Tugas Responsi Sosum Pertemuan Ke-10
Tugas Responsi Sosum Pertemuan Ke-10
PERTEMUAN 10
KELOMPOK 1 HIPOTESA
2. Apakah runtuhnya kekuasaan Orde Baru disertai dengan anomie? Tunjukkan bukti-bukti
dari bacaan anda!
Jawab:
Benar, penyebab penggulingan Orba disertai dengan anomie, pengertian anomie adalah
keadaan tanpa norma atau kekacauan sosial. Buktinya terdapat dalam kalimat, ”Ketika
penggulingan Orde Baru, para pendemo melakukan aksi kekerasan, penjarahan dan
penculikan dan penculikan yang menggambarkan tindakan pelanggaran norma.
Pemerintah sendiri melakukan pelanggaran terhadap hukum dengan membunuh
mahasiswa yang berdemo”.
3. Berdasarkan pemikiran Horton dan Hunt (1996), model kekuasaan manakah yang pernah
berlaku di Indonesia? Tunjukkan bukti-bukti dari bacaan!
Jawab :
• Pada bacaan pertama, yaitu kekuasaan dialektik kelas sosial. Karena, dialektik sosial
memiliki pengertian yaitu negara biasanya melayani kepentingan kelas sosial
dominan yang biasanya berkuasa. Bukti dalam bacaan, Demo yang terjadi disebabkan
oleh parpol pongah dan presiden yang sangat berkuasa. Penyebab keduanya berkuasa
dan menjadi tempat bergantungnya berbagai kekuatan karena hukum yang belum
benar tidak dilaksanakan dengan benar pula.
• Pada bacaan kedua, model kekuasaan polimorfik karena tidak ada satu pun kelompok
yang selalu menang. Bukti dalam bacaan, terbentuk image di kalangan masyarakat
Sampang bahwa pemerintah itu penindas rakyat. Untuk itulah, ketika ada gelagat
pemerintah pusat hendak menganulir Fadhilah Budiono yang terpilih sebagai Bupati
Sampang periode 2000-2005 lantaran diprotes PKB. Mereka mendukung Fadhilah
karena dia itu dicalonkan oleh Partai Persatuan Pembangunan. Hubungan masyarakat
dengan PPP itu terbentuk melalui proses sejarah kuat ketika terjadi tragedi Nipah, PPP
yang gigih membela mereka”.
4. Bandingkanlah pola kekuasaan di Indonesia pada tingkat negara dengan tingkat daerah
(mengacu pada kasus Sampang, 2000) ! Apakah kekuasaan dan wewenang berada pada
satu tangan ?
Jawab:
Pola kekuasaan di Indonesia pada tingkat negara adalah tipe demokratis, yaitu
pelapisan ditentukan atas kemampuan atau keberuntungan., artinya presiden dan wakil
presiden dipilih melalui pemilu, karena dianggap mampu dan pantas untuk memimpin
negara. Pola kekuasaan di Indonesia pada tingkat daerah adalah tipe demokratis juga,
karena di daerah ada pemilu untuk memilih bupati dan wakilnya. Dari uraian di atas,
kekuasaan di Indonesia berada pada satu tangan, yaitu presiden pada tingkat negara dan
bupati pada tingkat daerah. Hal tersebut sudah merupakan bagian dari peraturan dan
undang-undang yang sudah ditetapkan secara hukum. Namun, untuk wewenang tidak
dalam satu tangan. Contohnya, di daerah untuk beberapa masalah wewenang dipegang
oleh beberapa orang, karena di daerah masih menggunakan tipe wewenang tradisional
yaitu kekuasaan dan wewenang berdasarkan atas paham dan kepercayaan yang telah
melembaga dan menjiwai masyarakat.
Pada bacaan pertama terlihat bahwa kekuasaan yang dipegang adalah saluran militer,
di mana masyarakat merasa dipaksa menerima berbagai kebijakan yang tidak sesuai
dengan hak dan keinginan mereka, sedangkan pada bacaan kedua saluran yang
digunakan adalah saluran tradisional, karena sering kali melakukan perlawanan terhadap
penguasa ataupun pemerintah yang merugikan mereka. Pada bacaan kedua pun bupati
dilantik atas tuntutan dari ribuan massa yang mendukung bupati tersebut, maka tipe
wewenang yang dipegang adalah traditional authority.