Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat


dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqhdengan judul “
Hukum Jenis Muamalah ”.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, 08 Januari 2019

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................i

Daftar Isi....................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang.................................................................................................3
b. Rumusan Masalah...........................................................................................3

BAB II Pembahasan

a. Pengertian Muamalah................................................................................
b. Pengertian Bisnis Muamalah.....................................................................
c. Tujuan Bisnis Muamalah...........................................................................
d. Jenis Bisnis Muamalah..............................................................................
e. Perdangangan Muamalah..........................................................................
f. Proses Produksi dan Promosi dalam Bisnis Syariah
g. Perilaku Pelaku Bisnis Syariah
h.

DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................................................32

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Atas dasar pemenuhan kebutuhan sehari –hari, maka terjadilah suatu kegiatan
yang di namakan jual beli. Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan
sesuatu, sedang menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara
tertentu (‘aqad). Sedangkan riba yaitu memiliki sejarah yang sangat panjang dan
prakteknya sudah dimulai semenjak banga Yahudi sampai masa Jahiliyah sebelum Islam
dan awal-awal masa ke-Islaman. Padahal semua agama Samawi mengharamkan riba
karena tidak ada kemaslahatan sedikitpun dalam kehidupan bermasyarakat.Allah SWT
berfirman:

ٍَ ‫الربَاٍ َوقَدٍٍْنُ ُهوٍاٍْ َع ْن ٍهٍُ َوأ َ ْك ِل ِه ٍْمٍأَ ْم َوا‬


ٍ‫ل‬ ِّ ِ ٍ‫يراٍ َوأَ ْخ ِذ ِه ٍُم‬
ً ِ‫للاٍِ َكث‬
ٍِّ ٍ‫ل‬
ٍِ ‫س ِبي‬ ٍْ َّ‫طٍِِّيبَاتٍٍأ ُ ِحل‬
َ ‫تٍلَ ُه ٍْمٍ َو ِب‬
َ ٍ‫ص ِدِّ ِه ٍْمٍ َعن‬ َ ٍ‫ظ ْلمٍٍ ِ ِّمنٍٍَالَّذِينٍٍَهَاد ُوٍاٍْ َح َّر ْمنَاٍ َعلَ ْي ِه ٍْم‬
ُ ‫فَ ِب‬
‫لٍ َوأَ ْعتَدْنَاٍ ِل ْلكَافِ ِرينٍٍَ ِم ْن ُه ٍْمٍ َعذَابًاٍأَ ِلي ًما‬ ِ ‫اسٍ ِب ْال َب‬
ٍِ ‫اط‬ ٍ ِ َّ‫الن‬

Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka


(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka
memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena
mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk
orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih. (QS an-Nisaa’ 160-161)

B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian muamalah
b. Pengertian bisnis muamalah
c. Tujuan bisnis muamalah
d. Jenis bisnis muamalah
e. Perdagangan bisnis muamalah
f. Proses Produksi dan Promosi dalam Bisnis Syariah
g. Perilaku bisnis syariah
h. Asa dan hukum bisnis muamalah
i. Bisnis-bisnis yang diharamkan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah
Muamalah menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu pengertian muamalah dalam arti luas dan muamalah dalam arti sempit. Definisi
muamalah dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli adalah seperti berikut :
a. Al Dimyati berpendapat bahwa:
Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi
b. Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa:
Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam
hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.
c. Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dan manusia dalam hidup dan kehidupan.
Sedangkan dalam arti sempit, didefinisikan oleh para ulama sebagai berikut:
a. Menurut Hudlari byk.
Bahwa muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling
menukar manfaatnya.
b. Menurut Idris Ahmad
Muamalah adalah aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat jasmaninya dengan cara
yang paling baik.
c. Menurut Rasyid Ridha
Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan
cara-cara yang telah ditentukan

Perbedaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan pengertian dalam arti luas
adalah dalam cakupannya. Muamalah dalam arti luas mencakup masalah waris misalnya pada
hal masalah waris dewasa telah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri,yaitu dalam fiqh
mawaris (tirkah), karena masalah mawaris telah diatur dalam disiplin ilmu tersendiri, maka
dalam muamalah pengertian sempit tidak termasuk didalamnya.

Persamaan pengertian muamalah dalam arti sempit dengan muamalah dalam arti luas
ialah sama-sama mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitan dengan
pemutaran harta.

4
B. Pengertian Bisnis Muamalah
Kata Bisnis beasal dari bahasa inggris,Bussines (plural business). Mengandung sebuah
arti di antaranya Commercial Activity involving the exchange of money for goods or
services- Usaha komersial yang menyangkut soal penukaran uang bagi produsen dan
distributor (goods) atu bidang jasa (services).Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya
sebagai : Usaha dagang,Usaha komersial,dalm dunia perdagangan,Bidang usaha.
Jadi,Bisnis dapat di artikan sebagai “ Segala bentuk aktivitas dari berbag transaksi-
transaksi yang di lakukan manusia guna mengahsilakn keuntungan, baik berupa barang atau
jasa untk memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari”.
Bisnis juga dapat di definisikan sebagai pertukaran barang dan jasa,atau uang yang saling
menguntungkan atau member manfaat. Ada yang mengartikan bisnis sebagai suatu organisasi
yang menjalankan aktivitas produksi dan distribusi atau penjualan barang dan jasa-jasa yang
di inginkan konsumen untuk memperoleh profit (keuntungan).
Kata syariat biasa di sebut asy-syariah (mufrad dari syara’i) secara harfiah berarti jalan ke
sumber air dan tempatorang-orang yang minum. Singkatnya tujuan dari syariah itu sendiri
adalah menjamin keselamatan manusia secara fisik,moral,dan spiritual di dunia ini dan untuk
menyiapkan perjumpaan dengan Allah di hari yang akan datang.
Dari penjelasan di atas,dapat di tarik kesimpulan bahwa,Bisnis Syariah merupakan “
Serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya(yang tidak di batasi),Namun di batasi
dalam cara perolehan dan pendayaan hartanya (ada aturan halal dan haram). Dalam
arti,Pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariat (aturan-aturan dalam Al-
Quran Dan Al-Hadits ). Dengan demikian syariat merupakan nilai utama yang menjadi paling
strategis maupun taktis bagi pelaku kegaiatan ekonomi bisnis.

C. Tujuan bisnis muamalah


Bisnis Muamalah memeiliki tujuan tertentu yaitu :
A. Target Hasil; Profit Materi dan Benefit Nonmateri
Tujuan Biisnis Tidak selalu mencari Profit (Qimah Maddiyah atau nilai materi ),
tetapi harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan atau manfaat )
nonmateri,baik bagi si pelaku bisnis sendiri maupun pada lingkungan yang lebih luas, seperti
terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian social dan sebagainya. Di samping untuk
mencari qimah maddiyah, juga masih ada orientasi lainnya yaitu qimah khuluqiyahdan
ruhuhiyah.
5
Qimah khuluqiyah yaitu nilai-nilai akhlak mulia yang menjadi suatu kemestian yang
muncul dalam kegiatan bisnis, sehingga tercipta hubungan persaudaraan yang islami, baik
antara majikan dengan buruh, maupun antara penjual dengan pembeli, bukan hanya hanya
sekedar hubungan fungsional maupun professional semata.
Qimah Ruhuhiyah, berarti perbuatan tersebut di maksudkan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Dengan kata lain, ketika melakukan suatu aktivitas bisnis, maka harus di sertai
dengan kesadaran hubungannya dengan Allah SWT. Inilah yang di maksud, bahwa setiap
perbuatan muslim adalah ibadah. Amal perbuatannya bersifat materi, sedangkan kesabaran
akan hubungannya dengan Allah ketika melakukan bisnis di namakan ruhnya.

Dalam bisnis, mencari keuntungan harus di syariatkan, Kecuali apabila di lakukan


dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan hokum syara’. Jadi prinsipnya, setiap
keuntungan berasal dari usaha bisnis yang legal di halalkan.Bisnis Apapun yang bersumber
dari kegiatan Ilegal, jelas di haramkan.
Legalitas suatu usah bisnis menurut Abdullah abdul Husain At- tariqi, Dapt di lakukan
dengan tujuh syarat :
a. Kerelaan dari dua belah pihak yang melakukan transaksi.
b. Pihak yang merelakan transaksi merupakan orang yang di izinkan secara syar’i.
c. Barang yang di perniagakan merupakan barang yang memiliki nilai guna sekaligus di
perbolehkan perdagangannya.
d. Barang yang di perniagakan adalah barang yang menjadi miliknya.
e. Barang yang di perniagakan dapat di perkirakan masa penyerahannya.
f. Di ketahui harga umum di pasaran dan barang itu sendiri di beri patokan harga.
g. Barang yang di perniagakan merupakan barang yang dapat di identifikasi cirri-ciri
fisiknya
Mengenai cara-cara haram dalam mengeruk keuntungan di antaranya :
1. Keuntungan dari memperdagangkan komoditi haram.
2. Keuntungan dari perdagangan curang dan manipulasi.
3. Keuntungan melalui penyamaran harga yang tidak wajar.
4. Keuntungan melalui penimbunan barang dagangan.
Soal keuntungan dalam bisnis tidak ada standarisasinya, baik bersifat minimal maupun
maksimal.

6
B. Pertumbuhan
Jika profit materi dan benefit non materi telah di raih, maka di upayakan pertumbuhan
atau kenaikan akn terus-menerus meningkat setiap tahunnya dari profit dan benefit tersebut.
Upaya pertumbuhan ini tentu dalam koridor syariat.Misalnya, dalam meningkatkan jumlah
produksi, seiring dengan perluasan pasar dan peningkatan inovasi agar bias menghasilkan
produk baru dan sebagainya.
C. Keberlangsungan
Pencapaian target hasil dan pertumbuhan terus di upayakan keberlangsungannya dalam
kurunwaktu yang cukup lama dan dalam menjaga keberlangsungan itu dalam koridor syariat
islam.
D. Keberkahan dari Allah SWT
`Faktor keberkahan atau upaya menggapai ridho ALLAH SWT, merupakan puncak
kebahagiaan hidup setiap umat muslim. Para pengelola bisnis harus mematok orientasi
keberkahan ini menjadi visi bisnisnya, agar senantiasa dalam kegiatan bisnis selalu berada
dalam kendali syariat dan diraihnya keridhoan ALLAH.1

D. Jenis Bisnis Muamalah


1. Pegadaian Syariah
Ar-Rahn (Gadai) adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya.Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis.Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat
mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.Dengan demikian rahn merupakan
suatu akad utang piutang dengan menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut
pandangan syara’ sebagai jaminan, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil
utang.Adapun Jenis-Jenis Barang Dapat Digadaikan seperti : Perhiasan, Kendaraan, Barang
elektronik, Barangrumah tangga, Mesin-mesin, Tekstil, dan barang lain yang dianggap
bernilai oleh perum pegadaian seperti surat-surat berharga baik dalam bentuk saham,
obligasi, maupun surat-surat berharga lainnya.
2. Asuransi Syariah
Menurut pasal 1 undang-undang no. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian,
asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana

1
Dr.H.Hendi Suhendi, M.Si, fiqh muamalah (Bandung; PT RAJA GRAFINDO PERSADA2008) hal 2-15

7
pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin
ada diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.2
Pada dasarnya Asuransi Syariah merupakan usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau
tabbarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Didalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak ada satupun ketentuan ketentuan yang mengatur
secara eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah asuransi dalam islam termasuk
“ijtihadiah” artinya untuk menentukan hukumnya asuransi ini halal atau haram masih
diperlukan peranan akal pikiran para ulamaahli fiqh melalui ijtihad.
Prinsip – Prinsip Dasar Asuransi Syariah :
a. Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.
Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang
muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya yang akan menimbulkan
sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
“Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan
tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”(QS.Al Maidah[5];2)
b. Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain
Hubungan sesame muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan
terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling
membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem
kehidupan masyarakat
“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenangwenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya”’.(Adh.Duiha
[93]9-10)
c. Sesama muslim saling bertanggungjawab
Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim.
Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.

2
Ahmad wardi muslih, fiqh muamalah( jakarta ; amzah ) hal 1-2

8
“Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan,
maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang
bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.
d. Menghindari unsur gharar, maysir, dan riba.3
Artinya dalam asuransi syariah sangat menghindari hal hal yang merujuk ke unsur-unsur
yang di haraman dalam islam.
Baitul Mal Tanwil (BMT)
Baitul mal wa tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip
bagi hasil, menumbuhkemgangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat
martabat dan serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT
memiliki dua fungsi Baitul Tamwil (Bait = Rumah, At Tamwil = Pengembangan Harta). Jadi
BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-
tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha proktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegitan ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan.
Baitul mal wa tamwil atau pendanaan balai usaha mandiri terpadu adalah lembaga
ekonomi atau keuangan mikro yang dioperasikan berdasarkan prinsip bagi hasil dan disebut
sebagai lembaga keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal
karen alembaga ini dibentuk atau didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang
berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembga keuangan formal lainnya. Sebagai
lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan
menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) .sebagai lembaga ekonomi ia juaga
berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan, industri, dan pertanian.
Dengan begitu, BMT dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat efiiensi
ekonomi tertentu, demi mewujudkan kesejahteraan anggota, seiiring penguatan kelembagaan
BMT itu sendiri.Pada sudut pandang sosial, BMT (dalam hal ini baitul mal) berorientasi pada
peningkatan kehidupan anggota yang tidak mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis.
Stimulan melalui dana ZIS akan mengarahkan anggota untuk mengembangkan usahanya,
untuk pada akhirnya mampu mengembangkan dana bisnis.

3
H. Rachmat syafei . fiqh muamalah (Bandung;pustaka setia) hal 13-14

9
Seperti halnya lembaga keuangan syariah yang lainnya BMT dala kegiatan
operasionalnya menggunakan 3 prinsip, yaitu:

1) Prinsip bagi hasil

Prinsip ini maksudnya ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT, yakni
dengan konsep mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqah

2) Jual beli dengan margin (keuntungan);

Dalam sistem ini, BMT memakai prinsip pada aqad murabahah, ba’i As-Salam, ba’i Al-
Istisna.
3) Sistem profit lainnya;
Kegiatan operasional dalam menghimpun dana dari masyarakat dapat berbentuk giro
wadi’ah, tabungan mudharabah, Deposito investasi mudharabah, Tabungan haji, Tabungan
Qurban.
3. Perbankan Syariah
Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip bagi hasil secara adil, berbeda
dengan bank konvensional yang berdasarkan bunga. Bank syariah juga dapat diartikan
sebagai bank yang dalam prinsip, operasional maupun produknya di kembangkan
berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-quran dan petunjuk-petunjuk
operasional hadis nabi Muhammad SAW.
Menurut sudarsono Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang
beroperasi pada prinsip syariah.
Ciri-ciri bank syariah menurut Hosen dan Hasan Ali:
a. Bank syariah menjadikan uang sebagai alat tukar, bukan komoditi yang
diperdagangkan
b. Bank syariah menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi ril
bukan sistem bunga sebagai imbalan terhadap pemilik uang yang besarnya ditetapkan
di muka.
c. Resiko usaha yang di hadapi bersama antara nasabah dengan bank syariah dan tidak
mengenal selisih negatif.
d. Pada bank syariah terdapat badan pengawas syariah (DPS) sebagai kegiatan pengawas
operasional bank syariah agar tidak menyimpang dari nilai-nilai syariah.
Prinsip-prinsip pada perbankan syariah.

10
Dalam perbankan syariah menggunakan prinsip-prinsip tertentu yang konsisten
berdasarkan tuntunan Al-quran dan Al_hadits.
Prinsip-Prinsip tersebut ialah :
Prinsip titipan atau simpanan (Al-wadiah), Prinsip bagi hasil, Prinsip jual beli (At-
tijaroh), Prinsip sewa( Al-ijaroh), Prinsip jasa.

4. Pasar Modal Syariah


Pasar modal syariah adalah pasar modal yang di dalamnya ditransaksikan instrumen
keuangan atau modal yang sesuai dengan syariat Islam dan dengan cara-cara yang
berlandaskan syariah pula atau pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah antara
lain melarang setiap transaksi yang mengandung unsur ketidak jelasan dan instrumen yang
diperjualbelikan harus memenuhi kriteria halal.
Produk syariah di pasar modal antara lain berupa surat berharga atau efek. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM), Efek adalah surat
berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap
derivatif dari Efek.
Efek Syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia meliputi Saham Syariah,
Sukuk dan Unit Penyertaan dari Reksa Dana Syariah.
a. Saham Syariah
Secara konsep, saham merupakan surat berharga bukti penyertaan modal kepada
perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut pemegang saham berhak untuk
mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan tersebut. Konsep penyertaan modal dengan
hak bagian hasil usaha ini merupakan konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah.Berdasarkan analogi tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.Namun demikian, tidak semua saham yang diterbitkan
oleh Emiten dan Perusahaan Publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:
1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam anggaran dasarnya
bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-
prinsip syariah.
2. .Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran dasarnya bahwa
kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip
syariah, namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
11
Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana diatur dalam
peraturan IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan usaha:
 perjudian dan permainan yang tergolong judi;
 perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa;
 perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu;
 bank berbasis bunga;
 perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
b. Sukuk atu Obligasi ayariah
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi
syariah (islamic bonds). Sukuk secara terminologi merupakan bentuk jamak dari kata ”sakk”
dalam bahasa Arab yang berarti sertifikat atau bukti kepemilikan. Sementara itu, Peraturan
Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 memberikan definisi Sukuk sebagai berikut :
“Efek Syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi (syuyu’/undivided
share) atas: Aset berwujud tertentu (ayyan maujudat); nilai manfaat atas aset berwujud
(manafiul ayyan) tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada; jasa (al khadamat)
yang sudah ada maupun yang akan ada aset proyek tertentu (maujudat masyru’ muayyan);
dan atau kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath ististmarin khashah)”
c. Reksa Dana Syariah
Reksa Dana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal sebagai pemilik harta ( shabib al-mal/rabb al-mal) untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal
menurut ketentuan dan prinsip Syariah islam. Portofolio efek adalah
kumpulan (kombinasi) sekuritas, surat berharga atau efek , atau instrument yang dikelola.
Reksa Dana Syariah sebagaimana reksa dana pada umumnya merupakan salah satu alternatif
investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak
memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka. Reksa
Dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun danadari masyarakat yang memiliki
modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas.

E. Perdagangan Muamalah

12
Jika di tinjau dari pekerjaan dagang sebagai suatu bagian dari bisnis, maka pekerjaan
dagang ini mendapat tempat terhormat dalam ajaran islam. Nabi Muhammad SAW pernah
ditanya:
Mata pencaharian apakah yang paling baik, Ya Rasululllah? Jawab beliau: Ialah sesorang
yang bekerja dengan tangannnya sendiri dan setiapa jual beli yang bersih (HR. Al-Bazzar).

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:


“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah: 275).
Perdagangan secara umum berarti kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang
dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan/atau jasa
dengan disertai imbalan atau kompensasi (SK MENPERINDAG No. 23/MPP/Kep/1/1998).
Dalam Al-quran, perdagangan dijelaskan dalam tiga
bentuk,yaitu tijarah (perdagangan), bay’(menjual) dan Syira’ (membeli). Selain istilah
tersebut masih banyak lagi istilah-istilah lain yang berkaitan dengan perdagangan,
seperti dayn, amwal, rizq, syirkah, dharb, dan sejumlah perintah melakukan perdagangan
global (QS. Al-Jum’ah : 9).
Kegiatan perdagangan akan menyerap banyak tenaga kerja. Kira-kira 85% dri tenaga
kerja, diserap oleh lapangan bisnis. Dan pengaruhnya terhadap penghasilan masyarakat juga
sangat besar, dikatakan bahwa 9/10 rizki ada dalam sektor perdagangan, demikian tercantum
pada sampul majalah “Nadi Tijaroh” tahun 1930-an yang di ungkapkan oleh Prof. Abdul
Muhsin Sulaiman Thahir, yang kemudian di tulis dalam bukunya llaajul Mushilah Al-
Iqtishadiyah Bil-Islam (Terapi Islam Tentang Problema Ekonomi).
Prinsip dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai perdagangan atau niaga adalah
tolok ukur dari kejujuran, kepercayaan dan ketulusan.Dalam perdagangan nilai timbangan
dan ukuran yang tepat dan standar benar-benar harus diperhatikan. Seperti yang telah
dijelaskan dalam surat Al Muthoffifin ayat 2-7 :
“Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk
orang lain, mereka mengurangi.tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya
mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, yaitu hari ketika manusia berdiri
menghadap Tuhan Semesta Alam? Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab
orang yang durhaka,tersimpan dalam Sijjin.”
Selain itu, Islam tidak hanya menekankan agar memberikan timbangan dan ukuran
yang penuh, tetapi juga dalam menimbulkan itikad baik dalam transaksi bisnis.Hasil beberapa
13
pengamatan yang dilakukan menjelaskan bahwa hubungan buruk yang timbul dalam bisnis
dikarenakan kedua belah pihak yang tidak dapat menentukan kejelasan secara tertulis syarat
bisnis mereka.Untuk membina hubungan baik dalam berbisnis, semua perjanjian harus
dinyatakan secara tertulis dengan menyantumkan syarat-syaratnya, karena “yang demikian itu
lebih adil di sisi Alloh, dan lebih menguatkan persaksian, dan lebih dapat mencegah
timbulnya keragu-raguan.” (Al Baqoroh : 282-283)
Disamping itu, ada beberapa hal yang terkait dengan perdagangan syariah, yaitu :
 Penjual berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen, sehingga
konsumen akan merasa telah berbelanja sesuai syariah Islam, dimana konsumen tidak
membeli barang sesuai keinginan tetapi menurut kebutuhan.
 Penjual menjalankan bisnisnya secara jujur yakni kualitas barang yang dijual sesuai
dengan harganya, dan pembeli tidak dirangsang untuk membeli barang sebanyak-
banyaknya.
 Hal yang paling baik bukan masalah harga yang diatur sesuai mekanisme pasar,
namun status kehalalan barang yang dijual adalah lebih utama. Dengan konsep
perdagangan syariah, konsumen yang sebagian besar masyarakat awam akan merasa
terlindungi dari pembelian barang dengan tidak sengaja yang mengandung unsur
haram yang terkandung di dalamnya. Barang-barang yang dijual dengan perdagangan
syariah juga diperoleh dengan cara tidak melanggar hukum diantaranya bukan barang
selundupan, memiliki izin SNI dan sebagian lagi memiliki label halal.
 Sesungguhnya barang dan komoditi yang dijual haruslah berlaku pada pasar terbuka,
sehingga pembeli telah mengetahui keadaan pasar sebelum melakukan pembelian
secara besar-besaran. Penjual tidak diperkenankan mengambil keuntungan dari
ketidaktahuan pembeli akan keadaan pasar dan harga yang berlaku.4

F. Proses Produksi dan Promosi dalam Bisnis Syariah


Produksi dalam Bisnis Syariah
Pada prinsipnya kegiatan produksi terkait seluruhnya dengan syariat Islam, dimana
seluruh kegiatan produksi harus sejalan dengan tujuan dari konsumsi itu sendiri. Konsumsi
seorang muslim dilakukan untuk mencari ”falah” kebahagiaan demikian pula produksi

4
Az zuhaili, Wahbah.2001.Fiqih islam Wa adilatuhu.Damaskus :Gema Insani

14
dilakukan untuk menyediakan barang dan jasa guna falah tersebut. Di bawah ini ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam proses produksi yang dikemukakan oleh
Muhammad Al-Mubarak dalam kitabnya ”Nizam Al-Islami Al-Iqtisadi: “Mabadi Wa
Qawa’id ‘Ammah” dan beberapa implikasi mendasar bagi kegiatan produksi dan
perekonomian secara keseluruhan, antara lain:
1. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang
Islami.
Sejak dari kegiatan mengorganisir faktor produksi, proses produksi hingga
pemasaran dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas
Islam. Perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada
tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”.
Produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas dan menjauhkan manusia
dari nilai-nilai relijius tidak akan diperbolehkan. Terdapat lima jenis kebutuhan
yang dipandang bermanfaat untuk mencapai falah, yaitu :Kehidupan,Harta
Kebenaran Ilmu pengetahuan danKelangsungan keturunan.Selain itu Islam juga
mengajarkan adanya skala prioritas ”Dharuriyah, Hajjiyah dan Tahsiniyah” dalam
pemenuhan kebutuhan konsumsi serta melarang sikap berlebihan, larangan ini
juga berlaku bagi segala mata rantai dalam produksinya.
2. Dilarang memproduksi dan memperdagangkan komoditas sekumpulan yang
tercela karena bertentangan dengan syari’ah “haram”.
3. Dalam sistem ekonomi islam tidak semua barang dapat diproduksi atau
dikonsumsi. Islam dengan tegas mengklasifikasikan barang-barang “silah” atau
komoditas dalam dua katgori:
a. Barang-barang yang disebut Al-Qur’an Thayyibat yaitu barang-barang
yang secara hukum halal dikonsumsi dan diproduksi.
b. Khabaits adalah barang-barang yang secara hukum haram dikonsumsi dan
diproduksi. Seperti penegasan Al-Qur’an dalam Surat Al-Araf Ayat 157:
“…..Dan mengahalalkan bagi mereka segala hal yang baik dan
menghalalkan bagi mereka yang buruk…..
5. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-
kemasyarakatan,dan memenuhikewajiban zakat, sedekah, infak dan wakaf.
6. Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan
lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih
luas. Selain itu, masyarakat juga nerhak menikmati hasil produksi secara memadai
15
dan berkualitas. Jadi produksi bukan hanya menyangkut kepentingan para produsen
saja, tapi juga masyarakat secara keseluruhan. Pemerataan manfaat dan keuntungan
produksi bagi keseluruhan masyarakat dan dilakukan dengan cara yang paling baik
merupakan tujuan utama kegiatan ekonomi.
7. Dilarang melakukan kegiatan produksi yang mengarah pada kezaliman. Seperti riba
dimana kezaliman menjadi illat hokum bagi haramnya riba. Penegasan Al-Qur’an
dalam surat Al-Baqarah ayat 278-279, melandasi pandangan ini:“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba yang belum
dipungut jika kamu orang-orang yang beriman, Maka jika kamu tidak mengerjakan
meninggalkan sisa riba, Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat dari pengambilan riba, Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”. Seperti dijelaskan di atas,
kezaliman merupakan illat bagi haramnya riba, dan riba secara bertahap dapat
menghilangkan keadialan ekonomi, yang merupakan ciri khas ekonomi islam, dan
berdampak negative bagi perekonomian umat. Sayyid Sabiq dalam fiqih sunnah
merumuskan empat kejahatan ekonomi yang diakibatkan riba yaitu:
a. Riba dapat mengakibatkan atau menimbulkan permusuhan antara pelaku
ekonomi yang akibatnya mengancam semangat kerja sama antar mereka.
b. Riba dapat mengakibatkan milyuner-milyuner baru tanpa kerja,
sebagaimana riba dapat mengakibatkan penumpukkan harta pada mereka.
c. Riba adalah senjata penjajah, dari itu dikatakan: Penjajah berjalan di balik
pedagang dan pendeta. Dan kita sudah merasakan betapa riba menjajah dan
memporakporandakan negara kita. Karena itu islam menganjurkan seseorang
meminjamkan harta kepada saudaranya tanpa di iringi dengan bunga, lalu Allah akan
membalas dengan pahala yang banyak.
d. Madharat atau kerusakan yang diakibatkan kerja ekonomi ribawi dapat
merusak dan merugikan ekonomi pribadi, rumah tangga, perusahaan. Lebih berbahaya
lagi ketika kebijakan pemerintah yang menghandalkan hutang luar negeri dengan dalil
kepentingan rakyat, seperti yang dialami rakyat saat ini.
8. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks,
Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi
untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan
pengabaian optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam

16
maupun manusia. Sikap tersebut dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman
atau pengingkaran terhadap nikmat Allah.
9. Segala bentuk penimbunan “Ikhtikar” terhadap barang-barang kebutuhan bagi
masyarakat adalah dilarang sebagai perlindungan syari’ah terhadap konsumen dari
msyarakat. Pelaku penimbunan, menurut Yusuf Kamal mengurangi tingkat produksi
untuk mengusai pasar, sangat tidak menguntungkan bagi konsumen dan masyarakat
karena berkurangnya suplai dan melonjaknya harga barang. Hal ini menurut qayyim
sama dengan kezaliman yang dikutuk Allah.
10. Memelihara lingkungan. Manusia memiliki keunggulan jadi manusia dibumi ditunjuk
sebagai wakil “Khalifah Fil Ardh” tuhan dibumi bertugas menciptakan kehidupan
dengan memanfaatkan sumber-sumber daya, “Imar Al Ard” yang dalam perspektif
ekonomi islam dapat di uraikan sebagai berikut: Pertama “setiap manusia adalah
produsen, untuk menghasilkan barang-barang dan jasa yang dalam prosesnya
bersentuhan langsung dengan bumi sebagai faktor utama produksi”. Kedua “Bumi
selain sebagai faktor produksi, juga berfungsi mendidik manusia mengingat kebesaran
Allah”. Ketiga “sebagai produsen dalam dalam melakukan produksi tidak boleh
melakukan tindakan-tindakan yang merusak lingkungan hidup”.
Jadi landasan-landasan moral dalam islam seperti syarat-syarat produksi dalam islam
tidak boleh mengandung Al-khabaits, keji, zalim, dan ihtikar . Dalam hal ini akan
membawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi secara
luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi
dalam kerangka pengabdian manusia kepada Tuhannya.

G. Perilaku Pelaku Bisnis Syariah


Menurut Imam AL-Ghazali ada enam perilaku yang harus dilakukan dalam bisnis syariah,
yaitu:
 Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang. Jika
dipikirkan perilaku demikian ini, maka dapat dipetik hikmahnya, yaitu menjual
barang lebih murah dari saingan atau sama dengan pedagang lain yang sejenis,
membuat konsumen akan lebih senang dengan pedagang seperti ini, apalagi
diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan.
 Membayar harga agak lebih mahal kepada pedagang miskin, ini adalah amal yang
lebih baik daripada sedekah biasa.

17
 Memurahkan harga atau memberi potongan kepada pembeli yang miskin, hal ini
dapat mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
 Bila membayar hutang, pembayaran dipercepat dari waktu yang telah ditentukan.
Jika yang dihutang berupa barang, maka usahakan dibayar dengan barang yang lebih
baik, dan yang berhutang datang sendiri kepada yang berpiutang pada waku
pembayaranya. Bila hutang berupa uang, maka lebihkanlah pembayarannya sebagai
tanda terimakasih, walaupun tidak diminta oleh orang yang berpiutang.Demikian
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
 Membatalkan jual beli, jika pihak pembeli menginginkannya. Ini sejalan dengan
“Customer is King” dalam ilmu marketing. Pembeli itu adalah raja, jadi apa
kemauanya perlu diikuti sebab penjual harus tetap menjaga hati langganan, sampai
langganan merasa puas. Kepuasan konsumen adalah merupakan target yang harus
mendapatkan prioritas dari penjual. Dengan adanya kepuasan, maka langganan akan
tetap terpelihara, bahkan akan meningkat karena langganan lama menarik langganan
baru. Ingatlah promosi dari suatu produk yang berbunyi: “Kepuasan Anda dambaan
kami”, Kami Ingin Memberi Kepuasan yang Istimewa”, “Jika Anda Merasa Puas
Beritahu Teman-teman Anda, Jika Anda Tidak Puas Beritahu Kami”.
 Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan ditagih
bila orang miskin itu tidak mampu untuk membayarnya, dan membebaskan mereka
dari utang jika meninggal dunia.5

H. Asas Dan Hukum Bisnis Muamalah


Asas Hukum Bisnis Syariah meliputi :
a. Asas Ilahiah atau Asas Tauhid
Setiap tingkah laku dan perbuatan manusia tidak akan luput dari ketentuan Allah
SWT. Seperti yang disebutkan dalam Q.S.al-Hadid ayat 4 yang artinya “DIa bersama kamu
dimana saja kamu berada, Dan Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan”.Kegiatan
muamalah termasuk perbuatan perjanjian, tidak pernah akan lepas dari nilai-nilai ketauhidan.
Dengan demikian manusia memiliki tanggung jawab akan hal itu. Tanggung jawab kepada
masyarakat, Tanggung jawab pada pihak kedua, tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
tanggung jawab kepada ALLAH SWT. Akibat dari penerapan asas ini, manusia tidak akan

5
H. Hendi Suhendi. fiqh muamalah.( Jakarta: rajawali Pers)., hlm:5

18
berbuat sekehendak hatinya karena segala perbuatannya akan mendapat balasan dari ALLAH
SWT.
b. Asas Kebolehan (Mabda al-Ibahah)
Terdapat kaidah fiqhiyah yang artinya,”Pada dasarnya segala sesuatu itu dibolehkan
sampai terdapat dalil yang melarang”. Kaidah fiqih tersebut bersumber pada dua hadist
berikut ini :
Hadist riwayat al Bazar dan at-Thabrni yang artinya:
“Apa-apa yang dihalalkan ALLAH adalah halal, dan apa-apa yang di haramkan ALLAH
adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Maka terimalahdari ALLAH
pemaaf-Nya. SUngguh ALLAH itu tidak melupakan sesuatu.”
Hadist diatas menunjukkan bahwa segala sesuatu adalah boleh atau mubah dilakukan.
Kebolehan ini dibatasi sampai ada dasar hokum yang melarangnya. Hal ini berarti bahwa
islam member kesempatan luas kepada yang berkepentingan untuk mengembangkan bentuk
dan macam transaksi baru sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.\
c. Asas keadilan ( Al’Adalah )
Dalam Q.S Al-Hadid ayat 25 disebutkan bahwa Allah berfirman yang
artinya”Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-kitab dan Neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksakan keadilan”. Dalam asas ini para pihak yang melakukan kontrak
dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkapkan kehendak dan keadilan, memenuhi
perjanjian yang telah mereka buat, dan memenuhi semua kewajibannya.
d. Asas persamaan atau Kesetaraan
Hubungan muamalah dilakukan untuk memenuhi kebutuhana hidup manusia.sering
kali terjadi bahwa seseorang memiliki kelebihan dari yang lainnya.Oleh karena itu sesame
manusia masing-masing memilki kelebihan dan kekurangan.Dalam melakukan kontrak para
pihak menentukan hak dan kewajiban masing-masing didasarkan pada asas persamaan dan
kesetaraan.
e. Asas Kejujuran dan Kebenaran (Ash Shidiq)
Jika kejuran ini tidak diterapkan dalam kontrak, maka akan merusak legalitas kontrak
dan menimbulkan perselisihan diantara para pihak. Suatu perjanjian dikatakan benar apabila
memiliki manfaatbagi para pihak yang melakukan perjanjian dan bagi masyarakat dan
lingkungannya. Sedangkan perjanjian yang mendatangkan madharat dilarang.
f. Asas Tertulis (Al Kitabah)

19
Suatu perjanjian hendaknya dilakukan secara tertulis agar dapat dijadikan sebagai alat
bukti apabila di kemudian hari terdapat persengketaan.
g. Asas Iktikad Baik (Asas Kepercayaan)
Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang berbunyi,
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik”.
h. Asas Kemanfaatan dan Kemaslahatan
Asas ini mengandung pengertian bahwa semua bentuk perjanjian yang dilakukan
harus mendatangkan kemanfaatan dan kemaslahatan baik para pihak yang mengikatkan diri
dalam perjanjian maupun bagi masyarakat sekitar meskipun tidak terdapat ketentuan dalam
AL-Quran dan Al-Hadist.
i. Asas Keseimbangan Prestasi
Yang dimaksud dengan asas ini adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Dalam hal ini dapat diberikan ilustrasi, kreditur
mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan
prestasi melalui harta debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk melaksanakan
perjanjian itu dengan iktikad baik.
j. Asas Kepribadian (personalitas)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa sesorang yang
akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan.Hal ini
dapat dipahami dari bunyi pasal 1315 dan pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata
berbunyi: “Pada umumnya sesorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.”Dengan demikian asas kepribadian dalam perjanjian dikecualikan
apabila perjanjian tersebut dilakukan seseorang untuk orang lain yang memberikan kuasa
bertindak hokum untuk dirinya atau orang tersebut berwenang atas nya.

I. Bisnis-bisnis yang dilarang dalam islam


Pada prinsipnya, setiap pelaku bisnis syariah diberi kebebasan untuk mengembangkan
kreativitasnya. Pintu ijtihad sangat terbuka lebar. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih yang
menyatakan bahwa menurut ketentuan asal, sesuatu itu dibolehkan, selagi belum ada dalil
yang mengharamkan. (Imam Suyuti, al-Asybah wa an-Nazhair, 1/33). Kemudian bisnis yang
penuh berkah adalah bisnis yang di dalamnya memperhatikan aturan Islam. Inilah bisnis yang
akan mendatangkan barokah dan kemudahan rizki dari Allah SWT. Sebaliknya bisnis yang
dilarang hanya akan mendatangkan bencana demi bencana. Sebelum kita mengetahui apa

20
pengertian bisnis yang dilarang sebaiknya kita mengetahui apa pengertian dari bisnis itu
sendiri.6
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arabtijaraha,
berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau
berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-
munawwir).
Menurut ar-Raghib al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib al-Qur’an , at-Tijarah
bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.
Menurut Ibnu Farabi, yang dikutip ar-Raghib , fulanun tajirun bi kadza, berarti seseorang
yang mahir dan cakap yang mengetahui arah dan tujuan yang diupayakan dalam usahanya.
Dalam penggunaannya kata tijarah pada ayat-ayat di atas terdapat dua macam pemahaman.
Pertama, dipahami dengan perdagangan yaitu pada surat Al-Baqarah ; 282. Kedua, dipahami
dengan perniagaan dalam pengertian umum.
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-Qur’an dari tijarah pada
hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan mencari keuntungan
material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial, bahkan lebih meliputi dan
mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan kualitas.
Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga dilakukan antara
manusia dengan Allah swt, bahwa bisnis harus dilakukan dengan ketelitian dan kecermatan
dalam proses administrasi dan perjanjian-perjanjian dan bisnis tidak boleh dilakukan dengan
cara penipuan, dan kebohongan hanya demi memperoleh keuntungan.
Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan, dari dua sudut pandang
yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih:
1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk
mendapatkan keuntungan.
2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta
secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya penggantian.
3. Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian diatas :
a. Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara
seorang dengan orang lain.

6
H. Hendi Suhendi. fiqh muamalah.( Jakarta: rajawali Pers)., hlm:5

21
b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang
diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.
c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk mencari
keuntungan.
Dengan demikian, bisnis dalam islam memposisikan pengertian bisnis yang pada
hakikatnya merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah swt. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, individual dan semata-mata keuntungan yang berdasarkan kalkulasi
matematika, tetapi bertujuan jangka pendek sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawab
pribadi dan sosial dihadap masyarakat, Negara dan Allah swt.
Dan dapat di ketahui pula pengertian bisnis yang dilarang yaitu suatu usaha manusia yang
menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan pada Al-Qur’an dan Hadits dan
biasanya usaha itu semata-mata hanya untuk mencari keuntungan saja, tidak untuk mencari
keridhaan Allah swt. maka itu bisnis itu dikatakan bisnis yang dilarang (diharamkan)
Aktivitas Bisnis yang Dilarang dalam Syariah
1. Menghindari transaksi bisnis yang diharamkan agama Islam. Seorang muslim harus
komitmen dalam berinteraksi dengan hal-hal yang dihalalkan oleh Allah SWT.
Seorang pengusaha muslim tidak boleh melakukan kegiatan bisnis dalam hal-hal yang
diharamkan oleh syariah. Dan seorang pengusaha muslim dituntut untuk selalu
melakukan usaha yang mendatangkan kebaikan dan masyarakat. Bisnis, makanan tak
halal atau mengandung bahan tak halal, minuman keras, narkoba, pelacuran atau
semua yang berhubungan dengan dunia gemerlap seperti night club, discotic, café,
tempat bercampurnya laki-laki dan wanita disertai lagu-lagu yang menghentak,
suguhan minuman dan makanan tak halal dan lain-lain (QS: Al-A’raf;32. QS: Al
Maidah;100) adalah kegiatan bisnis yang diharamkan………………………………
2. Menghindari cara memperoleh dan menggunakan harta secara tidak halal. Praktik
riba yang menyengsarakan agar dihindari, Islam melarang riba dengan ancaman berat
(QS: Al Baqarah;275-279), sementara transaksi spekulatif amat erat kaitannya dengan
bisnis yang tidak transparan seperti perjudian, penipuan, melanggar amanah sehingga
besar kemungkinan akan merugikan. Penimbunan harta agar mematikan fungsinya
untuk dinikmati oleh orang lain serta mempersempit ruang usaha dan aktivitas
ekonomi adalah perbuatan tercela dan mendapat ganjaran yang amat berat (QS:At
Taubah; 34–35). Berlebihan dan menghamburkan uang untuk tujuan yang tidak
bermanfaat dan berfoya-foya kesemuanya merupakan perbuatan yang melampaui
batas. Kesemua sifat tersebut dilarang karena merupakan sifat yang tidak bijaksana
22
dalam penggunaan harta dan bertentangan dengan perintah Allah (QS: Al a’raf;31).
3. Persaingan yang tidak fair sangat dicela oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam
Al-Qur’an surat Al Baqarah: 188: ”Janganlah kamu memakan sebagian harta sebagian
kamu dengan cara yang batil”. Monopoli juga termasuk persaingan yang tidak fair,
Rasulullah mencela perbuatan tersebut : ”Barangsiapa yang melakukan monopoli
maka dia telah bersalah”, ”Seorang tengkulak itu diberi rezeki oleh Allah adapun
sesorang yang melakukan monopoli itu dilaknat”. Monopoli dilakukan agar
memperoleh penguasaan pasar dengan mencegah pelaku lain untuk menyainginya
dengan berbagai cara, seringkali dengan cara-cara yang tidak terpuji tujuannya adalah
untuk memahalkan harga agar pengusaha tersebut mendapat keuntungan yang sangat
besar. Rasulullah bersabda: ”Seseorang yang sengaja melakukan sesuatu untuk
memahalkan harga, niscaya Allah akan menjanjikan kepada singgasana yang terbuat
dari api neraka kelak di hari kiamat”.................................................................................
4. Pemalsuan dan penipuan, Islam sangat melarang memalsu dan menipu karena dapat
menyebabkan kerugian, kezaliman, serta dapat menimbulkan permusuhan dan
percekcokan. Allah berfirman dalam QS:Al-Isra;35: ”Dan sempurnakanlah takaran
ketika kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang benar”. Nabi bersabda
”Apabila kamu menjual maka jangan menipu orang dengan kata-kata manis”. Dalam
bisnis modern paling tidak kita menyaksikan cara-cara tidak terpuji yang dilakukan
sebagian pebisnis dalam melakukan penawaran produknya, yang dilarang dalam ajaran
Islam. Berbagai bentuk penawaran (promosi) yang dilarang tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Penawaran dan pengakuan (testimoni) fiktif, bentuk penawaran yang
dilakukan oleh penjual seolah barang dagangannya ditawar banyak pembeli,
atau seorang artis yang memberikan testimoni keunggulan suatu produk
padahal ia sendiri tidak mengkonsumsinya.
b. Iklan yang tidak sesuai dengan kenyataan, berbagai iklan yang sering kita
saksikan di media televisi, atau dipajang di media cetak, media indoor maupun
outdoor, atau kita dengarkan lewat radio seringkali memberikan keterangan
palsu.
c. Eksploitasi wanita, produk-produk seperti, kosmetika, perawatan tubuh,
maupun produk lainnya seringkali melakukan eksploitasi tubuh wanita agar
iklannya dianggap menarik. Atau dalam suatu pameran banyak perusahaan
yang menggunakan wanita berpakaian minim menjadi penjaga stand pameran
23
produk mereka dan menugaskan wanita tersebut merayu pembeli agar
melakukan pembelian terhadap produk mereka.
d. Model promosi tersebut dapat kita kategorikan melanggar ’akhlaqul karimah’,
Islam sebagai agama yang menyeluruh mengatur tata cara hidup manusia,
setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain. Demikian pula
pada proses jual beli harus dikaitkan dengan ’etika Islam’ sebagai bagian
utama. Jika penguasa ingin mendapatkan rezeki yang barokah, dan dengan
profesi sebagai pedagang tentu ingin dinaikkan derajatnya setara dengan para
Nabi, maka ia harus mengikuti syari’ah Islam secara menyeluruh, termasuk
’etika jual beli’
Cara Bisnis Yang Dilarang Dalam Islam.
Transaksi-transaksi yang dilarang untuk dilakukan dalam Islam adalah transaksi yang
disebabkan oleh kedua faktor berikut :
1, Haram Zat-nya ( objek transaksi )
Suatu transaksi dilarang karena objek (barang dan/atau jasa) yang ditransaksikan merupakan
objek yang dilarang (haram) dalam hukum agama Islam. Seperti memperjualbeli kan alkohol,
narkoba, organ manusia, dll.
2, Haram Selain Zatnya ( cara transaksinya )
Sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau dipastikan kewujudannya secara
matematis dan rasional baik itu menyangkut barang (goods), harga (price) ataupun waktu
pembayaran uang/penyerahan barang (time of delivery). Taghrir dalam bahasa Arab gharar,
yang berarti : akibat, bencana, bahaya, resiko, dan ketidakpastian. Dalam istilah fiqh
muamalah, taghrir berarti melakukan sesuatu secara membabi buta tanpa pengetahuan yang
mencukupi; atau mengambil resiko sendiri dari suatu perbuatan yang mengandung resiko
tanpa mengetahui dengan persis akibatnya, atau memasuki kancah resiko tanpa memikirkan
konsekuensinya. Menurut Ibnu Taimiyah, gharar terjadi bila seseorang tidak tahu apa yang
tersimpan bagi dirinya pada akhir suatu kegiatan jual beli. Taghrir dan tadlis terjadi karena
adanya incomplete information yang terjadi pada salah satu pihak baik pembeli atau penjual.
Karena itu, kasus taghrir terjadi bila ada unsure ketidakpastian yang melibatkan kedua belah
pihak (uncertain to both parties).
Menurut mahzab Imam Safi`e seperti dalam kitab Qalyubi wa Umairah: Al-
ghararu manthawwats `annaa `aaqibatuhu awmaataroddada baina amroini aghlabuhumawa
akhwafuhumaa. Artinya: “gharar itu adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam
pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling kita takuti”.
24
Wahbah al-Zuhaili memberi pengertian tentang gharar sebagai al-
khatar dan altaghrir, yang artinya penampilan yang menimbulkan kerusakan (harta) atau
sesuatu yang tampaknya menyenangkan tetapi hakekatnya menimbulkan kebencian, oleh
karena itu dikatakan: al-dunya mata`ul ghuruur artinya dunia itu adalah kesenangan yang
menipu. Dengan demikian menurut bahasa, arti gharar adalah al-khida` (penipuan), suatu
tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Gharar dari segi fiqih
berarti penipuan dan tidak mengetahui barang yang diperjualbelikan dan tidak dapat
diserahkan. Gharar terjadi apabila, kedua belah pihak saling tidak mengetahui apa yang akan
terjadi, kapan musibah akan menimpa, apakah minggu depan, tahun depan, dan sebagainya.
Ini adalah suatu kontrak yang dibuat berasaskan andaian (ihtimal) semata. Inilah yang disebut
gharar (ketidak jelasan) yang dilarang dalam Islam, kehebatan sistem Islam dalam bisnis
sangat menekankan hal ini, agar kedua belah pihak tidak didzalimi atau terdzalimi. Karena itu
Islam mensyaratkan beberapa syarat sahnya jual beli, yang tanpanya jual beli dan kontrak
menjadi rusak, diantara syarat-syarat tersebut adalah:
a. Timbangan yang jelas (diketahui dengan jelas berat jenis yang ditimbang)
b. Barang dan harga yang jelas dan dimaklumi (tidak boleh harga yang majhul
(tidak diketahui ketika beli).
c. Mempunyai tempo tangguh yang dimaklumi
d. Ridha kedua belah pihak terhadap bisnis yang dijalankan.
Imam an-Nawawi menyatakan, larangan gharar dalam bisnis Islam mempunyai
perananan yang begitu hebat dalam menjamin keadilan, jika kedua belah pihak saling
meridhai, kontrak tadi secara dztnya tetap termasuk dalam kategori bay’ al-gharar yang
diharamkkan.
Secara umum, bentuk Gharar dapat dibagi menjadi 4 :
1. GHARAR DALAM KUANTITAS
Misalnya seorang petani tembakau sudah membuat kesepakatan jual beli dengan pabrik
rokok atas tembakau yang bahkan belum panen. Pada kasus ini, pada kedua belah pihak baik
petani tembakau maupun pabrik rokok mengalami ketidakpastian mengenai berapa pastinya
jumlah tembakau yang akan panen. Sehingga terdapat gharar atas barang yang
ditransaksikan.
2. GHARAR DALAM KUALITAS
Misalnya seorang pembeli sudah membuat kesepakatan untuk membeli anak kambing
yang masih berada di dalam kandungan. Pada kasus ini, baik penjual maupun pembeli tidak

25
mengetahui dengan pasti apakah nantinya anak kambing ini akan lahir dengan sehat, cacat,
atau bahkan mati. Sehingga terdapat ketidakpastian akan barang yang diperjualbelikan.
3. GHARAR DALAM HARGA
Misalnya Tn. A menjual motornya kepada Tn. B dengan harga Rp 8.000.000 jika dibayar
lunas dan Rp 10.000.000 jika dicicil selama 10 bulan. Pada kasus ini, tidak ada kejelasan
mengenai harga mana yang dipakai. Bagaimana jika Tn. B dapat melunasi motornya dalam
waktu kurang dari 10 bulan? Harga mana yang akan dipakai? Hal inilah yang menjadi suatu
ketidakpastian dalam transaksi.
4. GHARAR MENYANGKUT WAKTU PENYERAHAN
Misalnya Basti sudah lama menginginkan handphone milik Miro. Handphone tersebut
bernilai Rp 4.000.000 di pasaran. Suatu saat, handphone tersebut hilang. Miro menawarkan
Basti untuk membeli handphone tersebut seharga Rp 1.500.000 dan barang akan segera
diserahkan begitu ditemukan. Dalam kasus ini, tidak ada kepastian mengenai kapan
handphone tersebut akan ditemukan, dan bahkan mungkin tidak akan ditemukan. Hal ini
menimbulkan gharar dalam waktu penyerahan barang transaksi

A..RIBA
Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam
berbagai bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut. Allah swt berfirman;
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila keadaan mereka
yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),
maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. [TQS Al
Baqarah (2): 275]

Di dalam Sunnah, Nabiyullah Mohammad saw

26
“Satu dirham riba yang dimakan seseorang, dan dia mengetahui (bahwa itu adalah
riba), maka itu lebih berat daripada enam puluh kali zina”. (HR Ahmad dari Abdullah bin
Hanzhalah).
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam, yaitu: 1. Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Ali Imran:130). “Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada
Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”. (QS. Al Baqarah:
278-279) 2. Hadits • Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah bersabda: “Riba adalah
tujuh puluh dosa; dosanya yang paling ringan adalah (sama dengan) dosa orang yang berzina
dengan ibunya.” (HR. Ibn Majah). • Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang
yang menerima riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua orang
saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya sama”. (HR.Muslim).

 JENIS-JENIS RIBA
Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua. Riba hutang-piutang dan riba jual-
beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan
kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. Mengenai
pembagian dan jenis-jenis riba, berkata Ibnu Hajar al Haitsami: “Bahwa riba itu terdiri dari
tiga jenis, yaitu riba fadl, riba al yaad, dan riba an nasiah. Al mutawally menambahkan jenis
keempat yaitu riba al qard. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini diharamkan secara
ijma’ berdasarkan nash al Qur’an dan hadits Nabi. l. Riba Qardh Suatu manfaat atau tingkat
kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh). 2. Riba Jahiliyyah
Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya
pada waktu yang ditetapkan. 3.Riba Fadhl Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau
takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang

27
ribawi. 4.Riba Nasi’ah Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba dalam nasi’ah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dengan yang diserahkan
kemudian.

 JENIS BARANG RIBAWI


Para ahli fiqih Islam telah membahas masalah riba dan jenis barang ribawi dengan
panjang lebar dalam kitab-kitab mereka. Dalam kesempatan ini akan disampaikan
kesimpulan umum dari pendapat mereka yang intinya bahwa barang ribawi meliputi Emas
dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya. Bahan makanan pokok
seperti beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan tambahan seperti sayur-sayuran dan
buah-buahan.

B..BAI’ AL MUDTARR
Bai’ al Mudtarr adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam
keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency) sehingga sangat mungkin terjadi
eksploitasi oleh pihak yang kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya menguntungkan
sebelah pihak dan merugikan pihak lainnya.

C..IKRAH
Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak untuk melakukan suatu
akad tertentu sehingga menghapus komponen mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat
berupa acaman fisik atau memanfaatkan keadaan seseorang yang sedang butuh atau the state
of emergency. Imam Ibnu Taimiyah ra mengatakan bahwa dalam keadaan darurat (state of
emergency) seseorang yang memilik stock barang yang dibutuhkan orang banyak harus
diperintahkan untuk menjualnya dengan harga pasar, jika dia enggan melakukannya pihak
berkuasa dapat memaksanya untuk melakukan hal tersebut demi menyelamatkan nyawa
orang banyak. (Majmu al Fatawa, vol. 29 hal.300).

D..GHABA
Ghaba adalah dimana si penjual memberikan tawaran harga diatas rata-rata harga
pasar (market price) tanpa disadari oleh pihak pembeli
Ghabn ada dua jenis yakni: Ghabn Qalil (Negligible) dan GhabnFahish (Excessive).
Ghabn Qalil: adalah jenis perbedaan harga barang yang tidak terlalu jauh antara harga pasar
dan harga penawaran dan masih dalam kategori yang dapat dimaklumi oleh pihak pembeli.
Ghabn Fahish adalah perbedaan harga penawaran dan harga pasar yang cukup jauh bedanya.

28
E..BAI’ NAJASH.
Dimana sekelompok orang bersepakat dan bertindak secara berpura-pura menawar
barang dipasar dengan tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut dalam proses tawar
menawar tersebut sehingga orang ketiga ini akhirnya membeli barang dengan harga yang
jauh lebih mahal dari harga sebenarnya. Larangan Rasul saw: “..Janganlah kamu meminang
seorang gadis yang telah dipinang saudaramu, dan jangan menawar barang yang sedang
dalam penawaran saudaramu; dan janganlah kamu bertindak berpura-pura menawar untuk
menaikkan harga..”
Bai’ Najash adalah sebuah situasi di mana konsumen/pembeli menciptakan demand
(permintaan) palsu, seolah-olah ada banyak permintaan terhadap suatu produk sehingga
harga jual produk itu akan naik. Cara yang bisa ditempuh bermacam-macam, seperti
menyebarkan isu, melakukan order pembelian, dan sebagainya. Ketika harga telah naik maka
yang bersangkutan akan melakukan aksi ambil untung dengan melepas kembali barang yang
sudah dibeli, sehingga akan mendapatkan keuntungan yang besar. Sebagai contoh : ini sangat
rentan terjadi ketika pelelangan suatu barang. Biasanya yang mengadakan pelelangan bekerja
sama dengan beberapa peserta pelelangan dimana mereka bertugas untuk berpura-pura
melakukan penawaran terhadap barang yang dilelang, dengan kata lain untuk menaikkan
harga barang yang dilelang tersebut.

F. IHTIKAR
Ihtikar adalah menumpuk-numpuk barang ataupun jasa yang diperlukan masyarakat
dan kemudian si pelaku mengeluarkannya sedikit-sedikit dengan harga jual yang lebih mahal
dari harga biasanya dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan lebih cepat dan banyak.
Para ulama tidak membatasi jenis barang dan jasa yang ditumpuk tersebut asalkan itu
termasuk dalam kebutuhan essential, maka Ihtikar adalah dilarang. Rasulullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang menimbun (barang & jasa kebutuhan pokok) maka telah melakukan suatu
kesalahan.”
Ikhtikar adalah sebuah situasi di mana produsen/penjual mengambil keuntungan di
atas keuntungan normal dengan cara mengurangi supply (penawaran) agar harga produk yang
dijualnya naik. Ikhtikar ini biasanya dilakukan dengan membuat entry barrier (hambatan
masuk pasar), yakni menghambat produsen/penjual lain masuk ke pasar agar ia menjadi
pemain tunggal di pasar (monopoli), kemudian mengupayakan adanya kelangkaan barang
dengan cara menimbun stock (persediaan), sehingga terjadi kenaikan harga yang cukup
tajam di pasar. Ketika harga telah naik, produsen tersebut akan menjual barang tersebut

29
dengan mengambil keuntungan yang berlimpah. Sebagai contoh: ketika akan dirumorkan
oleh pemerintah bahwa tarif bbm akan dinaikan, maka marak terjadinya penimbunan bbm
oleh para penjual nakal. Hal ini mereka lakukan agar dapat menjual bbm dengan tarif yang
sudah dinaikkan, sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

G. GHISH
Menyembunyikan fakta-fakta yang seharusnya diketahui oleh pihak yang terkait
dalam akad sehingga mereka dapat melakukan kehati-hatian (prudent) dalam melindungi
kepentingannya sebelum terjadi transaksi yang mengikat. Dalam Common Law akad seperti
ini dikenal dengan sebutan Akad Uberrime Fidae Contract dimana semua jenis informasi
yang seharusnya diketahui oleh pelanggan sama sekali tidak boleh disembunyikan. Jika ada
salah satu informasi berkenaan dengan subject matter akad tidak disampaikan, maka pihak
pembeli dapat memilih opsi membatalkan transaksi tersebut.

H..TADLIS
Tadlis dalah tindakan seorang peniaga yang sengaja mencampur barang yang
berkualitas baik dengan barang yang sama berkualitas buruk demi untuk memberatkan
timbangan dan mendapat keuntungan lebih banyak Tindakan “oplos” yang hari ini banyak
dilakukan termasuk kedalam kategori tindakan tadlis ini. Rasullah saw sering melakukan
‘inspeksi mendadak’ ke pasar-pasar untuk memastikan kejujuran para pelaku pasar dan
menghindari konsumen dari kerugian.
Yaitu sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi berusaha untuk
menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party) dengan maksud
untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan akan informasi objek yang diperjualbelikan.
Hal ini bisa penipuan berbentuk kuantitas (quantity), kualitas (quality), harga (price),
ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang ditransaksikan.
Sebagai contoh : apabila kita menjual hp second dengan kondisi baterai yang sudah sangat
lemah, ketika kita menjual hp tersebut tanpa memberitahukan (menutupi) kepada pihak
pembeli, maka transaksi yang kita lakukan menjadi haram hukumnya.

I..TALAQQIL JALAB ATAU TALAQQI RUKBAN


Jalab adalah barang yang diimpor dari tempat lain. Sedangkan rukban yang dimaksud adalah
pedagang dengan menaiki tunggangan.
Adapun yang dimaksud talaqqil jalab atau talaqqi rukban adalah sebagian pedagang
menyongsong kedatangan barang dari tempat lain dari orang yang ingin berjualan di negerinya,
lalu ia menawarkan harga yang lebih rendah atau jauh dari harga di pasar sehingga barang para

30
pedagang luar itu dibeli sebelum masuk ke pasar dan sebelum mereka mengetahui harga
sebenarnya.
Jual beli seperti ini diharamkan menurut jumhur (mayoritas ulama) karena adanya
pengelabuan.Dari Abu Hurairah, ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari talaqqil jalab” (HR. Muslim no. 1519).
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata,
“Dulu kami pernah menyambut para pedagang dari luar, lalu kami membeli makanan milik
mereka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas melarang kami untuk melakukan jual beli
semacam itu dan membiarkan mereka sampai di pasar makanan dan berjualan di sana” (HR.
Bukhari no. 2166).
Jika orang luar yang diberi barangnya sebelum masuk pasar dan ia ketahui
bahwasanya ia menderita kerugian besar karena harga yang ditawarkan jauh dengan harga
normal jika ia berjualan di pasar itu sendiri, maka ia punya hak khiyar untuk membatalkan jual
beli (Lihat Syarh ‘Umdatul Fiqh, 2: 805). Dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah menyambut para pedagang luar. Barangsiapa yang menyambutnya lalu membeli
barang darinya lantas pedagang luar tersebut masuk pasar (dan tahu ia tertipu dengan penawaran
harga yang terlalu rendah), maka ia punya hak khiyar (pilihan untuk membatalkan jual beli)”
(HR. Muslim no. 1519).
Jika jual beli semacam ini tidak mengandung dhoror (bahaya) atau tidak ada tindak
penipuan atau pengelabuan, maka jual beli tersebut sah-sah saja. Karena hukum itu berkisar
antara ada atau tidak adanya ‘illah (sebab pelarangan).

J..JUAL BELI HADIR LIL BAAD, MENJADI CALO UNTUK ORANG DESA
Yang dimaksud bai’ hadir lil baad adalah orang kota yang menjadi calo untuk orang
pedalaman atau bisa jadi bagi sesama orang kota. Calo ini mengatakan, “Engkau tidak perlu
menjual barang-barangmu sendiri. Biarkan saya saja yang jualkan barang-barangmu, nanti
engkau akan mendapatkan harga yang lebih tinggi”.
Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah menyambut para pedagang dari luar (talaqqi rukban) dan jangan pula menjadi calo
untuk menjualkan barang orang desa”. Ayah Thowus lantas berkata pada Ibnu ‘Abbas, “Apa
maksudnya dengan larangan jual beli hadir li baad?” Ia berkata, “Yaitu ia tidak boleh menjadi
calo”. (HR. Bukhari nol. 2158).

31
Menurut jumhur, jual beli ini haram, namun tetap sah (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 9: 84).
Namun ada beberapa syarat yang ditetapkan oleh para ulama yang menyebabkan jual beli ini
menjadi terlarang, yaitu:
1. Barang yang ia tawarkan untuk dijual adalah barang yang umumnya dibutuhkan oleh orang
banyak, baik berupa makanan atau yang lainnya. Jika barang yang dijual jarang dibutuhkan,
maka tidak termasuk dalam larangan.
2. Jual beli yang dimaksud adalah untuk harga saat itu. Sedangkan jika harganya dibayar
secara diangsur, maka tidaklah masalah.
3. Orang desa tidak mengetahui harga barang yang dijual ketika sampai di kota. Jika ia tahu,
maka tidaklah masalah. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 9: 83)7

BAB III

7
H. Hendi Suhendi. fiqh muamalah.( Jakarta: rajawali Pers)., hlm:5

32
PENUTUP

A..Kesimpulan

Fiqih Mumalah adalah pengetahuan tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan
hukum-hukum syariat, mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh dari
dalil-dalil islam secara rinci. Ruang lingkup fiqih muamalah adalh seluruh kegiatan
muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupaperaturan-peraturan yang
berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. hukum-
hukum fiqih terdiri dari hokum hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya
dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia lainnya.

B..Saran

Dalam semua kegiatan bisnis, semestinya semua pelaku bisnis telah menguasai
aturan-aturan yang mengatur tentang kegitan bisnis tersebut atau yang dinamakan dengan
hukum bisnis dan juga harus memahami manfaat dan tujuan dari hukum bisnis itu sendiri
demi terwujudnya hak dan kewajiban para pihak secara hukum ataupun dalam koridor hukum
yang berlaku.

33
DAFTAR PUSTAKA

Suhendi, Hendi.2002.Fiqh Muamalah. Depok:PT. Rajagrafindo Persada.

Syafei, Rachmat.2001.Fiqh Muamalah.Bandung:Pustaka Pelajar.

Muslich, Ahmad Wardi.Fiqh Muamalah.Jakarta : AMZAH

Az zuhaili, Wahbah.2001.Fiqih islam Wa adilatuhu.Damaskus :Gema Insani

H. Rachmat Syafei. Fiqih muamalah.(Bandung: Pustaka Setia).,hlm:13-14

Wahbah Az-Zuhaili. Fiqih islam wa adillatuhu. (Damaskus: gema insani).,hlm: 27

H. Hendi Suhendi. fiqh muamalah.( Jakarta: rajawali Pers)., hlm:5

Prof.Dr.Wahbah Az-Zuhali.Fiqh Islam Wa adilatuhu.hlm.,36.

Jaih Mubarok.Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam”.,hlm.113

Ahmad Wardi Muslih. Fiqh Muamalah.(Jakarta : AMZAH).,hlm.1-2.

34

Anda mungkin juga menyukai