Pendidikan Keluarga Dan Masyarakat

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Kemampuan hubungan sosial ada kaitan dengan pembinaan kepribadian

sebagai makhluk individu. Anak harus mengerti secara objektif tentang dirinya agar
mudah menempatkan dirinya di dalam pergaulan. Anak yang manja misalnya lazim
sukar memahami dirinya sebagai objektif, juga sukar memahami orang lain yang
berakibat sukar di dalam pergaulan. Oleh karena itu orang tua dalam pergaulan
sehari-hari harus secara wajar memberlakukan anak-anaknya.

Orang tua diminta untuk menyadari bahwa pada saat tertentu anak tidak
hanya bergaul terbatas di lingkungan keluarga, tetapi menuntut pergaulan yang
lebih luas. Orang tua harus rela memberikan kesempatan dan kebebasan agar anak
dapat mengembangkan benih-benih sosial yang telah diperbolehnya di lingkungan
keluarga.

Kebebasan dalam pergaulan berguna bagi anak untuk memahami seluk


beluk masalah sosial dan sebagai media untuk mengumpulkan pengalaman
sebanyak-banyaknya. Menurut Saleh ‘Abdul’ Aziz kebebasan adalah salah satu
asas pendidikan modern. Tentu saja anak telah diberikan informasi bagaimana
memilih teman yang memberikan nilai-nilai positif.

Dalam berbagai kesempatan kegiatan keagamaan yang corak sosial, anak


hendaknya dilibatkan. Hal demikian akan menumbuhkan sikap sosial sekaligus
menumbuhkan sikap sosial yang dimotivasi ajaran agama.

Menurut Zakiyah Daradjat pemikiran alamiah anak lebih dahulu


berkembang daripada pemikiran moral atau manusia disibukkan oleh pemikiran
makro kosmos sebelum ia memperlihatkan mikro kosmos. Berkenaan dengan itu
pemikiran sosial keagamaan lebih dahulu berkembang daripada pemikiran moral
keagamaan, maka kegiatan sosial keagamaan akan membantu pengembangan
peranan sosial sekaligus perasaan moral anak.

Dalam pengembangan sikap sosial yang penting diperhatikan adalah prinsip


keseimbangan antara nilai individu dengan nilai sosial, yakni tidak menjadi
individualistis dan tidak juga menjadi kolektivitis.
Perimbangan antara individu dan masyarakat menjadi sasaran utama
sepanjang sejarah kemanusiaan. Kadang-kadang terlalu individualistis dimana
individu menguasai dan menjadikan masyarakat sebagai alat untuk mencapai
maksudnya, atau terlalu kolektivitis dimana individu sirna dalam kelompok yang
tidak lebih dari roda masyarakat. Islam berusaha membentuk keseimbangan, yakni
keseimbangan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat. Ia
menciptakan tanggung jawab timbal balik (takaful) sosial berdasarkan
persaudaraan berupa keserasian manusia yang menghapus rasialisme dan kelas
serta membebaskan dari fanatisme.

Prinsip keseimbangan harus ditumbuhkan di lingkungan keluarga. Hal-hal


yang mungkin memperkecil prinsip ini dihindarkan seperti orang tua yang bersikap
pilih kasih, tidak adil, memanjakan yang berlebihan, terlalu banyak menolong
dalam masalah yang tidak sewajarnya dan sebagainya.

2. Belajar Memegang Peran


Di dalam keluarga berlangsung sosialisasi mengenai berbagai status dan
peran yang dapat dimainkan oleh anak didik dalam masyarakat. Semua kedudukan
dalam masyarakat membawa kepada peran dan status tertentu. Jadi dalam hal ini
keluarga sebagai masyarakat terkecil perlu membentuk dan memelihara “jembatan”
yang menghubungkan dengan masyarakat luas.
Di dalam keluarga muslim sebagaimana tuntunan agama, ayah berstatus
sebagai pemimpin keluarga dan ibu berstatus sebagai pemimpin di dalam rumah
tangga. Masing-masing harus menunaikan tugas sebagaimana mestinya karena
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Nabi menyatakan dalam hadistnya
yang diriwayatkan Bukhari:

Artinya: “Tiap kamu adalah pemimpin dan akan mempertanggungjawabkan


kepemimpinannya. Imam itu pemimpin, diminta mempertanggungjawabkan
kepemimpinannya. Suami itu pemimpin keluarga, akan diminta
mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Isteri itu pemimpin bagi rumah
tangga suaminya, akan diminta mempertanggungjawabkan kepemimpinannya”.
Disebabkan status suami dan isteri berbeda, maka fungsi dan peran akan
berbeda pula, tetapi bukan bersifat kaku. Pembagian tugas hanya untuk menjamin
kelancaran dan keharmonisan rumah tangga. Saling membantu dalam menunaikan
tugas adalah hal yang biasa dilakukan terutama pada waktu-waktu tertentu dan pada
masalah tertentu.
Tugas ayah/ suami untuk mencari penghidupan dan tugas ibu/ isteri
mengasuh dan membimbing anak, hanyalah menunjukkan jenis tanggung jawab
utama dari masing-masing. Melalui peran yang dimainkan oleh ayah dan ibu, anak-
anak belajar memainkan peran yang berguna baginya di masa datang.

Anda mungkin juga menyukai