Cara sitasi : Akbardiansyah, Desniar, Uju. 2018. Karakteristik ikan asin kambing-kambing (Canthidermis
maculata) dengan penggaraman kering. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 345-355.
Abstrak
Ikan kambing-kambing (Canthidermis maculata) merupakan ikan demersal yang potensial. Salah satu
produk olahan dari ikan kambing-kambing adalah ikan asin. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
pengaruh konsentrasi garam dan lama penggaraman terhadap karakteristik ikan asin yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah preparasi bahan baku tahap kedua pembuatan
ikan asin menggunakan metode penggaraman kering dengan konsentrasi garam 5%, 10% dan 15% dengan
lama penggaraman 12 jam dan 24 jam. Analisis data pada pruduk ikan asin kering menggunakan rancangan
acak lengkap faktorial (RALF) dengan dua kali ulangan Ikan kambing-kambing yang digunakan sebagai
bahan baku dengan nilai organoleptik 7-9. Komposisi kimia dan total mikroba ikan kambing-kambing
dengan kadar air yaitu 77,00±0,32% abu 0,96±0,01% lemak 0,59±0,11% protein 20,58±0,16% karbohidrat
0,89±0,05% pH 6,46±0,03%, dan total mikroba 6,13x103. Konsentrasi garam dan lama penggaraman
berpangaruh nyata terhadap karakteristik ikan asin yang meliputi kadar garam, kadar air dan total mikroba,
konsentrasi garam 15% dengan lama penggaraman 24 jam merupakan perlakuan pruduk ikan asin terbaik.
Kata kunci: analisis komposisi kimia, analisis mikroba, ikan asin, total mikroba
Abstract
Spotted oceanic triggerfish (Canthidermismaculata) is a potential demersal fish for consumption. One
of the processed products of Spotted oceanic triggerfish is salted fish. Our goals in this research were to
determine the effect of salt concetration and salting time on the characteristics of salted fish produced. The
research was carried out in two stages, the first stage was the preparation of raw materials and the second
stage was the production of salted fish using salt method with a salt concentration of 5%, 10%, dan 15%
(w/w) for 12 and 24 hours of salting. Data analysis used factorial completely randomized design (RALF)
with two replications. Spotted oceanic triggerfish used as raw material had organoleptic value 7-9. Fish
meat had pH 6.46±0.03 and contained 77.00±0.32% of moisture, 0.96±0.01% of ash, 0.59±0.11% of fat, is
20.58±0.16% of protein, 0.89±0.05% of carbohydrate, 6.13x103 of total microbial. The salt concentration
and salting time had significant effect on the salted fish characteristics such as salt, water, and microbes
content. Salting at 15% for 24 hour was the best treatment.
Keywords : chemical composition analysis, microbial analysis, salted fish, total microbial
9 8.4
8.4 8.1
8 7.8 7.6 8
7
Sensory value 6
Nilai sensori/
5
4
3
2
1
0
Mata (Eye) Insang (Gill) Lendir Daging Bau (Smell) Tekstur
permukaan warna (Texture)
badan (Body kenampakan
surface (Meat color
mucus) appearance)
Gambar 1 Nilai sensori ikan kambing-kambing (C. maculata)
(Figure 1 sensory value of C. maculata)
utuh. Uji sensori bau didapatkan rerata nilai 8 karbohidrat dalam bahan pangan. Hasil
(segar, spesifik jenis), dan tekstur didapatkan komposisi kimia pada ikan kambing-kambing
nilai rerata 8 dengan spesifikasi agak padat, dapat dilihat pada Tabel 1.
elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek Protein daging ikan kambing-kambing,
daging dari tulang belakang. merupakan komponen penyusun terbesar
Tingkat kesegaran ikan merupakan setelah air yaitu 20,58±0,16%. Daging ikan
salah-satu syarat mutu utama untuk kambing-kambing lebih tinggi dari kadar
dijadikan bahan baku dalam pengolahan protein L. latjanus dan Grouper. Njinkoue
selanjutnya. Perubahan mutu ikan dimulai et al. (2016) melaporkan bahwa ikan
saat ikan ditangkap dan terus berlanjut dikategorikan berprotein tinggi apabila
seiring perubahan komposisi kimia dan fisik memiliki kandungan protein lebih dari 15%.
pada ikan. Perubahan kimia dan fisik pada Abraham-Olukayode et al. (2012) melaporkan
ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah bahwa semakin tinggi persentase proteinnya
satunya adalah cara penanganan yang baik maka semakin baik ikan tersebut untuk
yang melibatkan penerapan sistem rantai dikonsumsi.
dingin. Menurut Junianto (2003) proses Hasil kadar lemak pada ikan kambing-
perubahan komposisi kimia dan fisik yang kambing adalah 0,59±0,11%. Kandungan
berdampak pada mutu organoleptik dimulai lemak daging ikan kambing-kambing pada
setelah ikan mati, dengan proses perubahan penelitian ini tergolong rendah. Venugoval
dimulai dari tahap pre rigor, rigor mortis (2008) melaporkan bahwa ikan berlemak
dan post rigor. Faktor yang mempengaruhi rendah memiliki kandungan lemak kurang
kemunduran mutu ikan secara internal seperti dari 3%, berlemak sedang memiliki kadar
jenis ikan, umur dan ukuran ikan, komposisi lemak 3-5%, berlemak tinggi memiliki
2 kadar
kimia, kondisi fisik, karakteristik kulit lemak lebih dari 7%. Persentase kadar lemak
serta bentuk tubuh. Selain faktor internal, daging ikan kambing-kambing pada penelitian
faktor eksternal juga mempengaruhi tingkat ini lebih tinggi jika dibandingkan kandungan
kesegaran ikan seperti pengaruh alat tangkap, lemak ikan karang spesies L. lutjanus
penanganan pasca panen, musim tangkap, (Kumar et al. 2014) dan ikan karang spesies
wilayah penangkapan dan suhu air saat ikan Grouper (Younis et al. 2011).
ditangkap (Irianto 2014). Kadar abu ikan kambing-kambing lebih
rendah jika dibandingkan dengan kadar
Komposisi Kimia dan Total Mikroba abu spesies ikan karang L. lutjanus (Kumar
Ikan Kambing-kambing (C. maculata) et al. 2014). Kandungan bahan organik dan
Analisis komposisi kimia merupakan air di dalam bahan pangan mencapai 96%,
metode yang digunakan untuk mengukur sedangkan sisanya sebanyak 4% merupakan
kandungan air, abu, lemak, protein dan unsur-unsur mineral (anorganik), kadar
Sirip/
Fin Jeroan/ Jeroan
4.22% Offal
Offal Kepala
8.45% Head
Kulit Daging/
Skin Meat Kulit
11.26% 39.43% Sirip
Skin
Fin
Kepala
dan
Insang/ Tulang Daging
Head and Bone Meat
Tulang
gills
Bone
25.35%
11.29 %
(a) (b)
Gambar 2 Persentase proporsi ikan kambing-kambing (a) proporsi bagian tubuh (b)
(Figure 2 Perscentage of C. maculata (a) proportion of body parts (b))
mempengaruhi rasio bagian ikan yang dapat tinggi konsentrasi garam yang digunakan
dimakan pada bagian tubuh ikan, bagian untuk proses penggaraman, maka jumlah
terbesar pada tubuh ikan yaitu daging, dengan kadar garam didalam jaringan ikan juga
bagian terbesar yang tidak dapat dimakan semakin tinggi. Medina-Vivano et al. (2002)
yaitu kepala dan jeroan (Olafisoye et al. 2013). melaporkan bahwa penambahan garam
Pembuatan ikan asin kambing-kambing kedalam daging ikan dipengaruhi oleh
hanya menggunakan daging saja, sedangkan perbedaan konsentrasi NaCl awal dengan sel
tulang, kepala, kulit, sirip insang dan jeroan ikan, maka semakin besar kadar garam dalam
menjadi limbah. Limbah ini umumnya daging ikan yang dihasilkan.
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Kadar garam pada ikan asin yang
pakan ternak. Hal ini disebabkan oleh ikan digunakan dalam penelitian ini berkisar
kambing-kambing merupakan ikan karang antara 5-15% dan yang terserap pada tubuh
yang berkulit keras sehingga penetrasi garam ikan sebesar 3-13%. Batas asupan maksimal
kedalam daging sulit. garam bagi manusia <5% atau 5 g per hari
(WHO 2011). Kadar garam pada ikan asin
Karakteristik Ikan Asin Kambing- penelitian ini rerata masih tergolong tinggi.
kambing (C. maculata) Hasil kadar garam terbaik mendekati satndar
Karakteristik ikan asin kambing-kambing adalah pada konsentrasi garam 15% dan lama
dengan perlakuan konsentrasi garam 5%, 10%, penggaraman 24 jam.
15% dengan lama penggaraman 12 jam dan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
24 jam dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter perbedaan konsentrasi garam dan lama
kimiawi dan mikrobiologi ikan asin kambing- panggaraman 12 jam dan 24 jam berpengaruh
kambing sudah sesuai dengan standar SNI. nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan total
8273:2016. Hasil analisis ragam menunjukkan mikroba. Hasil uji lanjut Duncan untuk kadar
bahwa penambahan konsentrasi garam air menunjukkan konsentrasi garam 5%, 10%
yang berbeda berpengaruh nyata terhadap dan lama penggaraman 12 jam berpengaruh
kadar garam dalam daging ikan asin. Akan nyata terhadap konsentrasi garam 15% dengan
tetapi lama penggaraman dan interaksi lama lama waktu penggaraman 24 jam. Konsentrasi
3
penggaman tidak memberikan pengaruh garam 10%, lama penggaraman 12 jam tidak
nyata (P>0.05) terhadap kadar garam dalam berbeda nyata dengan semua perlakuan.
ikan asin. Konsentrasi garam 5%, lama penggaraman
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan 24 jam berbeda nyata dan konsentrasi garam
bahwa konsentrasi garam 5% berpengaruh 15% lama penggaraman 24 jam. Rerata
nyata terhadap konsentrasi garam 10% dan kadar air ikan kambing-kambing cenderung
15. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menurun seiring dengan meningkatnya
kadar garam dan waktu penggaraman yang tekanan osmosis yang tinggi dan garam
semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam daging ikan juga mengurangi jumlah
semakin tinggi konsentrasi garam maka kadar oksigen sehingga pertumbuhan mikroba
air dalam daging ikan semakin menurun. aerobik terhambat. Hasil total mikroba
Paparang (2013) melaporkan bahwa pengaruh terbaik mendekati SNI 8273:2016 didapatkan
konsentrasi garam terhadap kadar air pada pada konsentrasi garam 15% dan lama
daging ikan peda mengalami penurunan penggaraman 24 jam.
dengan bertambahnya konsentrasi garam.
Rahmani et al. (2007) melaporkan bahwa Sensori ikan asin kambing-kambing
semakin lama daging ikan direndam dalam (C. maculata)
larutan garam maka air yang keluar semakin Hasil uji sensori ikan asin kambing-
banyak. Penurunan kadar air juga disebabkan kambing meliputi kenampakan, bau, rasa,
oleh penurunan kelarutan protein pada tekstur dan jamur pada penelitian ini dapat
konsentrasi garam tinggi sehingga protein dilihat pada Gambar 3.
terpisah sebagai endapan yang menyebabkan Berdasarkan hasil analisis Kruskal-
menurunnya kemampuan protein mengikat Wallis (p<0.05) ikan asin kambing-
air. Hasil kadar air terbaik mendekati SNI kambing menunjukkan bahwa lama waktu
didapatkan pada konsentrasi garam 15% dan penggaraman tidak memberikan pengaruh
lama penggaraman 24 jam. nyata terhadap uji kenampakan, bau, rasa,
Hasil uji lanjut Duncan untuk total tekstur dan jamur, namun perbedaan
mikroba menunjukkan bahwa konsentrasi konsentrasi garam memberikan pengaruh
garam dan lama penggaraman berpengaruh nyata terhadap uji kenampakan, bau dan
nyata terhadap total mikroba. Konsentrasi tekstur.
garam 5% berpengaruh nyata dengan Nilai rerata uji sensori pada Gambar
konsentrasi garam 10% dan 15%, pada lama 3 untuk parameter kenampakan ikan asin
penggaraman 12 jam dan 24 jam, hal ini kambing-kambing menunjukkan nilai
menunjukkan bahwa semakin tinggi garam penerimaan panelis berkisar 6,4-7,5 dengan
yang digunakan dalam proses pembuatan spesifikasi 7,5 (bersih, cerah spesifik jenis).
ikan asin maka mikroba akan terhambat. Hasil anlisis Krussal-Wallis (P<0,05) untuk uji
Witono et al. (2013) melaporkan bahwa sensori kenampakan pada ikan asin kambing-
pengawetan ikan dengan menggunakan kambing menunjukkan adanya perbedaan
garam dapat memecah membran sel mikroba yang nyata konsentrasi garam terhadap
(plasmolysis), karena garam mempunyai kenampakan ikan asin. Hasil lanjut uji Duncan
10
9a 9a 9a
8.4c
ab 7.7b 7.7a 7.8b
8 7.5b 7.3a
7.5 7.5a 7.4a 7.4 a
7.2b
Nilai sensori/ 6.4a
sensory value 6
0
Kenampakan Bau (Smell) Rasa (Taste) Tekstur Jamur
(Appearnce) (Texture) (Mushrooms)
Gambar 3 Nilai sensori ikan asin kambing-kambing dengan kosentrasi garam (5% ,
10 % dan 15% ).
(Figure 3 Sensory value of salty Spotted oceanic triggerfish with salt concentration
(5% , 10% and 15% ).