Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SOSIALISASI DAN KEPRIBADIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosio Antropologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Agustina Tri Wijayanti S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Hafizh Arif Kurniawan 16504241048

Yudha Hindrawan 16504241049

Windra Aji Saputra 16504241051

Muhammad Solikhin 16504244011

Fajar Indra Rahmana 16504244023

Kelas: C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT Sang
penguasa alam semesta, yang telah memberikan kehidupan yang penuh rahmat, hidayah
dan karunia tak terhingga kepada seluruh makhluk-Nya secara umum, dan secara khusus
kepada penulis hingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul sosialisasi dan
kepribadian ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah memberikan jalan bagi umatnya dengan secercah
kemuliaan dan kasih sayang serta ilmu pengetahuan yang tiada ternilai untuk menjalani
kehidupan yang lebih berkah.Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis menyampaikan
terima kasih yang tiada terhingga kepada pihak-pihak yang telah berperan demi
terwujudnya penulisan makalah ini, khususnya kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya sehingga tugas ini dapat
diselesaikan tepat waktu.
2. Orang Tua kami yang senantiasa member do’a dan semangat serta dukungan.
3. Ibu Agustina Tri Wijayanti S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing dan pengampu
dalam mata kuliah Sosio Antropologi Pendidikan.
4. Teman-teman serta semua pihak yang membantu menyelesaikan makalah ini.

Meskipun kami telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami


menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi .................................................................................................................. 3
B. Bentuk Sosialisasi ........................................................................................................................ 3
C. Tipe Sosialisasi ............................................................................................................................. 4
D. Pola Sosialisasi ............................................................................................................................. 4
E. Proses Sosialisasi .......................................................................................................................... 4
F. Agen Sosialisasi............................................................................................................................. 5
G. Faktor Sosialisasi........................................................................................................................... 7
H. Pengertian Kepribadian ................................................................................................................ 7
I. Faktor Pembentukan Kepribadian.................................................................................................... 8
J. Hubungan Pembentukan Kepribadian Dengan Norma Sosial ................................................ 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................................11
B. Saran ...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sosialisasi mencakup seluruh proses mempelajari nilainilai, sikap-sikap,
pengetahuan, berbagai keterampilan, dan berbagai teknik yang dimiliki masyarakat atau
yang menyangkutkebudayaan. Bagian yang penting sekali dari kebudayaan adalah sistem
normatif, termasuk institusi-institusi sosialyang utama. Sosialisasi, membina potensi
biologis anak itu kedalam pola yang berfungsi yang kita sebut kepribadian manusia
(Leslie, 1976:11). Pengertian sosialisasi sering disamakan dengan pendidikan sebab ia
bertumpang tindih dengan pendidikan umumnya. Namun sosialisasi bukanlah suatu
proses komprehensif seperti pendidikan, sebab pendidikan dapat mencakup belajar yang
banyak, yang kadang-kadang tidak begitu dihargai ataupun diterima oleh masyarakat atau
kebudayaan seseorang. Tetapi sepanjang bahwa sasaran-sasaran pendidikan adalah hal-
hal yang dipaksakan oleh masyarakat dan tidak dipilih oleh seseorang serta sesuai dengan
tujuan yang dikehendaki masyarkat, maka sosialisasi dan pendidikan sangatlah sama.
Sehingga Leslie berpendapat bahwa organisasi proses sosialisasi di luar keluarga adalah
yang disebut lembaga pendidikan.
Bernstein (1974: 274) mengatakan bahwa sosialisasi menunjuk pada proses di
mana seseorang anak memerlukan suatu identitas kebudayaan tertentu dan tanggapannya
terhadap identitas seperti itu. Sosialisasi menunjuk pada proses dengan mana sesuatu
yang biologis ditransformasikan ke dalam suatu badan kebudayaan tertentu. Hal ini
mengakibatkan bahwa proses sosialisasi merupakan proses kontrol yang kompleks,
dengan itu kesadaran moral, kognitif, afektif ditimbulkan pada anak dan terhadap
berbagai tuntutan masyarakat seperti hal yang diwujudkan di dalam berbagai peran yang
diharapkan akan dimainkannya. Sosialisasi yang paling dini terjadi di dalam keluarga. Di
dalam masyarakat yang primitif sosialisasi hampir seluruhnya terjadi di situ. Namun,
dengan bertambah canggihnya teknologi membawa serta diferensiasi masyarakat yang
makin bertambah, dengan akibat bahwa “peran sosialisasi keluarga” terfragmentasi antara
suatu rangkaian institusi dan sarana, yakni: sekolah, kelompok sebaya, organisasi, dan
lain-lain, walaupun keluarga mungkin akan tetap merupakan sarana utama dari sosialisasi
(Nye dan Berardo, 1973: 404).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sosialisasi?
2. Apa saja Bentuk-Bentuk Sosialisasi?
3. Apa saja Tipe Sosialisasi?
4. Bagaimana Pola Sosialisasi?
5. Bagaimana Proses Sosialisasi?
6. Apa saja Macam-Macam Agen Sosialisasi?
7. Apa saja Macam-Macam Faktor Sosialisasi?
8. Apa yang dimaksud tentang Kepribadian?
9. Apa saja Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian?
10. Bagaimana Hubungan Kepribadian dengan Norma Sosial?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti Sosialisasi
2. Mengetahui Bentuk-Bentuk Sosialisasi
3. Memahami Tipe Sosialisasi
4. Memahami Pola Sosialisasi
5. Mengetahui Proses Sosialisasi
6. Mengetahui Macam-Macam Agen Sosialisasi
7. Mengetahui Macam-Macam Faktor Sosialisasi
8. Mengetahui Pengertian Kepribadian
9. Mengetahui Faktor-Faktor Pembentukan Kepribadian
10. Mengetahui Hubungan Kepribadian dengan Norma Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan
aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory).
Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh
individu.

B. Bentuk Sosialisasi
Bentuk-bentuk sosialisasi sebagai berikut :
1. Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi
anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia
1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota
keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini,
peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna
kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi
yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi.
Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan'
identitas diri yang lama.
C. Tipe Sosialisasi
Ada dua tipe sosialisasi antara lain sebagai berikut:
1. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
2. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan kelompok-
kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

D. Pola Sosialisasi
Sosiologi dapat dibagi menjadi dua pola: sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris.
1. Sosialisasi represif (repressive socialization) menekankan pada penggunaan
hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif adalah penekanan
pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan. Penekanan pada kepatuhan
anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah,
nonverbal dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan
keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai significant other.
2. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola di mana
anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan imbalan
bersifat simbolik. Dalam proses sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan
diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat
sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other.

E. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi pada hakikatnya adalah proses belajar berinteraksi bagi individu
di tengah-tengah masyarakat. Dalam arti luas proses sosialisasi adalah proses komunikasi
dan proses interaksi yang dilakukan oleh seorang individu selama hidupnya sejak lahir
sampai dengan meninggal.
Sosialisasi pada dasarnya bertujuan agar seorang individu mampu berinteraksi
denagn orang lain sesuai dengan tata pergaulan yang ada dalam masyarakatnya. Tetapi
pada hakikatnya sosialisasi merupakan proses alamiah yang harus dijalani oleh setiap
orang untuk mencapai kedewasaan perilaku sosial.
Hal-hal yang diperoleh dalam proses sosialisasi adalah pengetahuan-pengetahuan
untuk membekali seorang individu dalam melaksanakan pergaulan di tengah-tengah
masyarakat antara lain :
1. Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam suatu
masyarakat.
2. Untuk mengetahui lingkungan sosial baik lingkungan sosial tempat individu
bertempat tinggal termasuk lingkungan sosial yang baru.
3. Untuk mengetahui lingkungan fisik yang baru.
4. Untuk mengetahui lingkungan sosial budaya suatu masyarakat.

F. Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan
sosialisasi. Ada empat agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain,
media massa, dan lembaga pendidikan sekolah
1. Keluarga (Kinship)
Bagi keluarga inti (nuclear family) agen sosialisasi meliputi ayah, ibu,
saudara kandung, dan saudara angkat yang belum menikah dan tinggal secara
bersama-sama dalam suatu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih
luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang
meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada
masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh
orang-orang yang berada di luar anggota kerabat biologis seorang anak.
Kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan anggota kerabat
sosiologisnya, misalnya pengasuh bayi (baby sitter). menurut Gertrudge Jaeger
peranan para agen sosialisasi dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar
karena anak sepenuhnya berada dalam ligkugan keluarganya terutama orang
tuanya sendiri.
2. Teman Pergaulan
Teman pergaulan (sering juga disebut teman bermain) pertama kali
didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian ke luar rumah. Pada awalnya,
teman bermain dimaksudkan sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun
dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga.
Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain
lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Berbeda
dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan tidak
sederajat (berbeda usia, pengalaman, dan peranan), sosialisasi dalam kelompok
bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang
yang sederajat dengan dirinya. Oleh sebab itu, dalam kelompok bermain, anak
dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang
kedudukannya sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
3. Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-
aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement),
universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak
mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai
pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri
dengan penuh rasa tanggung jawab.
4. Media Massa
Media massa merupakan media yang paling memiliki pengaruh yang besar
bsgi perkembangan anak. Adapun yang termasuk kelompok media massa di sini
adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio,
televisi, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas
dan frekuensi pesan yang disampaikan. Contoh: Penayangan acara SmackDown!
di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku anak-anak dalam
beberapa kasus. Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi
atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya.

G. Faktor yang Mempengaruhi Sosialisasi


1. Faktor Eksternal
Sejak manusia dilahirkan manusia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di
sekitarnya yang disebut faktor eksternal. Faktor eksternal pada dasarnya
merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang melakukan
proses sosialisasi tersebut. Faktor eksternal ini dapat berupa norma-norma, sistem
sosial, sistem budaya, sistem mata pencarian yang ada di dalam masyarakat.
2. Faktor Internal
Sejak lahir manusia itu sesungguhnya telah memiliki pembawaan. Pembawaan
berupa bakat, ciri-ciri fisik dan kemampuan-kemapun khusus dari orang tuanya.
Pada hakikatnya faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu
yang melakukan proses sosialisasi tersebut. Wujud nyata dari faktor internal
antara lain dapat berupa pembawaan-pembawaan ataupun warisan biologis
termasuk kemampuan-kemampuan yang ada pada diri seseorang.

H. Pengertian Kepribadian
Sosialisasi penting diperhatikan, karena sosialisasi tidak dapat dipisahkan dengan
pemebntukan personality. Seperti dijelaskan Soetandyo Wignyosoebroto (1990: 17)
bahwa yang dimaksud dengan kepribadian di dalam studi ini adalah kecenderungan
psikologik seseorang untuk melakukan tingkah laku pekerti yang bersifat tertutup (seperti
berkehendak, berperasaan, berpikir, dan bersikap), maupun tingkah laku yang terbuka,
dalam istilah seharihari dinamakan “perbuatan”. Dengan demikian kepribadiandiartikan
sebagai integrasi dari keseluruhan kecenderungan seseorang untuk berperasaan, berpikir,
dan berbuat menurut tingkah laku pekerti tertentu. Sedangkan Yinger mengartikan
kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Maksudnya, setiap
orang mempunyai cara berperilaku yang khas dan bertindak sama setiap hari (Horton,
1996: 90).
Istilah “kepribadian” berasal dari bahasa Latin persona, mengacu kepada topeng
teatrikal yang dkenakan aktoraktor zaman Romawi dulu dalam drama-drama Yunani.
Para aktor Romawi dulu drama-drama Yunani. Para actor Romawi kuno mengenakan
sebuah topeng (pesona) untuk memproyeksikan sebuah peran atau penampilan yang
keliru. Penggalian istilah kepribadian dengan cara seperti ini tentunya tidak dapat
menghasilkan definisi yang bisa diterima, karena sekedar mengacu kepada sesuatu yang
lebih sekedar peran yang dimainkan manusia. Oleh karena kajian tentang kepribadian
terus berlangsung hingga kini di kalangan pada psikokolg.
Secara umum kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif
permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus
individualitas bagi perilaku seseorang. Watak (traits) memberikan konstribusi bagi
perbedaan-perbedaan individu dalam perilakunya, konsistensi perilakunya di sepanjang
waktu, dan stabilitas perilaku tersebut di setiap situasi. Watak mungkin saja unik, atau
umum bagi beberapa kelompok orang, atau mungkin dimiliki seluruh spesies manusia,
namum, polanya selalu berbeda bagi setiap individu. Karena itu, masing-masing pribadi,
meskipun mirip dengan yang lain dalam satu atau dua hal, tetap memiliki sebuah
kepribadian yang unik. Karakter adalah kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-
atribut, seperti temperamen, fisik, dan intelegensia (Feist, 2008:4). Pembentukan
kepribadian melalui proses sosialisasi sebagai proses kehidupan

I. Faktor-faktor Pemebentukan Kepribadian


1. Faktor Warisan Biologis (Pembawaan)
Warisan biologis dapat berupa :
a. Ciri-ciri fisik seperti raut muka, warna kulit, postur tubuh.
b. Golongan darah.
c. Bakat-bakat.
d. Sifat-sifat khas.
2. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan keluarga dan kerabat
b. Lingkungan pendidikan
c. Lingkungan pergaulan (lingkungan kerja)
d. Media massa
e. Lingkungan masyarakat luas

J. Hubungan Kepribadian dengan Norma Sosial


Kepribadian terbentuk melalui norma sosial. Karena norma sosial berperan dalam
membentuk perilaku individual dan perilaku sosial. Norma sosial adalah patokan perilaku
dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Dalam kehidupan masyarakat perilaku
individu cenderung tidak sama dikarenakan adanya berbagai tingkatan norma social yang
berlaku pada masyarakat. Berdasarkan tingkatan norma sosial dibedakan menjadi empat
antara lain:
1. Cara (Usage)
Suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat
tetapi tidak secara terus menerus.
2. Kebiasaan (Folkways)
Suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang dilakukan secara
sadar dan mempunyai tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
3. Tata kelakuan (Mores)
Sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok
manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengwasaan oleh
sekelompok masyarakat terhadap anggota-anggotanya. Fungsi mores yaitu :
a. memberikan batasan pada perilaku individu dalam masyarakat tertentu, m
b. mendorong seseorang agar sanggup menyesuaikan tindakantindakannya
dengan tata kelakuan yang berlaku di dalam kelompoknya;
c. membentuk solidaritas antara anggota-anggotanya masyarakat dan
sekaligus memberikan;
d. perlindungan terhadap keutuhan dan kerjasama antara anggota-anggota
yang bergaul dalam masyarakat.
4. Adat istiadat (Custom)
Kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya.
Perilaku dipengaruhi oleh norma sosial. Beberapa macam norma sosial antara lain
sebagai berikut :
1. norma agama adalah peraturan sosial bersirat mutlak dan tidak dapat di tawar-
tawar atu diubah ukurannya karena berasal dari tuhan;
2. norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang
menghasilkan akhlak sehingga seseorang dapat membedakan apa yang baik dan
apa pula yang dianggap buruk;
3. norma kesopanan yaitu peraturan sosial yang mengarah pada hal-hal yang
berkenaan dengan bagaimana seseorang harus bertingkah laku yang wajar dalam
kehidupan bermasyarakat;
4. norma kebiasaan yaitu sekumpulan peraturan sosial yang berisi petunjuk atau
peraturan yang dibuat secara sadar atau tidak tentang perilaku yang diulang-ulang
sehingga perilaku menjadi kebiasaan individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan yaitu :
1. Sosialisasi adalah proses belajar individu untuk mengenal dan menghayati nilai dan
norma sosial sehingga terjadi pembentukan sikap untuk berperilaku sesuai dengan
tuntutan atau perilaku masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus pada tiap-
tiapa masyarakat. Dengan proses sosialisasi itulah seseorang menjadi tahu bagaimana
ia harus bertingkah laku dan berkepribadian.
2. Sosialisasi ada dua bentuk yaitu sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder yang
masing-masing berlangsung pada masa anak-anak, masa remaja, dan masa dewasa.
3. Dalam sosialisasi terbentuklah kepribadian seseorang dalam interaksinya dengan
lingkungan sosial. Proses sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa factor intrinsik dan
ekstrinsik. Media sosialisasi dalam pembentukan kepribadian meliputi keluarga,
lingkungan sekolah, kelompok bermain, lingkungan kerja dan media massa.
4. Kepribadian sangat dipengaruhi oleh pembawaan seseorang dan lingkungan, corak
budaya(norma social) yang ada dalam masyarakat di mana dia berada. Struktur
budaya yang ada memang tidak semuanya akan diserap dan diterima oleh individu,
tetapi setidaknya ada nilai-nilai tertentu yang dipedomani dan dijadikan dasar untuk
menentukan sikap atau perilaku dalam bertindak sehari-hari sehingga membentuk
suatu cirri khas perilaku yang disebut kepribadian.

B. Saran
Penyusun dapat menyarankan yaitu :
1. Meningkatkan perhatian di lingkungan keluarha karena keluarga merupakan
pokok dari sosialisasi serta pembentukan kepribadian maka dari itu perhatian
orang tua terhadap anak sangatlah wajibagar terbentuk watak atau kepribadian
yang baik.
2. Menggunakan media massa sebagaimana mestinya karena di zaman sekarang
akses ke dunia luar cukup mudah maka perlu adanya batasan-batasan agar
kepribadian tetap baik
DAFTAR PUSTAKA
Septiarti,S.W,dkk.2017.Sosiologi dan Antropologi Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press

Anda mungkin juga menyukai