Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN RISIKO GASTRITIS PADA REMAJA

Fista Juliani1, Herlina2, Sofiana Nurchayati3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email : fistajuliani14@gmail.com

Abstrack

Adolescents tend to have a frequency of irregular eating, instant lifestyles and wrong eating patterns where
adolescents like instant foods (fast food) that can cause gastritis. Symptoms in adolescents that often arise
are pain and nausea. The aim of research is to know the relationship of eating pattern with the risk of
gastritis in adolescents. The research design used is "Cross sectional" with the number of samples used as
many as 81 people. The sampling technique used was proportionate stratified random sampling. Measurers
used questionnaires about the frequency of eating, the type of eating, eating portion and the risk of gastritis
that has been tested for validity and reliability. The analysis used is univariate analysis and bivariate
analysis using Chi-Square test. Based on statistical test results obtained the frequency of eating with p value
= 0,000 <0.05, the type of meal with p value = 0.000 <0.05, it can be concluded there is a relationship
frequency and type of eating with the risk of gastritis. It is expected that students to keep the regularity of
eating, the type of food consumed, and the portion of food eaten.

Keyword: Eating portion, frequency of eating, gastritis adolescent, type of eating

PENDAHULUAN segala sesuatu ditandai dengan gaya hidup


Masa remaja merupakan masa instan dan kesalahan-kesalahan pola makan
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa yang menjadi tren saat ini. Gaya hidup yang
dewasa. Masa remaja dimulai pada saat serba instan dan kurang sehat membuat remaja
terjadinya kematangan seksual, yaitu antara menyukai makanan instan, seperti makan junk
usia 11-12 tahun sampai dengan 20 tahun, atau food atau fast food (makanan cepat saji), mi
menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, instan, minum soft drink, minum minuman
2010). Remaja terbagi menjadi remaja awal, beralkohol, makan yang tidak teratur dan
remaja pertengahan, dan remaja akhir (Dieny, sering jajan sembarangan (bakso bakar) yang
2014). Remaja memiliki karakteristik yaitu, tidak memperhatikan kebersihan, nilai gizi,
kegelisahan, remaja mempunyai banyak tinggi kalori dan lemak dari makanan tersebut
keinginan, tingginya keinginan tanpa disertai (Hidayah, 2012). Makanan yang dikonsumsi
kemampuan untuk mencapai membuat remaja remaja tidak beraneka ragam. Remaja sering
gelisah. Pertentangan, remaja antara ingin tidak makan pagi karena tergesa-gesa
melepaskan diri dari orang tua atau mandiri. beraktifitas sehingga mengalami lapar dan
Mengkhayal, keinginan untuk menjelajahi dan lemas, kemampuan menangkap pelajaran
tidak semua tersalurkan akibatnya mereka menurun, semangat belajar menurun, keluar
mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan keringat dingin, kesadaran menurun sampai
menyalurkan khayalan melalui dunia fantasi. pingsan (Proverawati & wati, 2011). Berbagai
Aktivitas berkelompok, keinginan remaja macam kegiatan remaja membuat pola makan
seringkali tidak dapat terpenuhi karena pada remaja tidak teratur.
berbagai macam kendala. Kebanyakan remaja Pola makan merupakan suatu cara atau
menemukan jalan keluar dari kesulitannya usaha untuk mengatur jumlah makan dan jenis
setelah mereka berkumpul dengan rekan makanan dengan maksud mempertahankan
sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
Keinginan mencoba segala sesuatu, pada fase membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI,
ini ditandai dengan proses pencarian identitas 2009). Pola makan yang baik apabila
diri. Remaja mempunyai rasa ingin tahu yang mempunyai jenis makanan yang beragam,
tinggi sehingga remaja cenderung untuk porsi makan yang seimbang, dan frekuensi
mencoba segala sesuatu yang baru (Ali dan makan yang cukup (Djaeni, 2009).
Ashori, 2012). Keinginan remaja mencoba

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 643


Frekuensi makan adalah jadwal makan mahasiswa memiliki jadwal kuliah yang padat
yang harus dipenuhi setiap hari untuk sehingga mahasiswa banyak yang terjebak
memenuhi kebutuhan tubuh (Djaeni, 2009). dengan pola makan yang tidak sehat seperti
Frekuensi makan dikatakan baik apabila jajan sembarangan hanya sekedar untuk
frekuensi makan tiap harinya tiga kali makan mengisi perut mereka yang kosong.
utama atau dua kali makanan utama dengan Berdasarkan hasil studi pendahuluan
satu kali makanan selingan dan dinilai kurang yang dilakukan di SMPN 16 Pekanbaru
apabila frekuensi makan setiap harinya dua tanggal 12 maret 2018 melalui wawancara
kali makan atau kurang (Ariani, 2017). Makan dengan 10 siswa diperoleh hasil bahwa semua
yang teratur juga dilihat dari jenis makanan siswa yang diwawancara makannya tidak
yang dikonsumsi. Mengkonsumsi makanan teratur. Ada 8 dari 10 siswa mengatakan
yang pedas atau asam dan bumbu-bumbu yang makan 2 x sehari, 2 siswa 1 x sehari, siswa
merangsang meningkatkan asam lambung, menyukai makanan yang dibakar dan instan,
ada juga siswa yang mengatakan tidak suka
misalnya cabe, merica, dan cuka (Ratu &
makan sayur. Siswa mengatakan nyeri
Adwan, 2013). Ada tujuh jenis makanan yang
dibagian diulu hati jika terlambat makan.
dapat menyebabkan asam lambung yaitu, Ketika apel senin pagi 8 siswa dari yang
coklat yang mengandung kakao dan kafein diwawancarai mengeluh sakit perut dan masuk
yang dapat menyebabkan kadar asam di UKS. Pada pelajaran pertama siswa ada yang
lambung meningkat. Minuman bersoda yang tidak mengikuti pelajaran karena perut masih
membuat perut jadi kembung. Makanan yang sakit dan beristirahat di UKS.
tinggi lemak dapat menyebabkan nyeri yang Tujuan penelitian ini adalah untuk
terdapat di ulu hati. Minuman beralkohol, mengetahui hubungan pola makan dengan
konsumsi bir, minuman keras dan anggur risiko gastritis pada remaja. Penelitian ini
dapat meningkatkan asam lambung. Produk diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
olahan susu yang tinggi lemak. Daging yang sebagai bahan referensi mengenai frekuensi,
berlemak mempunyai kadar lemak dan jenis makan terhadap timbulnya risiko
membutuhkan waktu yang cukup lama gastritis pada remaja.
diproses dalam pencernaan. Kafein, kebiasaan
minum kopi yang berlebihan dapat METODE PENELITIAN
berkonstribusi terhadap gangguan lambung Penelitian ini dilaksanakan di SMP N
(Putra, 2013). 16 Pekanbaru, yang dimulai dari bulan
Jenis makanan juga dilihat dari porsi Februari sampai bulan Juli 2018. Desain
makanan yang dikonsumsi. Makan yang tidak penelitian yang digunakan pada penelitian ini
teratur serta terlalu banyak mengkonsumsi adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan
makanan yang pedas dan asam merupakan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini
faktor risiko terjadinya gastritis (Zilmawati, adalah siswa SMP N 16 Pekanbaru. populasi
2007). penelitian ini adalah dengan jumlah siswa 479
Gastritis merupakan peradangan mukosa pada bulan juni 2018, diantaranya 236 siswa
lambung yang bersifat akut, kronik, difus dan kelas VIII dan 243 siswa kelas IX dengan
lokal yang disebabkan oleh makanan, obat- pengambilan sampel probability sampling
obatan, zat kimia, stres, dan bakteri (Nuari, dengan menggunakan simple rondom
2015). Gejala gastritis selain nyeri di ulu hati sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah mual, muntah, lemas, kembung dan berjumlah 81 responden.
terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah Alat pengumpulan menggunakan
pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, kuesioner pola makan dan risiko gastritis yang
pusing atau selalu bersendawa dan bisa sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
muntah darah (Wijoyo, 2009). Berdasarkan Analisa data menggunakan anlisa
penelitian yang dilakukan oleh Hartanti (2014) univariat dan analisa bivariat. Analisa
diperoleh hasil uji statistik dengan nilai p univariat untuk mendeskripsikan karakteristik
value = 0,004 < 0,05 maka dapat disimpulkan responden terkait usia, jenis kelamin, kelas,
ada hubungan antara pola makan dengan tinggal bersama, mengikuti ekstrakurikuler,
resiko gastritis pada mahasiswa karena jarak makan pagi ke siang, dan jarak makan
memiliki pola makan yang tidak teratur, siang ke malam. Analisa bivariat digunakan

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 644


untuk mengetahui hubungan antara dua orang (85,2%). Distribusi jenis kelamin
variabel digunakan uji statistik dengan uji chi mayoritas responden berada pada kategori
square. perempuan, yaitu sebanyak 50 orang (61,7%).
Distribusi responden berdasarkan kelas yang
HASIL PENELITIAN terbanyak yaitu kelas IX dengan jumlah 41
A. Analisa Univariat orang responden (50,6%) dan yang paling
1. Karakteristik Responden sedikit yaitu kelas VIII dengan jumlah 40
Distribusi berdasarkan karakteristik responden orang responden (49,4%). Distribusi
terkait umur, jenis kelamin, kelas, tinggal responden berdasarkan tinggal bersama yaitu
bersama, mengikuti ekstrakurikuler, jarak mayoritas tinggal bersama orang tua dengan
makan pagi ke siang, dan jarak makan siang ke jumlah 77 orang responden (95,1%) dan yang
malam sesuai tabel dibawah ini. paling sedikit yaitu tingal di kos dengan
jumlah 4 orang responden (4,9%). Distribusi
Tabel 1 responden berdasarkan mengikuti
Distribusi Karakteristik Responden Menurut ekstrakurikuler yang terbanyak adalah
Umur, Jenis Kelamin, Kelas, Tinggal mengikuti ekstrakurikuler dengan jumlah 69
Bersama, Mengikuti Ekstrakurikuler, Jarak orang responden (85,2%). Distribusi
Makan Pagi ke Siang, Jarak Makan Siang ke berdasarkan mayoritas responden jarak antara
Malam (n=81) makan pagi ke siang dengan jumlah 70 orang
Karakteristik Jumlah Persentase responden (85,4%). Distribusi berdasarkan
responden (%) mayoritas responden jarak antara makan siang
Umur: ke malam dengan jumlah 75 orang responden
10-14 tahun 69 85,2 (91,5%).
(remaja awal)
15-16 tahun 12 14,8 Tabel 2
(remaja tengah) Distribusi Pola Makan Menurut Frekuensi
Jenis kelamin: Makan, dan Jenis Makan (n=81)
Laki-laki 31 38,3 Pola makan Jumlah Persentase (%)
perempuan 50 61,7 Frekuensi makan
Kelas: Tidak adekuat 57 69,5
VIII 40 49,4 Adekuat 24 29,3
IX 41 50,6 Total 81 100
Karakteristik Jumlah Persentase Pola makan Jumlah Persentase (%)
responden (%) Jenis makan
Tinggal Tidak seimbang 38 46,3
bersama: Seimbang 43 52,4
Orang tua 77 95,1
Total 81 100
Kos 4 4,9
Mengikuti
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat
ekstrakurikuler:
diketahui bahwa Distribusi berdasarkan
Ya 69 85,2 mayoritas responden memiliki frekuensi
Tidak 12 14,8 makan tidak adekuat dengan jumlah 57 orang
Jarak makan responden (69,5%). Distribusi berdasarkan
pagi ke siang: sebagian besar responden mengkonsumsi jenis
5-8 jam 70 85,4 makanan yang seimbang dengan jumlah 43
3-4 jam 11 13,4 orang responden (52,4%).
Jarak makan
siang ke malam: Tabel 3
5-8 jam 75 91,5 Distribusi Risiko Gastritis (n=81)
3-4 jam 6 7,3 Risiko gastritis Jumlah Persentase (%)
Risiko gastritis
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat Tidak berisiko 45 54,9
diketahui bahwa mayoritas responden berada Berisiko 36 43,9
pada kategori remaja awal, yaitu sebanyak 69 Total 81 100

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 645


Berdasarkan tabel 3 diatas dapat Tabel 5 menggambarkan hubungan
diketahui bahwa Distribusi berdasarkan antara jenis makan dengan risiko gastritis pada
sebagian besar responden termasuk dalam remaja. Terdapat 26 orang (68,4%) responden
kategori tidak berisiko dengan jumlah 45 yang memiliki risiko gastritis dan 33 orang
orang responden (54,9%). (76,7%) orang responden tidak berisiko
gastritis. Hasil uji statistik diperoleh nilai p
B. Analisa Bivariat value = 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan
Hubungan Frekuensi Makan dengan ada hubungan antara jenis makan dengan
Risiko Gastritis pada Remaja risiko gastritis pada remaja.
Analisa bivariat dilakukan untuk
melihat hubungan antara variabel independen PEMBAHASAN
yaitu frekuensi makan dengan variabel
dependen yaitu risiko gastritis, dengan uji Chi A. Analisa Univariat
Square yang diolah dengan program 1. Karakteristik Responden
perhitungan statistik melalui komputer. Hasil penelitian terdiri dari analisa
univariat yang digunakan untuk memberikan
Tabel 4 gambaran karakteristik responden yaitu umur,
Hubungan Frekuensi Makan dengan Risiko jenis kelamin, kelas, tinggal bersama,
Gastritis mengikuti ekstrakurikuler, jarak makan pagi
Frekuen Risiko gastritis ke siang, dan jarak makan siang ke malam.
si makan
Total
p a. Umur
berisiko Tidak Value Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berisiko sebagian besar responden memiliki umur
Tidak 33 24 57
adekuat (57,9 %) (42,1%) (100,0%)
antara 10-14 yaitu sebanyak 69 orang
adekuat 3 21 24 0,000 (85,2%), sedangkan dengan umur 15-16
(12,5 %) (87,5%) (100,0%) sebanyak 12 orang (14,8%).
Total 36 45 81 Umur adalah salah satu faktor risiko
(44,4%) (55,6%) (100,0%) terjadinya gastritis, terutama pada masa
remaja awal yaitu usia 12-14 tahun. Remaja
Tabel 4 menggambarkan hubungan merupakan masa peralihan dari yang
antara frekuensi makan dengan risiko gastritis bergantung dengan orang tua ke masa yang
pada remaja. Terdapat 33 orang (57,9%) penuh kemandirian, masa mencari jati diri,
responden yang memiliki risiko gastritis dan dan remaja sangat memperhatikan bentuk
21 orang (87,5%) orang responden tidak tubuhnya. Remaja menyukai gaya hidup
berisiko gastritis. Hasil uji statistik diperoleh yang serba instan (Hidayah, 2012).
nilai p value = 0,000 < 0,05 maka dapat Kesukaan remaja dengan makanan yang
disimpulkan ada hubungan antara frekuensi
instant (junkfood) yang mengandung
makan dengan risiko gastritis pada remaja.
komposisi yang tidak seimbang yaitu terlalu
Tabel 5 tinggi kandungan energinya, seperti pasta,
Hubungan Jenis Makan dengan Risiko fried chicken, dan biasanya remaja sering
Gastritis mengkonsumsi disertai minuman yang
Jenis Risiko gastritis mengandung soda yang berlebihan maupun
makan p kebiasaan cemilan yang mengandung nilai
Total
berisi Tidak Value gizi yang rendah (kurang kalori, protein,
ko berisiko dan vitamin (Pratiwi, 2013).
Tidak 26 12 38 Menurut asumsi peneliti remaja awal
seimbang (68, (31,6%) (100,0 rentan berisiko gastritis karena remaja awal
4%) %) mudah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Seimbang 10 33 43 Remaja awal sudah mulai memperhatikan
(23, (76,7%) (100,0 0,000 bentuk tubuhnya dan mulai mengurangi
3%) %) jumlah makan.
Total 36 45 81 b. Jenis Kelamin
(44, (55,6%) (100,0 Hasil penelitian didapatkan
4%) %) karakteristik responden menurut jenis

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 646


kelamin mayoritas perempuan sebanyak 50 mengkonsumsi makanan yang diolah
orang (61,7%). Menurut asumsi peneliti terlebih dahulu dan memperhatikan asupan
perempuan lebih berisiko mengalami makanan yang bergizi, dan adanya peran
gastritis karena perempuan lebih keluarga yang sering mengingatkan jika
memperhatikan bentuk tubuh dan mahasiswa telat makan.
menginginkan bentuk tubuh yang tidak e. Mengikuti ekstrakurikuler
gemuk sehingga perempuan mengurangi Hasil penelitian didapatkan
jumlah makannya tanpa memperhatikan karakteristik responden menurut mengikuti
pola makan yang sehat. Pada saat jam ekstrakurikuler mayoritas remaja yang
istirahat terlihat siswi lebih banyak memilih mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 69
makanan junkfood/cemilan seperti, bakso orang (85,2%). Ekstrakurikuler beragam
bakar, minuman berwarna yang dominan bagi siswa yang mengembangkan portensi
memilih rasa yang pedas, manis, dan asam selain potensi akademik seperti, pramuka,
seperti menggunakan saus sambal. seni tari, paskibraka. Banyaknya aktivitas
Berdasarkan penelitian Siska (2017) membuat makan menjadi tidak teratur.
pada remaja perempuan lebih suka f. Jarak antara makan pagi ke siang
makanan yang asam dan pedas serta makan Hasil penelitian didapatkan
yang siap saji. Remaja perempuan juga karakteristik responden menurut jarak
memiliki keinginan untuk memiliki bentuk antara makan pagi ke siang dengan jumlah
tubuh yang ideal sehingga menyebabkan 70 orang responden (85,4%). Menurut
mereka lebih memilih makanan dengan asumsi peneliti bahwa siswa mulai
jumlah porsi yang labih sedikit dari porsi beraktivitas dari pukul 07.00 pagi dan jam
yang seharusnya dikonsumsi oleh seusia istirahat sudah diatur pihak sekolah
remaja. sehingga ketepatan waktu makan siswa
c. Kelas tidak teratur.
Hasil penelitian didapatkan Hasil penelitian Suparyanto (2012)
karakteristik responden menurut tingkatan menyatakan bahwa bila seseorang terlambat
kelas sebagian besar remaja yang makan sampai 2-3 jam, maka asam
menduduki kelas IX sebanyak 41 orang lambung yang diproduksi semakin banyak
(50,6%). dan berlebih sehingga dapat mengiritasi
Menurut asumsi peneliti kelas IX mukosa lambung serta menumbulkan rasa
belajar mulai berat, siswa disibukkan nyeri disekitar epigastrium. Kebiasaan
dengan pelajaran tambahan, bimbingan makan tidak teratur ini akan membuat
belajar dan aktivitas lainnya. Sehingga lambung sulit beradaptasi. Tidak makan
mengakibatkan aktivitas yang berpikir dalam waktu yang lama, produksi asam
keras (cemas) maka mengurangi nafsu lambung akan berlebihan sehingga dapat
makan/terganggunya pola makan. mengiritasi dinding mukosa pada lambung
d. Tinggal bersama dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik.
Hasil penelitian didapatkan Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih
karakteristik responden menurut tinggal dan mual.
bersama mayoritas adalah tinggal bersama g. Jarak antara makan siang ke malam
orang tua sebanyak 77 orang (95,1%). Hasil penelitian didapatkan
Menurut asumsi peneliti siswa lebih banyak karakteristik responden menurut jarak
menghabiskan waktu diluar rumah, dan antara makan siang ke malam dengan
siswa tidak membawa bekal. Sehingga jumlah 75 orang responden (91,5%).
mengakibatkan pola makan siswa tidak Menurut asumsi peneliti siswa pulang
teratur dan makan dirumah hanya malam sekolah sudah sore dan perut sudah diisi
saja. dengan cemilan sehingga makan pada
Hasil penelitian Milasari (2017) malam hari.
menyatakan bahwa pola konsumsi makan Hasil penelitian Suparyanto (2012)
mahasiswa yang tinggal bersama keluarga menyatakan bahwa bila seseorang terlambat
diatur oleh keluarga. Selain itu, mahasiswa makan sampai 2-3 jam, maka asam
yang tinggal bersama keluarga lebih banyak lambung yang diproduksi semakin banyak

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 647


dan berlebih sehingga dapat mengiritasi bewarna, makanan yang pedas, dan
mukosa lambung serta menumbulkan rasa makanan instan yang kesemuanya
nyeri disekitar epigastrium. mengandung vetsin, pengawet, zat pewarna
yang dapat menimbulkan risiko masalah
2. Pola makan pada pencernaan khususnya gastritis.
a. Frekuensi makan Hasil penelitian Hamzar (2012)
Hasil penelitian menunjukkan menunjukkan Untuk konsumsi bahan
mayoritas responden memiliki frekuensi makanan perlu menunjukkan adanya
makan tidak adekuat dengan jumlah 57 keanekaragamam. Hal ini sangat baik
orang responden (69,5%). Hal ini karena tidak satupun jenis makanan yang
disebabkan responden makan tidak tepat mengandung semua zat gizi, yang mampu
waktu, menunda makan ketika lapar. membuat seseorang untuk hidup sehat,
Jadwal makan yang tidak teratur membuat tumbuh kembang dan produktif.
lambung sulit beradaptasi dan dapat Mengkonsumsi makanan yang
mengakibatkan kelebihan asam lambung beranekaragam akan menjamin
dan akan mengiritasi dinding mukosa terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga,
lambung, makanan yang teksturnya keras zat pembangun, dan zat pengatur.
dan dimakan dalam keadaan panas c. Risiko gastritis
misalnya bakso, mengkonsumsi minuman Hasil penelitian menunjukkan sebagian
yang mengandung kafein seperti kopi, dan besar responden termasuk dalam kategori
teh, makanan pedas dan asam, dan makanan berisiko dengan jumlah 45 orang responden
yang mengandung gas seperti ubi, buncis, (54,9%). Hal ini disebabkan karena
dan kol (Wartawarga, 2010). responden tidak memperhatikan makanan
Hasil penelitian Suparyanto (2012) yang dikonsumsinya, menunda makan
menyatakan bahwa bila seseorang terlambat ketika lapar mengkonsumsi makanan yang
makan sampai 2-3 jam, maka asam instan, pedas, makanan yang keasamannya
lambung yang diproduksi semakin banyak tinggi, makanan yang banyak mengandung
dan berlebih sehingga dapat mengiritasi lemak/goreng-gorengan, minuman yang
mukosa lambung serta menumbulkan rasa mengandung soda yang dapat
nyeri disekitar epigastrium. Kebiasaan meningkatkan produksi asam lambung dan
makan tidak teratur ini akan membuat kekuatan dinding lambung menurun serta
lambung sulit beradaptasi. Tidak makan menimbulkan luka pada dinding lambung
dalam waktu berlangsung lama, produksi dan menyebabkan gastritis.
asam lambung akan berlebihan sehingga Hasil penelitian Yunita (2009) yang
dapat mengiritasi dinding mukosa pada menyatakan bahwa kebiasaan makan pedas,
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak frekuensi makan pedas, kebiasaan makan
peptik. Hal tersebut dapat menyebabkan asam, frekuensi minuman iritatif yang
rasa perih dan mual. berhubungan dengan terjadinya gastritis.
Menurut asumsi peneliti remaja Hasil penelitian Murjayanah (2011)
berisiko mengalami gastritis karena menunjukkan bahwa ada hubungan antara
frekuensi makan yang tidak teratur. Remaja riwayat adanya stres psikis dengan kejadian
lebih banyak mengkonsumi makanan sekali gastritis. Hal ini disebabkan karena sebelum
sehari atau makan di saat lapar dan lebih terkena gastritis responden sudah
banyak mengemil makanan dengan rentang mengalami beban pikiran/masalah berupa
waktu yang tidak menentu. masalah keluarga, pekerjaan, keuangan, dll.
b. Jenis makan Orang yang stres sering melarikan diri dari
Hasil penelitian menunjukkan sebagian masalah-masalah yang menghimpitnya
responden mengkonsumsi jenis makanan dengan merokok, mengkonsumsi makanan
yang seimbang dengan jumlah 43 orang yang merangsang asam lambung, akibatnya
responden (52,4%). Menurut asumsi kerja saraf simpatis lebih cepat dari
peneliti, remaja berisiko mengalami biasanya sehingga produksi asam lambung
gastritis karena jenis makanan yang tidak meningkat.
sehat, seperti: bakso bakar, minuman

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 648


B. Analisa Bivariat ini juga sesuai dengan teori yang
1. Hubungan Frekuensi Makan dengan menyatakan bahwa banyak faktor yang
Risiko Gastritis dapat menyebabkan terjadinya gastritis
Hasil uji statistik diperoleh p value =
yaitu pola makan diantaranya makan yang
0,000 < 0,05 maka data disimpulkan ada
hubungan antara frekuensi makan dengan tidak teratur, jenis makanan yang
risiko gastritis. Menurut asumsi peneliti merangsang peningkatan asam lambung,
frekuensi makan pada responden dalam frekuensi makan yang tidak tepat, dan usia
sehari ada yang dua kali ada yang satu kali, (Muttaqin & Sari, 2011).
pada setiap makan responden hanya makan Hasil penelitian Hamzar (2012)
saat kelaparan dan dengan porsi yang menunjukkan terdapatnya jenis makan yang
banyak. masih kurang, hal ini disebabkan karena
Responden kebanyakan hanya makan ada beberapa siswa sekolah luar biasa yang
makanan yang lengkap sebanyak tiga kali
sehari sedangkan untuk makanan selingan, jarang atau tidak mengkonsumsi sayur.
beberapa responden tidak dapat memenuhi Dikatakan jenis makan beragam apabila
makanan selingan minimal tiga kali sehari dalam sehari siswa sekolah luar biasa
(Rahma dkk, 2013). mengkonsumsi makanan yang mengandung
Penelitian ini sejalan dengan penelitian sumber protein, lauk hewani, lauk nabati,
Siska (2017) menunjukkan bahwa pada saat sayuran, buah dan minuman.
perut harus diisi, tetapi dibiarkan kosong Mengkonsumsi bahan makanan perlu
atau ditunda pengisiannya, asam lambung menunjukkan adanya keanekaragamam.
akan mencerna lapisan mukosa lambung, Hal ini sangat baik karena tidak satupun
sehingga timbul rasa nyeri. Secara alami
lambung akan terus memproduksi asam jenis makanan yang mengandung semua zat
lambung setiap waktu dalam jumlah yang gizi, yang mampu membuat seseorang
kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan kadar untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan
glukosa dalam darah telah banyak terserap produktif. Mengkonsumsi makanan yang
dan terpakai sehingga tubuh akan beranekaragam akan menjamin
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga,
asam lambung terstimulasi. Bila seseorang zat pembangun, dan zat pengatur.
terlambat makan 2-3 jam, maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak SIMPULAN
dan berlebih sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung serta menimbulkan rasa Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
nyeri disekitar epigastrium. Gastritis sering dari karakteristik responden bahwa umur
disebabkan jadwal makan yang tidak teratur terbanyak responden adalah umur 10-14 tahun
yang dapat meningkatkan produksi asam sebanyak 69 orang (85,2%), jenis kelamin
lambung secara berlebihan. Jadwal yang terbanyak adalah perempuan sebanyak 50
baik adalah teratur makan pagi, selingan orang (61,7%), tempat tinggal terbanyak
pagi, makan siang, selingan siang dan adalah bersama orang tua sebanyak 77 orang
makan malam. Jadwal makan harus teratur. (95,1%), mengikuti ekstrakuriler terbanyak
adalah mengikuti ekstrakurikuler sebanyak 69
2. Hubungan Jenis Makan dengan Risiko orang (85,2%). Jarak makan pagi ke siang
Gastritis terbanyak adalah 5-8 jam sebanyak 70 orang
Hasil uji statistik diperoleh p value = (85,4%). Jarak makan siang ke malam
0,000 < 0,05 maka data disimpulkan ada terbanyak adalah 5-8 jam sebanyak 75 orang
hubungan antara jenis makan dengan risiko (91,5%).
gastritis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
Hasil penelitian ini sesuai dengan dari pola makan responden bahwa frekuensi
penelitian Rahma, Ansar, dan Rismayanti makan terbanyak adalah tidak adekuat
(2013) bahwa gambaran dari resiko gastritis sebanyak 57 orang (69,5%), jenis makan
disebabkan karena responden sering terbanyak adalah seimbang sebanyak 43 orang
mengkonsumsi jenis makan yang berisiko (52,4%), dan risiko gastritis terbanyak adalah
seperti makanan yang pedas, bersantan, dan berisiko sebanyak 45 orang (54,9%).
mengandung gas, memiliki frekuensi yang Berdasarkan hasil bivariat dengan
tidak tepat, dan mengkonsumsi kafein. Hal menggunakan uji Chi-Square diperoleh p

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 649


value = 0,000 dimana p value < 0,05, artinya DAFTAR PUSTAKA
ada hubungan frekuensi makan dengan risiko Ali, M., & Ashori, M. (2012). Psikologi
gastritis pada remaja. Berdasarkan hasil remaja perkembangan peserta didik.
bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square Jakarta:PT Bumi Aksara
Ariani, R. (2010). Kesehatan remaja: problem
diperoleh p value = 0,000 dimana p value <
dan solusinya. Jakarta: Salemba
0,05, artinya ada hubungan jenis makan Medika
dengan risiko gastritis pada remaja. Depkes RI. (2009). Sistem kesehatan nasional
Jakarta
SARAN Dieny, F., F. (2014). Permasalahan gizi pada
1. Bagi ilmu keperawatan remaja putri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bagi perkembangan ilmu keperawatan Djaeni, A., S. (2009). Ilmu gizi untuk
diharapkan hasil penelitian ini dapat mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian
dijadikan sebagai sumber kajian ilmiah Rakyat
khususnya hubungan pola makan dengan Hamzar, A. (2012). Gambaran pola makan
risiko gastritis, perawat diharapkan bisa Dan status gizi siswa sekolah luar
melakukan promosi kesehatan kesekolah- biasa Negeri Caile, Kecamatan Ujung
sekolah dalam upaya pencegahan risiko Batu, Kabupaten Bulukumba.
terjadinya gastritis. Diperoleh pada tanggal 25 Juli 2018
dari http://repositori.uin alauddin.ac.id/
2. Institusi SMP N 16 Pekanbaru
Hartati, S., Utomo, W., & Jumaini. (2014).
Bagi SMP N 16 Pekanbaru diharapkan Hubungan pola makan dengam risiko
dapat mempertimbangkan hasil penelitian gastritis pada mahasiswa yang
ini karena banyaknya siswa/i yang memiliki menjalani sistem KBK. Diperoleh
risiko untuk terjadinya gastritis. Bagi tanggal 29 januari 2018 dari
siswa/i lebih memperhatikan keteraturan media.neliti.com/media/publications
makan, dan jenis makanan yang 186564-ID-hubungan-pola makan
dikonsumsi. dengan-resiko-gastri.pdf
3. Bagi masyarakat Hidayah, A. (2012). Kesalahan-kesalahan
Diharapkan siswa/i untuk tetap menjaga Pola makan pemicu seabrek penyakit
kesehatan dengan menjaga pola makan mematikan. Yogyakarta: Buku Biru
ditengah kesibukan yang padat dan Milasari, H. (2017). Studi komparasi kejadian
gastritis pada mahasiswa keperawatan
menghindari hal-hal yang dapat Universitas Aisyiyah Yogyakarta
menimbulkan gastritis seperti frekuensi berdasarkan tempat tinggal. Diperoleh
makan yang tidak adekuat, dan jenis makan pada tanggal 20 Juli 2018 dari
yang tidak seimbang untuk mencegah http://digilib.unisayogya.ac.id/
terjadinya penyakit gastritis dengan cara Murjayanah, H. (2011). Faktor-faktor yang
membawa bekal ke sekolah. berhubungan dengan kejadian
4. Bagi peneliti selanjutnya gastritis. Diperoleh pada tanggal 25
Diharapkan dapat melakukan penelitian Juli 2018 dari http://lib.unnes.ac.id/
mengenai porsi makan yang dapat Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Gangguan
berpengaruh terhada risiko gastritis dengan gastrointestinal aplikasi asuhan
menggunakan teknik food recod. keperawatan medikal bedah. Jakarta:
Medika Salemba
Nuari, N., A. (2015). Asuhan keperawatan
1
Fista Juliani: Mahasiswa Fakultas pada gangguan sistem gastrointestinal.
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia Jakarta: Trans Info Media
2
Ns. Herlina, M.Kep., Sp. Kep. Kom: Dosen Pratiwi, W. (2013). Hubungan pola makan
dengan gastritis pada remaja di
Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas
pondok pesantren Daar El-Qolam
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, Gintun, Jayanti, Tangerang. Diperoleh
Indonesia pada tanggal 01 Agustus 2018 dari
3
Ns. Sofiana Nurchayati, M. Kep: Dosen http://repository.uinjkt.ac.id/
Bidang Keilmuan Keperawatan Komunitas Proverawati, A., & Erna, K.,W. (2011). Ilmu
Fakultas Keperawatan Universitas Riau, gizi untuk keperawatan & gizi
Indonesia kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 650


Putra, S., R. (2013). Pengantar ilmu gizi dan wartawarga. (2010). Faktor-faktor gastritis.
diet. Yogyakarta: D-medika Diperoleh pada tanggal 08 Agustus
Rahma, M., Ansar, J., & Rismayanti. (2013). 2018 dari http://ejournal.umm.ac.id/
Faktor resiko kejadian gastritis di Wijoyo, P., M. (2009). 15 ramuan penyembuh
Wilayah kerja Puskesmas Kampili. Di maag. Jakarta: Bee Media Indonesia
peroleh pada tanggal 22 juli 2018 dari Yunita, R. (2009). Hubungan antara
http://repository.inhas.ac.id karakteristik responden, kebiasaan
Ratu, A., & Adwan, M. (2013). Penyakit hati, makan dan minum, serta pemakaian
lambung, usus, dan ambeien. NSAID dengan terjadinya gastritis
Yogyakarta: Nuha Medika pada mahasiswa kedokteran (studi di
Siska, H. (2017). Gambaran pola makan Klinik Keluarga Fakultas Kedokteran
Dalam kejadian gastritis pada remaja UNAIR), FKM UNAIR Surabaya.
di SMP Negeri 1 Sekayam Kabupaten Diperoleh pada tanggal 08 Agustus
Sangau. Diperoleh pada tanggal 20 Juli 2018 dari http://lib.unnes.ac.id/
2018 dari http://jurnal.untan.ac.id/ Zilmawati, R. (2007). Faktor-faktor yang
Soetjiningsih. (2010). Tumbuh kembang berhubungan dengan gejala gastritis
remaja dan permasalahannya. Jakarta: pada mahasiswa tingkat IV Fakultas
Sagung Seto Kesehatan Masyarakat Universitas
Suparyanto. (2012). Etiologi dan penanganan Baiturrahmah Padang Tahun 2007.
gastritis. Diperoleh pada tanggal 08 Diperoleh pada tanggal 08 Agustus
Agustus 2018 dari http://dr 2018 dari
suparyanto.blogspot.com/ https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j
p/article/view/5277/4790

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 651

Anda mungkin juga menyukai