Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT. Yang masih memberikan kita
kesempatan untuk menimba ilmu dan menikmati karunianya yang telah
memberikan banyak sekali kenikmatan hidup, kenikmatan dunia yang sangat
banyak. Terimakasih kepada orang tua dan sahabat yang seayun langkah dan
seiring bahu dalam menegakkan agama Allah SWT dan memberi semangat baru
untuk melangkah kehidup yang lebih baik. Dengan seribu kebaikan yang
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam melengkapi tugas ini kami mengangkat makalah ini dengan judul
“hukum kodifikasi”. Dalam penulisan makalah penulis sangat menyadari bahwa
makalah ini sangat jauh dari sempurna. Karena kita tau kesempurnaan hanya
milik yang maha kuasa
saya hanya berharap makalah ini dapat bermafaat bagi banyak orang dan
membantu untuk ilmu baru dan wawasan lebih banyak lagi mengenai ”hukum
kodifikasi”. Kami juga memberi step-step Bab pendahualuan , isi , dan penutup
sehigga membantu mempermudah pencarian pembaca.
Sekian kata pengantar ini kami tatarkan .semoga bermafaat dan diterima
dengan baik. Karen kami hanyalah manusia biasa yang masih banyak harus
belajar kami juga mengharapkan kritik dan saran untuk membangun kualitas
yang lebih baik lagi.

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.......................................................................................................i
Daftar isi...............................................................................................................ii

I. Pendahuluan...........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulis..................................................................................2

II. PEMBAHASAN....................................................................................2
A. Definisi hukum kodifikasi................................................................2
B. Kodifikasi hukum pendata internasional..........................................2
C. Sejarah kodifikasi hukum pidana indonesia.....................................4
D. Perkembangan hukum kodifikasi.....................................................5
E. Macam-macam bentuk hukum kodifikasi........................................7
F. Macam-macam pembagian hukum...................................................9
G. Sistematika hukum kodifikasi........................................................12
H. Tujuan kodifikasi hukum...............................................................14

III. PENUTUPAN
A. Rangkuman...............................................................................................16
B. Kesimpulan...............................................................................................16
C. Daftra pusaka............................................................................................18

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan.mengatur dan memberi ketertiban dari
bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama
dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam
hukum pidana,
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut
pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi
penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih.
Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan
dari pemerintah,
sementara hukum internasional mengatur persoalan antara
berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan
peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa
"Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik daripada dibandingkan
dengan peraturan tirani yang merajalela."
Kodifikasi Hukum adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu
dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap yang berunsur
dari suatu kodifikasi Jenis-jenis hukum tertentu, Sistematis, danLengkap.
tujuan Kodifikasi Hukum tertulis untuk memperoleh Kepastian
hukum, Penyederhanaan hukum, dan Kesatuan hukum.
B. Rumusan masalah
1. definisi hukum kodifikasi
2. Kodifikasi Hukum Perdata Internasional
3. Sejarah Kodifikasi Hukum Pidana di Indonesia
4. perkembangan kodifikasi hukum
5. macam-macam pembagian hukum
6. sistematika kodifikasi hukum
7. tujuan hukum kodifikasi
C. tujuan penulisan
adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini tidak hanya
untuk memenuhi tugas tetapi juga memberi manfaat baru bagi
pemimba ilmu lainnya , khususnya untuk mereka yang ingin belajar
atau kurang paham tentang hukum kodifikasi dan macam macam dasar
hukum.

J. PEMBAHASAN

A. DEFINISI HUKUM KODIFIKASI


Kodifikasi adalah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu dalam kitab
undang-undang secara sistematis dan lengkap. Kodifikasi hukum berasal dari
negara perancis yaitu Code Civil dan Code Napoleon.
kodifikasi nasional yang pertama adalah Code napoleon: dinamakan
code napoleon adalah karena napoleon yang memerintahkan dan
mengundangkan Undang-undang Nasional abad XVIII setelah berahirnya
revolusi politik dan sosial di Perancis.
Dengan adanya Code Civil atau Code Napoleon timbulah anggapan bahwa:

1. Seluruh permasalahan hukum sudah tertampung dalam suatu UU Nasional


2. Diluar UU tidak ada hukum. UU sudah lengkap dan sempurna serta tidak
mempunyai kekurangan-kekurangan
3. Hakim hanya menjalankan UU yang berlaku disebuah negara
Anggapan tersebut (UU lengkap/sempurna) merupakan aliran yang dinamakan
aliran legisme/ wettelijk positivisme atau positivisme perundang-undangan
dengan pedoman diluar UU tidak ada hukum. Pendukung dari aliran ini yaitu
Montesquie dan JJ Rosseau.
B. KODIFIKASI HUKUM PERDATA INTERNASIONAL
Kodifikasi Hukum Perdata Internasional diperlukan untuk memberikan
suatu pegangan kepada para hakim dan pelaksana hukum pada umumnya
dalam menghadapi persoalan-persoalan HPI (yaitu persoalan-persoalan
perdata, dagang, yang mengandung unsur asing). Jika melihat keadaan
sekarang ini. sudah semakin bertambah hubungan-hubungan dengan luar
negeri dan hubungan antara pribadi-pribadi, menyebabkan meningkatnya
jumlah orang asing yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia.
RUU-HPI memuat pikiran-pikiran yang sedapat mungkin disesuaikan
dengan apa yang sekarang ini merupakan pendirian modern dalam bidang
HPI, baik dalam peraturan-peraturan HPI dari negara-negara lain yang telah
dipergunakan sebagai bahan perbandingan. maupun dalam Konferensi-
konferensi HPI yang telah umum diterima secara internasional.
Menurut teori ada 2 macam kodifikasi hukum, yaitu :
1. Kodifikasi terbuka
Kodifikasi terbuka adalah kodifikasi yang membuka diri terhadap terdapatnya
tambahan – tambahan diluar induk kondifikasi. Pertama atau semula maksudnya
induk permasalahannya sejauh yang dapat dimasukkan ke dalam suatu buku
kumpulan peraturan yang sistematis,tetapi diluar kumpulan peraturan itu isinya
menyangkut permasalahan di luar kumpulan peraturan itu isinya menyangkut
permasalahan – permasalahan dalam kumpulan peraturan pertama tersebut.
Hal ini dilakukan berdasarkan atas kehendak perkembangan hukum itu
sendiri sistem ini mempunyai kebaikan ialah, Hukum dibiarkan berkembang
menurut kebutuhan masyarakat dan hukum tidak lagi disebut sebagai
penghambat kemajuan masyarakat.

2. Kodifikasi tertutup
Kodifikasi tertutup adalah semua hal yang menyangkut permasalahannya
dimasukan ke dalam kodifikasi atau buku kumpulan peraturan.Dulu kodifikasi
tertutup masih bisa dilaksanakan bahkan tentang bidang suatu hukum lengkap
dan perkasanya perubahan kehendak masyarakat mengenai suatu bidang hukum
agak lambat. Sekarang nyatanya kepeningan hukum mendesak agar dimana-
mana yang dilakukan adalah Kodifikasi Terbuka.

C. SEJARAH KODIFIKASI HUKUM PIDANA INDONESIA


Sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional,di Indonesia yang
berlaku adalah hukum adat. Menurut Van Vollenhoven, di Indonesia terdapat
19 macam masyarakat hukum adat atau rechtsgemeenschapen.
Tiap-tiap rechtsgemeenschapen memilIki hukum adatnya sendiri-sendiri
yang berbeda dengan hukum adat di rechtsgmeenschapen yang lain, sehingga
bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada kesatuan dan kepastian hukum.
Secara nasional tidak terdapat kesatuan hukum dan kepastian hukum
karena masing-masing daerah memakai hukumnya sendiri-sendiri yang
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Maka demi untuk adanya
kesatuan dan kepastian hukum Indonesia memerlukan hukum yang bersifat
nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga negara Republik Indonesia22
Sejarah kodifikasi hukum pidana di Indonesia dimulai padatahun 1866 saat
mulai dikenal adanya kodifikasi sebagai pembukuan dari semua peraturan
hukum pidana.
Dengan Koninklijk Besluit (KB)pada tanggal 10 Februari 1866
berlakulah: 1) Het Wetboek van Strafrecht voor de European (S. 1866:55)
yang mulai berlaku pada tanggal 1867 bagi golongan Eropa;
2) Het Wetboek Van Strafrecht voor Inlanders en daarmede Gelijkgestelden
tahun 1872 (S.1872:85) yang dengan Ordonantie tanggal 6 Mei 1872, mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1873 bagi golongan penduduk asli Bumiputera
dan bagi orang-orang yang dipersamakan;
3) Politie Strafreglement S. 110 dan Politie Strafreglement S. 111 yaitu
dengan ordonantie tanggal 15 Juni 1872, S. 110 Politie Strafreglement
berlaku bagi golongan Eropa, dan dengan Ordonantie tanggal 15 Juni 1872,
S. 111 Politie Strafreglement berlaku bagi golongan penduduk asli
Bumiputera.
Kodifikasi hukum pidana tersebut didahului dengan berlakunya hukum
pidana tertulis pertama kali pada zaman pemerintahan Belanda melalui
Bataviasche Statuten tahun 1642 dengan beberapa pembaruannya dan
Interimaire Strafbepalingen tahun 1848 yang kemudian menjadi hapus setelah
berlakunya kodifikasi hukum pidana.
4
Dengan melihat pembagian hukum pidana diatas, maka konsekuensi logis
dari pembagian tersebut adalah dilahirnya dualisme pemberlakuan hukum
pidana, yakni satu terhadap gologan eropa dan bagi golongan penduduk asli
Bumiputera untuk yang lainnya.Keadaan ini berlangsung hingga tahun1915.
Baru pada tanggal 15 Oktober 1915 ditetapkanlah berlakunya Wetboek
van Stracfrecht voor Nederlandsch Indie dan mulai diberlakukan pada tanggal
1 Januari 1918.
Wetboek van Stracfrecht voor Nederlandsch Indie ini memiliki isi yang
sama dengan Wetboek van Stracfrecht yang berlaku di Belanda sejak tahun
1886 yang menggantikan Code Penalsebagai akibat pendudukan Perancis di
Belanda pada waktu itu dan disusun sejak 1813 ketika berakhirnya Perancis
menduduki Belanda.
Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 dan untuk mencegah
terjadinya kekosongan hukum, dinyatakan Wetboek van Stracfrecht voor
Nederlandsch Indie masih berlaku terus dan 22Soeroso, Op.Cit. 12 dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 nama Wetboek van Stracfrecht voor
Nederlandsch Indie ini diganti menjadi Wetboek van Stracfrecht saja dan
disebut dengan nama Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).
Norma tersebut baru kemudian disempurnakan oleh UndangUndang
Nomor 73 Tahun 1958 yang dinyatakan berlaku bagi seluruh wilayah
Republik Indonesia hingga sekarang ini.

D. PERKEMBANGAN HUKUM KODIFIKASI


Sebelum adanya undang-undang Nasional tersebut di Perancis tidak ada
kesatuan hukum dan kepastian hukum karena diperancis dipergunakan hukum
kebiasaan adat. setiap daerah mempunyai hukum adat yang berbeda-beda
sehingga penyelesaian suatu perkara akan berlainan pula.

Pada waktu sebelum refolusi Perancis, raja sangat berkuasa hak-hak


warga tidak dihormati dan hak asasi warga ditekan. Hal-hal lain yang
menyebabkan tidak adanya kepastian hukum. kesatuan hukum yang dimaksud
adalah pendapat para ahli ilmu hukum yang berbeda-beda

Pada waktu napolen berkuasa sebagai kaisar, ia memerintahkan Kepada


portalis agar disusun Undang-Undang nasional yang berlaku untuk seluruh
negara Perancis, portalis menyusun rencana Undang-Undang dengan
mengambil hukum kebiasaan yang berlaku di Perancis dan sebagian hukum
diambil dari Jerman dan Romawi.
Setelah disetujui rancangan Undang-Undang tersebut yang terdiri dari
2000 pasal disahkan dan diundangkan sebagai Undang-Undang nasional
Perancis dan diseluruh negara Perancis. Hasil Code Civil dari Portalis tersebut
dianggap sebagai karya besar yang bersifat nasional.
Undang-undang Napoleon (bahasa Perancis: Code civil des Français)
adalah undang-undang sipil Perancis yang disusun pada masa
kekuasaan Napoleon Bonaparte. Disusun secara cepat oleh komisi yang terdiri
dari empat orang ahli hukum terkenal Perancis dan mulai diberlakukan pada
tanggal 21 Maret 1804.
Meskipun undang-undang Napoleon ini bukanlah undang-undang sipil
resmi pertama yang disusun di negara Eropa - didahului oleh Codex
Maximilianeus bavaricus civilis (Bavaria, 1756), Allgemeines
Landrecht (Prussia, 1792) dan West Galician Code, (Galicia, Austria, 1797) -
tetapi dianggap sebagai undang-undang sipil pertama yang berhasil dan sangat
memengaruhi perundang-undangan di banyak negara.
Keadaan hukum di Indonesia sebelum adanya kondifikasi yang berlaku
adalah hukum adat. Menurut V.Vollenhoven di Indonesia terdapat 19 macam
masyarakat hukum adat atau rechtsgemeenschappen. Tiap-tiap
rechtgemeenschap memiliki hukum adatnya sendiri yang berbeda dengan
hukum adat di rechtgemeenschap yang lain,sehingga bagi keseluruhan wilayah
Indonesia tidak ada kesatuan dan kepastian hukum. Untuk ini dapat
dibandingkan sebagai contoh masyarakat hukum adat tapanuli. Di sana
menganut hukum adat garis kebapakan atau patriarchaat; keturunan laki-laki
yang pegang peran, warisanpun jatuh pada anak laki-laki sehingga anak
perempuan tidak dapat apa-apa.
Menurut paham mereka hal tersebut dibenarkan karena apabila seorang
anak permpuan kawin ia masuk marga calon suaminya. Sebaliknya adat di
Sumatera barat yang memegang garis keturunan ibu, ibulah yang pegang
peranan. Anak laki-laki bila kawin masuk kelarga istrinya, sehingga dapat
dibenarkan apabila anak laki-laki diwajibkan untuk mengurus anak dan harta
kekayaan yang jatuh pada anak perempuan keponakannya.
Adat di Jawa merupakan jalan tengah antara adat Tapanuli dan adat
Sumatera yakni; di Jawa dianut garis bapak dan garis ibu (parental) kedua-
duanya memiliki tanggung jawab untuk keluarganya, pihak bapak
mencari nafkah sedangkan pihak ibu mengurus rumah tangga dan anak-anaknya.
Mengenai warisanpun diberikan kepada anak laki-laki dan anak
perempun, meskipun pembagianya sepikul segendongan artinya; anak laki-laki
dapat dua bagian, sedangkan anak perempuan mendapat satu bagian.
E. MACAM-MACAM BENTUK HUKUM KODIFIKASI
Terdapat dua bentuk hukum yaitu,
1. Hukum Tertulis
hukum yang dicantumkan dalam berbagai peraturan perundang-
undangan.
Adapun tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis adalah untuk
memperoleh :
1. Kepastian hukum
 Yang Bersifat mengikat dan berlaku bagi setiap individu
2. Penyerdehanaan hukum
 Simple dan sederhana, tidak bersifat ambigu, mudah
dipahami, pasal tidak terlalu banyak, sehingga tidak
menimbulkan persepsi yang beragam pula
 Cara penyederhanaan hukum adalah dengan cara mengikuti
aturan teknis dalam UU yang bersangkutan, yakni UU no 12
tahun 2011
3. Kesatuan hukum
 Jika suatu hukum membahas tentang suatu perkara, maka
perkara itu saja yang dibahas, tidak melebar ke perkara yang
lainnya

2. Hukum Tidak Tertulis


hukum yang masih hidup dalam keyakinan masyarakat, tetapi tidak
tertulis namun berlakunya ditaati seperti suatu perundang-undangan
(disebut juga hukum kebiasaan).
unsur-unsur kodifikasi ialah
I. Jenis-jenis hukum tertentu (misalnya hukum perdata)
II. Sistematis
III. Lengkap
Berikut beberapa Contoh kodifikasi Hukum Di berbagai negara yaitu,
1. Eropa
B. Corpus Iuris Civilis (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh
kaisar Justianus dari kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527 – 565.
C. Code Civil (mengenai Hukum Perdata) yang diusahakan oleh Kaisar
Napoleon di Perancis dalam tahun 1604.
2. Indonesia
A. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (01 Mei 1848)
B. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (01 Mei 1848)
C. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (01 Januari 1918)
D. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHP), 31 Desember
1981.
Lalu muncul berbagai aliran aliran setelah kodifikasi hukum seperti.
1. Legisme
- Hukum adalah undang-undang
- Di luar undang-undang tidak ada hukum
2. Freie Rechslehre
- Hukum ada di dalam masyarakat
3. Rechsvinding
- Gabungan 2 aliran (legisme dan freie)
- Hukum diselaraskan dengan keadaan hukum di masyarakat

F. Macam-macampemagian hukum
Ada beberapa pembagin hukum di indonesia seperti.
a. Pembagian Hukum Menurut Asas Pembagiannya
Walaupun hukum itu terlalu luas sekali sehingga orang tak dapat
membuat definisi singkat yang meliputi segala-galanya, namun dapat juga
hukum itu dibagi dalam beberapa golongan hukum menurut beberapa
asas pembagian sebagai berikut :

 Pembagian hukum Menurut Sumbernya, hukum dapat dibagi dalam :


a. Hukum Undang-Undang yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan
perundangan.
b. Hukum Kebiasaan (adat) yaitu hukum yang terletak di dalam
peraturan-peraturan kebiasaan (adat)
c. Hukum Traktat yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di
dalam suatu perjanjian antara neagara (traktat).
d. Hukum Yurisprudensi yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan
hakim.
e. Hukum doktrin yaitu hukum yang berasal dari pendapat para ahli
hukum.
 Pembagian hukum Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam :
 Hukum Tertulis. Hukum ini dapat pula merupakan ;
1. Hukum Tertulis yang dikodifiksikan
2. Hukum Tertulis tidak dikodifikasikan
 Hukum Tidak Tertulis (Hukum Kebiasaan)
(keterangan mengenai kedua macam hukum ini telah diberikan dalam
penjelasan tentnag kodifikasi)
 Pembagian hukum Menurut Tempat berlakunya, hukum dapat dibagi
dalam :
a. Hukum Nasional yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.
b. Hukum Internasional yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum
dalam dunia internasional.
c. Hukum Asing yaitu hukum yang berlaku dalam negara lain.
d. Hukum Gereja yaitu kumpulan norma-norma yang ditetapkan oleh
gereja untuk para anggotanya.
 Pembagian hukum Menurut waktu berlakunya, hukum dapat dibagi
dalam:
a. Ius Constitutum (Hukum Positif yaitu hukum yang berlaku sekarang
bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu)
Singkatnya : hukum yang berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu
waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada sarjana yang menamakan
hukum positif itu ” Tata Hukum ”.
b. Ius Constituendum yaitu hukum yang belum ada, atau hukum yang
diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang dengan adanya
penemuan hukum dan juga prolegnas.
c. Hukum Asasi yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas
waktu melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap
siapapun juga diseluruh tempat.
 Pembagian hukum Menurut fungsinya/cara mempertahankannya, hukum
dapat dibagi dalam
a. Hukum material (hukum substantif) yaitu hukum yang memuat
peraturan-peraturan yang mengatur kepentingan-kpentingan dan
hubungan-hubungan berwujud perintah-perintah dan larangan-
laranagn.
- Contoh Hukum Material : Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum
Dagang, dan lain-lain.
- Jika orang berbicara tentang Hukum Pidana, Hukum Perdata, maka
yang dimaksudkan adalah Hukum Pidana Material dan Hukum
Perdata Material.
b. Hukum Formal (Hukum Proses, Hukum Acara, atau Hukum Objektif )
yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang mengatur
bagaimana cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material
atau peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara-caranya
mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana cara-
cara Hakim memberi putusan.
 Pembagian hukum Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan
bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaaan bersifat mutlak.
b. Hukum yang mengatur (Hukum Pelengkap) yaitu hukum yang dapat
dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri dalam satu perjanjian.
 Pembagian hukum Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum Objektif yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum
dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu. Hukum ini hanya
menyebut peraturan hukum saja yang mengatur hubungan hukum
antara dua orang atau lebih.
b. Hukum Subjektif yaitu hukum yang timbul dari Hukum Objektifdan
berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih.
- Hukum subjektif disebut juga HAK.
- Pembagian hukum jenis ini kini jarang digunakan orang.
 Pembagian hukum Menurut Isinya, hukum dapat dibagi dalam :
a. Hukum Privat (Hukum Sipil) yaitu hukum yang mengatur hubungan-
hubungan natar orang yang satu dengan orang yang lain, dengan
menitik beratkan kepada kepentingan perseorangan.
- Contoh Hukum Sipil dalam arti luas, yang meliputi: Hukum Perdata,
dan Hukum Dagang
- Contoh Hukum Sipil dalam arti sempit, yang meliputi: Hukum
Perdata saja.
b. Hukum Publik (Hukum Negara) yaitu hukum yang mengatur hubungan
antara Negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara
Negara dengan perseorangan (warganegara).

Berikut terdirinya Hukum Publik :


1) Hukum Tata Negara yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan
pemerintah suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat-alat
perlengkapan satu sama lain, dan hubungan antar Negara (pemerintah
Pusat) dengan bagian-bagian negara (daerah-daerah swastantra).
2) Hukum Administrasi Negara (Hukum Tatausaha Negara atau Hukum
Tata Pemerintahan) yaitu hukum yang mengatur cara-cara menjalankan
tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat-alat perlengkpan negara.
3) Hukum Pidana (pidana=hukuman) yaitu hukum yang mengatur
perbuatan-perbuatan apa yang dilarang dan memberikan pidana kepada
siapa yang melanggarnya serta mengatur bagaimana cara-cara
mengajukan perkara-perkara ke muka pengadilan. Paul Scholten dan
Logemann menganggap Hukum Pidana tidak termasuk Hukum Publik.
4) Hukum Internsional,
yang terdiri dari:
 Hukum Perdata Internasional yaitu hukum yang mengatur
hubungan hukum antar warganegara-warganegara sesuatu
negara dengan warganegara-warganegara dari negara lain dalam
hubungan internasional.
 Hukum Publik Internasional (Hukum Antar Negara) yaitu
hukum yang mengatur hubungan antar negara yang satu dengan
negara-negara yang lain dalam hubungan internasional.

G. SISTEMATIKA HUKUM KODIFIKASI

Sistematika artinya susunan yang teratur secara sistematis dan Sistematika


dan kodifikasi artinya susunan yang diatur dari suatu kodifikasi.
Sistematika meliputi beberapa bentuk dan isi kodifikasi. Sistematika bentuk
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata meliputi urutan bentuk bagian terbesar
sampai pada bentuk bagian terkecil yaitu :

1) Kitab undang – undang tersusun atas buku – buku


2) Tiap buku tersusun atas bab – bab
3) Tiap bab tersusun atas bagian – bagian
4) Tiap bagian tersusun atas pasal – pasal
5) Tiap pasal tersusun atas ayat – ayat

Sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata meliputi kelompok


materi berdasarkan sitematika fungsi.
Sistematika fungsional ada 2 macam yaitu menurut pembentuk Undang-Undang
& menurut ilmu pengetahuan hukum.
A. Sistematika isi menurut pembentukan B.W miliputi sebagai berikut:
i. Kelompok materi mengenai orang
ii. Kelompok materi mengenai benda
iii. Kelompok nateri mengenai perikatan
iv. Kelompok materi mengenai pembuktian

B. sistematika menurut ilmu pengetahuan hukum yaitu :


i. Kelompok materi mengenai orang
ii. Kelompok materi mengenai keluarga
iii. Kelompok materi mengenai harta kekayaan
iv. Kelompok materi mengenai pewarisan

C. Apabila sistematika bentuk dan isi digabung maka ditemukan bahwa


KUHPdt. Yang Terdiri dari :

i. Buku I mengenai Orang


ii. Buku II mengenai Benda
iii. Buku II mengenai Perikatan
iv. Buku IV mengenai Pembuktian

H. Tujuan Kodifikasi Hukum

secara umum tujuan dari adanya kodifikasi pada era modern ialah ,
1) Untuk mendesain dan menyimplifikasi perbedaan peraturan perundangan
menjadi satu kumpulan dengan maksud memudahkan para praktisi
hukum;
2) membuat sistematisasi hukum materil serta unifikasi hukum, sehingga
antar pengaturan saling berhubungan;
3) membentuk suatu sistem hukum yang baru berdasarkan fundamental
politik hukum, sehingga masing-masing lembaga hukum saling
mendukung untuk tercapainya kesatuan sistem.
Adapun tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis adalah untuk
memperoleh :
1. Kepastian hukum
Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara
normatif, bukan sosiologis. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika
suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara
jelas dan logis.
Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan
logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga
tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma.
Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat
berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.
Pemikiran mainstream beranggapan bahwa kepastian hukum merupakan
keadaan dimana perilaku manusia, baik individu, kelompok, maupun organisasi,
terikat dan berada dalam koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum.
Secara etis, padangan seperti ini lahir dari kekhawatiran yang dahulu kala
pernah dilontarkan oleh Thomas Hobbes bahwa manusia adalah serigala bagi
manusia lainnya (homo hominilupus).
Manusia adalah makhluk yang beringas yang merupakan suatu ancaman.
Untuk itu, hukum lahir sebagai suatu pedoman untuk menghindari jatuhnya
korban. Konsekuensi dari pandangan ini adalah bahwa perilaku manusia secara
sosiologis merupakan refleksi dari perilaku yang dibayangkan dalam pikiran
pembuat aturan. Barangkali juga pernah dilakukan untuk mengelola
keberingasan para koboy Amerika ratusan tahun lalu.
Perkembangan pemikiran manusia modern yang disangga oleh
rasionalisme yang dikumandangkan Rene Descarte (cogito ergo sum),
fundamentalisme mekanika yang dikabarkan oleh Isaac Newton serta empirisme
kuantitatif yang digemakan oleh Francis Bacon menjadikan sekomponen
manusia di Eropa menjadi orbit dari peradaban baru.
Pengaruh pemikiran mereka terhadap hukum pada abad XIX nampak
dalam pendekatan law and order (hukum dan ketertiban). Salah satu pandangan
dalam hukum ini mengibaratkan bahwa antara hukum yang normatif (peraturan)
dapat dimauti ketertiban yang bermakna sosiologis. Sejak saat itu, manusia
menjadi komponen dari hukum berbentuk mesin yang rasional dan terukur
secara kuantitatif dari hukuman-hukum yang terjadi karena pelanggarannya.
Pandangan mekanika dalam hukum tidak hanya menghilangkan
kemanusiaan dihadapan hukum dengan menggantikan manusia sebagai sekrup,
mor atau gerigi, tetapi juga menjauhkan antara apa yang ada dalam idealitas
aturan hukum dengan realitas yang ada dalam masyarakat. Idealitas aturan
hukum tidak selalu menjadi fiksi yang berguna dan benar, demikian pula dengan
realitas perilaku sosial masyarakat tidak selalu mengganggu tanpa ada aturan
hukum sebelumnya.
Ternyata law and order menyisakan kesenjangan antara tertib hukum
dengan ketertiban sosial. Law and order kemudian hanya cukup untukthe order
of law, bukan the order by the law.
*(law dalam pengertian peraturan/legal).
Jadi kepastian hukum adalah kepastian aturan hukum, bukan kepastian
tindakan terhadap atau tindakan yang sesuai dengan aturan hukum. Karena frasa
kepastian hukum tidak mampu menggambarkan kepastian perilaku terhadap
hukum secara benar-benar.
2. Penyederhanaan hukum
Simple dan sederhana, tidak bersifat ambigu, mudah dipahami, pasal tidak
terlalu banyak, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang beragam pula
Cara penyederhanaan hukum adalah dengan cara mengikuti aturan teknis dalam
UU yang bersangkutan, yakni UU no 12 tahun 2011
3. Kesatuan hukum
Jika suatu hukum membahas tentang suau perkara, maka perkara itu saja yang
dibahas, tidak melebar ke perkara yang lainnya

K. PENUTUP
a. Rangkuman

1. Kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu


himpunan Undang-undang dalam materi yang sama. Ditinjau dari
segi bentuknya, kodifikasi hukum dapat dibedakan atas :
2. Hukum tertulis adalah hukum yang telah ditulis dan di cantumkan
dalam peraturan perundang-undangan Negara baik yang
dikodifikasi ataupun yang tidak dikodifikasi.
3. Hukum tak tertulis merupakan hukum yang masih hidup dalam
keyakinan masyarakat, tetapi tidak tertulis namun berlakunya
ditaati seperti perundang-undangan.
4. Sistematika artinya susunan yang teratur secara sistematis.
Sistematika kodifikasi artinya susunan yang diatur dari suatu
kodifikasi. Sistematika meliputi bentuk dan isi kodifikasi.
Sistematika kodifikasi hukum perdata meliputi bentuk dan isi.
5. tujuan kodifikasi daripada hukum tertulis adalah untuk
memperoleh:
o Kepastian hukum
o Penyerdehanaan hukum
o Kesatuan hokum
6. Contoh-contoh kodifikasi hukum:
 Di Eropa :
o Corpus Iuris Civilis, yang diusahakan oleh Kaisar Justinianus dari
kerajaan Romawi Timur dalam tahun 527-565.
o Code Civil, yang diusahakan oleh Kaisar Napoleon di PrancisÂ
dalam tahun 1604.
 Di Indonesia :
o Kitab Undang-undang Hukum Sipil (1 Mei 1848)
o Kitab Undang-undang Hukum Dagang (1 Mei 1848)
o Kitab Undang-undang Hukum Pidana (1 Jan 1918)
o Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (31 Des 1981)

7. Aliran-aliran (praktek) hukum setelah adanya kodifikasi hukum


o Aliran legisme
Aliran Legisme, yang berpendapat bahwa hukum adalah undang-
undang dan diluar undang-undang tidak ada hukum.
o Aliran freie rechslehre

Aliran Freie Rechslehre, yang berpenapat bahwa hukum terdapat di


dalam masyarakat.
o Aliran Rechsvinding
Aliran Rechsvinding adalah aliran diantara aliran Legisme dan
aliran Freie Rechtslehre. Aliran Rechtsvinding berpendapat bahwa
hukum terdapat dalam undang-undang yang diselaraskan dengan hukum
yang ada di dalam masyarakat.

8. Unsur-unsur kodifikasi:
o Jenis hukum tertentu
o Sistematis
o Lengkap
9. Berikut Macam – Macam Pembagian Hukum
Pembagian Hukum Menurut Asas Pembagiannya
o Pembagian hukum Menurut Sumbernya
o Pembagian hukum Menurut bentuknya
o Pembagian hukum Menurut Tempat berlakunya
o Pembagian hukum Menurut waktu berlakunya,
o Pembagian hukum Menurut fungsinya/cara mempertahankannya
o Hukum Formal (Hukum Proses, Hukum Acara, atau Hukum Objektif )
o Pembagian hukum Menurut wujudnya
o Pembagian hukum Menurut Isinya
o Hukum Publik (Hukum Negara)

10. Sistematika bentuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata meliputi


urutan bentuk bagian terbesar sampai pada bentuk bagian terkecil
yaitu :
o Kitab undang – undang tersusun atas buku – buku
o Tiap buku tersusun atas bab – bab
o Tiap bab tersusun atas bagian – bagian
o Tiap bagian tersusun atas pasal – pasal
o Tiap pasal tersusun atas ayat – ayat

b. Kesimpulan

I. Sebagai seorang manusia berpendidikan yang mengerti dan sadar akan


hukum, sudah mengerti dasar-dasar hukum seharusnyalah kita bisa
menjadi contoh yang baik bagi masyarakat luas (Agen Of Change) dalam
menjalankan dan melaksanakan sarta menaati hukum sesuai dengan
kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang ada sehingga masyarakat luas akan
sadar dan menjalankan hukum itu sendiri. Bukan semakin menjadi yang
pertama dalam melanggar hukum karena kita paham dan mengerti hukum
tapi tidak berinisiatif untuk memperbaiki dan menaati tata hukum.
II. Hukum bisa dibagi bermacam-macam berdasarkan sumbernya,
bentuknya, tempat berlakunya, waktu berlakunya, cara
mempertahankannya, sifatnya, wujudnya, dan isinya.
III. Dalam menjalankan aktivitas kehidupan kita sehari-hari, sebagai seorang
warganegara yang baik hendaklah kita mematuhi dan mentaati hukum
yang berlaku baik itu hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis di
dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai