Anda di halaman 1dari 39

APARTEMEN SEDERHANA SEBAGAI

HUNIAN TEMPORER BAGI WARGA


PROFESIONAL MUDA
Levina Kristinningsih1, Raynald Andhika2, dan William Wardana3
1
Arsitektur, Universtas Kristen Petra, Jalan Siwalankerto 121-131, Siwalankerto, Wonocolo, Kota SBY
2
Arsitektur, Universtas Kristen Petra, Jalan Siwalankerto 121-131, Siwalankerto, Wonocolo, Kota SBY
3
Arsitektur, Universtas Kristen Petra, Jalan Siwalankerto 121-131, Siwalankerto, Wonocolo, Kota SBY

m22415143@john.petra.ac.id (levina)
m22414007@john.petra.ac.id (raynald)
m22414140@john.petra.ac.id (william)

ABSTRAK

The template is designed for papers of journal DIMENSI. The abstract has to have context, content and conclusions
of the paper in less than 150 words. In abstract should not enclose any reference citations or show equations. The
typeset in the abstract is 10 pt Times New Roman.
Keywords: Keyword1; keyword2; keyword3. (Bold Italic)

LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang ini banyak rumah susun yang memiliki sarana dan prasarana yang sudah memadai.
Namun diantara rumah susun yang indah dan nyaman tersebut masih banyak pula rumah susun kumuh yang
dianggap kurang layak. Rumah susun kumuh sendiri merupakan bangunan yang kurang layak huni karena kurang
teratur dan memiliki tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan yang kurang nyaman serta
sarana dan prasarana yang juga kurang memenuhi syarat.

Rumah susun di Indonesia masih menjadi masalah, terutama dari faktor kependudukan. Indonesia yang
menempati posisi keempat sebagai negara dengan kependudukan terpadat di dunia, membuat kebutuhan akan tempat
tinggal menjadi banyak. Namun dari segi kebutuhan lahan yang kurang, memaksa masyarakat membuat perumahan
sendiri tanpa mengikuti peraturan pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah yang dapat dilihat pada beberapa
pasal dari UU nomor 20 tahun 2011.

Rumah susun yang sesuai peraturan pemerintah merupakan perumahan yang memiliki sarana dan
prasarana, utilitas umum serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di daerah kawasan perkotaan maupun
perdesaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rumah susun yang layak dan nyaman bagi penghuninya.

Dalam
METODE PENELITIAN

Penelitian untuk menganalisa perkembangan permukiman di Apartemen Sederhana (Aparna) Graha Utama
A. Yani menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan pendekatan pada warga yang tinggal di
Aparna tersebut dan melihat kondisi, baik kondisi fisik maupun non fisik di lingkungan apartemen tersebut. Kondisi
tersebut direkam dan dilihat permasalahan-permasalahan yang terjadi.

Kemudian dilakukan penganalisaan permasalahan-permasalahan yang ada di apartemen tersebut sesuai


dengan aspek-aspek yang ditentukan. Dalam menganalisa diperlukan teori-teori yang mendukung dan membantu
untuk pemecahan masalah. Teori tersebut juga bertujuan sebagai panduan dan batasan bahasan analisa. Dari analisa
ini akan didapatkan kesimpulan mengenai kondisi fisik mauun non fisik di apartemen sederhana. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui apakah apartemen sederhana merupakan apartemen yang cukuplayak apabila ditinjau dari aspek
arsitektur, kesehatan, sosial, dan sebagainya.

Gambar 1 Kerangka Berpikir

Sumber: Olahan Peneliti


TINJAUAN PUSTAKA

(dibuat oleh Ayling C. A, 22414043 dan Michael S. P, 22414055)

Pengertian Rumah Susun

Perkembangan pembangunan rumah susun di Indonesia diatur oleh peraturan perundang-undangan agar
tercipta suatu kawasan yang teratur. Menurut UU No. 16 Tahun 1985, rumah susun merupakan bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam ruang-ruang secara fungsional baik arah
horizontal maupun vertikal yang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, yang dilengkapi dengan bagian bersama,
benda bersama dan tanah bersama. Bagian bersama berarti bagian dari rusun yang ada untuk digunakan secara
bersama-sama, contohnya ruang koridor, tangga, dsb. Benda bersama maksudnya benda yang bukan merupakan
bagian dari rusun namun untuk digunakan bersama, contohnya prasarana dan fasilitas bangunan. Tanah bersama
berarti tanah yang digunakan atas dasar hak bersama di mana di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan
batasnya dalam syarat perizinan bangunan, contohnya ruang terbuka berupa lahan parkir, taman bermain, dsb.

Pola Perilaku Penghuni di Rumah Susun

Di Indonesia, tinggal di rumah susun merupakan budaya baru bagi masyarakat. Kebiasaan masyarakat
dalam beraktivitas dan bersosialisasi biasanya dilakukan secara horizontal, maksudnya penghuni cenderung
bersosialisasi dengan penghuni lain pada lantai yang sama. Menurut Aries M. (2014), rumah susun sebagai tempat
tinggal harus menyediakan kebutuhan utama manusia dalam hal kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial,
harga diri dan aktualisasi diri.

Salah satu perilaku penghuni di rumah susun adalah teritorialitas. Menurut Robert Sommer (1969), setiap
individu memiliki daerah pribadi. Menurut Edwart T. Hall (1966), teritorialitas merupakan perilaku di mana
individu mendapat pengakuan di suatu daerah dan daerah tersebut memberi perlindungan pada individu tersebut dari
gangguan individu lain.

Teritorialitas dapat terlihat dari kebiasaan penghuni di rumah susun di mana mereka merasa memiliki
daerah pribadi atau kelompok tertentu. Penghuni di rumah susun banyak yang menganggap zona publik untuk
kepentingan pribadi. Misalnya saja koridor yang merupakan zona publik, sering menjadi tempat untuk kegiatan
pribadi bagi penghuni. Kadang koridor menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi antar kelompok penghuni.,
sehingga ketika ada penghuni lain yang ingin melewati koridor tersebut, mereka merasa enggan. Hal ini
mengakibatkan koridor tidak berfungsi sesuai dengan fungsinya yang merupakan jalur sirkulasi umum milik
bersama.
Menurut Gunawan T. (2009), terdapat aspek-aspek yang dijadikan pedoman sebagai konsep rumah susun yang
berkelanjutan, antara lain:

1. Aspek Ekonomi
 Harga terjangkau
 Akses untuk ke tempat kerja atau beraktivitas dekat ataupun mudah dijangkau
2. Aspek Sosial
 Status kepemilikan rumah susun jelas (sewa atau milik)
 Terdapat tempat untuk berinteraksi antar penghuni
3. Aspek Lingkungan
 Daerah rumah susun sehat dan bersih dari polusi dengan infrastruktur yang mendukung kebutuhan
(air bersih, pengolahan sampah dan limbah, dll.)
 Aman dari bencana alam seperti banjir, gempa, dll.
 Tidak memberikan dampak negative pada lingkungan (misalnya hemat energi, pengelolaan
limbah)
4. Aspek Fungsional
 Memiliki fungsi sebagai rumah untuk mendukung kehidupan sehari-hari
 Terdapat fasilitas sosial untuk berinteraksi
 Terdapat sarana dan prasana yang mendukung

Selain itu, juga terdapat beberapa aspek lain ditinjau dari segi sistem pada bangunan. Aspek-aspek tersebut antara
lain:

1. Sistem Pencahayaan
 Sistem Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami dibutuhkan suatu bangunan agar terjadi penghematan energi pada bangunan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi agar pencahayaan alami masuk secara maksimal ke dalam
bangunan antara lain:
- Variasi intensitas cahaya matahari
- Banyaknya cahaya matahari
- Efek dari lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
- Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung

Pencahayaan alami yang baik merupakan cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan
secara merata dan tidak menimbulkan kontras yang mengganggu penghuni. Biasanya antara pukul
08.00 hingga 16.00.
 Sistem Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan dibutuhkan ketika cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan kurang
atau tidak dapat menjangkau ke tempat tertentu yang jauh dari jendela. Dengan adanya
pencahayaan buatan dapat memberikan pencahayaan dengan intensitas cahaya yang merata.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pencahayaan buatan, yaitu:
- Kesilauan
- Arah cahaya
- Warna cahaya
- Panas akibat sumber cahaya
Sistem Penghawaan
 Sistem Penghawaan Alami
Penghawaan alami dapat dimasukkan ke dalam bangunan secara maksimal dengan
beberapa cara, antara lain:
- Orientasi bangunan sesuai dengan arah matahari dan angin. Bukaan yang baik menghadap
utara dan selatan sedangkan arah bangunan mengarah dari timur ke barat.
- Bentuk bangunan yang persegi panjang lebih menguntungkan dalam menerapkan ventilasi
silang (cross ventilation).
- Adanya bukaan yang cukup untuk masuknya angin.
- Plafon dibuat lebih tinggi, agar sirkulasi udara lebih bebas.
- Ruang seperti kamar mandi, tempat cuci harus direncanakan pertukaran udaranya supaya
tidak lembab.
Cara mengendalikan angin secara maksimal di dalam bangunan yaitu:
1. Mengalirkan udara panas dari bawah ke atas
Penempatan bukaan dengan jarak ±30 cm dari permukaan lantai lebih baik daripada
meletakkan bukaan tepat di atas lantai.
2. Wind tunnel
Konsep wind tunnel mengalirkan angin ke area yang sempit dari tempat terbuka yang
luas dengan kecepatan dan tekanan angin yang besar sehingga hembusan angin dapat
menjangkau ke semua daerah.
Gambar 2 Konsep Wind Tunnel

Sumber: arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id

3. Ventilasi silang (cross ventilation)

Gambar 3 Cross Ventilation

Sumber: arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id

Sistem Utilitas

Air bersih

Sumber air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat berasal dari tiga sumber, yaitu dari
sumur, PDAM, maupun gabungan dari keduanya. Kebutuhan manusia akan air bersih merupakan kebutuhan utama
dalam keberlangsungan kehidupan sehari-hari. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan
Hidup nomor 2 tahun 1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan, bersih tidaknya air digolongkan
menjadi beberapa golongan.
Gambar 4 Beberapa Golongan Air

Sumber: Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup nomor 2 tahun 1988

Sistem distribusi air bersih pada bangunan bertingkat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu up feed dan down
feed. Pada sistem up feed, air bersih yang berasal dari PDAM disimpan di tandon bawah kemudian disalurkan ke
saluran air pada bangunan. Sedangkan pada sistem down feed, air bersih dari PDAM ditampung di tandon bawah
lalu di pompa ke tandon atas, kemudian didistribusikan ke saluran air pada bangunan melalui tekanan gravitasi.

Gambar 5 Sistem Up Feed

Sumber: http://documentslide.com/documents/paper-utilitas-hotel-jambuluwuk.html
Gambar 6 Sistem Down Feed

Sumber: http://documentslide.com/documents/paper-utilitas-hotel-jambuluwuk.html

Air Kotor dan Kotoran

Sistem pembuangan air kotor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Black water : buangan dari kloset dan urinoir

Grey water : berupa limbah air bekas mencuci dan mandi

Kotoran dari kloset dibuang ke pipa shaft yang nantinya akan diolah di septic tank lalu ke sumur resapan atau dari
shaft ke STP. Berbeda lagi dengan air kotor yang masuk langsung ke sumur resapan. Perbedaan ini bisa dilihat lewat
diagram berikut.

Gambar 7 Pembuangan Black water dan Grey Water

Sumber: Sunaryo, R. G., dkk. (2016). Utilitas Bangunan. Bahan Kuliah: Merancang 4. Universitas
Kristen Petra. Surabaya.
Gambar 8 Pembuangan Black Water dan Grey Water

Sumber: Sunaryo, R. G., dkk. (2016). Utilitas Bangunan. Bahan Kuliah: Merancang 4. Universitas
Kristen Petra. Surabaya.

Penyaluran air hujan

Sistem pembuangan air hujan pada bangunan harus terpisah dari saluran pembuangan air kotor dan air bekas karena
jika dicampur, ketika terjadi penyumbatan pada saluran maka air hujan akan mengalir kembali masuk ke pipa
plambing yang paling rendah.

Gambar 9 Sistem Pembuangan Air Hujan

Sumber: Sunaryo, R. G., dkk. (2016). Utilitas Bangunan. Bahan Kuliah: Merancang 4. Universitas
Kristen Petra. Surabaya.
Saluran yang dapat digunakan dalam pembuangan air hujan adayang tertutup dan
terbuka, saluran ini biasa disebut gutter lalu akan disalurkan ke saluran utama yang nantinya akan
disalurkan ke saluran kota. Untuk bangunan besar sebelum dibuang ke saluran air kota maka akan
ditampung ke sum pit baru akan dialirkan ke saluran kota.

Gambar 10 Pembuangan Terbuka

Sumber: : http://umarcivilengineering.blogspot.co.id/

Gambar 11 Pembuangan Tertutup

Sumber: http://rynari.wordpress.com
PEMBAHASAN

Profil Pemilik Rumah

(dibuat oleh Siska H., 22414077)

Dewasa ini, dengan semakin berkurangnya lahan untuk permukiman, dan semakin mahalnya harga
tanah yang ada, hunian vertikal seperti apartemen, rusun, mulai banyak dibangun. Pembangunan hunian
vertikal yang ada, seperti yang dapat kita amati, memiliki bentuk yang kurang lebih sama. Apartemen dan
rusun yang dibangun banyak berfokus pada penyediaan tempat / blok unit sebanyak mungkin namun
kurang memperhatikan kebutuhan psikologis penggunanya. Sebagai contoh, pada saat sesorang memiliki
rumah di daerah permukiman, interaksi yang terbangun bisa dengan siapa saja di kompleks tersebut,
sedangkan pada saat seseorang tinggal di apartemen atau rumah susun, interaksi yang terbangun hanya
terbatas pada penghuni satu lantai itu sendiri, yang mana pada gaya hidup modern saat ini, interaksi
tersebut sudah jarang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan, penghuni cenderung bersikap individualis
dan acuh tak acuh pada tetangganya.
Melihat adanya permasalahan khusus pada hunian vertikal, penulis melakukan pengamatan pada
Apartemen Sederhana di Jalan Siwalankerto. Apartemen Sederhana yang terletak di Jalan Siwalankerto
Timur V no. 35 sudah didirikan sejak 31 Agustus 2007 dan mulai dioperasikan sejak tahun 2010.
Apartemen Sederhana ini didirikan diatas lahan seluas 2.2 hektar dan memiliki 5 tower. Setiap tower terdiri
dari 5 lantai dan jumlah total unitnya adalah 377 unit. Saat ini, jumlah penghuni yang tinggal di apartemen
sederhana ini mencapai 1.131 orang yang rata-rata pekerjaannya adalah karyawan, pegawai, ibu rumah
tangga, mahasiswa dan anak-anak.

Gambar 12 Apartemen Sederhana

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Harga Tanah

(dibuat oleh Siska H., 22414077)

Pengelolaan Apartemen Sederhana dilakukan oleh BUMD dan menerapkan sistem sewa per bulan
sehingga unit dari Apartemen Sederhana ini tidak dapat dibeli. Tujuannya adalah untuk memenuhi
kebutuhan perumahan dan pemukiman bagi masyarakat Surabaya dan luar Surabaya yang berpenghasilan
menengah kebawah yang secara tidak langsung berdampak pada harga tiap unit yang ada agar terjangkau
oleh masyarakat yang berekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hasil survey, apartemen ini memiliki
7 tipe kamar yang berbeda dengan harga yang cukup terjangkau.
LANTAI TIPE HARGA

TIPE 28 Rp 864.000,00

TIPE 36 Rp 1.043.000,00
LANTAI 1
TIPE 48 Rp 1.504.000,00

TIPE 64 Rp 1.771.000,00

TIPE 28 Rp 767.000,00

LANTAI 2 TIPE 36 Rp 938.000,00

TIPE 48 Rp 1.338.000,00

TIPE 28 Rp 641.000,00

LANTAI 3 TIPE 36 Rp 799.000,00

TIPE 48 Rp 1.137.000,00

TIPE 28 Rp 549.000,00

LANTAI 4 TIPE 36 Rp 698.000,00


Tabel 1 : List harga tiap unit per
TIPE 48 lantai Rp 987.000,00
Sumber:Olahan Penulis
TIPE 18 Rp 271.000,00

TIPE 24 Rp 372.000,00
LANTAI 5
TIPE 28 Rp 435.000,00

TIPE 30 Rp 445.000,00
Penghasilan Per Bulan

(dibuat oleh Siska H., 22414077)

NAMA TEMPAT TINGGAL JUMLAH ORANG PEKERJAAN &


PENGHASILAN

Bu Kadek (45 - Tinggal di apartemen Tinggal 4 orang dalam Suaminya bekerja


tahun) sederhana blok D selama 6 1 unit apartemen. swasta, penghasilan
Ibu rumah tangga tahun. Suaminya, Bu Kadek, per bulan menolak
dan 2 anaknya. untuk diberitahukan
- Luas unit apartemennya
Anaknya kuliah di WM tapi dalam range Rp
<50m2.
dan suaminya bekerja di 2.000.000,00 - Rp
- Harga sewa per bulan Rp
Gedangan. 10.000.000,00.
1.360.000,00 sudah
termasuk listrik dan air.
Kalau tanpa listrik Rp
800.000,00.

Bu Grace (33 - Tinggal di apartemen Tinggal 4 orang dalam Pendidikan terakhir S1


tahun) sederhana blok E selama 3- 1 unit apartemen. sekarang bekerja di

4 tahun. bidang pelayaran.


Menolak untuk
- Harga sewa per bulan
memberitahu
berada pada range Rp
penghasilan per bulan
1.200.000,00 tanpa listrik.
tapi dalam range Rp
- Luas unit apartemennya
2.000.000,00 - Rp
<50m2.
10.000.000,00.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa harga per unit kamar sudah cukup terjangkau. Perbedaan
harga pada tiap lantai disebabkan karena apartemen ini tidak memiliki lift sehingga harus naik tangga ke
lantai 5. Oleh karena itu, harga unit pada lantai 5 jauh lebih murah jika dibandingkan dengan lantai 1 dan 2.
Harga unit yang paling mahal adalah Rp 1.771.000,00 per bulan belum termasuk listrik dan air sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa penghasilan rata-rata penghuni apartemen sederhana ini antara Rp
2.000.000,00 hingga Rp 10.000.000,00 per bulan. Kesimpulan tersebut juga didukung oleh hasil
wawancara dengan beberapa penghuni.

Tabel 2 : Hasil wawancara dengan penghuni


apartemen
Sumber:Olahan Penulis
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat dilihat bahwa range pendapatan penghuni rata-rata Rp
2.000.000,00 - Rp 10.000.000,00 dan kebanyakan dari penghuni sudah tinggal cukup lama di apartemen
ini. Beberapa penghuni juga menyebutkan bahwa tinggal di apartemen sederhana sudah cukup nyaman
dengan penghasilan per bulan yang cukup rendah walaupun sebenarnya mereka berharap untuk dapat
tinggal di rumah tinggal daripada di apartemen. Namun, setiap tahunnya harga rumah tinggal yang layak
semakin naik sehingga menurut beberapa penghuni di apartemen ini, cukup sulit untuk menemukan tempat
tinggal yang layak dan terjangkau. Mereka mengatakan bahwa apartemen sederhana ini sudah memiliki
fasilitas yang cukup untuk ditinggali dan juga aman.
Mengingat fenomena individualis yang sering terjadi di rumah susun / apartemen, Apartemen
Sederhana di Siwalankerto ini sebenarnya sudah menyediakan fasilitas untuk penghuninya berkumpul
bersama dan bersantai.

Gambar 13 Pendopo Apartemen Sederhana

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Berdasarkan hasil pengamatan, kemungkinannya adalah karena warga yang tinggal di lantai atas
(3-5) malas untuk turun ke bawah untuk bersosialisasi. Hal ini juga disebabkan karena tidak adanya lift,
sehingga beberapa warga juga mengeluh cukup lelah untuk naik ke lantai atas (3-5). Tetapi paling tidak,
Apartemen Sederhana ini sudah menyediakan fasilitas yang memperhatikan kebutuhan pasikologis
penghuninya yaitu untuk bersosialisasi karena dewasa ini, sangat jarang dijumpai apartemen / rumah susun
yang menyediakan fasilitas pendopo / hall bersama untuk menunjang kebutuhan bersosialisasi.

Fenomena lain yang mungkin terjadi saat tinggal di hunian vertikal, khususnya rusun, adalah
kurangnya fasilitas untuk menjemur pakain.
Gambar 14 Beberapa penghuni menjemur pakaian sembarangan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar diatas adalah keadaan Apartemen Sederhana yang berada di jalan Siwalakerto Timur. Seperti yang
dapat dilihat, tidak adanya fasilitas untuk menjemur pakaian membuat para penghuni memanfaatkan balkon / selasar
yang ada untuk menjemur pakaian. Hal ini tentunya berdampak pada ketidaknyamanan penguni lain saat melewati
koridor, dan juga image dari Apartemen Sederhana ini sendiri karena saat orang berkunjung, tidak mendapatkan
pemandangan yang “clean” atau bersih namun terganggu dengan adanya pakaian yang dijemur pada balkon-balkon.
Selain itu, pakaian yang basah dapat menimbulkan koridor yang lembab dan berlumut.
Sebagai seorang arsitek, tentunya selain membantu menyediakan tempat untuk bermukim, masih
ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan, sebagai contoh adalah kebutuhan fisiologis dan psikologis
pengguna. Hal ini sangat penting teruatama dalam pembangunan hunian vertikal seperti apartemen atau
rumah susun. Pada fenomena hasil pengamatan, bisa dilihat bahwa kebutuhan dalam hal berinteraksi dan
menjemur pakaian adalah aspek yang perlu dipertimbangkan dan difasilitasi. Sebagai seorang arsitek,
desain yang baik tidak hanya terlihat bagus di depan tetapi juga mampu mengakomodasi kebutuhan
penggunanya secara baik.

Kehatan Pengguna

(dibuat Vito K., 22414072)

Pengamatan dilakukan pada sekitar pukul 13:00 WIB. Menurut tim, aspek pencahayaan didalam kamar
rumah susun sederhana ini sudah cukup baik. Kamar-kamar memiliki intensitas cahaya yang baik hal ini disebabkan
oleh adanya bukaan yang menghadap ke arah timur dan barat. Pada kamar yang mengarah timur penghuni dapat
terpapar sinar matahari yang diketahui dapat memberi dampak positif bagi tubuh manusia

Menurut tim pengamat, penghawaanpada rumah susun sederhana ini telah terdesain dengan baik, eksistensi
balkon memungkinkan adanya akses keluar masuk bagi udara. Namun, pada rumah susun ini mayoritas balkon
difungsikan sebagai jemuran sehingga baik angin maupun cahaya matahari tidak dapat masuk ke dalam kamar
secara maksimal.

Keamanan

(dibuat Vito K., 22414072)


Keamanan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menunjang kenyamanan penghuni suatu
tempat. Hal ini wajib ada mengingat akan tingginya tingkat kriminalitas di kota besar seperti Surabaya. Begitu juga
dengan rumah susun yang ditinjau oleh tim.

Untuk keamanan rumah susun, menurut warga penghuni berjalan baik. Dari salah satu narasumber yang
diperoleh tim mengatakan selama sekian tahun beliau menghuni rumah susun, belum pernah ada kejadian kriminal
yang terjadi. Selain itu, juga terdapat pos satpan di akses keluar-masuk satu-satunya. Menurut narasumber lain juga
apabila barang, seperti sepeda dan sebagainya, ditinggalkan sendiri di luar bangunan seperti area parkir, tidak akan
hilang dan akan tetap di tempat itu hingga esoknya.

Tak hanya itu, instalasi CCTV (Closed Circuit Television) di beberapa titik di rumah susun, salah satunya
yang ada di kantin rumah susun, ini juga membantu optimalisasi keamanan rumah susun. Tim juga terinformasikan
adanya kegiatan jaga malam yang dilakukan oleh satpam.

Gambar 15 Pos satpam rumah susun

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Namun menurut pengamatan tim, keamanan dari rumah susun ini masih memberikan banyak celah untuk
terjadinya tindak kriminalitas. Seperti waktu tim ingin meninjau rumah susun, dan tim tidak membawa surat apapun
dari universitas, hanya dengan membuka jendela dan menyapa satpam, dengan mudah tim dapat masuk ke area
lokasi. Beberapa anggota tim juga dapat memasuki salah satu ‘tower’ dari rumah susun itu dan mengambil beberapa
gambar di lokasi. Tidak hanya satu kali tim ke sana, namun tetap mudah masuk ke dalam area lokasi. Dari hal ini
tim meragukan keamanan dari rumah susun dan kevalidan dari pernyataan warga.

Gedung Serbaguna

(dibuat Priscila H., 22414090)


Gedung serbaguna adalah suatu bangunan yang dapat digunakan oleh umum untuk berbagai macam
kepentingan sesuai dengan kapasitas bangunannya. Gedung serbaguna pada Apartemen Sederhana merupakan
tambahan fasilitas yang disediakan oleh pengelola yang bertujuan untuk menambah nilai apartemen tersebut.
Fasilitas ini memiliki fungsi positif bagi pengelola maupun bagi pengguna. Salah satu contoh fungsi positif bagi
pengelola adalah dapat menyewakan gedung tersebut kepada pengguna luar untuk digunakan sebagai wadah atau
tempat melaksanakan kegiatan, seperti: pernikahan atau rapat dari Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga
(RW) sehingga berfungsi sebagai balai warga. Sedangkan contoh positif sebagai pengguna apartemen, yaitu
digunakan sebagai :
 Gedung pernikahan,
 Tempat berkumpulnya warga untuk bersosialisasi dari lain gedung (karena dalam 1 kompleks
apartemen terdiri dari 5 anak bangunan),
 Sebagai tempat anak-anak kompleks bermain, dsb.
Gedung serbaguna pada apartemen ini tidak memiliki pembatas yang masif berupa dinding, namun hanya
berupa perbedaan ketinggan dari lantai paving ke gedung serbaguna tersebut. Bangunan ini terpisah dari bangunan
induk yang memang beda-beda lokasi tiap anak bangunan, bangunan ini terletak tepat di tengah-tengah bagian tepi
dari site apartemen Sederhana ini. Sehingga bangunan ini dapat terlihat secara langsung saat masuk ke wilayah atau
site apartemen.
Gambar 16 Gambar Maket Apartemen Sederhana

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gedung ini berbentuk persegi, dengan luas ± 100 m2 sehingga dapat menampung kurang lebih sekitar 30-50
orang duduk saat ada acara rapat dsb. Gedung ini memiliki bentuk dan desain seperti gazebo (tempat singgah atau
istirahat) namun berukuran lebih besar dari ukuran normal gazebo, sehingga nampak seperti pendopo.

Gambar 17 Gedung Serbaguna di Apartemen Sederhana

Sumber : Dokumentasi pribadi

Sekitar gedung ini juga terdapat lahan luas yang dapat digunakan sebagai lahan parkir bagi warga lain yang
datang untuk menghadiri acara yang diselenggarakan di gedung serbaguna tersebut. Sehingga dapat menjadi nilai
tambah juga bagi apartemen ini, karena tidak mengganggu lalu lintas jalan dengan alasan letak ruang serbaguna ada
di dalam kawasan bukan di luar kawasan apartemen. Sekeliling gedung/pendopo ini mempunyai tanaman tinggi
(bukan pohon) sebagai sun-shading vertikal dimana pada sekitar bangunan ini minim atau kurangnya vegetasi yang
dapat digunakan sebagai shading device pada sirkulasi dll.
Gambar 18 Sirkulasi pada kawasan Apartemen Sederhana

Sumber : Dokumentasi pribadi

Tempat Kerja

(dibuat Priscila H., 22414090)

Tempat bekerja adalah tempat dimana orang pergi meninggalkan rumah untuk bekerja atau melakukan
pekerjaan dan mendapatkan upah/gaji dari hasil yang sudah dikerjakan. Banyak orang yang tempat bekerja mereka
tidak bersatu dengan tempat tinggal mereka, namun harus pergi ke suatu lokasi untuk bekerja. Pada umumnya,
mereka yang bekerja diluar tempat tinggal adalah sebagai karyawan atau pegawai dan sebagian adalah untuk
membuka toko sendiri di lain tempat. Biasanya banyak orang memilih tempat kerja dekat dengan tempat tinggal
mereka, sehingga dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.
Di Apartemen Sederhana sebagian besar orang yang menyewa kamar di sana pekerjaan mereka adalah
pagawai/karyawan. Sebagai contoh dari warga yang kami tanyai adalah Grace, ibu rumah tangga berumur 34 tahun
ini, suaminya bekerja sebagai pegawai swasta yang bekerja di luar kawasan Apartemen Sederhana. Suaminya
bekerja di kawasan Surabaya Utara tepatnya di daerah Tanjung Perak, beliau menggunakan kendaraan pribadinya
untuk sampai ke tujuan. Begitu pula hal yang sama dirasakan oleh Ibu Budi yang bekerja membuka usaha sendiri di
Apartemen Sederhana dengan menjual kebutuhan rumah tangga, seperti: sabun mandi, shampo, deterjen pakaian,
makanan ringan, dll. Sebenarnya Ibu Budi bukanlah warga dari Apartemen Sederhana, namun beliau membuka
usaha di sana dengan menyewa bulanan sebagai penghasilan tambahan keluarganya.
Lokasi yang digunakan sebagai lahan bergadang adalah bagian belakang dekat dengan lokasi parkir motor
dan juga dekat dengan jalan enuju ke ruang pengelola. Di sana, tidak hanya menjual kebutuhan rumah tangga saja,
namun ada warga lain yang menyewa dan membuka warung mie ayam yang hanya dapat menampung kurang lebih
5-15 orang.
Gambar 19 Lokasi Dagang

Sumber : Dokumentasi pribadi

Gambar 20 Maket (Lokasi Pasar Kering)

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Interaksi Warga

(dibuat Agatha J., 22414061)


Mengingat bahwa manusia ini adalah makhluk sosial, dapat dilihat pentingnya interaksi antar warga dalam
satu lingkup kehidupan.

Gambar 21 Interaksi dengan warga

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Secara keseluruhan, interaksi yang terjalin di area rumah susun ini dapat dikatakan cukup baik. Waktu tim
datang ke area kantin, banyak penghuni yang berkumpul bersama dan menghabiskan waktu luang bersama-sama,
dari berbagai golongan usia. Tidak sedikit pula warga, dari yang tua ke yang muda, mengenal satu sama lain dan
bercakap bersama. Waktu tim juga mencoba berinteraksi dengan warga, tim juga mendapat banyak respon positif.
Warga mudah diajak kerjasama dan sangat membantu tim.
Seperti yang dibahas pada tinjauan, adanya kebiasaan masyarakat yang cenderung bersosialisasi dengan
penghuni yang tinggal pada lantai yang sama. Namun dalam observasi tim selama berinteraksi dengan warga, hal ini
cenderung tidak terjadi karena adanya kantin sebagai tempat berinteraksi warga.

Tidak hanya itu saja, juga banyak acara keagamaan seperti natal dan sebagainya yang dilakukan warga di
area serbaguna (pendopo). Walau disebut acara keagamaan, namun menurut warga, yang mengikuti acara itu dari
segala jenis penganut, seperti waktu natal, warga yang muslim juga ikut merayakan, begitu pula sebaliknya, waktu
idul adha warga kristiani juga mengikuti acara.

Gambar 22 Pendopo rumah susun

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tak hanya acara keagamaan, rumah susun ini juga mengadakan acara lain seperti bazaar. warga dapat
berpartisipasi sebagai konsumen maupun produsen pada acara ini. Acara ini juga membantu peningkatan interaksi
sesama penghuni rumah susun, maupun penghuni rumah susun dengan warga diluar rumah susun ini.

Salah satu faktor pendukung tingginya interaksi antar warga menurut tim adalah kesamaan dari penghuni.
Kebanyakan penghuni dari yang di observasi tim adalah penghuni berasal dari luar Surabaya. Kesamaan nasib ini
membuat adanya rasa empati antar warga dan mendukung warga untuk membantu satu sama lain untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang baru.
Air Bersih

(dibuat William D., 22414087)

Tidak dapat dipungkiri air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama manusia sebagai mahkluk hidup.
Selain digunakan sebagai air minum, air bersih memiliki beragam manfaat dalam kehidupan sehari – hari, seperti
untuk mandi, memasak dan mencuci. Air bersih merupakan salah satu hal penting dalam mendukung
keberlangsungan kehidupan. Begitu pula yang dirasakan oleh warga Rusun Sederhana Graha Utama Ahmad Yani
Surabaya.

Pola Distribusi Air Bersih


Pola pendistribusian air bersih yang digunakan pada Rusun Sederhana Graha Utama adalah pola
pendistribusian down – feed.

PDAM Meteran Tandon


Melalui saluran kota Air Bawah

Unit Melalui shaft


Rusun
Tandon
Air Atas Pompa
Unit Melalui shaft
Rusun
Gambar 23 Diagram Distribusi Air Bersih Rusun Sederhana Graha Utama

Sumber: Olahan Penulis

Air yang berasal dari PDAM, melalui saluran kota disalurkan kepada bangunan. Setelah melalui
meteran bangunan, air bersih disalurkan menuju tandon air bawah bangunan. Air bersih dipompa menuju
tandon atas bangunan sebelum didistribusikan menuju kran – kran pada unit rusun yang ada.

Pipa warna biru menunjukan pipa


pendistribusian air bersih pada Rusun
Sederhana Graha Utama.
Gambar 24. Saluran Air Bersih Rusun Sederhana Graha Utama

Sumber: Data Pengelola

Shaft Bangunan

Gambar 25 Denah Pelaksanaan Shaft Rusun

Sumber: Data Pengelola

Kualitas Pendistribusian Air Bersih

Menurut warga Rusun Sederhana Graha Utama Ahmad Yani, Surabaya, penyaluran air bersih dari sumber
air bersih tidak pernah mengalami hambatan dan masalah. Air bersih dapat didistribusikan secara lancar dari sumber
air bersih menuju unit rusun.
Air Kotor

Air Bersih

(dibuat William D., 22414087)


Jaringan air kotor adalah sebuah jaringan atau saluran pembuangan air bekas yang sudah tidak terpakai lagi
ke riol kota. Air kotor bisa berasal dari berbagai sumber, seperti air bekas mandi, air tinja, air wastafel, dan
sebagainya. Hal tersebut merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam suatu bangunan. Selain untuk
mendukung kelancaran sistem utilitas suatu bangunan, sistem pembuangan air kotor perlu diperhatikan untuk
menjaga kenyamanan penghuni bangunan. Kurang mempedulikan sistem pembuangan air kotor akan menimbulkan
berbagai masalah, seperti terhambatnya kelancaran saluran air pada bangunan, serta timbulnya bau yang
mengganggu. Hal ini tentu sangat mengurangi kenyamanan warga sebagai penghuni bangunan. Selain itu,
pentingnya memperhatikan sistem pembuangan air kotor pada bangunan untuk menunjang estetika bangunan.
Perlunya pengaturan sistem pembuangan air kotor agar tidak merusak estetika bangunan, seperti pada contoh kasus
Rusun Sederhana Graha Utama Ahmad Yani, Surabaya.

Pola Pembuangan Air Kotor

Sistem pembuangan air kotor mengandalkan gaya gravitasi untuk mengalirkan air kotor dari
sumber air kotor menuju tempat pembuangan air kotor. Air kotor yang digunakan pada Rusun Graha
Utama, disalurkan dari lantai ke lantai melalui pipa pada shaft bangunan. Sedangkan air kotor yang
mengandung lemak seperti air kotor bekas cucian dapur, diolah terlebih dahulu pada grease trap sebelum
bergabung pada pipa air kotor di dalam shaft bangunan. Saluran air kotor tersebut menuju shaft utama pada
lantai 1 bangunan yang akhirnya dikumpulkan pada IPAL dan dibuang pada sungai sebagai air bersih.

Toilet
Shaft Lt. 5 Shaft Lt. IPAL
1
Dapur Grease
Trap
Keterangan: Sungai
Saluran Air Kotor
Saluran Air Bersih
Gambar 26 Diagram Pembuangan Air Kotor Rusun Sederhana Graha Utama

Sumber: Olahan Penulis

IPAL adalah Instalasi Penjernihan Air Limbah. Pada bagian ini, air kotor yang berasala dari
berbagai macam sumber pada bangunan diolah dan disaring beberapa kali sehingga menjadi air bersih yang
akhirnya dibuang pada sungai.
Gambar 27 IPAL Rusun Sedrhana Graha Utama

Sumber: Data Pengelola

KOTORAN

Air Bersih

(dibuat Claudia Levina, 22414097)

Pembuangan dalam bangunan harus diolah secara baik. Dalam pelaksanaannya pun harus mengetahui tentang
syarat-syaratnya. Selain itu cara mengelolah sampai dapat dibuang ke saluran kota juga wajib dipikirkan. Jika tidak
maka akan merusak lingkungan sekitar dan bangunan itu sendiri.

Beberapa buangan yang nantinya akan dipikirkan adalah kotoran, air kotor, air dapur,sampah. Hal ini perlu
diperhatikan utuk kelangsungan bangunan. Bedanya jenis sampah juga akan berpengaruh pada perbedaan
pengelolaannya. Air kotor(grey water): Buangan dari wastafel, buangan dari floor drain, bungan dari dapur.
Kotoran(black water): Bungan dari closet, bungan dari urinoir. Contohnya pengekotoran dari closet lalu ke pipa
shaft yang nantinya akan diolah di septitank lalu ke sumur resapan atau dari shaft ke STP. Berbeda lagi denganair
kotor yang masuk langsung ke sumur resapan. Perbedaan ini bisa dilihat lewat diagram diatas. Sedangkan untuk
sampah, jika bangunan berupa bangunan bertingkat maka dapat disulurkan ke bawah lewah shaft sampah yang
nantinya dapat dipisahkan sesuai jenisnya(sampah kering, basah, plastik) untuk di daur ulang atau langsung dibuang
ke TPA.

Sistem Pembuangan dalam Apartemen sederhaha GRAHA UTAMA:


Gambar 28 Peletakan Shaft Apartemen Sederhana Graha Utama

Sumber: Data Pengelola dan Oalahan Penulis

Gambar 29 Diagram Pembuangan Air Kotor Apartemen Sederhana Graha Utama

Sumber: Oalahan Penulis

Air Hujan

(dibuat Claudia Levina, 22414097)


Sistem Pembuangan air hujan merupakan salah satu yang penting dalam utilitas bangunan. Jika tidak maka banjir
akan menggenangi bangunan. Hal ini karena tanah yang seharusnya menjadi resapan berganti fungsimenjadi
bangunan. Jika tidak ditanggulangi maka akan terjadi banjir dan menggenangi bangunan, dalam jangka panjang
tentu akan merusak struktur bangunan dan mengurangi kenyamanan pengunjung.

Saluran yang dapat digunakan dalam pembuangan air hujan adayang tertutup dan terbuka, saluran ini biasa disebut
gutter lalu akan disalurkan ke saluran utama yang nantinya akan disalurkan ke saluran kota. Untuk bangunan besar
sebelum dibuang ke saluran air kota maka akan ditampung ke Sum Pit baru akan dialirkan ke saluran kota.

Sumber: http://umarcivilengineering.blogspot.co.id/ Sumber: http://rynari.wordpress.com

Gambar 30 Pembuangan Terbuka Gambar 31 Pembuangan Tertutup

Pembuangan air hujan dalam Apartemen sederhaha GRAHA UTAMA:


-

Gambar 32 Sistem Pembuangan Air Hujan Di Apartemen Sederhana Graha Utama

Sumber: Data Pengelola dan Oalahan Penulis


Gambar 33 Sosoran Rumah Susun Gambar 34 Balkon Rumah Susun

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 35 Sosoran Rumah Susun


Gambar 36 Talang Air Rumah Susun
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 37 Sosoran Rumah Susun

Sumber: Dokumentasi
Limbah Pribadi

Air Bersih

(dibuat Andri S. 22414079)


Sistem pembuat sampah yang di gunakan di dalam rumah susun ini adalah trash chute.

Trash chute adalah konsep pembuangan sampah di sebuah gedung yang langsung di tempatkan ke bak penampungan
sampah. Trash chute biasanya berada didalam dinding atau ditanam di dinding tidak berada di luar dinding.

Gambar 38 Trash Chute Rumah Susun

Sumber:

instalasi berupa pembuangan sampah dengan sistem cerobong atau pipa vertikal yang dibuang secara gravitasi di
setiap lantai bangunan bertingkat berupa sampah yang tidak mudah terurai seperti sampah konsumsi sehari-hari
berupa plastik, sisah makanan, kertas dan sebagainya ini sangat efektik diterapkan di system pembuangan sampah di
rumah susun ini , mengapa karena memudahkan untuk orang membuang sampah di setiap lantainya.

Sampah-sampah yang dibuang langsung dari setiap lantai itu ditampung di lantai dasar bangunan yang berupa bak
penampungan dan kemudian didistribusikan ke truk-truk pembuangan sampah untuk mengambil limbah sampah lalu
dibawa ketempat pembuangan akhir.

Gambar 39 Trash Chute Rumah Susun

Sumber:

Kelebihan dari sistem pembuangan limbah trash chute di rumah susun adalah:
-memudahkan penghuni untuk membuang sampah.

Kekurangan dari sistem pembuangan limbah trash chute di rumah susun adalah:

-chute yang diterapkan di rumah susun kurang besar sehingga tidak dapat menampung banyaknya limbah sampah.

Pencahayaan

(dibuat Mathhew L., 22414117)

Pencahayaan alami memiliki peran penting bagi penghuni agar bangunan tidak terlihat gelap meskipun tanpa
bantuan lampu atau pencahayaan buatan . Pencahayaan alami berasal dari sinar matahari yang masuk melalui
bukaan. Sering kali pencahayaan alami tidak mampu menerangi semua ruangan sehingga masih diperlukan
pencahayaan buatan.

Pengamatan dilakukan pukul 13.00 WIB di salah satu kamar rumah susun yang luasnya tidak terlalu besar
dengan overstek di balkon yang besar. Ditinjau dari intensitas sinar matahari ke balkon kamar , cahaya matahari
dapat masuk melalui balkon kamar yang menghadap ke arah timur pada pagi hari dan barat pada sore hari dengan
ukuran bukaan yaitu 1,5 m x 1,5 m. Pemantulan cahaya matahari oleh lantai bangunan yang terbuat dari keramik
juga membantu pencahayaan alami di dalam rungan. Kamar rumah susun juga mendapat sedikit cahaya dari selasar
karena adanya jendela kamar yang menghadap ke selasar. Tetapi karena adanya cahaya dari balkon dan
pencahayaan buatan berupa lampu di kamar , biasanya penghuni lebih memilih menutup jendela kamar untuk
menjaga privasi.

Gambar 40 Balkon Kamar rumah susun dan Overstek

Sumber:Dokumentasi Pribadi
Gambar 41 Sketsa cahaya terhalang overstek

Sumber:

Gambar 42 Jendela kamar di rumah susun Sederhana

Sumber

Pengamatan juga dilakukan di selasar rumah susun yang memiliki bukaan dengan ukuran 3 m x 1,5 m di ujung
selasar dan dibagian tengah selasar , ditambah dengan adanya pencahayaan buatan berupa lampu jenis TL di depan
kamar. Apalagi saat siang hari dimana lampu selasar tidak dinyalakan menyebabkan bukaan yang semula memiliki
tujuan untuk menghemat listrik dan pencahayaan alami di selasar rumah susun ini tidak berfungsi dengan
semestinya dan memerlukan bantuan dari pencahayaan buatan untuk bisa menerangi seluruh bagian selasar. Hal ini
disebabkan oleh bentuk bangunan yang memanjang dan overstek pada bangunan yang terlalu panjang dan menutupi
sebagian besar bukaan , ditambah lagi bentuk bukaan yang masuk kedalam bangunan dengan arah hadap bukaan ke
utara dan selatan. Tetapi saat malam hari masalah pencahayaan di selasar dirasa sudah teratasi dengan adanya
pencahayaan buatan dari lampu.

Menurut kelompok , penerapan pencahayaan alami di rumah susun Sederhana ini masih kurang di bagian
selasar karena penerapan bukaan untuk pencahayaan alami hanya mampu menerangi 2 kamar didekatnya sehingga
kamar lainnya terlihat gelap karena tidak terjangkau oleh sinar matahari meskipun siang hari dan memerlukan
bantuan dari pencahayaan buatan untuk mendapat pencahayaan yang cukup. Berbeda dengan selasar , kamar di
rumah susun Sederhana dinilai sudah cukup baik dengan intensitas cahaya yang tidak menyilaukan karena adanya
beberapa faktor pendukung pencahayaan alami seperti balkon disetiap kamar yang menghadap ke timur dan barat ,
pemantulan cahaya oleh material di kamar , dan perbandingan ukuran bukaan dengan luas kamar , sehingga
pencahayaan buatan tidak diperlukan pada siang hari .

Gambar 43 Bukaan pada ujung selasar bangunan

Sumber:

PENGHAWAAN

(dibuat Mathhew L., 22414117)

Selain pencahayaan , faktor lain yang penting untuk kenyamanan penghuni rumah susun adalah penghawaan .
Dengan adanya penghawaan yang baik di dalam bangunan , penghuni akan merasa nyaman untuk tinggal
didalamnya . Penghawaan dapat diperoleh dengan memberikan bukaan agar angin dapat masuk dan keluar sehingga
cross ventilation dapat terjadi dan terjadi pertukaran udara didalam bangunan.

Pengamatan dilakukan pukul 13.00 WIB di kamar rumah susun Sederhana , setiap kamar di bangunan ini
memiliki balkon yang membuat angin dapat berhembus dari luar masuk kedalam kamar melalui balkon dan
dikeluarkan ke selasar melalui jendela kamar tetapi pada saat pengamatan dilakukan , fungsi balkon tidak digunakan
dengan semestinya karena banyak penghuni yang menutup jendela kamar dan menggunakan balkon untuk menjemur
baju sehingga angin tidak dapat masuk secara maksimal ke dalam kamar . Setiap kamar mandi didalam kamar
memiliki jendela kecil di bagian atas dengan tujuan agar terjadi pertukaran udara agar kamar mandi tidak lembab
dan berjamur. Selain itu panas karena sinar matahari tidak mempengaruhi suhu kamar karena overstek di balkon
yang besar ditambah lagi untuk lantai 1& 2 sinar matahari dapat dihalangi oleh pohon yang berada disekitar
bangunan .Melalui pengamatan dapat dilihat banyak penghuni kamar yang tidak menggunakan pendingin ruangan
selain untuk menghemat listrik , para penghuni merasa bahwa suhu kamar saat siang hari tidak panas dengan adanya
balkon.
Gambar 44 Balkon Kamar Yang Digunakan Untuk Jemuran

Sumber:

Dari Pengamatan di selasar rumah susun Sederhana bisa dibilang cukup bagus kecuali di lantai 1 karena
dibagian bukaan terdapat tempat sampah sehingga kemungkinan bau sampah dan asap dari kendaraan yang parkir
dapat mengganggu kenyamanan penghuni , tetapi berbeda dengan lantai lain karena setiap lantai memiliki bukaan di
4 sisi bangunan sehingga angin dapat berhembus masuk melewati selasar lalu keluar dari bukaan lainnya ( Cross
Ventilation). Hal ini didukung oleh posisi bangunan yang tidak diletakkan tidak sejajar satu sama lain sehingga
angin dapat melewati setiap bangunan .

Gambar 45 Sketsa sirkulasi angin pada bangunan

Sumber:
Gambar 46 Sketsa sirkulasi angin pada kamar

Sumber:

Menurut kelompok , penghawaan di kamar rumah susun Sederhana sudah didesain dengan baik agar
setiap ruangan dapat dilewati oleh angin dengan memberikan jalan agar angin dapat masuk dan keluar , tidak
lupa juga pemberian jendela kecil untuk penghawaan di kamar mandi sehingga kamar tidak memerlukan
penghawaan buatan lagi. Bagian selasar rumah susun Sederhana dinilai baik dalam hal penghawaan dapat
dilihat dari bukaan yang lebar dan diletakkan diujung-ujung selasar , selain itu penataan letak bangunan yang
memperhatikan arah angin . Sehingga secara keseluruhan rumah susun Sederhana tidak memerlukan
penghawaan buatan untuk mendapatkan kenyamanan termal.

Gambar 47 Bukaan di rumah susun Sederhana

Sumber:

Kebisingan

(dibuat Andri S. 22414079)


Kebisingan di rumah susun ini dapat dibagi 2 faktor yaitu:

-faktor eksternal yaitu kebisingan dari luar bangunan

-faktor internal yaitu kebisingan dari dalam bangunan

faktor eksternal

Privasi antar warga dapa terjaga dengan baik karena letak bangunan yang cukup jauh dari jalan utama
mengakibatkan tidak adanya gangguan kebisingan

Gambar 48 Sirkulasi Rumah Susun

Sumber:

Penghalang dengan tanaman sangat direkomendasikan untuk ditempatkan pada ruang milik jalan (rumija) tol, arteri,
dan kolektor yang memiliki sisa lahan yang cukup lebar.

tanaman dapat digunakan pada ruang jalan-jalan lokal sepanjang ruang yang ada mencukupi untuk menempatkan
penghalang secara efektif Penghalang kebisingan dengan tanaman ditempatkan pada posisi sekurang-kurangnya 3
m dari tepi perkerasan untuk menahan bising dari jalan raya.

Gambar 49 Maket Rumah Susun

Sumber:

Kesimpulan

Apartemen Sederhana Graha Utama A. Yani nyaman untuk digunakan oleh berbagai macam kalangan. Pengguna
yang menyerwa tidak hanya masyarakat menengah ke bawah saja namun juga kalangan menengah ke atas. Sistem
bulanan membuat banyak pengguna yang tertarik selain itu pelayanan yang ada juga memnuhi syarat. Dengan
lokasi yang jauh dari jalan raya, kondisi apartemen tidak bising, tidak terkena polusi berat, tidak banjir, sistem
penghawaan dan pencahayaan cukup baik serta pembuangan yang tertata membuat kesetan pengguna terjaga dengan
baik. Selain itu keaman wilayah terjaga karena adanya security 24jam. CCTV membuat wilayah ini aman dan tidak
pernah terjadi kasus pencurian. Interaksi sosial pun cukup baik, sarana pendopo di wilayah banyak digunakan untuk
melakukan bazar, acara keagamaan bersama, lomba 17an, atau hanya sekedar berbincang-bincang. Maka
disimpulkan Apaertemn Graha Utama A.Yani nyaman untuk ditinggali masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Aries, M. (2014). Transformasi Ruang Komunal pada Rumah Susun di Jakarta. Jakarta: Binus University.
Graha, A. C. (n.d.). Kriteria Perencanaan Utilitas Bangunan. Retrieved Desember 7, 2016, from Academia:
https://www.academia.edu/6635283/Kriteria_Perencanaan_Utilitas_Bangunan

Hall, E. T. (1966). The Hidden Dimension. Amerika: Anchor Books.

Haryadi, B., & Riyanto, B. (2007). Kepadatan Kota Dalam Perspektif Pembangunan (Transportasi) Berkelanjutan.
Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, 9(2), 87-96.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/article/view/1611

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1988). Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan. Nomor KEP-02/MENKLH/I/1988. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup.

Rahmi, D. H. (2015, November 20). Pengaturan Penghawaan dan Pencahayaan Pada Bangunan. Retrieved
Desember 8, 2016, from Arsitektur dan Lingkungan:
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/20/pengaturan-penghawaan-dan-pencahayaan-pada-
bangunan/

Siswanto, A. (2009). Kearifan Lokal Arsitektur Tradisional Sumatera Selatan Bagi Pembangunan Lingkungan
Binaan, Jurnal Lokal Wisdom, vol. 1, 1 November 2009.

Soesilowati, E. (2007). Kebijakan Perumahan Dan Permukiman Bagi Masyarakat Urban. Dinamika, 16(1).[06/01,
00:46] gunteitb2012: https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jd/article/view/1479

Sommer, R. (1969). Personal Space: The Behavioral Basis of Design. New Jersey: Prentice Hall Trade.

Sunaryo, R. G., dkk. (2016). Utilitas Bangunan. Bahan Kuliah: Merancang 4. Universitas Kristen Petra. Surabaya.

Tanuwidjaja, G. dkk. (2009). Integrasi Kebijakan Perencanaan dan Desain Rumah Susun yang Berkelanjutan,
dalam Konteks Pembangunan Kota yang Berkelanjutan. In: Seminar Nasional 2009 oleh Universitas
Kristen Maranatha. 15 Agustus 2009. Bandung.

Tjahyono, Y. S. (2005). PERUMAHAN BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN MENENGAH KE


BAWAH DI PERKOTAAN (SUMBANG SARAN BAGI KEMAJUAN PERUM PERUMNAS PADA
ULTAH KE-29). DIMENSI (Journal of Architecture and Built Environment), 32(2).
http://dimensi.petra.ac.id/index.php/ars/article/view/16189

Anda mungkin juga menyukai