode supervised di QGIS DI Danayuda yang
diambil menggunakan citra landsat 8 dan tanggal perekaman dekat dengan tanggal
pengambilan citra drone
39
6% 10% Fase Pertumbuhan Palawija
Gambar 18. Grafik tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
sawah menggunakan metode klasifikasi supervised
Peta DI Danayuda yang diambil pada bulan Mei 2018 menggunakan citra
melalui citra Landsat 8 yang disediakan oleh fitur EarthExplorer dari USGS dengan
et al., 2014) kemudian melakukan proses Clipped sesuai areal DI Danayuda dan
40
Gambar 19. Peta DI Danayuda bulan Mei 2018 yang diambil menggunakan citra
Landsat 8 dengan kombinasi band Agriculture
41
Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
menggunakan citra landsat 8 pada bulan Mei 2018 (Gambar 20) merupakan hasil
klasifikasi dari peta Gambar 19 yang menggunakan kombinasi band Agriculture (6-
menentukan titik-titik awalnya. Peta tersebut memiliki luas total sebesar 348 Ha
yang terbagi menjadi 5 kelas yaitu fase pertumbuhan palawija sebesar 81,4 Ha, fase
panen palawija sebesar 64,5 Ha, fase vegetatif padi sebesar 35,3 Ha, fase olah tanah
sebesar 107,5 Ha, dan fase pra olah tanah sebesar 59,3 Ha. Grafik tutupan lahan
piksel citra menjadi beberapa kelas berdasarkan pada perhitungan statistik tertentu
tanpa menentukan training area yang digunakan oleh komputer sebagai acuan
42
Gambar 20. Peta klasifikasi tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan
peruntukkan sawah menggunakan metode unsupervised di QGIS DI Danayuda
yang diambil menggunakan citra landsat 8 pada bulan Mei 2018
43
17% Fase Pertumbuhan Palawija
23%
Fase Panen Palawija
Gambar 21. Grafik tutupan lahan (land use/land cover) pada lahan peruntukkan
sawah menggunakan metode klasifikasi unsupervised
penerbangan lainnya yaitu pada penerbangan HM 0-7, HM 10-16 (A), dan HM 17-
25 (B) (Lampiran 1). Data penerbangan tersebut kemudian dilakukan digitasi secara
manual untuk mendapatkan luas aktual dan dibandingkan dengan data luas dari UAV
dan Landsat.
44
Tabel 4. Klasifikasi tutupan lahan pada penerbangan HM 10-16 (A)
No Kelas Luas (Ha) [Aktual] Luas (Ha) [Drone] Luas (Ha) [Landsat]
1 Fase Pertumbuhan Palawija 0,4 0,3 N/A
2 Fase Panen Palawija 0,6 0,9 1,5
3 Fase Vegetatif Padi 0,7 1,3 N/A
4 Fase Olah Tanah 2,1 2,2 3,2
5 Fase Pra Olah Tanah 1,1 0,2 N/A
6 Persemaian 0,1 0,2 N/A
Jumlah 5,0 5,2 4,7
Tabel 6. Nilai standard error (se) klasifikasi tutupan lahan daerah irigasi Danayuda
Standar Deviasi Standar Error Standar Deviasi Standar Error
No Kelas Rekomendasi
Drone Drone Landsat Landsat
1 Fase Pertumbuhan Palawija 0,5 0,3 1,0 0,6 Drone
2 Fase Panen Palawija 1,1 0,6 1,3 0,8 Drone
3 Fase Vegetatif Padi 0,2 0,1 0,3 0,2 Drone
4 Fase Olah Tanah 0,7 0,4 0,6 0,3 Landsat
5 Fase Pra Olah Tanah 0,4 0,3 2,9 1,7 Drone
6 Persemaian 0,5 0,3 1,2 0,7 Drone
memiliki nilai standard error lebih kecil dibandingkan dengan nilai standard error
menggunakan foto udara UAV sebagian besar memiliki nilai standard error lebih
kecil daripada nilai standar error menggunakan citra satelit landsat 8 sehingga foto
udara UAV lebih baik digunakan dalam proses klasifikasi fase pertumbuhan lahan
sawah (Tabel 6). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulan
et al. (2016) menggunakan metode omisi komisi didapatkan kesimpulan bahwa foto
udara UAV sangat membantu pada pemantauan kawasan dan pemetaan dikarenakan
45
Masing-masing alat yang digunakan dalam pengambilan data memiliki
kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dan kekurangan dari foto udara UAV
yaitu:
1. Kelebihan
a. Detail gambar sangat tajam, kamera yang dimiliki DJI Phantom 4 Pro
b. Data yang diperoleh up to date, foto udara diperoleh secara langsung saat
melakukan penerbangan.
klasifisikasinya akurat.
d. Biaya relatif murah, harga dari UAV DJI Phantom 4 Pro sekitar 25 juta rupiah.
2. Kekurangan
a. Ukuran data sangat besar, foto udara yang didapatkan memiliki kualitas yang
yang besar dan kualitas foto udara yang tinggi maka dalam proses rendering
c. Tidak cocok digunakan untuk luasan yang besar, karena penerbangan UAV
DJI Phantom 4 Pro hanya dapat bertahan selama 30 menit dalam sekali
terbang.
46
Berdasarkan Zarco-Tejada et al. (2014), drone biasanya dilengkapi dengan
peralatan kamera beresolusi tinggi yang dapat melakukan pemotretan foto udara,
tidak terhalangi awan, memiliki skala kedetailan data yang sangat tinggi, dan proses
pengambilan data lebih mudah. Sedangkan menurut Utomo (2017) UAV merupakan
piranti yang berguna untuk berbagai aplikasi pemetaan bidang tanah, walaupun masih
memiliki banyak kekurangan dimana foto udara UAV dalam percepatan pemetaan
tanah adalah pilihan yang tepat karena hasil pemotretan drone punya resolusi spasial
yang tinggi sehingga sesuai dengan aturan pemetaan bidang tanah dan harganya
murah.
1. Kelebihan
a. Data citra diperoleh secara gratis, data didapatkan dengan cara mengunduh
b. Proses rendering klasifikasi lebih cepat, karena ukuran data yang kecil maka
singkat.
c. Ukuran data lebih kecil, citra yang didapatkan memiliki kualitas yang kurang
d. Cocok untuk luasan areal yang besar, karena citra Landsat dapat memotret
47
2. Kekurangan
a. Hasil klasifikasi kurang akurat, citra dari Landsat memiliki ketajaman yang
kurang akurat.
b. Detail gambar kurang tajam, dalam satu kali pengambilan foto udara citra
Landsat memotret dalam cakupan areal luas sehingga detail gambar yang
dikarenakan citra Landsat terletak diatas awan maka dalam pengambilan foto
udara akan ada kenampakan awan-awan yang melintas diatas permukaan bumi.
yang lebih baik serta akses data yang terbuka (gratis) meskipun resolusi yang dimilki
tidak setinggi citra berbayar lainnya. Sedangkan berdasarkan FDS (2018), Landsat 8
memiliki keuntungan yaitu gambar yang didapatkan meliputi daerah yang luas serta
citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi.
48
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Vehicle Quadcopter dan Citra Satelit yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan:
dilakukan pada sumber data dari UAV di DI Danayuda. Luas total setelah
proses klasifikasi sebesar 176,3 ha yang terbagi menjadi 6 kelas yaitu fase
pertumbuhan palawija sebesar 39%, fase panen palawija sebesar 23%, fase
vegetatif padi sebesar 15%, fase olah tanah sebesar 15%, fase pra olah tanah
dilakukan pada sumber data dari Citra Landsat 8 di DI Danayuda. Luas total
yaitu fase pertumbuhan palawija sebesar 10%, fase panen palawija sebesar
17%, fase vegetatif padi sebesar 5%, fase olah tanah sebesar 62%, dan fase
dilakukan pada sumber data dari Citra Landsat 8 di DI Danayuda. Luas total
setelah proses klasifikasi sebesar 348 ha yang terbagi menjadi 5 kelas yaitu
fase pertumbuhan palawija sebesar 23%, fase panen palawija sebesar 19%,
49
fase vegetatif padi sebesar 10%, fase olah tanah sebesar 31%, dan fase pra
menggunakan foto udara UAV sebagian besar memiliki nilai standard error lebih
kecil daripada nilai standard error menggunakan citra satelit landsat 8 sehingga
foto udara UAV lebih baik digunakan dalam proses klasifikasi fase pertumbuhan
lahan sawah. Foto udara UAV memiliki kelebihan detail gambar yang tajam, up
to date, dan hasil klasifikasi akurat. Sedangkan foto udara citra satelit landsat 8
cepat, ukuran data kecil, dan cocok digunakan untuk luasa areal yang besar.
B. Saran
menghasilkan kualitas dan kecepatan analisis data spasial yang lebih baik.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
FDS. 2018. Mengenal Perbedaan Pemetaan dengan Peta Citra Satelit dan
Fotogramteri UAV. https://www.fulldronesolutions.com/mengenal-
perbedaan-pemetaan-dengan-citra-satelit-dan-fotogrametri-uav/ diakses pada
28 Januari 2019.
Febrandy, D. 2006. Karakterisasi Sifat-Sifat Tanah dan Lahan untuk Kesesuaian
Lahan Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia LAMK). Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Handoko, S., Sediono, E., Suhartono. 2011. Sistem Informasi Geografis Berbasis
Web untuk Pemetaan Sebaran Alumni menggunakan Metode K-Means.
Universitas Diponegoro: Semarang.
Howell, E. 2015. What is Drone ?. http://www.space.com/29544what-is-a-
drone.html diakses pada 24 Februari 2018.
Jia, K., Wei, X., Gu, X., Yao, Y., Xie, X., Li, B. 2014. Land Cover Classification
using Landsat 8 Operational Land Imager data in Beijing, China. Chinese
Academy of Sciences: Beijing.
Jiang, D., Huang, Y., Zhuang, D., Zhu, Y., Xu, X., Ren, H. 2012. A Simple Semi-
Automatic Approach for Land Cover Classification from Multispectral
Remote Sensing Imagery. Chinese Academy of Sciences: Beijing.
Julzarika, A., Carolita, I. 2015. Klasifikasi Penutup Lahan Berbasis Objek pada
Citra Satelit SPOT dengan menggunakan Metode Tree Algorithm. Pusat
Pemanfaatan Penginderaan Jauh (LAPAN).
KBBI. 2018. Arti kata Delineasi. https://kbbi.web.id/delineasi diakses pada 24
Februari 2018.
Kementerian Pertanian. 2018. 2016, Luas Lahan Sawah Indonesia 8 Juta Hektar.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/04/10/2016-luas-lahan-
sawah-indonesia-8-juta-hektar diakses pada 27 Oktober 2018.
Kementerian Pertanian. 2018. Kementan Optimistis Produksi Padi Terjaga Saat
Kemarau.
http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3334 diakses
pada 13 November 2018.
LAPAN. 2015. Pedoman Pengolahan Data Penginderaan Jauh Landsat 8 untuk
MPT. Jakarta
Martin, P. L. 1993. Trade and Migration: The Case of NAFTA. University of
California.
NASA. 2008. Landsat 8 / LDCM (Landsat Data Continuity Mission.
https://directory.eoportal.org/web/eoportal/satellite-missions/content/-
/article/landsat-8-ldcm diakses pada 15 Januari 2019.
52
Nurry, A. M. F., Anjasmara, I. M. 2014. Kajian Perubahan Tutupan Lahan Daerah
Aliran Sungai Brantas Bagian Hilir Menggunakan Citra Satelit Multi
Temporal (Studi Kasus: Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo). Institut
Teknologi Sepuluh November: Surabaya.
Pemerintah Indonesia. 2016. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 yang Mengatur
Tentang Irigasi. Sekretariat Negara. Jakarta.
Playstore. 2018. Pix4Dcapture. https://play.google.com/ store/ apps/ details?
id=com.pix4d.pix4dmapper diakses pada 24 Februari 2018.
Prahasta, E. 2009. Sistem Informasi Geografis:Konsep-Konesp Dasar (Perspektif
Geodesi dan Geomatika). Informatika: Bandung.
Priyono, M. A. I. 2016. Identifikasi Karakteristik dan Pemetaan Tutupan Lahan
Menggunakan Citra Landsat 8 (OLI) di PT Gunung Meranti Kalimantan
Tengah. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Purnomo, L. 2016. Modul Agisoft Photoscan. http://www.liupurnomo.com diakses
pada 24 Februari 2018.
Putra, R. 2013. Pemetaan Daerah Irigasi Krueng-Jreu di Kecamatan Indrapuri
menggunakan ArcGIS 9.3 pada PU Pengairan Ranting Dinas Indrapuri Studi
Kasus pada Daerah Aliran BJKR 1-5. Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Komputer U’budiyah Indonesia: Banda Aceh.
Raju, A., Aravinth J., Veni, S. 2016. An Application of image processing
techniques for Detection of Diseases on Brinjal Leaves Using K-Means
Clustering Method. Coimbatore Amrita Vishwa Vidhyapeetham Univversity:
India.
Richard, J. A. 1999. Remote Sensing Digital Image Analysis. Springer-Verlag:
Berlin.
Ruhaeni, N., Chotidjah, N., Nurcahyono, A., Samsudin, M. J. 2015. Aspek-aspek
Hukum Pengoperasian Drone Berdasarkan Hukum Udara Internasional dan
Kontruksi Hukumnya dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.
Universitas Islam Bandung: Bandung.
Sari, K. P., Indahyani, R., Fitria, R., Fitriani, E., Ganap, M. N. 2015. Laporan
Praktikum 3 Mata Kuliah Pengideraan Jauh (Klasifikasi Multispektral).
Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Septiana, E. 2017. Mengenal Metode Klasifikasi Tidak Terbimbing (Unsupervised)
dan Terbimbing (Supervised) di ENVI. http://www.info-
geospasial.com/2017/02/mengenal-metode-klasifikasi-tidak-terbimbing-
dan-metode-terbimbing-di-envi.html diakses pada 8 Agustus 2018.
53
Siswanto. 2018. Analisis Cluster dengan Menggunakan metode K-Means dan K-
Medoids. https://swanstatistics.com/analisis-cluster-dengan-menggunakan-
metode-k-means-dan-k-medoids/ diakses pada 25 Oktober 2018.
Syauqani, A., Subiyanto, S., Suprayogi, A. 2017. Pengaruh Variasi Tinggi Terbang
menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Quadcopter DJI
Phantom 3 Pro pada Pembuatan Peta Orthophoto (Studi Kasus Kampus
Universitas Diponegoro). Universitas Diponegoro: Semarang.
Utomo, B. 2017. Drone untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah. Universitas
PGRI Palembang: Palembang.
Wahyuni, T. 2018. BPS Sebut Luas Lahan Pertanian Kian Menurun.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181025153705-92-341433/bps-
sebut-luas-lahan-pertanian-kian-menurun diakses pada 13 November 2018.
Wicaksono, F. 2009. Apa itu Foto Udara ?. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
DIY: Yogyakarta.
Wulan, T. R., Ambarwulan, W., Putra, A. S., Maulana, E., Maulia, N., Putra, M.
D., Wahyuningsih, D. S., Ibrahim, F., Raharjo, T. 2016. Uji Akurasi Data
UAV (Unmanned Aerial Vehicle) di Kawasan Pantai Pelangi, Parangtritis,
Kretek, Kabupaten Bantul. Universitas Islam Indonesia: Yogyakarta.
Yang, C. 2009. Remote Sensing Application for Precision Agriculture: Challenges
and Prospects. Paper di Asian Conference on Precision Agriculture: China.
Zarco-Tejada, P. J., Diaz-Varela, R., Angileri, V., Loudjani, P. 2014. Tree Height
Quantification Using Very High Resolution Imagery Acquired from an
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) and Automatic 3D Photo-reconstruction
Methods. Institut for Environment and Sustainability: Italy.
54
Lampiran 1. Data penerbangan HM 0-7, HM 10-16 (A), dan HM 17-25 (B)
Gambar 22. Citra UAV pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda penerbangan
HM 0-7.
55
Gambar 23. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas acuan pada penerbangan HM 0-7 yang didapatkan dari hasil
digitasi langsung dari citra UAV.
56
Gambar 24. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra UAV pada
penerbangan HM 0-7 yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara supervised dari
citra UAV.
57
Gambar 25. Citra Landsat 8 pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda
penerbangan HM 0-7.
58
Gambar 26. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra Landsat 8 pada
penerbangan HM 0-7 yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara supervised dari
citra Landsat 8.
59
Gambar 27. Citra UAV pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda penerbangan
HM 10-16 (A).
60
Gambar 28. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas acuan pada penerbangan HM 10-16 (A) yang didapatkan dari hasil
digitasi langsung dari citra UAV.
61
Gambar 29. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra UAV pada
penerbangan HM 10-16 (A) yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara
supervised dari citra UAV.
62
Gambar 30. Citra Landsat 8 pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda
penerbangan HM 10-16 (A).
63
Gambar 31. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra Landsat 8 pada
penerbangan HM 10-16 (A) yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara
supervised dari citra Landsat 8.
64
Gambar 32. Citra UAV pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda penerbangan
HM 17-25 (B).
65
Gambar 33. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas acuan pada penerbangan HM 17-25 (B) yang didapatkan dari hasil
digitasi langsung dari citra UAV.
66
Gambar 34. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra UAV pada
penerbangan HM 17-25 (B) yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara
supervised dari citra UAV.
67
Gambar 35. Citra Landsat 8 pada lahan peruntukkan sawah DI Danayuda
penerbangan HM 17-25 (B).
68
Gambar 36. Persebaran tutupan lahan sawah di DI Danayuda yang digunakan
untuk data luas klasifikasi menggunakan sumber data citra Landsat 8 pada
penerbangan HM 17-25 (B) yang didapatkan dari hasil klasifikasi secara
supervised dari citra Landsat 8.
69
RIWAYAT HIDUP
70