Anda di halaman 1dari 6

Metode maserasi dapat dilakukan dengan bebagai jenis pelarut.

Pemilihan pelarut dalam


maserasi memperhatikan selektivitas, toksisitas, kepolaran, kemudahan untuk diuapkan dan
harga pelarut (Akbar, 2010). Larutan pengekstraksi yang digunakan disesuaikan dengan
kepolaran senyawa yang diinginkan. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan
sebaliknya. Pelarut polar yang biasa digunakan untuk ekstraksi flavonoid adalah metanol, aseton,
etanol, air dan isopropanol (Suryani, 2016). Metanol merupakan pelarut bersifat polar yang
memiliki indek polaritas 5,1 (Windarini, 2013). Metanol merupakan pelarut yang bersifat
universal sehingga dapat melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat
menarik alkaloid, steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Astarina, 2013).

Flavonoid akan bereaksi dengan FeCl3 membentuk warna ungu (Atun, 2014). Flavonoid
termasuk dalam golongan senyawa fenol yang memiliki banyak gugus – OH. Uji Fitokimia
menggunakan FeCl3 dapat menunjukkan adanya gugus fenol, apabila terdapat senyawa fenol,
maka dimungkinkan juga terdapat tanin, karena tanin merupakan senyawa polifenol. (Ikalinus et
al., 2015). Terbentuknya warna hijau kehitaman setelah ditambahkan dengan FeCl3 dikarenakan
senyawa fenol yang terkandung akan membentuk senyawa kompleks dengan ion Fe3+ (Artini, et
al., 2013).

Akbar, H. Rizki. (2010). isolasi dan identifikasi golongan flavonoid daun dandang gendis
(Clinacanthus nutans) berpotensi sebagai antioksidan. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Artini, P. E. U. D., Astuti, K. W., Warditiani, N. K. (2013). Uji fitokimia ekstrak etil asetat
rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/viewFile/7396/5646

Astarina, N. W. G., K. W. Astuti, N. K. Warditiani. (2013). skrining fitokimia ekstrak methanol


rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Retrieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/download/7399/5649

Atun, S. (2014). Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan alam. Jurnal
Konservasi Cagar Budaya Borobudur, Vol. 8 No. 2 Tahun 2014: 53-61.
Ikalinus, R. S. K. Widyastuti, N. L. Eka Setiasih. (2015). Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit
batang kelor (Moringa oleifera). Indonesia Medicinus Veterinus, 2015 4(1): 71-79.

Suryani, N. Citra, D. G. M. Permana, A. A. G. N. Anom Jambe. (2016). pengaruh jenis pelarut


terhadap kandungan total flavonoid dan aktivitas antioksidan ekstrak daun matoa (Pometia
pinnata). Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php/itepa/article/download/22645/14872

Windarini, L. G. E., K. W. Astuti, N. K. Warditiani. (2013). skrining fitokimia ekstrak metanol


kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.). Retieved from
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jfu/article/download/7398/5648

Pemilihan pelarut yang sesuai merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi. Pelarut yang
digunakan adalah pelarut yang dapat menyari sebagian besar metabolit sekunder yang diinginkan
dalam simplisia (Depkes RI, 2008). Metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga
dapat melarutkan analit yang bersifat polar dan nonpolar. Metanol dapat menarik alkaloid,
steroid, saponin, dan flavonoid dari tanaman (Thompson, 1985)

Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 8-9, 11-12.

Thompson, E. B. 1985. Drug Bioscreening. America: Graceway Publishing Company, Inc. Pp.
40, 118.

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam. Senyawa-
senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki
sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubstitusi. Senyawa flavonoid ini dapat dimanfaatkan
sebagai anti mikroba, obat infeksi pada luka, anti virus, anti kanker, dan anti tumor, anti alergi
dan anti hipertensi (Sriningsih, 2008). Kelebihan dari metode maserasi adalah biayanya yang
murah, mudah untuk dilakukan dan tanpa pemanasan sehingga tidak merusak senyawa flavonoid
(Cuppet et al., 1954). Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu maserasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut (Utami, 2009).
Cuppett, S., M. Schrepf dan C. Hall. 1954. Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam
Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry, Health Effect and Applications, AOCS
Press, Champaign, Illinois: 12-24

Sriningsih. 2008. Analisa Senyawa Golongan Flavonoid Herba Tempuyung (Sonchusarvensis L):
www.indomedia.com/intisari/1999/juni/tempuyung.htm. Diakses tanggal 28 Maret 2019

Utami. 2009. Potensi Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Sebagai Sumber Antioksidan
Alami. Jurnal Teknik Kimia UPN Jawa Timur. Vol 2 (1) : 58-64

Senyawa flavonoid bersifat polar sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat polar (Gillespie dan
Paul, 2001). Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan
senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan
terlarut pada pelarut dengan sifat yang sama. Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion pelarut
dapat memberikan pengaruh terhadap rendemen dan senyawa fitokimia yang dihasilkan
(Anggitha, 2012). Pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol, aseton dan air
(Sudarmadji et al., 1997). Waktu maserasi yang tepat akan menghasilkan rendemen dan total
senyawa aktif yang tinggi. Waktu maserasi yang terlalu singkat akan mengakibatkan tidak semua
senyawa fitokimia larut dalam pelarut yang digunakan, dan apabila waktu ekstraksi terlalu lama
maka senyawa fitokimia yang diekstrak akan rusak (Utami, 2009).

Anggitha, I. 2012. Performa Flokulasi Bioflokulan DYT pada Beragam Keasaman dan Kekuatan
Ion terhadap Turbiditas Larutan Kaolin. Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta.

Gillespie, R.J. Paul , 2001. Chemical Bonding and Molecular Geometry. Oxford University
Press, London.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suharji. 1997. Prosedur Analisis untuk Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberti, Yogyakarta.

Utami. 2009. Potensi Daun Alpukat (Persea Americana Mill) Sebagai Sumber Antioksidan
Alami. Jurnal Teknik Kimia UPN Jawa Timur. Vol 2 (1) : 58-64

Metanol dapat menarik senyawa flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid pada tanaman (Astarina
et al., 2013). Selain itu, metanol merupakan pelarut yang bersifat universal sehingga dapat
menarik sebagian besar senyawa yang bersifat polar dan non polar pada bahan (Salamah dan
Widyasari, 2015).

Astarina, N.G.H., K.W. Astuti dan N.K. Warditiani. 2013. Skrining fitokimia ekstrak methanol
rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal Farmasi Udayana. 2 (4)

Salamah, N. dan E. Widyasari. 2015. Aktivitas antioksidan ekstrak methanol daun kelengkeng
(Euphoria longan (L) Steud.) dengan metode penangkapan radikal 2,2’-difenil-1- pikrilhidrazil.
Pharmaciana. 5(1): 25-34.

Suatu senyawa akan larut pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama. Senyawa
flavonoid terbagi menjadi beberapa jenis, tiap jenis flavonoid mempunyai kepolaran yang
berbeda-beda tergantung dari jumlah dan posisi gugus hidroksil tiap jenis flavonoid sehingga hal
tersebut akan mempengaruhi kelarutan flavonoid pada pelarut (Harborne, 1996).

Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB
Press, Bandung.

Flavonoid yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar (Gillespie et al.,
2001). Semakin lama waktu ekstraksi, kuantitas bahan yang terekstrak juga akan semakin
meningkat dikarenakan kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dengan pelarut makin besar
(Winata et al., 2015). Waktu maserasi yang melewati waktu optimum akan menyebabkan
komponen yang terekstrak menurun. Waktu maserasi yang melewati waktu optimum akan
merusak zat terlarut yang ada di dalam bahan dan berpotensi meningkatkan proses hilangnya
senyawa-senyawa pada larutan yang terekstrak karena penguapan (Cikita et al., 2016)

Cikita, I., I. H. Hasibuan dan R. Hasibuan. 2016. Pemanfaatan Flavonoid Ekstrak Daun Katuk
Sauropus androgynous (L) Merr) Sebagai Antioksidan pada Minyak Kelapa. Jurnal Teknik
Kimia USU. Jurnal Teknik Kimia USU: 1-7.

Gillespie, R.J. Paul , 2001. Chemical Bonding and Molecular Geometry. Oxford University
Press, London.
Winata, E. W dan Yunianta. 2015. Ekstraksi Antosianin Buah Murbei (Morus alba L.) Metode
Ultrasonic Batch (Kajian Waktu dan Rasio Bahan : Pelarut). Jurnal Pangan dan Agroindustri.
Vol 3 (2) 773-783.

Keberadaan flavonoid dapat diketahui melalui perubahan warna menjadi merah, kuning, orange
dan kuning kecoklatan pada lapisan kloroform setelah direaksikan dengan bubuk Mg dan asam
klorida (HCl) pekat.

Flavonoid yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar (Anggitha, 2012). Pelarut aquades,
aseton, etanol dan metanol yang bersifat polar melarutkan flavonoid yang berada pada ekstrak
rimpang temu putih. Menurut Riyani et al. (2015) bahwa flavonoid larut
pada pelarut aquades, etanol dan metanol.

Anggitha, I. 2012. Performa Flokulasi Bioflokulan DYT pada Beragam Keasaman dan Kekuatan
Ion terhadap Turbiditas Larutan Kaolin. Universitas Pendidikan Indonesia: Jakarta.

Riyani, A dan R. Adawiah. 2015. Ekstraksi Flavonoid metode Soxhletasi dari batang pohon
pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) dengan berbagai jenis pelarut. Prosiding

Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015). ISBN: 978-602-
19655-8-0:625-628.

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom karbon yang tersusun dalam
konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon
terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon (Robinson, 1995). Beberapa golongan flavonoid antara lain, antosianin, proantosianidin,
flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, isoflavon.

Rita W S. 2010. Isolasi, identifikasi dan uji aktivitas antibakteri senyawa golongan triterpenoid
pada rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.)Roscoe).Jurnal kimia.

Anda mungkin juga menyukai