Anda di halaman 1dari 3

ZONASI WILAYAH PESISIR

KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Lahan pesisir adalah suatu daerah yang kaya akan potensi sumberdaya alamnya.
Daerah dengan potensi sumberdaya alam yang kaya memiliki potensi untuk menjadi daerah
yang berkembang dengan pembangunan yang dilakukan didalamnya. Kegiatan pembangunan
yang dilaksanakan, idealnya selain berwawasan sosial ekonomi juga harus berwawasan
lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana, berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Oleh karena itu perlu adanya
perencanaan yang baik tentang penggunan lahan pesisir.
Zona wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah dalam
mengatur alokasi ruang pada wilayah pesisir yang bertujuan untuk memaksimalkan
pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir. Pada hakekatnya zonasi wilayah pesisir
merupakan bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis
yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. Dalam penentuan zonasi
penggunaan lahan pesisir tidak lepas dari isu-isu stategis sebagai dasar penyusunan zonasi itu
sendiri.
Beberapa isu prioritas yang menjadi masalah di Kabupaten Lampung Timur terkait
Sumberdaya Pesisir dan Laut, yakni :
1) Degradasi habitat wilayah pesisir,
2) Pencemaran wilayah pesisir,
3) Belum adanya penataan ruang wilayah pesisir,
4) Belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap dan budidaya,
5) Kerusakan hutan, Taman Nasional, dan cagar alam laut.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu sebuah zonasi yang dapat dijadikan
acuan dalam pemanfaatan wilayah pesisir untuk mengurangi konflik, serta dapat menunjang
pembangunan berkelanjutan. Adapun yang menjadi dasar hukum perencanan zonasi
Kabupaten Lampung Timur adalah :
 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir danPulau-
Pulau Kecil
 Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Nasional 2010-2025
 Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1989 tentang Kriteria Kawasan Budidaya;
 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009 – 2029
 Perda Kabupaten lampung NO. 04 tahun 2012 tentang rencana tata ruang wilayah
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011 – 2031

Adapun zonasi yang sesuai dengan kondisi pesisir Kabupaten Lampung Timur dapat
dilihat pada gambar berikut:
a. Kawasan Konservasi
Taman Nasional Way Kambas pada saat ini adalah satu-satunya perwakilan dari ekosistem
rawa di Pantai Timur yang masih alami dan dihuni oleh banyak jenis tumbuhan dan hewan
langka, dilindungi ataupun terancam punah. Upaya konservasi kawasan ini sudah
seharusnya menjadi pemikiranbersama dan bersifat lintas sektoral, serta melibatkan
masyarakat.
Penyebab utama kerusakan kawasan konservasi :
 Rendahnya kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap upayakonservasi
 Pengawasan terhadap kawasan konservasi masih terbatas, karenakurangnya sarana dan
prasarana pendukung
 Kurangnya peran serta masyarakat dalam pengelolaan kawasankonservasi
 Belum tertatanya batas kawasan konservasi berupa patok/tandapermanen yang diakui
oleh semua pihak
 Adanya oknum aparat yang tidak disiplin dan menyalahgunakanwewenang
Akibat yang ditimbulkan adalah:
 Adanya tekanan terhadap populasi dan habitat satwa liar yang dilindungi
 Menurunnya fungsi ekologis kawasan lindung dan cagar alam laut
 Konflik antara pengelola kawasan konservasi dengan masyarakat
 Masih berlangsungnya eksploitasi sumberdaya alam di dalam kawasanyang dilindungi
Sasaran Zonasi:
 Terwujudnya pengelolaan kawasan konservasi sesuai dengan fungsi dan
peruntukkannya
 Peningkatan dukungan stakeholder terhadap program konservasi
b. Kawasan Wisata Mangrove
Saat ini, vegetasi mangrove di Pantai Timur Lampung telah mengalami penurunan luasan.
Lebar luasan mangrove yang tersisa bervariasi dari 0 hingga 100. Konversi lahan untuk
budidaya dan permukiman secara besar-besaran telah menyebabkan luas vegetasi
mangrove di Pantai Timur tersisa hanya 1.700 ha. Menjadikan mangrove sebagai kawasan
wisata merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah mengurangi degradasi
mangrove yang lebih parah, serta merupakan upaya untuk mengembalikan mangrove ke
kondisi awalnya.
Penyebab utama hilangnya mangrove adalah :
 Pembabatan dan pengulitan pohon mangrove untuk kayu/pengawet.
 Konversi lahan mangrove untuk tambak udang.
 Pengelolaan pertambakan tidak berwawasan lingkungan
 Penggunaan tanah timbul menjadi tambak
 Pencemaran pantai (limbah industri dan minyak)
 Urbanisasi di Teluk Lampung
Akibat yang ditimbulkan adalah:
 Penurunan luasan vegetasi mangrove
 Penurunan kualitas air
 Penurunan hasil tangkapan, terutama kepiting, kerang, dan udang
 Penurunan pendapatan pengguna mangrove
 Erosi pantai meluas karena penurunan fungsi alami perlindungan pantai
Sasaran Zonasi:
 Peningkatan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove
 Rehabilitasi mangrove
 Pemanfaatan tanah timbul untuk jalur hijau

c. Tambak Laut dan Tambak


Konflik kepentingan terjadi antara sektor kehutanan dengan perikanan yang berhubungan
dengan pemanfaatan jalur hijau untuk tambak, perikanan dengan pertanian yang
berhubungan dengan alih fungsi lahan sawah menjadi tambak, keduanya banyak terjadi di
Pantai Timur. Sebagai contoh, konflik kepentingan antara nelayan dengan nelayan, nelayan
dengan sektor perhubungan, nelayan dengan pengusaha kerang mutiara seperti yang terjadi
di Teluk Lampung. Zonasi merupayakan slaah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir berbagai konflik kepentingan yang terjadi.
Penyebab utama isu perikanan budidaya adalah:
 Kurangnya pengawasan instansi terkait terhadap pengelolaan usaha budidaya perikanan.
 Kurangnya dukungan analisis data ilmiah yang berkaitan denganfluktuasi pola arus air
laut dan kecenderungan sumber-sumber penyakitdalam budidaya tambak
Akibat yang ditimbulkan:
 Produktivitas lahan untuk menghasilkan ikan cenderung menurun
 Adanya konflik sosial dalam pengelolaan Tambak Inti Rakyat (TIR)
 Menurunnya kualitas perairan untuk budidaya kerang mutiara
 Konflik pemanfaatan perairan laut antara nelayan dengan usahabudidaya mutiara
Sasaran Zonasi:
 Penyediaan sarana dan prasarana usaha perikanan tangkap dan budidaya
 Peningkatan pendapatan hasil usaha peikanan
 Peningkatan koordinasi antar instansi dalam pengelolaan usaha perikanan

Anda mungkin juga menyukai