Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tempat tinggal merupakan tempat perlindungan bagi kita dan


orang-orang tersayang dari terik panas matahari, hujan serta bahaya
lainnya. Selain bahan sandang dan pangan, rumah atau tempat tinggal
adalah kebutuhan primer kita. Maka dari itu rumah harus ada perlindungan
dari bahaya apapun yang dapat merusaknya. Salah satunya adalah asuransi
kebakaran.

Asuransi kebakaran adalah suatu asuransi atau pertanggungan yang


memberikan jaminan atas kerugian dan kerusakan pada harta benda serta
kepentingan yang dipertanggungkan yang ditimbulkan atau disebabkan
oleh adanya Kebakaran yang dijamin dalam polis.

Isi dari rumah seperti perabotan dan perlengkapan rumah tangga


juga wajib untuk diasuransikan karena kita tidak tahu akan bahaya yang
setiap saat bisa saja terjadi dan dapat menimpa diri kita serta orang-orang
tersayang bahkan untuk aset yang kita miliki.

Peristiwa kebakaran di Indonesia dari tahun ketahun terus


meningkat, bahkan dikota-kota besar seringkali terdengar adanya
kebakaran, kebakaran bukan hanya menimpa perumahan-perumahan
kumuh yang disebabkan oleh pendeknya arus listrik namun kebakaran
yang sering tejadi juga diakibatkan seperti pemakaian gas elpiji dan
cairan-cairan yang mudah terbakar.

Peristiwa kebakaran bisa terjadi kapan saja, dimana saja dan pada
siapa saja, kebakaran tidak bisa diramal kapan terjadinya. Selain melahap
harta benda kebakaranpun bisa merenggut nyawa orang-orang tersayang.
Namun, sangat disayangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya

1
memiliki asuransi kebakaran sangat rendah, hal itu disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya asuransi
kebakaran atas rumah tinggal. selama ini,sebagian masyarakat hanya
memfokuskan asuransi pada gedung bertingkat dan tempat usaha oleh
karena itu penulis merasa tertarik untuk menulis makalah berjudul
“Asuransi Kebakaran atas Rumah Tinggal”

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa penting memiliki asuransi kebakaran untuk rumah tinggal


?
2. Bagaimana penyelesaian terhadap tuntutan ganti rugi asuransi
kebakaran rumah tinggal?
3. Bagaimana kelas konstruksi aplikasi suku premi pada risiko
berdampingan yang termasuk kedalam rumah tinggal?

1.3 Tujuan dan Manfaat penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui apa alasan


pentingnya memiliki asuransi kebakaran, apa dasar hukum terhadap
penyelesaian ganti rugi dan untuk mengetahui kelas konsrtuksi untuk
rumah tinggal.

Manfaat dari penulisan ini adalah agar para pembaca sadar akan
pentingnya memiliki asuransi kebakaran untuk rumah tinggal selain itu
agar lebih memahami informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan
asuransi kebakaran, sehingga menimbulkan rasa kepercayaan terhadap
perusahaan asuransi agar tidak menimbulkan prasangka yang menyatakan
bahwa perusahaan asuransi mempersulit dalam hal ganti rugi.

1.4 Metodelogi Penulisan

Dalam pelaksanaan penulisan, penulis menggunakan penelitian


kepustakaan. Penelitian kepustakaan dilaksanakan untuk memperoleh
landasan-landasan teori yang mendukung penulisan, dalam pembuatan

2
makalah ini seharusnya diadakan metode penelitian lapangan untuk
mendapatkan data yang tidak terdapat pada penelitian kepustakaan.
Namun meningat waktu pembuatan makalah sangat singkat sehingga
penulis memperoleh data dan fakta dilapangan melalui media internet.

1.5 Sistematika Penulisan

Sisematika penulisan makalah ini dijabarkan sebagai berikut :

a. Bab 1 pendahuluan : bab ini menguraikan tentang latar


belakang penelitian yang mendasari permasalahan yang
dibahas dalam penelitian, selain itu dalam bab ini juga
menguraikan tentang rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, metodelogi penulisan serta sistematika
penulisan.
b. Bab 2 landasan teori : penulis menguraikan teori-teori yang
mendasari dan mendukung pembahasan yang penulis
laksanakan.
c. Bab 3 pembahasan : dalam bab ini penulis menjabarkan
jawaban dari rumusan masalah.
d. Bab 4 simpulan dan saran : bab ini mengemukakan
simpulam berupa sintesis dari berbagai temuan, dan saran.

3
Bab II

Landasan Teori

2.1 Pengertian Tentang Istilah Kebakaran

Pada dasarnya belum ada satupun definisi tentang yang mutlak dan
berlaku umum yang dapat menjelaskan tentang istilah “kebakaran” secara
pasti. Demikian juga dalam asuransi kebakaran, istilah kebakaran itu sendiri
tidak pernah didefinisikan secara khusus. Dengan demikian secara praktis
istilah kebakaran ini dapat diartikan dengan pengertian umum, yaitu
pengertian orang awam pada umumnya.

Secara umum dan sederhana, istilah kebakaran dapat diartikan sebagai


terbakarnya sesuatu benda yang seharusnya tidak terbakar yang terjadi diluar
tempat pembakaran dan api yang timbul tidak ditarik manfaatnya.

2.2 Pengertian Istilah Kebakaran Lainnya

Disamping pengertian istilah kebakaran lainnya seperti yang diiuraikan


diatas, terdapat beberapa pengertian istilah kebakaran lainnya yang
dilontarkan oleh beberapa ahli asuransi kebakaran, antara lain :

a. Kebakaran adalah suatu proses oksidasi yang berlangsung


begitu cepat sehingga menimbulkan nyala api atau pijar;
b. Kebakaran adalah api yang atas kekuatan sendiri menjalar
keluar dari tempat pembakaran dan membakar benda lain;
c. Kebakaran dapat diartikan sebagai suatu proses pembakaran,
dimana terjadi oksidasi yang berlangsungbegitu cepat sehingga
menimbulkan nyala api atau pijar. Hangus atau panas saja
tidak termasuk kedalam arti kebakaran.

4
2.3 Pengertian Istilah Kebakaran Dalam Dunia Asuransi

Dalam kaitan dengan istilah asuransi, istilah kebakaran tersebut diatas


perlu dipertegas denga syrat bahwa kebakaran dimaksud terjadi secara tiba-
tiba dan tak terduga serta diluar pengetahuan pihak tertanggung. Hal ini
sesuaidengan pengertian dasar risiko, yaitu suatu ketidakpastian dari terjadi
kerugian .

Lebih jauh lagi istilah kebakaran dalam lingkup asuransi kebakaran


mensyaratkan benar-benar ada nyala api atau lidah api selama peristiwa
kebakaran tersebut. Dengan demikian jelaslah bahwa benda-benda yang
gosong dan terpanggang tanpa terbakar nyala api tidak termasuk dalam istilah
kebakaran dalam asuransi kebakaran.

2.4 Struktur Polis Standar Kebakaran Di Indonesia

Sistematika atau struktur polis standar kebakaran Indonesia (PSKI) pada


dasarnya dapat dikelompokkan menjadi :

a. Judul Polis (Heading). : identitas dari polis yang diterbitkan


dan berfungsi untuk menunjukan jenis jaminan yang diberikan
oleh polis serta identitas dari perushaan asuransi yang
menerbitkan polis tersebut. Judul polis dalam Polis Standard
Kebakaran Indonesia terdiri dari data-data Penanggung, yaitu :
nama & alamat perushaan asuransi penerbitkan polis. serta
jenis polis, yaitu : polis standard kebakaran indonesia.
b. Pembukaan (Preambule & Operative Clause). Pada umumnya
Preambule polis berisi uraian tentang keterangan bahwa
pembayaran premi yang dilakukan oleh pihak Tertanggung dan
keterangan yang diberikan merupakan dasar dari terbentuknya
perjanjian asuransi dan berlakunya jaminan yang akan
diberikan. Sedangkan Operative Clause umumnya berisi uraian
tentang jenis-jenis risiko yang dijamin oleh polis. Dalam PSKI
dapat dikatakan bahwa bagian pembukaannya berisi Preambule

5
dan Operative Clause, walaupun risiko-risiko yang dijamin
disebutkan dalam bagian yang terpisah.
c. Ikhtisar Pertanggungan : ikhtisar pertanggungan merupakan
bagian dari polis yang berisi keterangan rinci dari perjanjian
yang dibuat, antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:
 Keterangan Polis, berisi tentang : nomor Polis yang
merupakan nomor registrasi polis yang dibuat oleh
Perush. Asuransi untuk mempermudah proses
penyimpanan dan pencarian apabila diperlukan.
 Keterangan tentang penutupan yang dilakukan apakah
penutupan baru atau perpanjangan.
 Data Tertanggung, mencakup : nama Tertanggung,
dapat berupa perorangan atau Badan hukum dan alamat
tertanggung.
 Jangka Waktu Pertanggungan. : lamanya jangka waktu
pertanggungan : umumnya untuk jangka waktu 1 tahun
atau 12 bulan, namun dapat juga untuk jangka waktu
lebih dari 1 tahun (pertanggungan jangka panjang) atau
kurang dari 1 tahun (pertanggungan jangka pendek) dan
tanggal mulai dan berakhirnya pertanggungan : masing-
masing pada jam 12.00 waktu setempat dimana objek
pertanggungan tersebut berada.
 Keterangan tentang obyek pertanggungan, luas jaminan
& beban premi.
 Lampiran atau syarat-syarat tambahan kolom yang
digunakan untuk menguraikan lampiran-lampiran atau
syarat-syarat tambahan yang digunakan dalam polis
yang bersang-kutan.
 Uraian tentang Obyek pertanggungan : bagian akhtisar
polis yang menguraikan obyek yang dipertang-gungkan
baik jumlah unit, jenis, macam berikut Nilai
pertanggungan masing-masing.

6
 Tanda tangan & cap Perusahaan Asuransi : bagian yang
menunjukan sah-nya perjanjian yang dibuat antara
pihak Tertanggung (menanda-tangani SPPK) dan pihak
Penanggung (menanda-tangani polis).
d. Luas Jaminan : luas jaminan dasar dalam PSKI pada
prinsipnya mencakup jaminan atas terjadinya kerusakan
dan/atau kerugian pada harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang disebabkan oleh risiko-risiko :

e. Pengecualian Polis : didalam polis hanya tercantum risijko-


risiko yang dikecualikan, namun pada dasarnya pengecualian
risiko dalam PSKI terdiri dari dua bagian, yaitu:

 Risiko-risiko yang dikecualikan : didalam polis


dinyatakan bahwa segala kerusakan dan/atau kerugian
pada harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang disebabkan oleh risiko-risiko
yang dikecualikan, tidak dijamin oleh polis adalah
risiko cacat sendiri yaitu segala kerusakan dan/atau
kerugian pada harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran atau
peledakan yang timbul karena suatu cacat, kebusukan
sendiri atau yang langsung ditimbulkan dari sifat dan
macam barang itu sendiri tidak dijamin oleh polis, dan
Risiko Perang yaitu segala kerusakan dan/atau kerugian
pada harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang disebabkan oleh risiko perang
dan sejenisnya, tidak dijamin oleh polis. Apabila ada
tuntutan ganti-rugi yang diajukan oleh pihak
tertanggung ditolak oleh Penanggung karena dianggap
disebabkan oleh risiko-risiko perang ini, maka
Tertanggung harus dapat membuktikan bahwa

7
kerusakan atau kerugian yang dialami disebabkan oleh
risiiko lain yang dijamin oleh polis, apabila tuntutannya
ingin tetap diganti. Hal ini disebut juga sebagai
Clausula Pembuktian terbalik (Onus proof Clause)
Risiko kerusuhan, Bencana alam, Gangguan Usaha dan
lain-lain yaitu segala kerusakan dan/atau kerugian pada
harta benda dan/atau kepentingan yang
dipertanggungkan yang disebabkan baik langsung
maupun tidak langsung adanya Kerusuhan, Bencana
alam, Gangguan Usaha dan lain-lain.Risiko nuklir yaitu
Segala kerusakan atau kerugian pada harta benda
dan/atau kepentingan yang dipertanggungkan yang
disebabkan baik langsung maupun tidak langsung oleh
adanya reaksi nuklir, Radiasi Nuklir atau pencemaran
Radio Aktif.
 Harta Benda dan Kepentingkan yang dikecualikan yaitu
: barang-barang yang disimpan atas dasar kepercayaan
atau atas dasar komisi, emas batangan atau batu-batu
permata/mulia yang belum dipasang, barang antik /
barang-barang kesenian yang nilainya melebihi Rp.
2.500.000, naskah-naskah, rencana-rencana, gambar-
gambar atau disain-disain, pola-pola, model-model atau
tuangan-tuangan, efek-efek, obligasi, atau segala
macam dokumen, perangko, cek, buku-buku akuntansi
atau buku-buku usaha lainnya, dan catatan-catatan
sistem komputer, dan segala macam bahan peledak.
namun demikian, obyek-obyek tersebut diatas dapat
ditutup juga dengan syarat bahwa obyek-obyek tersebut
dinyatakan secara tegas dalam polis yaitu dengan
mencantumkan secara rinci dalam ikhtisar
pertanggungan.

8
f. Syarat-syarat polis

Syarat polis dalam PSKI terdiri dari 22 pasal dan mengatur


tentang berbagai hal yang berkaitan dengan perjanjian, meliputi :

Pasal I : Pembayaran premi


Pasal II : Pertanggungan-pertanggungan lain
Pasal III : Perubahan Risiko
Pasal IV : Pindah tempat dan Pindah tangan
Pasal V : Kewajiban Tertanggung bila terjadi Kebakaran/kerusakan.
Pasal VI : Laporan Kerugian
Pasal VII : Ganti Rugi
Pasal VIII : Kerugian atas barang
Pasal IX : Ganti rugi pertanggungan rangkap
Pasal X : Pertanggungan dibawah harga
Pasal XI : Laporan Palsu
Pasal XII : Taksiran harga dalam hal kerugian
Pasal XIII : Biaya-biaya yang diganti
Pasal XIV : Sisa barang
Pasal XV : Pembayaran ganti rugi
Pasal XVI : Subrogasi
Pasal XVII : Sisa jumlah pertanggungan
Pasal XVIII : Gugurnya hak ganti rugi
Pasal XIX : Penghentian Pertanggungan
Pasal XX : Pengembalian premi
Pasal XXI : Perselisihan
Pasal XXII Penutup

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pentingnya Asuransi Kebakaran Rumah Tinggal

Bicara mengenai asuransi tentulah yang terpikir dibenak sebagian


orang asuransi life, seperti pendidikan dan kesehatan. Jarang sekali orang-
orang berpikir untuk mengasuransikan rumah tinggalnya diperusahaan
asuransi, padahal setiap tahunnya kebakaran yang melanda baik diperkotaan
maupun didesa terus meningkat, perlu disadari kebakaran bukan hanya
disebabkan oleh pendeknya arus listrik atau gas elpiji yang biasa digunakan
dirumah-rumah, kebakaran pun bisa saja disebabkan oleh hal-hal yang tidak
pernah diduga. Misalnya, pesawat yang tiba-tiba saja jatuh kerumah atau
disebabkan oleh petir. Sehingga, apabila masyarakat sudah mengasuransikan
rumah tinggalnya peristiwa-peristiwa tersebut terjadi tidak perlu
dikhawatirkan lagi.

3.2 Tuntutan Ganti Rugi Asuransi Kebakaran Rumah Tinggal

Bagi tertanggung, manfaat utama dari membeli asuransi adalah


adanya perlindungan atas kerugian yang dialami, sepanjangkerugian
tersebut memang dijamion oleh kondisi polis. Untuk dapat
memperoleh ganti rugi yang wajar dan sesuai dengan yang diharapkan,
maka tertanggungan harus memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah
dipersyaratkan dalam kondisi polis. Berikut ini akan diuraikan
kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi tertanggung guna
memperoleh ganti rugi dari pihak penanggung.

a. Kewajiban tertanggung apabila terjadi klaim

Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh


tertanggung apabila terjadi kebakaran/kerusakan pada
dasarnya mencakup hal-hal sebagai berikut :

10
Sesudah mengetahui atau pada waktu dianggap
seharusnya sudah mengetahui akan adanya
kebakaran/kerusakan atas kepentingan yang
dipertanggungkan tertanggung harus:

 Segera memberitahukan hak itu kepada penanggung


 Dalam waktu tujuh hari memberikan keterangan
tertulis tentang hal-hal yang diketahui atas
kebakaran/kerusakan yang terjadi dan apabila
memungkinkan mencakup keterangan tentang
segalasesuatu yang terbakar , musnah, hilang, rusak
atau tertolong; sebab-sebab kebakaran, kerusakan
sepanjang yang diketahui atau diduga.

b. Pada waktu terjadi kebakaran/kerusakan, tertanggung wajib :

 Sedapat-dapatnya menyelamatkan serta


menjagabarang-barang yang dipertanggungkan serta
mengizinkan orang lain menolng dan menjaga
keselamatan barang-barang itu.
 Memberikan bantuan sepenuhnya kepada
penanguggung atau wakilnya atau pihak yang lain
yang ditunjuknya, untuk melakukan penelitian atas
kebakaran/kerusakan yang terjadi.
 Menjaga keselamatan atas segala sesuatu yang
masih bernilai.

c. Dokumen-dokumen laporan kerugian

Sebagai kelanjutan dari kewajiban- kewajiban diatas


dan untuk kelengkapan dokumen dalam proses tuntutan
ganti rugi yang dpat diajukan, maka tertanggung harus:

11
 Menyelamatkan polis beserta berita acara ataupun
surat keterangan yang menyatakan kejadian yang
dimaksud, antara lain dari lurah atau polisi setempat
 Menyerahkan laporan terperinci yang menerangkan
selengkapnya tentang keadaan yang menurut
pengetahuannya, menyebabkan kebakaran atau
kerusakan itu.
 Memberikan segala keteangan dan bukti-bukti lain
yang diminta oleh penanggung.

d. Proses penyelesaian klaim

Beberapa tahapan yang umum dilakukan oleh


pihak penanggung dalam menyelesaikan tuntutan ganti
rugi yang diajukan oleh tertanggung adalah seperti
uraian berikut ini :

 Setelah menerima laporan lisan maupun tulisan dari


pihak tertanggung tentang kebakaran atau kerusakan
yang terjadi, maka selanjutnya meminta laporan
yang terperinci tentang kerusakan yang terjadi dari
tertanggung
 Memperkirakan besarnya kerugian yang terjadi,
apakah jumlahnya besar atau kecil.
 Meneliti apakah klaim tersebut rumit atau sederhana
 Berdasarkan hal tersebut diatas, selanjutnya
dilakukan penelitian langsung kelapangan. Apabila
klaim tersebut cukup sederhana dan kecil, maka
penelitian lapangan dapat dilakukan oleh petugas
klaim dai penanggung sendiri, namun apabila klaim
cukup luas maka penanggung dapat menunjuk
independent loss adjuster untuk meneliti klaim yang
terjadi. Loss adjuster ini meneliti objek yang akan

12
mengalami kerusakan, kemungkinan sebab-sebab
kerusakan dan memeperkirakan besarnya kerugian
yang terjadi dan semuanya ini dituangkan dalam
bentuk laporan survey klaim. Biaya yang
dikeluarkan untuk membayar professional tersebut
ditanggung oleh penanggung.

e. Factor yang mempengaruhi besarnya ganti rugi

 Besarnya harga pertanggungan : besarnya


pertanggungan pada dasarnya merupakan batas
maksimum tanggung jawab penanggung apabila
terjadi kerugian, dan merupakan dasar untuk
menentukan besarnya kewajibaan penanggung
dalam penyelesaian suatu ganti rugi. Apabila harga
pertanggungan lebih besar dari harga sebenarnya
maka disebut over insured dan apabila lebih kecil
dari sebenarnya maka disebut under insured.
 Pertanggungan rangkap : apabila suatu objek
pertanggungan ditutup oleh lebih dari satu polis
dengan luas jaminan yang sama, maka ganti rugi
dapat diterima dari seluruh polis tersebut maksimum
adalah sebesar jumlah kerugian yang betul-betul
dialami, hal ini sesuai dengan prinsip indenmnity.
Dengan demikian tanggung jawab penanggung atau
ganti rugi yang dapat diperoleh tertanggung dari tiap
polis adalah sebesar perbandingan harga
pertanggungan polis tersebut terhadap harga
pertanggungan total dari setiap polis yang menjamin
objek tersebut.
 Limit of liability : Apabila jaminan polis dibatasi
oleh siau limit of liability, maka batas tanggung
jawab penanggungatas suatu kerugian maksimum

13
adalah sebesar limit of liability tersebut, meskipun
harga sebenarnya atas objek pertanggungan lebih
tinggi. Dalam asuransi kebakaran, penutupan
berdasarkan limit of liability hanya dapat dilakukan
untuk penutupan yang menggunakan polis “Premier
risque” seperti untuk perkebunan tebu dan
perluasan jaminan biaya tambahan.
 Risiko sendiri atau deductible : suatu jumlah
tertentu dari kerugian yang dialami yang harus
ditanggung sendiri oleh pihak tertanggung. Dengan
demikian dengan adanya deductible maka jumlah
ganti rugi yang dapat diperoleh dari pihak dari pihak
penanggung atas suatu kerugian yang dijamin oleh
polis akan berkurang sebesar jumlah risiko sendiri
yang disebutkan oleh polis.

3.3 Kelas konstruksi aplikasi suku premi pada risiko berdampingan yang
termasuk kedalam rumah tinggal

Konstruksi rumah tinggal ini masuk kedalam kelas yang bersifat non
komersial, dengan syarat konstruksi :

a. Tinggi bangunan lima s/d sembilan meter memiliki jarak


minimum lima meter;
b. Lebih dari sembilan meter s/d empat belas meter jarak minimum
lebih dari lima meter s/d tujuh koma lima meter;
c. Lebih dari empat belas meter s/d empat puluh meter jarak
minimum lebih dari tujuh koma lima meter s/d sepuluh meter;
d. Lebih dari empat puluh meter jarak minimum lebih dari sepuluh
meter.

14
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi atas


rumah tinggal sangat berguna untuk masyarakat sehingga masyarakat
sudah saatnya mengasuransikan rumah tinggal mereka.

4.2 Saran

Pemerintah dan perusahaan asuransi sebaiknya bekerja sama untuk


mensosialisasikan jenis-jenis produk asuransi, terutama produk asuransi
kebakaran, mengingat pentingnya manfaat dari asuransi kebakaran
tersebut.

Perusahaan asuransi dengan bantuan pemerintah sebaiknya bekerja


sama untuk membangun citra/image perusahaan asuransi yang baik agar
menimbulkan rasa kepercayaan masyarakat untuk bergabung dalam
asuransi, terutama jenis asuransi non life yaitu asuransi kebakaran.

15

Anda mungkin juga menyukai