Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati, yang
keterjadiannya disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan
sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu mineral logam,
mineral industri, serta batubara dan gambut. Karakteristik ketiga bahan galian tersebut
berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu
diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui keterpadatan, sebaran, kuantitas,
dan kualitasnya. Di dalam makalah ini sendiri akan berfokus kepada pembentukan
batubara dan klasifikasinya.

1.2 Identifiaksi masalah

1. Bagaimanakah pembentukan batubara?


2. Bagaimanakah faktor pembentukan batubara?
3. Bagaimanakah bentuk-bentuk batubara?
4. Bagaimanakah klasifikasi batubara?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah pemanfaatan
batubara di Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. Banyak hal yang mesti kita ketahui
mengenai sumber daya alam terutama sumber daya alam mineral yang keberadaannya tidak
dapat diperbaharui.
BAB II
ASAL USUL BATUBARA

2.1 Apa itu batubara?


Batubara (coal) adalah sumber energi fosil yang paling banyak kita miliki di dunia ini.
Batubara sendiri merupakan campuran yang sangat kompleks dari zat kimia organik yang
mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai karbon serta sedikit nitrogen
dan sulfur. Pada campuran ini juga terdapat kandungan air dan mineral.
Batubara merupakan sisa tumbuhan dari zaman prasejarah yang berubah bentuk yang
awalnya berakumulasi di rawa dan lahan gambut. Penimbunan danau dan sedimen lainnya,
bersama dengan pergeseran kerak bumi (dikenal sebagai pergeseran tektonik) mengubur rawa
dan gambut yang seringkali sampai ke kedalaman yang sangat dalam. Dengan penimbunan
tersebut, material tumbuhan tersebut terkena suhu dan tekanan yang tinggi. Suhu dan tekanan
yang tinggi tersebut menyebabkan tumbuhan tersebut mengalami proses perubahan fisika dan
kimiawi dan mengubah tumbuhan tersebut menjadi gambut dan kemudian batubara.
Kondisi yang baik pada proses pembentukan batubara adalah lingkungan yang berawa
dangkal. Kondisi tersebut terdapat pada cekungan sedimen yang terbentuk sepanjang pantai,
daerah delta dan danau. Batubara terbentuk oleh adanya perubahan secara fisik dan kimia yang
dipengaruhi oleh bakteri pengurai, tekanan, temperatur, serta waktu.
Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-
era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu, adalah
masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara
(black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk. Pada zaman Permian, kira-
kira 270 juta tahun lalu, juga terbentuk endapan-endapan batubara yang ekonomis di belahan
bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke zaman tersier (70 - 13
juta tahun lalu) di berbagai belahan bumi lain.
Pembentukan batubara dimulai sejak Carboniferous Period (Periode Pembentukan
Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360
juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Mutu dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu
dan tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik.
Proses awalnya gambut berubah menjadi lignit (batu bara muda) atau brown coal (batu
bara coklat). Ini adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah. Dibandingkan dengan
batu bara jenis lainnya, batu bara muda agak lembut dan warnanya bervariasi dari hitam pekat
sampai kecoklat-coklatan. Mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama
jutaan tahun, batu bara muda mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas
organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus. Perubahan kimiawi
dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam dan
membentuk bituminus atau antrasit. Dalam kondisi yang tepat, penigkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.

Tingkat perubahan yang dialami batubara dalam proses pembentukannya, dari gambut
sampai menjadi antrasit disebut sebagai pengarangan memiliki hubungan yang penting dan
hubungan tersebut disebut sebagai tingkat mutu batubara. Batubara dengan mutu yang rendah,
seperti batu bara muda dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan
berwarna suram seperti tanah. Barubara muda memilih tingkat kelembaban yang tinggi dan
kandungan karbon yang rendah, dan dengan demikian kandungan energinya rendah. Batu bara
dengan mutu yang lebih tinggi umumnya lebih keras dan kuat dan seringkali berwarna hitam
cemerlang seperti kaca. Batubara dengan mutu yang lebih tinggi memiliki kandungan karbon
yang lebih banyak, tingkat kelembaban yang lebih rendah dan menghasilkan energi yang lebih
banyak.

BAB III
PROSES PEMBENTUKAN BATUBARA

Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati dengan cara yang sangat
kompleks dan memerlukan waktu yang sangat lama (puluhan sampai ratusan juta tahun)
yang dipengaruhi oleh proses fisika dan kimia ataupun keadaan geologi. Komposisi kimia
batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya mengandung
unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P.

3.1.1 Skala Waktu Geologi


Proses sedimentasi, kompaksi, maupun transportasi yang dialami oleh material dasar
pembentuk sedimen sehingga menjadi batuan sedimen berjalan selama jutaan tahun. Kedua
konsep tersebut merupakan bagian dari proses pembentukan batubara vang mencakup proses :
 Pembusukan, yakni proses dimana tumbuhan mengalami tahap pembusukan (decay) akibat
adanya aktifitas dari bakteri anaerob. Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen dan
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti selulosa, protoplasma, dan pati.
 Pengendapan, yakni proses dimana material halus hasil pembusukan terakumulasi dan
mengendap membentuk lapisan gambut. Proses ini biasanya terjadi pada lingkungan berair,
misalnya rawa-rawa.
 Dekomposisi, yaitu proses dimana lapisan gambut tersebut di atas akan mengalami perubahan
berdasarkan proses biokimia yang berakibat keluarnya air (H2O) dan sebagian akan
menghilang dalam bentuk karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO), dan metana (CH4).
 Geotektonik, dimana lapisan gambut yang ada akan terkompaksi oleh gaya tektonik dan
kemudian pada fase selanjutnya akan mengalami lipatan dan patahan. Selain itu gaya tektonik
aktif dapat menimbulkan adanya intrusi/terobosan magma, yang akan mengubah batubara low
grade menjadi high grade. Dengan adanya tektonik setting tertentu, maka zona batubara yang
terbentuk dapat berubah dari lingkungan berair ke lingkungan darat.
 Erosi, dimana lapisan batubara yang telah mengalami gaya tektonik berupa pengangkatan
kemudian dierosi sehingga permukaan batubara yang ada menjadi terkupas pada
permukaannnya. Perlapisan batubara inilah yang dieksploitasi pada saat ini (Anonim2, 2009).

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, batubara berasal dari sisa tumbuhan yang
mengalami proses pembusukan, pemadatan yang telah tertimbung oleh lapisan diatasnya,
pengawetan sisa-sisa tanaman yang dipengaruhi oleh proses biokimia yaitu pengubahan
oleh bakteri. Akibat pengubahan oleh bakteri tersebut, maka sisa-sisa tumbuhan kemudian
terkumpul sebagai suatu masa yang mampat yang disebut gambut (Peatification) terjadi
karena akumulasi sisa-sisa tanaman tersimpan dalam kondisi reduksi didaerah rawa dengan
sistem draenase yang buruk yang mengakibat selalu tergenang oleh air, yang pada
umumnya mempunyai kedalaman 0,5-1,0 meter. Gambut yang telah terbentuk lama-
kelamaan tertimbun oleh endapan-endapan seperti batulampung, batulanau dan batupasir.
Dengan jangka waktu puluhan juta tahun sehingga gambut ini akan mengalami perubahan
fisik dan kimia akibat pengaruh tekanan (P) dan temperature (T) sehingga berubah menjadi
batubara yang dikenal dengan Poroses Pembatubaraan (Coalitification) pada tahap ini lebih
dominan oleh proses geokimia dan proses fisika.
Proses geokimia dan fisika berpengaruh besar terhadap pematangan batubara yaitu
perubahan gambut menjadi batubara lignit, batubara bituminous, sampai pada batubara jenis
antrasit. Pematangan bahan organik secara normal terjadi dengan cepat apabila endapannya
terdapat lebih dalam, hal ini disebabkan karena temperatur bumi semakin dalam akan
semakin panas. Proses pengubahan tumbuh-tumbuhan menjadi batubara ini dikenal dengan
cualitification. Dengan urutan zat yang dihasilkan berupa tumbuh-tumbuhan yaitu mulai
dari:
- Gambut (Peat)
- Lignit
- Sub Bituminous
- Bituminous
- Semi Antrasit
- Antrasit
- Meta Antrasit

Urutan proses pembentukan batubara tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai
berikut:

a. Peat (Gambut)
Peat atau gambut adalah tumbuh-tumbuhan yang mati dan mengalami pembusukan dan
tercampur dalam paya yang dikenal dengan peat (gambut). Jumlah air dalam gambut ini sangat
besar dan jumlah kandungan air tersebut berkisar antara 80-90 % ketika baru ditambang dari
paya. Penggunaannya sebagai bahan bakar dalam timber karena akan menghasilkan nyala
yang lebih panjang dengan suhu yang relatif rendah (Pitojo. S, 1983). Berdasarkan
lingkungan tumbuhan dan pengendapan gambut di Indonesia dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
 Gambut Ombrogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya hanya berasal dari air hujan.
Gambut jenis ini dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana tumbuhan pembentuk
dimasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan, sehingga kadar abunya adalah asli (Inherent)
dari tumbuhan itu sendiri.
 Gambut Topogenus, yaitu gambut yang kandungan airnya berasal dari air permukaan. Jenis
gambut ini diendapkan dari sisa tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuh dari pengaruh air
permukaan tanah, sehingga kadar abunya juga dipengaruhi oleh bagian yang terbawa oleh air
permukaan tersebut.

Daerah gambut topogenus lebih bermanfaat untuk lahan pertanian bial dibanding
dengan daerah gambut ombrogenus karena gambut topogenus mengandung lebih banyak
nutrisi.
b. Lignit (Brown Coal)

Lignit yaitu suatu nama yang digunakan pada tahap pertama lapisan Brown Coal. Pada
umumnya lignit mengandung material kayu yang sedikit mempunyai struktur yang lebih
kompak bila dibandingkan dengan gambut. Lignit mempunyai warna yang berkisar antara
coklat sampai kehitaman, lignit segar mempunyai kandungan air antara 20-45 % dan nilai
bakar 3056-4611 kal/gram, sedangkan lignit yang bebas air dan abu berkisar antara 5566-111
111 kal/gram (Pitojo. S, 1983).

c. Batubara Sub Bituminous

Jenis batubara ini berwarna hitam mengkilap dan mempunyai kilapan logam. Batubara
ini saat ditambang kandungan air yang terkandung mencapai 45 % dan mempunyai nilai kalor
bakar sangat rendah, kandungan karbon sedikit, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur
yang banyak.
d. Batubara Bituminous

Batubara bituminous merupakan jenis batubara yang terpenting dan dipakai sebagai
bahan bakar karena memiliki nialai kalor, kandungan karbon yang relative tinggi, sedangkan
kandungan air, kandungan abu, dan kandungan sulfur yang relative rendah. Jenis batubara ini
juga digunakan sebagai bahan bakar dalam pembuatan kokas dan pabrik gas.

e. Batubara Semi Antrasit


Batubara semi antrasit ini merpakan batubara yang memiliki sifat antara batubara
bitumen yang mempunyai kandungan zat terbang rendah disbanding dengan batubara antrasit
yang mempunyai zat terbang yang tinggi berkisar antara 6-14 %. Batubara ini mudah terbakar
dan warna nyalanya sedikit kekuning-kuningan.

f. Batubara Antrasit

Batubara antrasit biasanya disebut batubara keras (hard coal) penamaan ini berdasarkan
atas dasar kekerasan dan juga kekuatannya antrasit. Batubara antrasit ini mudah untuk
ditambang karena letak lapisan didalam kerak bumi yang tidak pasti, dimana letak lapisannya
kadang-kadang tegak dan kadang-kadang juga vertical bahkan kadang-kadang juga berlekuk.
Sifat barubara ini ditentukan dari derajat kilap atau warna.
Batubara antrasit mempunyai nilai kalor dan kandungan karbon sangat tinggi dan memiliki
kandungan air atau sulfur yang relative rendah dan kandungan zat terbang tinggi berkisar
antara 8,0 %.

g. Meta Antrasit
Batubara Meta Antrasit adalah batubara dengan kelas yang sangat tinggi dimana nilai
kalorinya sangat tinggi, berkisar antara 8000-9000 kalori. Kadar air (Water content) sangat
kecil kurang dari 1 %, warna hitam mengkilat, pecahan concoidal, tidak mengotori tangan
bila dipegang, menghasilkan api yang biru bila dibakar, tidak mengeluarkan asap, tidak
berbau, kadar abu dan sulfur juga sangat rendah. Batubara jenis ini adalah antrasit yang
mengalami pengaruh tekanan dan suhu yang tinggi akibat proses tektonik maupun aktivitas
vulkanik yang ada di dekat endapan. Batubara jenis ini terdapat di daerah Pensylvania,
Amerika Serikat.

Semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang, karena tingkat pembatubaraan secara umum dapat
diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan
rendah disebut pula batubara bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih
lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat
kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan
energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan
kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan
berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga
semakin besar

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/23637735/Makalah_Geokimia_-_Batubara?auto=download
https://www.google.co.id/search?safe=strict&hl=id&biw=1366&bih=691&tbm=isch&sa=1&ei=daecXPO
GK4zOvgSJp6PwDQ&q=KUAT+TEKAN&oq=KUAT+TEKAN&gs_l=img.3..0l2j0i5i30l8.131036.132
721..132926...0.0..0.77.625.10......1....1..gws-wiz-img.......35i39.V1SlF1bo9DM

http://karyakuadelia.blogspot.com/p/makalah.html

http://kumpulan-makalah-dan-artikel.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-batubara.html

https://aman-permana.blogspot.com/2011/06/makalah-batu-bara.html

2010. Batubara. http://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara Diakses pada tanggal 18 Maret 2010.

2009. Proses Pembentukan Batubara. http://www.geofacts.co.cc /2009/04/ Diakses pada tanggal 18


Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai