Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang
dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37
minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat erat
kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit kronis di kemudian
hari (WHO, 2004).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia kehamilan) atau
pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction) (Wong, 2008).
Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir
rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Klasifikasi BBLR
a. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1) Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut
neonates kurang bulan sesuai dengan masa kehamilan.
2) Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA
terdiri dari tiga jenis.
 Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam
jangka waktu yang lama
 Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
 Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk
masa kehamilan.

b. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008)


1) Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang
berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan
usia gestasi.
2) Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan
bayi yang berat badannya kurang dari 1000 gram.
3) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan
bayi yang berat badannya kurang dari 1500 gram.
4) Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi
yang berat badannya 1501 sampai 2500 gram.
5) Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang
berat badannya antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada
kurva pertumbuhan intrauterin.
6) Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia
gestasinya merupakan bayi yang laju pertumbuhan
intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya kurang
dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7) Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada
bayi yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi
(terkadang digunakan istilah pengganti yang lebih deskritif
untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
8) Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat
badan lahirnya diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
3. Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan
pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari
1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3) Keadaan ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar’
c. Faktor plasenta
faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal
di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat
lahir rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang
dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia
miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan
menelan belum sempurna.
5. Patofisiologi
secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga
disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik,
sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada
gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi
kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang
rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR.
Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
6. Pathwa
7. Masalah yang dapat terjadi pada BBLR
Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi
tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal,
ginjal, termoregulasi (Maryunani, dkk, 2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru
serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat
ekspirasi).
Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas,
insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh darah paru yang
imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain: perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan
proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf
pusat (SSP), yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan
perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler.
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin,
yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intrauterine kehidupan
ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi
mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33– 34 minggu sehingga
kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan
mencerna protein.

e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
1. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat
badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatif luas).
2. Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi
bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain
adalah:
1. Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium
yang sering.
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas,
sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya,
di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang maka tidak mampu untuk
menggelola air, elektrolit, asam – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil
metabolisme dan obat – obatan dengan memadai serta tidak mampu
memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP)
yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009) :
a. Sindrom aspirasi meconium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-
paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas
pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum
yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena
cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan
belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati) Hiperbilirubinemia
(ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin di dalam
jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.
9. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009)
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-
24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan
bila ada.
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih.
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi.
10. Penatalaksanaan
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :
a. pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan
energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh
dapat menggunakan energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi
preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,
lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya
lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan
energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih
menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi
preterm dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan
keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha
untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan
abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang
tubuh dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang
sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai
dan mempertahankan respirasi. Bayi dengan penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.

2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah
pemberian kehangatan eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi
BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat
lebih sedikit untuk menghasilkan panas, kekurangan isolasi jaringan
lemak subkutan, dan control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya.
Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera ditempatkan
dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda
terjadinya efek stres dingin.
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR untuk
mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan dalam
inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan
isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan
jumlah personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat
penting pada bayi preterm, karena kandungan air ekstraselulernya lebih
tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan
kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang
belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi
BBLR, tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan
melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan pemeliharaan harian
harus dipenuhi dalam keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan sudah
ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi
sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum
sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu.
Pemberian makan bayi awal ( dengan syarat bayi stabil secara
medis) dapat menurunkan insidens faktor komplikasi seperti
hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR dan
preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril dapat
diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama ditentukan
oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi terhadap
pemberian makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit
sampai asupan kalori yang memuaskan dapat tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih lama dan
kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup
bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat
bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima
makanan.
c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care).
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi
karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini
juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
MK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan
yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki
pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi,
dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya diri
dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
d. Perawatan pada incubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal
dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua
macam inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat,
2005).
1) Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
 Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka apabila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
 Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.
 Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakai pakaian)
untuk memudahkan observasi.
 Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh
 Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
 Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
 Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
 Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan
keseimbangan suhu normal dan kehangatan.
 Membungkus dengan selimut hangat.
 Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara
 Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala.
 Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan
sesuai dengan ketentuan.
B. Konsep asuhan keperawatan BBLR
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi
penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau
adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
1. Pengkajian umum
a. Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan menggunakan
timbangan elektronik.
b. Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c. Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d. Observasi adanya deformitas yang tampak.
e. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia, tidak
responsive, dan apnea.

2. Pengkajian respirasi
a. Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang dada,
atau devisiasi lainnya.
b. Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c. Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d. Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi, suara
basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya masukan
udara, dan kesamaan suara napas.
e. Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3. Pengkajian kardiovaskuler
a. Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b. Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c. Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/ PMI), titik
ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba (perubahan
PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d. Jelaskan warna bayi (bisa karena gannguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-bercak)
e. Kaji warna dasar kuku, membrane mukosa, dan bibir.
f. Tentukan tekanan darah, dan tunjukan ekstremitas yang dipakai.
4. Pengkajian gastrointestinal
a. Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b. Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar, jika
terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran (warna,
konsistensi, pH).
c. Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d. Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e. Jelaskan bising usus.
5. Pengkajian genitourinaria
a. Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b. Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan lab-
stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
c. Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji hidrasi).
6. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b. Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c. Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick neck,
palmar).
d. Tentukan tingkat respons dan kenyamanan
7. Suhu tubuh
a . tentukan suhu kulit dan aksilaar
b. Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan
8. Pengkajian kulit
a. Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah,
tanda iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama
dimana peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan
dengan kulit Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai
(missal plester, povidone-jodine).
b. Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik,
terkelupas dan lain-lain.
c. Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
C. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2011):
1. Tidak efektifnya pola pernafasan.
a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan
ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karateristik:
Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil
posisi tiga titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi,
penurunan tekanan inspirasi,p enurunan ventilasi semenit,
penurunan kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter
anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopneu, fase
ekspirasi yang lama, pernapasan pursed-lip, takipneu dan
penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.

2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.


a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.
b. Batasan karakteristik:
Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di
bawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan
frekuensi napas, menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu
tubuh di bawah kisaran normal, teraba hangat
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi


kebutuhan metabolisme.
b. Batasan karakteristik:

Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan,


berat badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler,
diare, kehilangan rambut yang berlebihan, hiperaktif suara
usus, kekurangan makanan, membran mukosa kering, dan
merasa tidak mampu menelan makanan.

4. Resiko infeksi.
a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.
b. Faktor resiko:
Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi,
peningkatan paparan lingkungan pathogen, ketidakadekuatan
sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan tubuh
primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik),
ketidakadekuatan pertahanan tubuh skunder (penurunan Hb,
leucopenia, penekanan respon inflamasi)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1.Pantau
pola nafas tindakan keperawatan tingkat
selama 3x24 jam, pernapasan,
diharapkan pasien kedalaman, dan
mampu : kemudahan bernafas.
1.Status Pernapasan: Rasional:
Kepatenan jalan Membantu
napas. dalam
2.Status Pernapasan: membedakan
Ventilasi. Periode
3. Status tanda-tanda vital. perputaran
Dengan kriteria hasil : pernapasan normal
1.Menunjukkan pola Dari
pernapasan yang serangan
mendukung hasil gas apnetik sejati, terutama
darah dalam sering terjadi
parameter pada gestasi minggu ke-
atau 30
kisaran 2. Perhatikan pola nafas
normal. klien.
2. Pasien melaporkan Rasional:
bernafas dengan mengetahui
nyaman. jika
3.Mendemonstrasikan terdapat
kemampuan untuk tanda-tanda yang
melakukan pernapasan menyebabkan
dengan pursed lip dispneu.
(mengerutkan bibir) dan 3. Tentukan apakah
klien dispneu
fisiologis atau psikologis.
Rasional:
Studi
menemukan bahwa
ketika penyebabnya
pernapasan dapat adalah
terkontrol. fisiologis
4.Mengidentifikasi memiliki tanda gejala
dan kecemasan dan
menghindari kesemutan pada
faktor-faktor extremitas, sedangkan
spesifik bila dipsneu itu
yang psikologisl tanda
dapat gejalanya
memperburuk pola nafas. mengi terkait, batuk,
dahak,
dan palpitasi.
4. Berikan terapi
oksigenasi (Atur
peralatan

2 Termoregulasi Setelah 1. Ukur suhu setiap 2


tubuh tidak efektif dilakukan tindakan jam, gunakan
keperawatan termometer elektronik di
selama ketiak pada
3x24 bayi di bawah usia 4
jam, diharapkan minggu.
pasien Rasional:
mampu: memantau
Termoregulasi apakah
menjadi Adanya
efektif peningkatan
atau
penurunan
Suhu
tubuh.
2. Catat apakah ada
tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi.
Rasional:
Hipertermi
sesuai dengan
dengan perkembangan. peningkatan
Dengan kriteria hasil: laju
1. Dapat metabolisme
mempertahankan suhu kebutuhan oksigen dan
tubuh glukosa serta
dalam kisaran normal. kehilangan air dapat
2. Menjelaskan langkah- terjadi bila suhu
langkah yang lingkungan terlalu tinggi.
diperlukan untuk 3. Tingkatkan intake
mempertahankan suhu cairan dan nutrisi.
tubuh Rasional:
agar untuk mencegah
dalam terjadinya
batas dehidrasi.
normal. 4. Lakukan tepid sponge.
3. Menjelaskan gejala Rasional: dapat
hipotermia atau menurunkan suhu tubuh
hipertermia. bayi.
3 Ketidakseimbangan Setelah 1. Perhatikan gejala
nutrisi kurang dari dilakukan tindakan kekurangan gizi
kebutuhan tubuh keperawatan termasuk
selama perawakan
3x24 jam pendek,
diharapkan lengan
pasien kurus dan kaki.
mampu: Rasional:
1. sebagai
Intake nutrien normal. langkah
2. awal
Intake makanan dan cairan pengkajian
normal. untuk
3. melaksanakan
Berat badan normal. intervensi selanjutnya.
4. 2. Perhatikan adanya
Massa tubuh normal. penurunan berat
5. badan.
Pengukuran biokimia Rasional:
normal. Mengidentifikasikan
Dengan kriteria hasil: adanya
1. resiko derajat dan resiko
Berat badan bertambah. terhadap pola
2. pertumbuhan. Bayi SGA
Berat badan dalam (Baby small
kisaran normal for gestational age)
untuk dengan kelebihan
tinggi cairan
dan ekstrasel yang
usia. kemungkinan
3. Mengenali faktor kehilangan 15% BB
yang berkontribusi lahir. Bayi SGA
terhadap berat badan (Baby small for
dibawah normal. gestational age)
4. mungkin telah
Mengidentifikasi mengalami penurunan
kebutuhan berat badan dalam
uterus atau
mengalami penurunan
simpanan lemak
atau glikogen.
3. Kaji kulit apakah
kering, monitor
turgor kulit dan
perubahan pigmentasi.
Rasional : untuk
mengetahui adanya
tanda-tanda dehidrasi.
4. Berikan makanan yang
terpilih. )(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli
gizi).
Rasional: membantu
dalam rencana diet untuk
memenuhi kebutuhan
individual
5. Monitor kalori dan
ntake nutrisi
Rasional :
mengawasi
gizi. masukan nutrisi
5. Bebas dari kekurangan dan kalori dalam
gizi. tubuh
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1.Kaji adanya fluktuasi
tindakan keperawatan suhu tubuh,
selama 3x24 jam letargi, apnea, malas
diharapkan pasien minum, gelisah
mampu: dan ikterus.
Terhindar dari resiko Rasional: suhu tubuh
infeksi. meningkat dan
Dengan kriteria hasil: nadi cepat mmerupakn
1. Pengetahuan: Kontrol awal terjadinya
infeksi infeksi.
Indikador: 2. Kaji riwayat ibu,
a. Menerangkan cara-cara kondisi bayi selama
penyebaran. kehamilan, dan epidemi
b. Menerangkan faktor- infeksi diruang
faktor yang perawatan.
berkontribusi dengan Rasional: mengetahui
penyebaran. adanya
c. Menjelaskan tanda- riwayat
tanda dan gejala. infeksi selama kehamilan.
d. Menjelaskan aktivitas 3 Ambil sampel darah.
yang dapat Rasional:
meningkatkan resistensi untuk
terhadap infeksi. sampel
2. Status Nutrisi. pada
Indikator: pemeriksaan
a. Asupan nutrisi laboratorium
b. Asupan makanan dan seperti
cairan eritrosit, leukosit,
c. Energi diferensiasi, dan
d. Masa tubuh immunoglobulin.
e. Berat badan 4. Upayakan
pencegahan infeksi dari
lingkungan. Misalnya :
cuci tangan
sebelum dan sesudah
memegang bayi.
Rasional:
untuk
mencegah

Anda mungkin juga menyukai