B. Dasar Teori
B. Dasar Teori
b. Pengenceran
Konsentrasi larutan dapat diperkecil dengan jalan menambahkan zat pelarut, dan sebaliknya.
Pada pengenceran, volume, dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah mol zat terlarut
tidak berubah. Oleh karena itu, pada pengenceran berlaku rumus :
V1M1 = V2M2
Dengan, V1 = volume larutan mula-mula
M1 = kemolaran mula-mula
V2 = volume larutan setelah pengenceran
M2 = kemolaran larutan setelah pengenceran
(michael, 1998 : 97- 99) C.
Alat dan Bahan
1. Alat :
a. Gelas kimia (uk.100mL)
b. Labu volumetrik
c. Pipet tetes
d. Gelas ukur
e. Corong kaca
f. Kaca arloji
g. Neraca digital
h. Pengaduk
2. Bahan :
a. Aquades
b. NaCl
c. Urea ( CO(NH2)2 )
d. Glukosa (C11H22O11)
D. Prosedur Kerja
Percobaan A : Pembuatan Larutan
1. Dihitung massa bahan-bahan ( NaCl, Urea, Glukosa )
2. Ditimbang menggunakan neraca digital
3. Bahan dumasukkan ke dalam gelas kimia
4. Ditambah aquades sampai volume menjadi 500 mL
5. Diaduk menggunakan pengaduk
6. Larutan dimasukkan ke dalam labu volumetrik
7. Ditambah aquades sampai volume menjadi 100 mL
8. Larutan disimpan di gelas kimia yang lain
Percobaan B : Pengenceran
1. Diambil 10 mL larutan pada percobaan A, dimasukkan ke dalam labu volumetrik
2. Ditambah aquades sampai volume larutan menjadi 100 mL
3. Dihitung konsentrasinya
Percobaan C : Campuran larutan dan pengenceran
1. Diambil 10 mL dari hasil
percobaan A
2. Ditambahkan larutan dari hasil percobaan
B sampai volume menjadi 100 mL
3. Dihitung molaritasnya
E. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Perhitungan Percobaan
A : membuat larutan dari NaCl, CO(NH2)2, dan C11H22O11.
• kemolaran larutan NaCl
Dik : V = 100 mL = 0,1 L
Bembahasan
Mengacu pada hasil pengamatan dan perhitungan yang telah didapatkan, dapat dilihat
kemolaran awal suatu zat untuk kemudian bisa mendapatkan massa zat dengan volume dan
konsentrasi larutan yang
diinginkan. Seperti yang dikatakan michael (1998),” Kemolaran (M) sama dengan jumlah
mol (n) zat terlarut dibagi dengan jumlah liter (V) larutan”, dimana mol (n) sama dengan
jumlah massa zat terlarut
(m) dibagi dengan Massa Atom relatif (Mr). Dari sini akan didapatkan massa zat terlarut
yang diinginkan, sesuai dengan ketentuan yang ada. Mol (n) suatu zat itu berbeda-beda, ini
disebabkan kemolaran (M) yang juga berbeda pada setiap zat, misalnya pada NaCl dan
CO(NH2)2 memiliki kemolaran (M) yang sama, tetapi C11H22O11 memiliki kemolaran (M)
yang dibuat berbeda dari dua zat yang lain. Massa (m) suatu zat tergantung pada mol (n) dan
Mr suatu zat. Misalnya pada NaCl dan CO(NH2)2 memiliki mol (n) yang sama, akan tetapi
Mr keduanya berbeda. Ini yang menyebabkan massa zat berbeda.
Pada pengenceran, yang berubah adalah konsentrasi akhir. Ini disebabkan karena
penambahan zat pelarut atau air dengan volume yang lebih besar dari larutan sebelumnya
atau aslinya. Terlihat pada hasil pengamatan dan perhitungan di percobaan B : pengenceran.
Bila percobaan B dibandingkan dengan percobaan A maka terlihat konsentrasi (kemolaran)
keduanya berbeda jauh. Misalnya pada NaCl di percobaan A memiliki konsentrasi
(kemolaran) 0,1 M, sedangkan pada percobaan B 0,01 M. Konsentrasi (kemolaran) ini
dihasilkan dari rumus : M1V1 = M2V2 , hal ini seperti yang dikatakan
michael (1998),” Pada pengenceran, volume, dan kemolaran larutan berubah”.
Pada percobaan C, yang dihitung adalah kemolaran larutan campuran antara percobaan A dan
B, dengan rumus :
Mcamp = M1V1 + M2V2 V1+V2
V1+V2 ,
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Ketika mempelajari kimia kita mengenal larutan dan dalam kehidupan
sehari-hari tidak lepas dari yang namanya larutan. Larutan pada umumnya merupakan
campuran yang homogen. Komponen yang terdapat dalam jumlah banyak atau besar disebut
pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat
terlarut atau solut.
Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
total zat dalam larutan atau perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah zat pelarut.
Konsentrasi larutan didefinisikan sebagai jumlah solut yang ada dalam sejumlah larutan atau
pelarut. Dinyatakan dalam beberapa cara antara lain molarita, molalitas, normalitas, dll.
Molaritas yaitu jumlah mol solut dalam 1 liter larutan, molalitas yaitu jumlah mol solut per
1000 gram pelarut sedangkan normalitas adalah jumlah gram ekuivalen solut dalam 1 liter
larutan, dll. Dalam ilmu kimia, larutan sangat penting karena hampir semua reaksi terjadi
dalam larutan. Untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka
perlu dilakukan standarisasi, karena dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu
sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang di inginkan. Setelah dilakukannya
standarisasi selanjutnya biasanya digunakan dalam proses analisis kimia dengan metode
titrasi asam dan basa.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam titrasi adalah membuat suatu larutan yakni dibuat
dengan cara melarutkan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan dengan penimbangan dan
menghitung volume suatu zat. Prosedur ini adalah menentukan jumlah asam maka
ditambahkan asam dalam jumlah yang ekuivalen. Dimana titik ekuivalen jika ditambah
sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Keterkaitan praktikum
kimia dengan pertanian dalam acara ini yaitu digunakannya senyawa-senyawa kimia sebagai
pemberantas hama yang lebih kita kenal dengan pestisida. Sebagian besar pestisida berbentuk
larutan. Meskupun demikian, penggunaan pupuk harus sesuai dengan kadar yang telah
ditentukan agar dapat mendukung sektor pertanian dalam produksi.
E. Pembahasan dan Kesimpulan 1. Pembahasan Seperti yang telah kita ketahui bahwa larutan
yang sangat penyingt dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan larutan itu sendiri
bermacam-macam konsentrasinya, terlebih dalam pengujian-pengujian yang menggunakan
reaksi kimia, maka kevalidan besar konsentrasi sangat penting. Dalam percobaan kali ini
perlu melakukan standarisasi dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari
larutan yang dihasilkan. Larutan standarisasi selajutnya digunakan dalan proses analisis kimia
dengan metode titrasi asam basa. Prinsip titrasi ini adalah menentukan jumlah asam jika
ditambahkan asam dalam jumlah ekuivalen atau sebaliknya. Proses titrasi diakhiri apabila
telah mencapai titik ekuivalen yaitu titik dimana penambahan sedikit titran akan
menyebabkan perubahan pH yang cukup besar. Titik titrasi biasanya ditandai perubahan
warba indikator pH. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanyatergantung pada
konsentrasi H2O. Imdikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang
konjugasinya menjadi asam-basa yang menyebabkan perubahan warna. Standarisasi 0,1 N
HCl dengan borax terjadi perubahan warna awal yang semula kuning dalam proses
standarisasi berubah menjadi orange dan diperoleh warna akhir merah muda. Perubahan
warna pada larutan borax + HCl juga dipengaruhi oleh faktor-faktor diatas. Jadi walaupun
fungsi standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang kita
buat, tetapi bila dalam praktikun terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas, maka
hasil yang kita harapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan
murni diperlukan dalam percobaan. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi kesalahan hal
hasil dari konsrntrasi HCl adalah tidak diketahui nya kapan titik titrasi berakhir, padahal ini
sangat penting karena mempengaruhi hitungan dan nilai normalitas hitungan. 2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum pembuatan larutan dan
standarisasinya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Diperlukan 0,83 ml HCl
pekat untuk membuat 100 ml HCl 0,1 M b. Warna Borax setelah ditambahkan aqudes tetap
jernih, etelah ditambah indikator berubah menjadi merah muda c. Standarisai 0,1 N HCl
dengan borax membutuhkan 200 ml larutan HCl 0,1 ml sampai pada perubahan warna merah
muda
Daftar Pustaka
Anonym. 2012. http://bisakimia.com/2012/11/16/mengenal-titrasi/.
Diunduh tanggal 20 Oktober 2014, pukul 20:06 WIB.
Drs. Mulyono HAM, M.P.d. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Penerbit : Bumi
Aksara.
Sarker, Satyajit D. dan Lutfun Nahar. 2009. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Ratna Rianti. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik LPP, Jl Sumoharjo,
Balapan. Yogyakarta.
Harjanti Sri Miningsih. 2008. Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 2 No. 2. Politeknik LPP, Jl
Sumoharjo, Balapan. Yogyakarta