Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PENCEGAHAN, PENGENDALIAN, & PEMBERANTASAN PENYAKIT


DERMATITIS

A. Pencegahan
Upaya pencegahan Dermatitis Kontak Iritan (DKI) yang terpenting adalah
menghindari pajanan bahan iritan, baik yang bersidat mekanik, fisis, maupun kimiawi,
serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Bila hal ini dapat dilaksanakan dengan
sempurna, dan tidak terjadi komplikasi, maka DKI tersebut akan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cukup dengan pelembab untuk
memperbaiki kulit kering. Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat
diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison, atau untuk kelainan yang
kronis dapat diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat. Pemakaian alat pelindung
diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan, sebagai
salah satu upaya pencegahan.
Apabila diperlukan untuk mengatasi peradangan dapat diberikan
kortikosteroid topikal. Pemakaian alat perlindungan yang adekuat diperlukan bagi
mereka yang bekerja dengan bahan iritan sebagai upaya pencegahan (Djuanda, 2007;
Kampf, 2007). Pencegahan bahan iritan seharusnya menjadi diagnose primer dan
edukasi pada pasien. Penggunaan kompres basah dengan astringent alumunium asetat
dapat digunakan untuk mendinginkan dan mengeringkan lesi. Hidrokortison dan
lotion kalamin membantu untuk mengeringkan rasa gatal. Penggunaan topical anestesi
local tipe caine perlu dihindari atau diawasi karena dapat menyebabkan kontak
dermatitis yang lebih luas.
Prevalensi dermatitis akibat kerja dapat diturunkan melalui pencegahan yang
sempurna, antara lain:
1. Pendidikan pengetahuan tentang kerja dan bahan yang mungkin dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja dan cara mempergunakan alat serta akibat
buruk alat tersebut.
2. Para karyawan dilengkapi dengan alat penyelamat atau pelindung yang bertujuan
menghindari kontak dengan bahan yang sifatnya merangsang atau karsinogen
seperti baju pelindung dan sarung tangan.
3. Melakukan uji tempel pada calon pekerja sebelum diterima di suatu perusahaan.
Berdasarkan hasil uji tempel ini, karyawan baru dapat ditempatkan di bagian yang
tidak mengandung bahan yang rentan terhadap dirinya.
4. Pemeriksaan kesehatan berkala yang bertujuan untuk mengetahui dengan cepat
dan tepat apakah karyawan sudah menderita penyakit kulit akibat kerja.
5. Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara sukarela untuk
mengetahui apakah ada menderita suatu dermatosis akibat kerja.
6. Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia, dan ahli dalam bidang tenaga
kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara kerja, atau memperhatikan bahan yang
dipergunakan dalam melakukan pekerjaan untuk mencegah kontaminasi kulit.
B. Pengendalian
Berbagai jenis dermatitis memerlukan upaya terapetik masing-masing, sesuai
dengan jenisnya. Secara umum, prinsip terapinya adalah serupa dan pengobatan
utamanya adalah dengan preparat kortikosteroid (KS). Penanganan dimulai dengan
pemastian adanya dermatitis, kemudian sedapat mungkin menghindari faktor pencetus
dan atau faktor pemberat kelainan. Kondisi klinis lesi perlu diperhatikan hal ini
penting karena prinsip dasar dermatoterapi yang telah dikenal sejak lama perlu
diterapkan yakni lesi yang ‘basah’ harus diterapi secara ‘basah’ dan sebaliknya lesi
‘kering’ diterapi secara ‘kering’.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah suatu obat yang pemilihan jenisnya
juga ditentukan oleh kondisi klinis kelainan. Upaya pertama adalah menghindari
bahan-bahan yang bersifat iritan (misalnya deterjen dan sabun tertentu), karena
cenderung mengakibatkan kulit menjadi lebih kering, yang menambah keluhan rasa
gatal. Upaya berikutnya adalah penggunaan KS sebagai antiinflamasi. Kadang-kadang
diperlukan preparat kombinasi antara KS dengan antibiotika ataupun KS dengan
antimikotik. Pada beberapa kasus diperlukan kombinasi dengan pengobatan sistemik
(steroid, antihistamin maupun antibiotika) sesuai dengan kebutuhan.
Pengobatan dilakukan setelah mendapatkan hasil melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pengobatan yang tepat didasarkan kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyabab dermatitis multi faktor, kadang juga
tidak diketahui dengan pasti. Jadi pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan/mengurangi keluhan dan gejala, dan menekan peradangan (Djuanda,
2011).

C. Pemberantasan
Upaya pemberantasan penyakit dermatitis dapat dilakukan dengan pencegahan
preventif, misalnya :
1. Meningkatkan sanitasi lingkungan
Sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat dapat meningkatkan
kesejahteraan. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi sumber
berbagai penyakit yang dapat menganggu kesehatan manusia. Agar terhindar
dari berbagai penyakit maka lingkungan harus selalu terjaga sanitasinya.
Apabila kesehatan terganggu, maka akan mempengaruhi kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting
dalam meningkatkan kesejahteraan.
2. Membuat rumah sehat
Rumah yang sehat akan mempengaruhi kondisi kesehatan penghuninya
karena sebagian besar aktifitas manusia dihabiskan di dalam rumah oleh
karena itu rumah yang kotor dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan
mental penghuninya. Selain sehat rumah juga harus aman dan nyaman dan
jangan lupa untuk memperhatikan estetika. Kriteria rumah sehat adalah
sirkulasi lancar, penerangan sinar yang memadai, air yang bersih, pembuangan
limbah yang terkontrol, ruangan yang tidak tercemar, bebas dari hewan
penggangu.
3. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga
kebersihan lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat atau kotor dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Perilaku hidup yang tidak sehat seperti
membuang sampah sembarangan, tidak cuci tangan sebelum dan sesudah
makan, buang air besar atau kecil sembarangan, mandi atau mencuci baju
dengan menggunakan air yang sudah tercemar perilaku ini dapat mengundang
timbulnya berbagai penyakit.
Lingkungan dapat berperan menjadi penyebab langsung, sebagai faktor
yang berpengaruh dalam menunjang terjagkitnya penyakit sebagai medium
trasmisi penyakit dan sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Udara yang tercemar akan mengakibatkan gangguan sistem pernafasan, air
minum menjadi tercemar dan berakibat menimbulkan penyakit seperti sakit
perut. Udara yang lembap dapat mempengaruhi timbulnya penyakit yang
disebabkan oleh virus dan bakteri. Air dan udara dapat pula menjadi medium
perpindahan penyakit dan faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit.
Faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan penduduk.
Limbah cair dan padat yang berasal dari aktivitas manusia dan limbah yang
berasal dari dalam tubuh manusia yang dibuang ke lingkungan langsung tanpa
proses terlebih dahulu akan menyebabkan penurunan kesehatan manusia.
Lingkungan yang kotor akibat pembuangan limbah, limbah ini akan
menimbulkan berbagai jenis penyakit.
4. Menghindari kontak allergen
Pencegahan dermatitis kontak iritan dan kontak alergi merupakan hal yang
sangat penting untuk dilakukan di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya pencegahannya yang paling penting yaitu selalu
menghindari kontak dengan sabun yang keras / deterjen, bahanbahan pelarut,
menggunakan sarung tangan ketika bekerja, menggunakan mesin cuci ketika
mencuci baju, menggunakan sikat bergagang pajang, menggunakan air yang
bersih untuk mandi. Kulit yang sakit harus sering dilumuri dengan emolien.
Riwayat penyakit yang pernah di derita harus ditanyakan karena dapat
mengungkapkan pajanan yang tidak diketahui terhadap zat-zat iritan atau
allergen.

Djuanda S,Sularsito SA. Dermatitis atopik. Dalam: Djuanda A,editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Edisi ke- 6. Jakarta: FK UI; 2007. h.138-47.

Adhi Djuanda, dkk. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 3-4, 7-8.

http://repository.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai