MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah II
Diploma III Keperawatan
Adinda Saraswati
Annyndhyta
Choirunisa Suci Rumandani
Deysa Meidiana Indah
Dwi Meiyanti
Fira Mawaddah
Ridha Denissa Ichtiarty
Vicky Aryu Hanggara
Assalamualaikum, wr.wb.
Segala puji dan rasa syukur tak lupa kami panjatkan kepada Allah swt. Karena nikmat
yang diberikan, terutama nikmat sehat jasmani dan rohani serta nikmat iman dan islam. Karena
nikmat-Nya itulah kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Hernia Nukleus Pulposus”
tepat pada waktunya dengan baik dan benar serta sesuai prosedur. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas kelompok yang di berikan beliau kepada kami sebagai materi kuliah
Keperawatan Medikal Bedah II yang harus di pahami dan di mengerti maksudnya.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan kata bahasanya. Oleh sebab itu demi kesempurnaan dan perbaikan
dalam penyusunan makalah ini, kami menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini bermanfaat dalam proses belajar dan mengajar
Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
1.3. Tujuan................................................................................................................................... 4
ii
2.8. Pengkajian Keperawatan HNP ........................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal
b. Untuk mengetahui pengertian Herniasi Nukleus Pulposus
4
c. Untuk mengetahui etiologi Herniasi Nukleus Pulposus
d. Untuk mengetahui patofisiologi Herniasi Nukleus Pulposus
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis Herniasi Nukleus Pulposus
f. Untuk mengetahui komplikasi pada HNP
g. Untuk mengetahui penatalaksaan medis pada Herniasi Nukleus Pulposus
h. Untuk mengetahui pengkajian pada Herniasi Nukleus Pulposus
i. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada Herniasi Nukleus Pulposus
j. Untuk mengetahui diagnose keperawatan untuk Herniasi Nukleus Pulposus
k. Untuk mengetahui rencana tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
l. Untuk mengetahui pelaksanaan tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
m. Untuk mengetahui evaluasi tindakan keperawatan pada Herniasi Nukleus Pulposus
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matrik
tulang. Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam mineral ditimbun
terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak pada osteon (unit matrik tulang).
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak memungkinkan mineral dan matriks
tulang dapat diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblas
dan osteosit, osteoklas mengikis tulang.
Secara Mikroskopis tulang terdiri dari :
1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan–lempengan yang
mengandung sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).
Pembagian Tulang
Tulang mempunyai dua besar:
a. Tulang axial (tulang pada kepala dan badan)
Seperti: tulang kepala (tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan
sternum.
b. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki)
Seperti: extremitas alas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tbia, fibula, telapak kaki).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya:
1. Ossa Longa (Tulang panjang) : Tulang yang ukuran panjangnya terbesar, contohnya
os humerus dan os femur.
2. Ossa Brevia (Tulang pendek) : tulang yang ukurannya pendek, contohnya ossa
carpi.
3. Ossa Plana (tulang gepeng/pipih) : tulang yg ukurannya lebar, contohnya os scapula.
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan): Tulang yang tidak beraturan sama seperti
dengan tulang pendek. Contoh tulang yang tidak beraturan yaitu os vertebrae
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), contoh: os maxilla.
7
2.1.2. Sistem Muskuler (Otot)
Otot rnerupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara
kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Otot merupakan alat
gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah mendapat
rangsangan.
a. Kemampuan Otot: Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu
1. Kontraktbilitas: kemampuan untuk berkontraksi / memendek
2. Ekstensibilitas: kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan dari gerakan
yang ditimbulkan saat kontraksi
3. Elastisitas: kernampuan otot untuk kembali pada ukuran semula setelah
berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula Otot disebut dalam keadaan
relaksasi
b. Jenis Otot
1. Otot Lurik
Yang termasuk otot lurik adalah otot rangka/otot serat lintang/musculus striated,
otot volunteer.
Struktur: serabut panjang, berwarna/lurik dengan garis terang dan gelap, memiliki
inti dalam jumlah banyak dan terietak dipinggir
Kontraksi: menurut kehendak (dibawah kendali sistem syaraf pusat), gerakan
cepat, kuat, mudah lelah dan tidak beraturan;
Ciri-ciri otot lurik : Silindris, lurik/garis melintang, banyak memiliki intisel,
melekat pada rangka, pengendalian secara sadar.
2. Otot Polos
Yang termasuk otot polos adalah otot alat-alat dalam/visceral/musculus
nonstriated, otot involunter.
Struktur: bentuk serabut panjang seperti kumparan, dengan ujung runcing, dengan
inti berjumlah satu terletak dibagian tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak atau diluar kendali sistem saraf pusat, gerakan
lambat, ritmis dan tidak mudah lelah;
Ciri-cirir otot polos: gelondong, tiap 1 sel memiliki 1 inti sel, polos, pengendalian
diluar kesadaran.
Ditemukan pada dinding viscera dan pembuluh darah, dikendalikan melalui
sistem syaraf otonom, terdapat pada saluran pencernaan, perkemihan, pernbuluh
darah, dan lain-lain
8
3. Otot Jantung
Yang termasuk otot jantung adalah otot myocardium / musculus cardiac, jenis
Otot involunter;
Struktur: bentuk serabutnya memaniang, silindris, bercabang. Tampak adanya
garis terang dan gelap. memiliki satu inti yang terletak di tengah;
Kontraksi: tidak menurut kehendak, gerakan lambat, ritmis dan tidak mudah lelah
2.1.5. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel, yang terbuat
dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan tulanq dengan otot atau otot
dengan otot. Tendon merupakan ikatan jaringan fbrous yang membentuk akhir dari suatu
otot dan tulang.
2.1.6. Fascia
Fascia merupakan pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang
membungkus otot saraf, dan pembuluh darah. Beberapa Otot bergabung membentuk
berkas otot yang dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium. Beberapa
9
endomycium disatukan jaringan ikat disebut perimycium. Beberapa perimycium
dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut epimycium (fascia)
2.1.7. Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringan ikat di suatu tempat dimana digunakan di
atas bagian yang bergerak. Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-otot.
Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung cairan sinovial.
Bursae merupakan bantalan diantara bagian-bagian yang bergerak seperti olekranon
bursae terletak antara prosesus olekranon dan kulit.
10
Hernia nukleus pulposus (HNP), yang juga disebut ruptura diskus intervertebralis
(ruptured disc, slipped disc), terjadi ketika seluruh tubuh atau sebagian nukleus pulposus
(bagian tengah diskus intervertebralis yang lunak dan mirip gelatin) terdorong melalui cincin
luar (anulus fibrosus) yang melemah atau robek sehingga disus menjadi disfungsional dan
menciptakan tekanan pada satu sara spinal atau lebih.
11
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalis
posterior
Nukleus pulposus yang mengalami herniasi ini dapat menekan nervus di dalam medulla
spinalis jika menembus dinding diskus (annulus fibrosus); hal ini dapat menyebabkan nyeri,
rasa tebal, rasa keram, atau kelemahan. Rasa nyeri dari herniasi ini dapat berupa nyeri
mekanik, yang berasal dari diskus dan ligamen; inflamasi, nyeri yang berasal dari nucleus
pulposus yang ekstrusi menembus annulus dan kontak dengan suplai darah; dan nyeri
neurogenik, yang berasal dari penekanan pada nervus.
13
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan
dura. Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena
jika tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat
medula spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskus intervertebralis mengalami
lisis, sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan. (Arif Muttaqin, 2008,
350)
14
2.5. Manifestasi Klinis HNP
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP
sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine. Sedangkan HNP
lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, di
tengah-tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari
kelima kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral 𝐿4 − 𝐿5 rasa nyeri dan
nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian
15
lateral, dan didorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patella
negatif. Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Nyeri pinggang bawah (lumbal atau servikal) yang intermiten (dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf skiatik
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantat dan terus
menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai bawah
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan gerakan pinggang saat batuk
atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang
klien beristirahat berbaring
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal, kebas, atau sensasi
terbakar pada lengan dan tangan. Bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan
distribusi persarafan yang terlibat
5. Nyeri bertambah bila daerah 𝐿5 − 𝑆1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. (Arif
Muttaqin, 2008, 351)
B. Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk
mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada
pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
C. Medikamentosa
1. Simptomatik
- Analgesik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug)
Obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin
Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib.
- Obat pelemas otot (muscle relaxant)
bermanfaat bila penyebab HNP adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat
NSAID, seringkali di kombinasi dengan NSAID. Sekitar 30% memberikan efek
samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol.
- Opioid
Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih
aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan
ketergantungan obat.
- Kortikosteroid oral
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang
berat dan mengurangi inflamasi jaringan.
- Anelgetik ajuvan
17
Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada
HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin,
Gabapentin.
- Suntikan pada titik picu
Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan
kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang
punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain,
lignokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon.
- Kortikosteroid (prednison, prednisolon)
- Anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan
- Antidepresan trisiklik (amitriptilin)
- Obat penenang minor (diazepam, klordiasepoksid)
2. Kausal, kolagenese
D. Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih
dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis
2.6.3. Rehabilitasi
- Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
- Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-
hari (the activity of daily living)
- Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kemih, dan
sebagainya. (Arif Muttaqin, 2008, 359)
19
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri pada punggung bawah
P : adanya riwayat trauma (mengangkat atau mendorong benda berat)
Q : sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api,
nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred pain). Nyeri bersifat menetap, atau hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah hebat karena adanya faktor
pencetus seperti gerakan gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau
duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat istirahat
berbaring. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring keduduk, nyeri mulai dari pantat
dan terus menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ke tungkai bawah. Nyeri
bertambah bila ditekan daerah L5 − S1 (garis antara dua Kkrista iliaka)
R : letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyari dengan setepat-tepatnya
sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh,
posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri.
Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, menuruni tangga,
menyapu, dan gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti
analgesik, berapa lama klien menggunakan obat tersebut
T : sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang
timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang intermiten
(dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun)
20
Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi apakah klien pernah menderita tuberkulosis
tulang, osteomielitis, keganasan (mieloma multipleks) dan metabolik (osteoporosis) yang
semua penyakit ini sering berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan risiko terjadinya
herniasi nukleus pulposus (HNP).
Pengkajian lainnya adalah menanyakan adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera
tulang belakang, diabetes melitus, dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagai data
untuk melakukan tindakan lainnya dan menghindari komplikasi
21
pengkajian terhadap fungsi neurologis dan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi
pada gaya hidup individu. Perspektif Keperawatan dalam mengkaji terdiri atas dua masalah
yaitu keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam hubungannya dengan peran
sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung adaptasi klien dengan gangguan
neurologis di dalam sistem dukungan individu
Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan pada sistem dan terarah (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 (Brain) dan B6 (Bone) dan dihubungkan dengan keluhan klien
Keadaan umum
Pada HNP keadaan umum biasanya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada tanda vital meliputi bradikardi, hipotensi yang berhubungan dengan
penurunan aktivitas karena adanya paraparese.
- B1 (Breathing)
Jika tidak mengganggu sistem pernafasan biasanya pada pemeriksaan :
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak nafas, dan frekuensi
pernafasan normal
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar bunyi nafas tambahan
- B2 (Blood)
Bila tidak ada gangguan pada sistem kardiovaskuler, biasanya kualitas dan frekuensi nadi
normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak ditemukan bunyi jantung tambahan
- B3 (Brain)
Pengkajian B3 brain merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum. Kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus,
pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur
tungkai yang abnormal. Hambatan pada pergerakan punggung, pelvis, dan tungkai
selama bergerak.
22
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis
Sistem motoric
- Kaji kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari, dan jari
lainnya dengan meminta klien melakukan gerak fleksi dan ekstensi lalu menahan gerakan
tersebut
- Ditemukan atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan
dan kiri
- Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu
Pemeriksaan reflex
- Refleks achilles pada HNP L4 − L5 negatif
- Refleks lutut/patella pana HNP L4 − L5 negatif
23
Sistem sensorik
Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam, dan rasa getar
(vibrasi) untuk menentukan dermatom yang terganggu sehingga dapat ditentukan pula radiks
yang terganggu. Palpasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga
tidak membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah
yang paling terasa nyeri
- B4 (Bladder)
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah, dan karakteristik, termasuk berat jenis urine.
Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya
perfusi pada ginjal
- B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.
Lakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melakukan penilaian ada tidaknya lesi pada
mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat menunjukkan adanya dehidrasi
- B6 (Bone)
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan badan karena adanya nyeri,
kelemahan, kehilangan sensorik, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan istirahat.
Inspeksi kurvatura yang berlebihan, pendaftaran arkus lumbal, adanya angulus, pelvis
yang miring/asimetris muskulatur paravertebral atau bokong yang asimetris, postur tubuh
yang abnormal. Adanya kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan punggung,
pelvis, dan tungkai selama bergerak.
Palpasi ketika meraba kolumna vertebralis cari kemungkinan adanya deviasi ke lateral
atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling
terasa nyeri. (Arif Muttaqin, 2008, 352)
24
2. Cairan serebrospinal
Biasanya normal
Jika didapatkan blok akan terjadi prot, indikasi operasi
3. EMG
Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu
Kecepatan konduksi menurun
4. Iskografi
Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk melihat seberapa besar
daerah diskus yang keluar pada kanalis vertebralis
5. Elektroneuromiografi (ENMG)
Untuk mengetahui radiks yang terkena atau melihat adanya polineuropati
6. Temografi scan
Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis.
7. MRI
Pemeriksaan MRI dapat melokalisasi protrusi diskus kecil. Apabila secara klinis tidak
didapatkan pada MRI maka pemeriksaan CT Scan dan mielogram dengan kontras dapat
dilakukan untuk melihat derajat gangguan pada diskus vertebralis
8. Mielografi
Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui tindakan lumbal pungsi
dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan apabila diketahui adanya penyumbatan
hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP
9. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan rutin dilakukan dengan laboratorium klinik untuk menilai komplikasi
cedera tulang belakang terhadap orang lain. (Arif Muttaqin, 2008, 358)
25
4. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer, tirah
baring lama
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
6. Cemas b.d ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan
26
Berapa lama nyeri akan berlangsung mengembangkan kepatuhan klien terhadap
rencana terapeutik
Observasi tingkat nyeri dan respon
motorik klien 30 menit setelah Pengkajian yang optimal akan memberikan
pemberian obat analgesik untuk perawat data yang objektif untuk mencegah
8
mengkaji efektivitasnya. Setiap 1-2 kemungkinan komplikasi dan melakukan
jam setelah tindakan perawatan intervensi yang tepat
selama 1-2 hari
Kolaborasi dengan dokter, Analgesik menblok lintasan nyeri sehingga nyeri
9
pemberian analgesic akan berkurang
2. Resiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau hambatan dalam
melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktivitas fisik
TUJUAN
sesuai dengan kemampuannya
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
KRITERIA HASIL sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk
Meningkatkan mobilitas
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji mobilitas yang ada dan
Mengetahui Tingkat kemampuan klien dalam
1 observasi peningkatan kerusakan.
melakukan aktivitas
Kaji secara teratur fungsi motorik
Menurunkan risiko terjadinya iskemia jaringan
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah
yang tertekan
Ajarkan klien untuk melakukan Gerakan aktif memberikan massa, tonus, dan
3 latihan gerakan aktif pada kekuatan otot, serta memperbaiki fungsi jantung
ekstremitas yang tidak sakit dan pernafasan
Melakukan gerakan pasif pada Otot volunter akan kehilangan tonus dan
4
ekstremitas yang sakit kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
Inspeksi kulit bagian distal setiap Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan
hari. Pantau adanya iritasi, hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
5
kemerahan, atau luka pada kulit dan integritas kulit kemungkinan komplikasi
membran mukosa imobilisasi
Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
6
perawatan diri sesuai toleransi kemampuan
Meningkatan kemampuan dalam mobilisasi
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
7 ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan
untuk latihan fisik klien
fisik dari tim fisioterapis
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer,
tirah baring lama
TUJUAN Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
27
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka, mengetahui
KRITERIA HASIL penyebab dan cara pencegahan luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan
atau luka, kulit kering
NO INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan untuk melakukan latihan
1 Meningkatkan aliran darah ke semua daerah
ROM dan mobilisasi jika mungkin
Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran
2 Ubah posisi klien tiap 2 jam
darah
Gunakan bantal air atau pengganjal
Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah
3 yang lunak di bawah daerah-daerah
yang menonjol
yang menonjol
Lakukan masase pada daerah yang
Menghindari kerusakan kerusakan kapiler-
4 menonjol yang baru mengalami
kapiler
tekanan pada waktu berubah posisi
Bersihkan dan keringkan kulit. Meningkatkan integritas kulit dan mengurangi
5
Jagalah linen tetap kering risiko kelembaban kulit
Observasi adanya eritema dan
kepucatan dan palpasi adanya Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan
6
kehangatan dan pelunakan jaringan jaringan
tiap mengubah posisi
Jaga kebersihan kulit dan hindari
7 Mempertahankan keutuhan kulit
trauma dari panas terhadap kulit
5. Koping individu tidak efektif b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan
TUJUAN Dalam waktu 2 x 24 jam koping individu menjadi efektif
Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat
tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan
KRITERIA HASIL penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga
diri yang negatif
NO INTERVENSI RASIONAL
Kaji Perubahan akibat gangguan Menentukan bantuan yang diperlukan individual
1 persepsi dan hubungan dengan dalam menyusun rencana perawatan atau
derajat ketidakmampuan pemilihan intervensi
Anjurkan klien untuk
Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan termasuk
2 untuk mengenal dan mulai menyesuaikan dengan
perasaan bersalah pada diri sendiri
perasaan tersebut
dan kemarahan
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
3
terpengaruh seperti sekarat atau atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh
29
mengingkari dan menyatakan inilah dan kemampuan yang menunjukkan kebutuhan
kematian dan intervensi serta dukungan emosional
Pernyataan pengakuan terhadap
Membantu klien untuk melihat bahwa perawat
penolakan tubuh, mengingatkan
menerima kedua bagian sebagai bagian dari
kembali fakta kejadian tentang
4 seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk
realitas bahwa masih dapat
merasakan adanya harapan dan mulai menerima
menggunakan sisi yang sakit dan
situasi baru
belajar mengontrol sisi yang sehat
Bantu dan aja anjurkan perawatan
5 yang baik dan memperbaiki Membantu meningkatkan perasaan harga diri
dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan
kebiasaan
Anjurkan orang yang terdekat untuk
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian
mengizinkan klien melakukan
6 dan membantu meningkatkan harga diri serta
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk
mempengaruhi proses rehabilitasi
dirinya
Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
7 peningkatan minat atau partisipasi pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi mendatang
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
Monitor gangguan tidur, peningkatan
umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke
8 kesulitan konsentrasi, letargi dan
yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih
penolakan
lanjut
Kolaborasi rujuk pada ahli
Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
9 neuropsikologi dan konseling bila
penting untuk perkembangan perasaan
ada indikasi
31
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara
ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nukleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah,
sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat saraf yang melalui tulang belakang kita.
Saraf terjepit lainnya di sebabkan oleh keluarnya nukleus pulposus dari diskus melalui
robekan annulus fibrosus keluar menekan medullas pinalis atau mengarah ke dorsolateral
menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan rasa nyeri yang hebat.
Hernia Nukelus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur
annulus fibrosus sehingga nucleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis
spinalis. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh
di L4-L5-S1.
3.2. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, jika ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, kami mohon maaf. Kami juga memohon untuk saran dan kritik untuk makalah
kami apabila ada yang kurang berkenan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol 1. Jakrta: EGC
Kowalak, Jennifer P., dkk. 2016. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A., dan Lorraine, M. Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
33
SOAL
4. Apa saja terapi operatif yang bisa dilakukan oleh pasien HNP?
Distectomy; spinal fusion; foraminotomi; laminektomi; fusi padat
34