Anda di halaman 1dari 11

JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

Available online: journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi

KARAKTERISTIK IKAN ASIN KAMBING-KAMBING (Canthidermis maculata)


DENGAN PENGGARAMAN KERING

Akbardiansyah*, Desniar, Uju


Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, kampus IPB Dramaga, Jalan Agatis, Bogor, Jawa Barat 16680
Telepon (0251) 8622909-8622907, Faks (0251) 8622907
*Korespondesi: akbar.diansyah@ymail.com
Diterima: 7 Juni 2018/Disetujui: 24 Agustus 2018

Cara sitasi : Akbardiansyah, Desniar, Uju. 2018. Karakteristik ikan asin kambing-kambing (Canthidermis
maculata) dengan penggaraman kering. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 21(2): 345-355.

Abstrak
Ikan kambing-kambing (Canthidermis maculata) merupakan ikan demersal yang potensial. Salah satu
produk olahan dari ikan kambing-kambing adalah ikan asin. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan
pengaruh konsentrasi garam dan lama penggaraman terhadap karakteristik ikan asin yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama adalah preparasi bahan baku tahap kedua pembuatan
ikan asin menggunakan metode penggaraman kering dengan konsentrasi garam 5%, 10% dan 15% dengan
lama penggaraman 12 jam dan 24 jam. Analisis data pada pruduk ikan asin kering menggunakan rancangan
acak lengkap faktorial (RALF) dengan dua kali ulangan Ikan kambing-kambing yang digunakan sebagai
bahan baku dengan nilai organoleptik 7-9. Komposisi kimia dan total mikroba ikan kambing-kambing
dengan kadar air yaitu 77,00±0,32% abu 0,96±0,01% lemak 0,59±0,11% protein 20,58±0,16% karbohidrat
0,89±0,05% pH 6,46±0,03%, dan total mikroba 6,13x103. Konsentrasi garam dan lama penggaraman
berpangaruh nyata terhadap karakteristik ikan asin yang meliputi kadar garam, kadar air dan total mikroba,
konsentrasi garam 15% dengan lama penggaraman 24 jam merupakan perlakuan pruduk ikan asin terbaik.

Kata kunci: analisis komposisi kimia, analisis mikroba, ikan asin, total mikroba

Characteristic of Dry Salted Spotted Oceanic Triggerfish (Canthidermis maculata)

Abstract
Spotted oceanic triggerfish (Canthidermismaculata) is a potential demersal fish for consumption. One
of the processed products of Spotted oceanic triggerfish is salted fish. Our goals in this research were to
determine the effect of salt concetration and salting time on the characteristics of salted fish produced. The
research was carried out in two stages, the first stage was the preparation of raw materials and the second
stage was the production of salted fish using salt method with a salt concentration of 5%, 10%, dan 15%
(w/w) for 12 and 24 hours of salting. Data analysis used factorial completely randomized design (RALF)
with two replications. Spotted oceanic triggerfish used as raw material had organoleptic value 7-9. Fish
meat had pH 6.46±0.03 and contained 77.00±0.32% of moisture, 0.96±0.01% of ash, 0.59±0.11% of fat, is
20.58±0.16% of protein, 0.89±0.05% of carbohydrate, 6.13x103 of total microbial. The salt concentration
and salting time had significant effect on the salted fish characteristics such as salt, water, and microbes
content. Salting at 15% for 24 hour was the best treatment.

Keywords : chemical composition analysis, microbial analysis, salted fish, total microbial

345 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

PENDAHULUAN produk ikan asin (Rochima 2005;


Ikan kambing-kambing (Canthidermis Riansyah et al. 2013). Penelitian mengenai
maculata) merupakan salah satu ikan ikan asin sudah dilaporkan oleh beberapa
demersal yang potensial. Potensi perikanan peneliti. Tumbelaka et al. (2013) melaporkan
demersal Provinsi Aceh di Selat Malaka pada bahwa penggunaan konsentrasi garam 15%
tahun 2011 mencapai 151.3 ton (Perikanan selama 7 jam penggaraman merupakan
Tangkap Provinsi Aceh 2015). Potensi ini kombinasi yang tepat untuk mendapatkan
harus dimanfaatkan dengan maksimal ikan bandeng asin kering terbaik, sedangkan
mengingat kebutuhan konsumsi ikan semakin Tahitu (2014) melaporkan bahwa konsentrasi
meningkat setiap tahunnya. Pemanfaatan ikan garam dan waktu perendaman yang terbaik
kambing-kambing sudah banyak dilakukan adalah 6 jam pada konsentrasi garam 40%.
oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), Ikan asin telah di konversi menjadi nugget
baik untuk bahan baku breaded product dengan mencampurkan ampas tahu dan
maupun produk tradisional, khususnya ikan beberapa jenis binder (Hardoko et al. 2018).
asin. Ikan asin sangat digemari dan sudah lama namun ikan asin yang sesuai dengan standar
dikenal dikalangan masyakat. Kebutuhan ikan mutu masih terbatas .
asin masih sangat tinggi, hal ini ditunjukkan Standar mutu ikan asin kering (SNI
dengan jumlah impor ikan kering (asin) 8273:2016), antara lain: kadar air maksimum
sepanjang tahun 2017 mencapai 16.329,33 kg 40 %, kadar garam maksimum 12-20 %, dan
(BKIPM 2017) . ALT maksimum 1 x 105 koloni/g, kadar abu
Permasalahan lain pada produk ikan tidak larut asam 0,3% (BSN 2016). Penelitian
asin di pasaran adalah mutu yang cenderung ini diharapkan dapat meningkat penerimaan
rendah. Febrinawati (2017) melaporkan konsumen dan ikan asin yang dihasilkan
bahwa ikan asin kepala batu di Kabupaten sesuai dengan SNI. Penelitian ini bertujuan
Tulang Bawang memiliki cemaran mikroba menentukan pengaruh konsentrasi garam dan
berdasarkan total plate count (TPC) melebihi waktu penggaraman terhadap karakteristik
ambang batas yang ditetapkan dalam SNI ikan asin yang dihasilkan.
8273:2016. Riski et al. (2017) melaporkan
bahwa pada sentral pengolahan ikan asin BAHAN DAN METODE
daerah Leupung Aceh Besar sebanyak 50% Bahan dan Alat
sampel yang diuji melebihi ambang batas Bahan utama yang digunakan dalam
SNI 8273:2016 untuk kadar air dan cemaran penelitian ini adalah ikan kambing-kambing
mikroba. Ackbarali dan Maharaj (2014) (Canthidermis maculata), yang diperoleh dari
melaporkan bahwa tingkat penerimaan suatu pelabuhan Lampulo Banda Aceh Provinsi
produk oleh konsumen merupakan salah satu Aceh. Bahan lain yang digunakan antara lain
faktor penting dalam memproduksi suatu es, garam beryodium, K2SO4 (Merck, Jerman)
produk yang bermutu. CuSO4 (Merck, Jerman), H3BO3 (Merck,
Pengolah ikan asin di Provinsi Aceh Jerman), NaCl (Merck, Jerman), K2CrO4
cenderung menggunakan konsentrasi (Merck, Jerman), AgNO3 (Merck, Jerman).
garam yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk Peralatan yang digunakan dalam
meningkatkan berat ikan asin kering dan penelitian ini antara lain timbangan analitik
meningkatkan daya simpan walaupun (Chyo Jl-180) dan timbangan digital (Quattro
kadar air yang masih tergolong tinggi. Mac-W, Indonesia), inkubator (Yomato
Metode ini menyebabkan kadar garam 15900, Jepang), oven (Ehret TK/L, Indonesia)
dalam produk menjadi tinggi dan melebihi aw meter (Rotronic-Hygrolab), pH meter
SNI 8273:2016, sehingga dapat menurunkan (Lamotte pHPlus Direct), pisau, baskom, para-
tingkat penerimaan konsumen. Lama para penjemuran dan alat-alat gelas (pyrex,
penggaraman juga dapat mempengaruhi Indonesia)
komposisi kimia dan penilaian organoleptik

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 346


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

Metode Penelitian Analisis proksimat


Preparasi bahan baku Analisis proksimat yang dilakukan
Ikan kambing-kambing sebelum mengacu pada metode AOAC (2005). Analisis
digunakan untuk bahan baku dilakukan proksimat dilakukan terhadap bahan baku
pengujian dan analsisis yang meliputi uji dan produk (ikan asin) meliputi analisis kadar
organoleptik, analisis proksimat, total air, kadar abu, kadar protein dan kadar lemak.
mikroba, dan pH. Ikan kambing-kambing
disiangi dengan cara mengeluarkan insang Derajat keasaman (pH)
dan isi perutya, kemudian ikan dicuci sampai Sampel sebayak 0,2 g ditimbangkan dan
bersih. Ikan dikuliti dan dilakukan pemisahan didispersikan kedalam 20 mL akuades pada
daging dari tulang. Daging yang diperoleh di suhu 80°C, sampel dihomogenkan dengan
potong-potong dengan dimensi rata-rata (5 x magneticstirrer. Sampel diukur derajat
2 x 2) cm. Daging ikan dicuci, dan setrusnya keasamannya pada suhu kamar dengan pH
dilakukan penirisan dalam keranjang dan meter.
penegringan. Setelah kering, daging ikan
dipotong-potong dan ditimbang ditimbang. Analisis total mikroba
Prinsip kerja dari analisis total mikroba
Pembuatan ikan asin mengacu pada metode BSN (2006).
Metode pembutan ikan asin mengacu Perhitungan jumlah koloni bakteri yang
terhadap metode tradisional pembuatan ikan ada di dalam sampel dengan pengenceran
asin yang dilakukan oleh masyarakat Aceh. sesuai keperluan dan dilakukan secara duplo.
Potongan daging ikan ditambahkan garam Pengerjaan seluruhnya dilakukan secara
dengan garam 5%, 10%, dan 15% (b/b). aseptik untuk mencegah kontaminasi yang
Metode penggaraman yang digunakan adalah tidak diinginkan dan pengamatan secara
penggaraman kering. Ikan yang telah dilemuri duplo dapat meningkatkan ketelitian. Jumlah
garam dalam wadah secara merata kemudian koloni bakteri yang dapat dihitung dengan
dibiarkan pada suhu ruang selama 12 jam atau cawan petri yang mempunyai koloni bakteri
24 jam. Ptongan daging ikan dicuci kembali berkisar antara 23-250 koloni. Cawan petri,
dan dijemur diatas para-para selama tiga hari tabung reaksi dan pipet sebelum digunakan
dengan periode pengeringan 7 jam per hari. disterilkan terlebih dahulu dalam oven pada
Ikan asin di analisis kadar garam, kadar air, suhu 180°C selama 2 jam. Media disterilkan
total mikroba dan uji organoleptik. dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15
menit dengan tekanan 1 atm. Suhu media
Uji organolpetik ikan segar dan uji dipertahankan pada suhu 45-55°C dalam
sensori ikan asin penangas air. Pembuatan larutan pengencer
Pengujian organoleptik dilakukan untuk dilakukan dengan cara melarutkan 8,5 g NaCl
menentukan kesegaran bahan baku yang dalam 1 L akuades yang kemudian disterilkan
digunakan. Uji organoleptik bahan baku dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15
berdasarkan SNI 01-2729.1-2006 tentang menit.
penilaian ikan segar. Parameter yang diuji Sampel sebanyak 10 g dihaluskan
meliputi kenampakan mata, insang, lendir kemudian dilarutkan ke dalam larutan
permukaan badan, daging (warna dan pengencer steril yang telah berisi dengan
kenampakan), bau dan tekstur. Kisaran nilai volume mencapai 100 mL sehingga didapatkan
organoleptik bahan baku yang disediakan pengenceran 101. Satu mL Larutan tersebut
adalah 1-9. diambil dengan pipet, kemudian dimasukkan
Pengujian sensori ikan asin mengacu ke dalam tabung reaksi yang telah berisi
pada SNI 8273:2016. Parameter penilaian i 9 mL larutan pengencer steril untuk
meliputi kenampakan, bau, rasa, tekstur dan memperoleh pengenceran 10-2. Seterusnya
jamur dengan kisaran nilai yang disediakan sampai didapat pengenceran 10-5. Tahapan
5-9, sedangkan kisaran nilai untuk keberadaan berikutnya pengenceran tersebut diambil
jamur adalah 1 (ada) dan 9 (tidak ada). dengan menggunakan pipet sebanyak 1 mL

347 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

dimasukkan ke dalam cawan petri yang ANALISIS DATA


sudah disterilkan. Pengenceran dilakukan Rancangan percobaan yang digunakan
secara duplo, setiap cawan digerakkan secara pada proses pembuatan ikan asin adalah
melingkar di atas meja agar media NA merata, Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF).
setalah NA membeku, cawan petri diinkubasi Faktor variabel yang dianalisis konsentrasi
dalam inkubator selama 48 jam pada suhu garam dan waktu penggaraman, jika beda
30°C, cawan petri tersebut diletakkan secara nyata antara taraf perlakuan maka dilanjutkan
terbalik dalam inkubator. Jumlah koloni degan uji Duncan s Multiple Range Test
bakteri yang dihitung adalah cawan petri (DTRT) pada taraf kepercayaan 95%. Model
yang mempunyai koloni bakteri antara 25-250 Rancangan Acak Lengkap Faktorial mengacu
koloni dengan rumus perhitungan sebagai pada Steel dan Torrie (1993).
berikut: Yijk = µ+ τi + βj + (τ β ) + εijk
(∑c)
Rumus : N= + [(1xn1)+(0.1xn2)]x(d) Keterangan :
Yijk = respon pengaruh interaksi antara
kosentrasi garam dan lama waktu
Keterangan : penggaraman ke -j
N = jumlah koloni produk dinyatakan µ = nilai tengah umum
dalam koloni per g τi = pengaruh ke-j
ΣC = jumlah cawan pada semua cawan
βj = pengaruh interaksi antara kosentrasi
yang dihitung
n1 = jumlah cawan pada pengencer pertama lama waktu penggaraman ke-i
yang dihitung dengan kosentrasi garam ke -j
n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua εijk = faktor galat perlakuan
yang dihitung
d = pengenceran pertama yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sensori Ikan Kambing-
Analisis kadar garam kambing (C. maculata)
Penentuan kadar garam dilakukan Hasil uji sensori ikan kambing-kambing
dengan menggunakan metode Mohr atau dari semua parameter penilaian sensori
titrasi ion korida dengan perak (AOAC ikan segar menunjukkan nilai sensori yang
2005). Sampel (5 g) dimasukkan kedalam memenuhi standar kualitas ikan segar dengan
cawan porselen untuk dilakukan pengabuan nilai sensori diatas 7 (Gambar 1). Hal ini
dengan cara dipanaskan dalam tanur pada menunjukkan bahwa kualitas ikan kambing-
suhu 500°C selama 6 jam. Cawan porselen kambing yang digunakan dalam penelitian
ditambahkan akuades, larutan abu yang ini masih dalam kondisi segar. Standar ikan
terbentuk dimasukkan dalam labu takar 100 segar, berada pada rentang nilai rerata uji
mL. Akuades ditambahkan sampai tanda sensori pada spesifikasi kenampakan mata,
tera. Abu terlarut kemudian disaring dengan insang, lendir permukaan badan, daging
menggunakan kertas saring. Sebanyak 10 (wana dan kenampakan) bau dan tekstur ikan
mL filtrat dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang digolongkan segar berkisar pada 7-9
250 mL, lalu ditambahkan 5 tetes indikator (BSN 2006).
K2CrO4 5% dan titrasi menggunakan AgNO3 Kenampakan mata pada uji sensori
0,1 N sampai terbentuk warna merah bata dengan nilai rerata 8 spesifikasi cerah, bola
atau jingga. mata rata, kornea jernih. Insang dengan nilai
rerata 8 (warna merah kurang cemerlang,
VAgNO3 x NAgNO3 x BE NaCl x FP
Kadar NaCl (%) = x100% tanpa lendir), sedangkan nilai uji sensori
Sampel (m)
lendir permukaan badan dengan nilai rerata
Keterangan: 8 (lapisan lendir jernih, transparan, cerah,
V = volume titran AgNO3 (mL)
N = normalitas AgNO3 (0,1)
belum ada perubahan warna), nilai uji sensori
BE = berat molekul 58,45 g/mol daging (warna dan kenampakan) diperoleh
FP = faktor pengenceran rerata 8 dengan spesifikasi sayatan daging
m = massa sampel (mg) cemerlang spesifik jenis, tidak ada pemerahan
sepanjang tulang belakang, dinding perut

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 348


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

9 8.4
8.4 8.1
8 7.8 7.6 8

7
Sensory value 6
Nilai sensori/

5
4
3
2
1
0
Mata (Eye) Insang (Gill) Lendir Daging Bau (Smell) Tekstur
permukaan warna (Texture)
badan (Body kenampakan
surface (Meat color
mucus) appearance)
Gambar 1 Nilai sensori ikan kambing-kambing (C. maculata)
(Figure 1 sensory value of C. maculata)

utuh. Uji sensori bau didapatkan rerata nilai 8 karbohidrat dalam bahan pangan. Hasil
(segar, spesifik jenis), dan tekstur didapatkan komposisi kimia pada ikan kambing-kambing
nilai rerata 8 dengan spesifikasi agak padat, dapat dilihat pada Tabel 1.
elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek Protein daging ikan kambing-kambing,
daging dari tulang belakang. merupakan komponen penyusun terbesar
Tingkat kesegaran ikan merupakan setelah air yaitu 20,58±0,16%. Daging ikan
salah-satu syarat mutu utama untuk kambing-kambing lebih tinggi dari kadar
dijadikan bahan baku dalam pengolahan protein L. latjanus dan Grouper. Njinkoue
selanjutnya. Perubahan mutu ikan dimulai et al. (2016) melaporkan bahwa ikan
saat ikan ditangkap dan terus berlanjut dikategorikan berprotein tinggi apabila
seiring perubahan komposisi kimia dan fisik memiliki kandungan protein lebih dari 15%.
pada ikan. Perubahan kimia dan fisik pada Abraham-Olukayode et al. (2012) melaporkan
ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah bahwa semakin tinggi persentase proteinnya
satunya adalah cara penanganan yang baik maka semakin baik ikan tersebut untuk
yang melibatkan penerapan sistem rantai dikonsumsi.
dingin. Menurut Junianto (2003) proses Hasil kadar lemak pada ikan kambing-
perubahan komposisi kimia dan fisik yang kambing adalah 0,59±0,11%. Kandungan
berdampak pada mutu organoleptik dimulai lemak daging ikan kambing-kambing pada
setelah ikan mati, dengan proses perubahan penelitian ini tergolong rendah. Venugoval
dimulai dari tahap pre rigor, rigor mortis (2008) melaporkan bahwa ikan berlemak
dan post rigor. Faktor yang mempengaruhi rendah memiliki kandungan lemak kurang
kemunduran mutu ikan secara internal seperti dari 3%, berlemak sedang memiliki kadar
jenis ikan, umur dan ukuran ikan, komposisi lemak 3-5%, berlemak tinggi memiliki
2 kadar
kimia, kondisi fisik, karakteristik kulit lemak lebih dari 7%. Persentase kadar lemak
serta bentuk tubuh. Selain faktor internal, daging ikan kambing-kambing pada penelitian
faktor eksternal juga mempengaruhi tingkat ini lebih tinggi jika dibandingkan kandungan
kesegaran ikan seperti pengaruh alat tangkap, lemak ikan karang spesies L. lutjanus
penanganan pasca panen, musim tangkap, (Kumar et al. 2014) dan ikan karang spesies
wilayah penangkapan dan suhu air saat ikan Grouper (Younis et al. 2011).
ditangkap (Irianto 2014). Kadar abu ikan kambing-kambing lebih
rendah jika dibandingkan dengan kadar
Komposisi Kimia dan Total Mikroba abu spesies ikan karang L. lutjanus (Kumar
Ikan Kambing-kambing (C. maculata) et al. 2014). Kandungan bahan organik dan
Analisis komposisi kimia merupakan air di dalam bahan pangan mencapai 96%,
metode yang digunakan untuk mengukur sedangkan sisanya sebanyak 4% merupakan
kandungan air, abu, lemak, protein dan unsur-unsur mineral (anorganik), kadar

349 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

Tabel 1 Komposisi kimia dan total mikroba ikan kambing-kambing


(Table 1 Chemical composition and total microbial C. maculata)
Ikan kambing-
Ikan Groupera/ Ikan Latjanus-
Parameter/Parameter kambing/
Grouper latjunusb/ L. latjanus
C. maculata
Kadar protein/ Protein content (%) 20.58±0.16 18.60±0.24 15.67±0.11
Kadar lemak/ Lipids content (%) 0.59±0.11 0.43±0.09 0.24±0.02
Kadar abu/ Ash content (%) 0.96±0.01 1.07±0.04 1.54±0.16
Kadar air/ Moisture content (%) 77.00±0.32 78.87±0.48 76.29±1.44
pH/ pH 6.46±0.03 - -
Total mikroba/Total mikrobial 6.13 x 10 ±0.00
3
- -
Keterangan: aYounis et al. (2011); bKumar et al. (2014)

abu merupakan campuran dari komponen Pengukuran pH didasarkan pada


anorganik atau mineral yang terdapat dalam konsentrasi ion hidrogen pada suatu medium
suatu bahan pangan yang tidak terbakar atau pelarut. Hasil uji pH ikan kambing-
pada proses pembakaran bahan organik kambing yaitu sebesar 6,46±0,03. Hasil pH
(Winarno 2008). ikan kambing-kambing pada penelitian ini
Persentase nilai kadar air ikan kambing- tergolong ikan segar karena ambang batas
kambing dalam penelitian ini lebih rendah jika maksimum pH yang dapat ditoleransi adalah
dibandingkan dengan kadar air yang terdapat lebih kecil dari 7,0. Kose (2003) melaporkan
dalam daging jenis ikan karang lainnya. Ikan bahwa ketika pH ikan diatas 7,0 maka ikan
karang jenis Grouper memiliki kadar air cenderung sudah busuk.
78,87±0,48% (Younis et al. 2011), sedangkan Pengujian total mikroba pada ikan
menurut Kumar et al. (2014) spesies ikan kambing-kambing, didapatkan nilai 6,13x103.
karang Lutjanus lutjanus yaitu 76,29±1,44%. Hasil ini menunjukkan bahwa total mikroba
Kadar air merupakan air bebas yang hanya ikan kambing-kambing lebih rendah dari
terikat secara fisik dalam jaringan matriks batas maksimum total mikroba ikan segar
bahan seperti membran dan kapiler (Winarno standar yaitu 5,0x105 koloni/g (nilai log 5,7
2008). Kadar air juga merupakan indikator koloni/g) (BSN). Menurut Julianto (2003)
yang baik untuk menentukan jumlah relatif kesegaran ikan ditentukan oleh jumlah bakteri
energi, protein dan lemak ikan berkadar air yang tidak melebihi 105 (log TPC = 5).
rendah cenderung memiliki kadar lemak dan
protein yang relatif tinggi (Dempson et al. Proporsi Ikan Kambing-kambing (C. maculata)
2004). Proporsi yang digunakan dalam
Perbedaan komposisi proksimat penelitian ini, adalah daging ikan dengan
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor proporsi tertinggi yaitu (39.43%), sedangkan
eksogenus dan endogenus. Alemu et al. proporsi terendah pada bagian sirip yaitu
(2013) melaporkan bahwa faktor eksogenus (4.22%). Persentase proporsi ikan kambing-
utama yang mempengaruhi komposisi kambing dapat dilihat pada Gambar 2.
proksimat pada ikan adalah pakan, sedangkan Proporsi ikan kambing-kambing
faktor endogenusnya meliputi ukuran, memiliki nilai yang sejalan dengan penelitian
umur, jenis kelamin dan tingkat kematangan yang dilaporkan oleh Jacoeb et al. (2015)
gonad (TKG). Nakamura et al. (2007); proporsi ikan kakap merah dengan proporsi
Roy et al. (2010) melaporkan bahwa komposisi daging (39%), tulang (45%) jeroan (12%), dan
proksimat suatu ikan juga dipengaruhi oleh sisik (4%). Bagian ikan yang dapat dimakan
letak bagian tubuh pada ikan, bagian perut secara umum berkisar antara 45–50% dari
memiliki kandungan lemak lebih tinggi dan tubuh ikan (Suzuki 1981). Rendemen ikan
protein lebih rendah dibandingkan dengan tergantung pada spesies ikan, spesies ikan
bagian dorsal.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 350


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

Sirip/
Fin Jeroan/ Jeroan
4.22% Offal
Offal Kepala
8.45% Head
Kulit Daging/
Skin Meat Kulit
11.26% 39.43% Sirip
Skin
Fin
Kepala
dan
Insang/ Tulang Daging
Head and Bone Meat
Tulang
gills
Bone
25.35%
11.29 %

(a) (b)
Gambar 2 Persentase proporsi ikan kambing-kambing (a) proporsi bagian tubuh (b)
(Figure 2 Perscentage of C. maculata (a) proportion of body parts (b))

mempengaruhi rasio bagian ikan yang dapat tinggi konsentrasi garam yang digunakan
dimakan pada bagian tubuh ikan, bagian untuk proses penggaraman, maka jumlah
terbesar pada tubuh ikan yaitu daging, dengan kadar garam didalam jaringan ikan juga
bagian terbesar yang tidak dapat dimakan semakin tinggi. Medina-Vivano et al. (2002)
yaitu kepala dan jeroan (Olafisoye et al. 2013). melaporkan bahwa penambahan garam
Pembuatan ikan asin kambing-kambing kedalam daging ikan dipengaruhi oleh
hanya menggunakan daging saja, sedangkan perbedaan konsentrasi NaCl awal dengan sel
tulang, kepala, kulit, sirip insang dan jeroan ikan, maka semakin besar kadar garam dalam
menjadi limbah. Limbah ini umumnya daging ikan yang dihasilkan.
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan Kadar garam pada ikan asin yang
pakan ternak. Hal ini disebabkan oleh ikan digunakan dalam penelitian ini berkisar
kambing-kambing merupakan ikan karang antara 5-15% dan yang terserap pada tubuh
yang berkulit keras sehingga penetrasi garam ikan sebesar 3-13%. Batas asupan maksimal
kedalam daging sulit. garam bagi manusia <5% atau 5 g per hari
(WHO 2011). Kadar garam pada ikan asin
Karakteristik Ikan Asin Kambing- penelitian ini rerata masih tergolong tinggi.
kambing (C. maculata) Hasil kadar garam terbaik mendekati satndar
Karakteristik ikan asin kambing-kambing adalah pada konsentrasi garam 15% dan lama
dengan perlakuan konsentrasi garam 5%, 10%, penggaraman 24 jam.
15% dengan lama penggaraman 12 jam dan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
24 jam dapat dilihat pada Tabel 2. Parameter perbedaan konsentrasi garam dan lama
kimiawi dan mikrobiologi ikan asin kambing- panggaraman 12 jam dan 24 jam berpengaruh
kambing sudah sesuai dengan standar SNI. nyata (P<0,05) terhadap kadar air dan total
8273:2016. Hasil analisis ragam menunjukkan mikroba. Hasil uji lanjut Duncan untuk kadar
bahwa penambahan konsentrasi garam air menunjukkan konsentrasi garam 5%, 10%
yang berbeda berpengaruh nyata terhadap dan lama penggaraman 12 jam berpengaruh
kadar garam dalam daging ikan asin. Akan nyata terhadap konsentrasi garam 15% dengan
tetapi lama penggaraman dan interaksi lama lama waktu penggaraman 24 jam. Konsentrasi
3
penggaman tidak memberikan pengaruh garam 10%, lama penggaraman 12 jam tidak
nyata (P>0.05) terhadap kadar garam dalam berbeda nyata dengan semua perlakuan.
ikan asin. Konsentrasi garam 5%, lama penggaraman
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan 24 jam berbeda nyata dan konsentrasi garam
bahwa konsentrasi garam 5% berpengaruh 15% lama penggaraman 24 jam. Rerata
nyata terhadap konsentrasi garam 10% dan kadar air ikan kambing-kambing cenderung
15. Hal ini menunjukkan bahwa semakin menurun seiring dengan meningkatnya

351 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

Tabel 2 Karakteristik kimiawi dan mikrobiologi ikan asin kambing-kambing


(Table 2 Characteristic of chemical and microbiology salty Spotted oceanic triggerfish)
Konsentrasi Parameter/Parameter
Lama penggaraman/ garam/ Kadar garam / Total mikroba
Duration salting Concentration Kadar air/ Moisture
Salt content Total microbial
of salt (%) content (%)
(%) (CFU/g)
5 3.36±0.08a 31.22±2.73c 2.79x103f
12 Jam/ 12 hours 10 7.71±0.19b 26.15±3.61abc 2.32x103d
15 12.84±0.23c 24.09±2.09ab 1.86x103b
5 3.76±0.23a 27.49±0.64bc 2.60x103e
24 Jam/ 24 hours 10 8.02±0.24b 22.04±3.23ab 2.23x103c
15 13.22±0.11 c
20.32±0.55 a
1.78x103a
Standar/ Standard
12.0-20.0 Maks. 40.0 1x105
BSN 2016

kadar garam dan waktu penggaraman yang tekanan osmosis yang tinggi dan garam
semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa dalam daging ikan juga mengurangi jumlah
semakin tinggi konsentrasi garam maka kadar oksigen sehingga pertumbuhan mikroba
air dalam daging ikan semakin menurun. aerobik terhambat. Hasil total mikroba
Paparang (2013) melaporkan bahwa pengaruh terbaik mendekati SNI 8273:2016 didapatkan
konsentrasi garam terhadap kadar air pada pada konsentrasi garam 15% dan lama
daging ikan peda mengalami penurunan penggaraman 24 jam.
dengan bertambahnya konsentrasi garam.
Rahmani et al. (2007) melaporkan bahwa Sensori ikan asin kambing-kambing
semakin lama daging ikan direndam dalam (C. maculata)
larutan garam maka air yang keluar semakin Hasil uji sensori ikan asin kambing-
banyak. Penurunan kadar air juga disebabkan kambing meliputi kenampakan, bau, rasa,
oleh penurunan kelarutan protein pada tekstur dan jamur pada penelitian ini dapat
konsentrasi garam tinggi sehingga protein dilihat pada Gambar 3.
terpisah sebagai endapan yang menyebabkan Berdasarkan hasil analisis Kruskal-
menurunnya kemampuan protein mengikat Wallis (p<0.05) ikan asin kambing-
air. Hasil kadar air terbaik mendekati SNI kambing menunjukkan bahwa lama waktu
didapatkan pada konsentrasi garam 15% dan penggaraman tidak memberikan pengaruh
lama penggaraman 24 jam. nyata terhadap uji kenampakan, bau, rasa,
Hasil uji lanjut Duncan untuk total tekstur dan jamur, namun perbedaan
mikroba menunjukkan bahwa konsentrasi konsentrasi garam memberikan pengaruh
garam dan lama penggaraman berpengaruh nyata terhadap uji kenampakan, bau dan
nyata terhadap total mikroba. Konsentrasi tekstur.
garam 5% berpengaruh nyata dengan Nilai rerata uji sensori pada Gambar
konsentrasi garam 10% dan 15%, pada lama 3 untuk parameter kenampakan ikan asin
penggaraman 12 jam dan 24 jam, hal ini kambing-kambing menunjukkan nilai
menunjukkan bahwa semakin tinggi garam penerimaan panelis berkisar 6,4-7,5 dengan
yang digunakan dalam proses pembuatan spesifikasi 7,5 (bersih, cerah spesifik jenis).
ikan asin maka mikroba akan terhambat. Hasil anlisis Krussal-Wallis (P<0,05) untuk uji
Witono et al. (2013) melaporkan bahwa sensori kenampakan pada ikan asin kambing-
pengawetan ikan dengan menggunakan kambing menunjukkan adanya perbedaan
garam dapat memecah membran sel mikroba yang nyata konsentrasi garam terhadap
(plasmolysis), karena garam mempunyai kenampakan ikan asin. Hasil lanjut uji Duncan

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 352


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

10
9a 9a 9a
8.4c
ab 7.7b 7.7a 7.8b
8 7.5b 7.3a
7.5 7.5a 7.4a 7.4 a
7.2b
Nilai sensori/ 6.4a
sensory value 6

0
Kenampakan Bau (Smell) Rasa (Taste) Tekstur Jamur
(Appearnce) (Texture) (Mushrooms)

Gambar 3 Nilai sensori ikan asin kambing-kambing dengan kosentrasi garam (5% ,
10 % dan 15% ).
(Figure 3 Sensory value of salty Spotted oceanic triggerfish with salt concentration
(5% , 10% and 15% ).

menunjukkan bahwa konsentrasi garam 5% penggaraman yang semakin tinggi membuat


berbeda nyata terhadap konsentrasi garam penilaian panelis semakin meningkat
10%, dan 15%, namun konsentrasi garam 10% (Tumbelaka et al. 2013).
tidak memberi perberbedaan nyata dengan Berdasarkan nilai rerata uji sensori
konsentrasi garam 15%. Hal ini menunjukkan tekstur ikan asin kambing-kambing (Gambar
bahwa semakin tinggi konsentrasi garam 3) menunjukkan nilai penerimaan penalis
pada ikan asin dapat berpengaruh terhadap berkisar 7,4-8.4. dengan spesifikasi 7,4 (padat
kenampakan. Tumbelaka et al. (2013) kurang kering) dan 8,4 (padat kering). Hasil
melaporkan bahwa konsentrasi garam dan anlisis Krussal-Wallis (P<0,05) menunjukkan
lama penggaraman yang semakin tinggi konsentrasi garam berpengaruh terhadap
diduga menyebabkan ikan bandeng asin tekstur ikan asin. Hasil uji lanjut Duncan
kering terlihat lebih putih karena kristal garam menyatakan bahwa konsentrasi garam 10%
yang terdapat pada permukaan tubuh ikan berbeda nyata dengan konsentrasi garam
sehingga tingkat kesukaan panelis berkurang. 5% dan 15%. Konsentrasi garam yang
Hasil nilai rerata uji sensori pada Gambar bertambah mempengaruhi penilaian panelis
3 untuk parameter bau ikan asin kambing- terhadap tekstur ikan kambing-kambing.
kambing menunjukkan nilai penerimaan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
penalis berkisar 7,3-7,7 dengan spesifikasi Rahmani et al. (2007) tingkat kesukaan panelis
(spesifik jenis bau kurang kuat). Hasil terhadap tekstur ikan gabus asin cenderung
anlaisis Krussal-Wallis (P<0,05) untuk uji meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
sensori bau pada ikan asin kambing-kambing garam.
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata 4
antara konsentrasi garam terhadap bau ikan KESIMPULAN
asin. Hasil uji lanjut Duncan pada uji bau Konsentrasi garam dan lama penggaraman
menunjukkan bahwa konsentrasi garam 5% berpengaruh nyata terhadap karakteristik ikan
tidak berbeda nyata terhadap garam 10%, asin, yang meliputi kadar garam, kadar air, dan
konsentrasi 10% juga tidak berbeda nyata total mikroba konsentrasi garam 15% lama
terhadap 15%, namun konsentrasi garam penggaraman 24 jam merupakan perlakuan
5% berbeda nyata terhadap konsentrasi 15%. terbaik dan sesuai dengan persyaratan mutu
Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi SNI 8273:2016.
konsentrasi garam akan mempengaruhi
bau ikan asin. Konsentrasi garam dan lama

353 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia


Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al. JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2

DAFTAR PUSTAKA Teknologi Industri dan Hasil Pertanian.


Ackbarali DS, Maharaj R. 2014. Sensory 22(1): 1-7.
evaluation as a tool in determining Hardoko, Sasmito BB, Puspitasari YE, Lilyani
acceptability of innovative products N. 2018. Konversi ikan asin menjadi
developed by undergraduate students nugget berserat pangan dengan tambahan
in food science and technology at the ampas tahu dan beberapa jenis binder.
University of Trinidad and Tobago. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan
Journal of Curriculum and Teaching. Indonesia. 21(1): 54-67.
3(1): 10-27. Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan.
Alemu LA, Melese AY, Gulelat DH. 2013. Jakarta. (ID): Penebar Swadaya
Effect of endogenous factors on Jacoeb AM, Suptijah P, Kristantina WY. 2015.
proximate composition of nile tilapia Komposisi asam lemak, kolesterol, dan
(Oreochromis Niloticus L.) fillet from deskripsi jaringan fillet kakap merah
Lake Zeway. American Journal of Research segar dan goreng. Jurnal Pengolahan
Communication. 1(11): 405-410. Hasil Perikanan Indonesia.16(2): 98-107.
Abraham-Olukayode, AO Adejonuwo, OA [KKP]. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Oramadike, CE Kolade, OY. 2012. 2015. Statistik Perikanan Tangkap
Proximate composition of P. elongatus Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Data
subjected to different processing Statistika dan Informasi Kementrian
techniques. Journal Fish Aquatic Science. Kelautan dan Perikanan Tahun 2015.
8(1): 282-286. (27 Februari 2018).
[AOAC] Association of Official Analytical Kumar PM, Ruba Annathai A, Jeya Shakila
Chemist. 2005. Official Methods of R, Shanmugan. 2014. Proximate and
Analysis. Mayland USA (US): majormineral composition of 23 medium
Association of Official Analytical Chemist sized marine fin fishes landed inthe
Inc. thoothukudi coast of india. Journal of
[BKIPM] Badan Karantina Ikan, Pengendalian Nutrition Food Science. 4(1):1-7.
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Kose S. 2003. An investigation of quality in
2017. Jumlah Data Impor Ikan Asin anchovy (Engraulis encrasicolus) stored
Kering. Jakrata (ID): Badan Karantina at different temperatures. Turkey Journal
Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Veterinary Animal Science. 28: 575-582.
Hasil Perikanan. Medina-Vivanco M, Sobral PJ, do A, Hubinger
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2006. SNI MD. 2002. Osmotic dehydration of
01-2323.3-2006. Cara Uji Mikrobilologi- tilapia fillets in limited volume of
Bagian 3 Penentuan Angka Lempeng Total ternary solutions. Chemical Engineering.
(ALT) Pada Produk Perikanan. Jakarta 86: 199-205.
(ID): Badan Standardisasi Nasional. Njinkoue JM, Gouado I, Tchoumbougnang
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2016. F, Ngueguim JH, Ndinteh DT, Fomogne-
SNI 8273:2016. Ikan Asin Kering. Jakarta Fodjo Y, Schwigert FJ. 2016. Proximate
(ID): Badan Standardisasi Nasional. composition, mineral content and fatty
Dempson IB, Schwarz CJ, Shears M, Furey acid profile of two marine fishes from
G. 2004. Comparative proximate body Cameroonian coast: Pseudotolithus
composition of atlantic salmon with typus (Bleeker, 1863) and Pseudotolithus
emphasis on parr from fluvial and elongatus (Bowdich, 1825). NFS Journal.
lacustrine habitats. Journal of Fish Biology. 4:27-31.
64: 1257-1271. Nakamura YN, Ando M, Seoka M, Kawasaki
Febrinawati. 2017. Profil cemaran Pb, KI, Tsukamasa Y. 2007. Changes of
formaldehid dan mikroba pada proximate and fatty acid compositions of
ikan asin kepala batu, ikan asap dan the dorsal and ventral ordinary muscles
terasi di kecamatan Dente Teladas of the full-cycle cultured Pacific bluefin
kabupaten Tulang B a w a n g . J u r n a l tuna Thunnus orientalis with the growth.
Food Chemistry. 103: 234-24.

Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 354


JPHPI 2018, Volume 21 Nomor 2 Karakteristik Ikan Asin Kambing-Kambing, Akbardiansyah et al.

Olafisoye O, Olutona O, Osibote A. 2013. Buletin Teknologi Hasil Perikanan. 8(2):


Trace metal, proximate composition and 46-56.
anatomical properties of four fish species Suzuki, Taneko. 1981. Fish and Krill Protein:
commonly consumed in south-western, Processing Technology. London (UK):
Nigeria. International Conference Applied Science Publishers Ltd.
on Food and Agricultural Sciences. Tahitu JM. 2014. Pengaruh konsentrasi garam
55(4): 18-22. dan waktu perendaman terhadap cita
Paparang RW. 2013. Studi pengaruh variasi rasa ikan kawalinya (Selar leptolepis) asin
konsentrasi garam terhadap citrarasa kering. Biopendix. 1(1): 65-70.
peda ikan layang. Jurnal Media Tumbelaka RA, Naiu, AS, Dali FA. 2013.
Teknologi Hasil Perikanan. 1(1): 1-4. Pengaruh konsentrasi garam dan lama
Riski K, Fakhrurrazi, Abrar M. 2017. Isolasi penggaraman terhadap nilai hedonik
bakteri Staphylococcus aureus pada Ikan bandeng (Chanos chanos) Asin
ikan asin talang-talang (Scomberoides Kering. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
commersonnianus) di kecamatan Leupung Kelautan. 1(1): 48-54.
kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Venugoval V. 2008. Seafood Processing; Adding
Mahasiswa Veteriner. 1(3): 366-374. Value Through Quick Freezing Retortable
Riansyah A, Supriadi A, Nopianti R. 2013. Packaging and Cook Chilling. New York
Pengaruh perbedaan suhu dan waktu (US): Taylor and Prancis publisher.
pengeringan terhadap karakteristik ikan Witono, Judy Retti B, YIP, Arry Miryanti,
asin sepat siam (Trichogaster pectoralis) dan Lia Yuniarti. 2013. Studi Kinetika
dengan menggunakan oven. Fishtech. Dehidrasi Osmotik pada Ikan Teri Dalam
2(1): 53-68. Larutan Biner dan Terner. Bandung. (ID)
Roy BC, Miyake, Ando M, Kawasaki :Lembaga Penelitian dan Pengabdian
KI,Tsukamasa Y. 2010. Proximate and Kepada Masyarakat Universitas Katolik
fatty acid composition in different flesh Parahyangan
cuts of cultured, cultured fasted, and wild Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
pacific bluefin tuna (Thunnus orientalis). Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Journal of Aquatic Food Product [WHO] World Health Organization. 2011.
Technology. 19: 284-297. Diet and Chronic Diseases. Genva (US):
Rahmani Y, Erryana M. 2007. Pengaruh World Health Organization
metode penggaraman basah terhadap Younis EM, AA Abdel-Warith, Al-Asgah
karakteristik produk ikan asin gabus AA, AS El-Shayia. 2011. Chemical
(Ophiocephalus striatus). Jurnal Teknologi composition and mineral of commercial
Pertanian. 8(3): 142-152. fish species from the arabian gulf
Rochima E. 2005. Pengaruh fermentasi coast of saudi arabia. Journal of
garam terhadap karakteristik jambal roti. Animal and Veteranary Advances.
10(23): 3053-3059.

355 Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai