Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus (virus yang menyebabkan berkurang atau
menurunnya kekebalan tubuh) sedang AIDS adalah Acquired Immunodeficiency Syndrome
(sindrom cacat kekebalan tubuh yang di dapat), yang merupakan kumpulan gejala-gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Virus HIV
akan masuk dan merusak sel sel darah putih, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit, kondisi ini disebut AIDS.
Data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional program PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) mengenai HIV-AIDS, menyebutkan bahwa dalam dua dasa warsa terakhir ini,
lebih dari 60 juta orang telah terserang virus HIV-AIDS, dan 20juta diantaranya meninggal.
Dan sepertiga dari penderita HIV-AIDS di dunia adalah orang muda, berusia di bawah 25
tahun.
Di seluruh dunia setiap 11 detik seorang tewas akibat AIDS dan satu orang tertular
virus AIDS setiap enam detik. “penyakit tersebut akan merenggut 68 juta jiwa lagi jika upaya
pencegahan tidak ditingkatkan” kata UNAIDS (United Nations AIDS).

B. LATAR BELAKANG
Jumlah orang yang berisiko tertular HIV-AIDS di Indonesia antara 12-19 juta orang
dan jumlah kasus HIV-AIDS yang sebenarnya di Indonesia belum diketahui dangan pasti, tapi
para ahli memperkirakan pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 591.823 .Di Sulawesi Selatan
masih sekitar 4015 pada tahun 2014 ODHA yang mengakses layanan HIV. Sekitar 94% kasus
kumulatif HIV-AIDS di Indonesia terdapat pada usia produktif yaitu usia 15-49 tahun dan
mengenai terutama usia 20-29 tahun lebih banyak dibandingkan usia 30-39 tahun. Hal ini
terjadi karena sebagian besar penderita usia muda tersebut adalah pengguna NAPZA (Narkoba
Psikotropika Zat Adiktif) suntik. Jika di lihat dari jenis kelamin, maka proporsi kasus HIV-
AIDS sebagian besar adalah laki-laki, yaitu 79% dan pada perempuan 21 %.
Program Penanggulangan HIV/AIDS sudah menjadi perhatian utama jajaran
pimpinan Rumah Sakit dalam upaya melindungi karyawan, keluarga dan
masyarakat. Serta adanya kebutuhan untuk memaksimalkan cakupan dan kualitas
program dan layanan HIV/AIDS yang komprehensif khususnya di lingkungan layanan
Kesehatan.
10
Adanya fakta bahwa deteksi dini infeksi HIV sangat penting menentukan
prognosis perjalanan infeksi HIV dan mengurangi risiko penularan maka disusunlah
Pedoman pelayanan yang memudahkan petugas kesehatan menjalankan tugasnya
dengan optimal, khususnya dalam penanganan klinis HIV sehubungan dengan deteksi
dini HIV, perawatan, pengobatan dan pencegahan

C. TUJUAN
A.Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui peningkatan mutu pelayanan
dengan memberi penyuluhan dan penjelasan tentang perubahan perilaku yang mengurangi
resiko mendapat infeksi dan penyebaran virus HIV-AIDS

B.Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS
2. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumberdaya dan manajemen yang sesuai.
3. Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan testing
HIV/AIDS.

D. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang Lingkup Pelayanan HIV-AIDS meliputi :
1. Pelayanan di Poli VCT berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien HIV-
AIDS di rumah sakit dan pusat informasi tentang HIV-AIDS. Kegiatannya meliputi
konseling pra dan pasca tes HIV.
2. Pelayanan PITC rawat jalan meliputi IGD umum, IGD Bersalin, poli Interna, poli
Kulit dan Kelamin, poli Paru, dan Poli Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), berfungsi
sebagai menscreening pasien tersangka HIV untuk menegakkan diagnosa dan
mengirim pasien ke poli VCT.
3. Pelayanan PITC rawat inap, pelayanan yang dilakukan terhadap pasien HIV-AIDS
di rawat inap berfungsi sebagai pendukung tim HIV-AIDS dalam melakukan
penjaringan tersangka HIV untuk mendapatkan pelayanan konseling pasca tes HIV
dan kemudian dirujuk ke RS lain dengan layanan CST/PDP.
4. Laboratorium berfungsi sebagai sarana penunjang diagnostik.
5. Rekam Medis berfungsi sebagai pendukung tim HIV-AIDS dalam pencatatan dan
pelaporan semua kegiatan HIV-AIDS

11
E. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dari pelayanan HIV-AIDS sebagai berikut :
1. Pelayanan VCT
- Penerimaan klien
- Konseling pra tes HIV/AIDS
- Konseling pasca tes HIV/AIDS
2. Pelayanan PITC
- Konseling pra Tes di polik, IGD dan IGD Bersalin
3. Jejaring internal adalah jejaring yang di buat di dalam rumah sakit yang meliputi seluruh unit
yang menangani pasien HIV-AIDS.
4. Jejaring eksternal adalah jejaring yang bekerja sama antara dinas kesehatan, rumah sakit lain,
puskesmas, dan unit pelayanan kesehatan ( UPK ) lainya dalam penanggulangan HIV-AIDS.

F. LANDASAN HUKUM
a) Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara RI tahun 1992 no. 100, tambahan lembaran negara RI no. 2495)
b) Undang-Undang Republik Indonesia no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaga Negara RI tahun 2004 no. 116, tambahan lembaran negara RI no. 4431)
c) Undang Undang Republik Indonesia no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(lembaran negara RI tahun 2004 no. 125, tambahan lembaran negara RI no. 4437).
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI no.59b/menkes/SK/per/ll/1988 tentang RS.
e) Kemenkes RI nomor 1333/menkes/SKA/ll/1999 tentang standar pelayanan RS.
f) Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 131/menkes/SK/l!/2004 tentang sistem Kesehatan
Nasional diatur upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
g) Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 1575/menkes/per/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
h) Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 1045/menkes/per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan.
i) Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor512/menkes/per/IV/2007 tentang izin praktek dan
pelaksanaan praktik kedokteran.

12
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Sumber daya manusia merupakan salah satu komponen yang paling penting untuk
mendukung dan memberikan pelayanan HIV AIDS yang berkesinambungan.
kualifikasi sumber daya manusia dalam hal ini petugas kesehatan akan mempengaruhi
keefektifan penyediaan pelayanan HIV AIDS.
Petugas kesehatan yang memberikan pelayanan HIV AIDS di RS Dr Tadjuddin Chalid
telah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa
sehingga pelayanan HIV AIDS dapat seoptimal mungkin. Dalam penangananya dibutuhkan
manajemen tersendiri sehingga dibentuk tim penanggulangan HIV-AIDS di RS Dr Tadjuddin
Chalid Makassar.
1. Ketua Tim Penanggulangan HIV/AIDS adalah seorang dokter spesialis interna yang telah
mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun
2. Dokter konselor adalah seorang dokter umum yang bekerja purna waktu dan telah mempunyai
masa kerja lebih dari 5 tahun
3. Perawat, telah mendapatkan sertifikat pelatihan sebagai konselor, bekerja purna waktu dan telah
mempunyai masa kerja lebih dari 5 tahun
4. Petugas laboratorium, bekerja purna waktu dan telah mempunyai masa kerja
5. Petugas RR (Recording and Reporting) telah mendapatkan sertifikat pelatihan RR SIHA
(Sistem Informasi HIV/AIDS).
B. Distribusi Ketenagaan
1. Ketua Tim Penanggulangan HIV-AIDS
Penanggung jawab TIM HIV-AIDS adalah Ketua Tim Penanggulangan HIV-AIDS.
Ketua tim bertugas :
1. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional
2. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
3. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara keseluruhan berkualitas
13
sesuai dengan pedoman VCT Kemeterian Kesehatan RI
4. mengkoordinir pertemuan berkala dengan seluruh petugas kesehatan yang berkaitan
dengan layanan HIV di RS
5. melakukan jejaring kerja dengan Rumah Sakit, lembaga yang bergerak dalam bidang
pelayanan HIV AIDS
6. berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan Kementerian Kesehatan RI serta
lembaga terkait lainnya
7. melakukan monitoring internal dan penilaian berkala kinerja seluruh petugas
kesehatan yang berkaitan dengan layanan HIV di RS
8. Mengembangkan standar prosedur operasional pelayanan di RS
9. menyusun dan melaporkan laporan bulanan dan tahunan kepada Dinas kesehatan
10.Memberikan pertimbangan atau saran pada perencanaan, pengembangan program dan
fasilitasinya.
1. Penanggung Jawab VCT
Penanggung Jawab Poli VCT adalah seorang yang memiliki keahlian manajerial dan
program terkait dengan pengembangan layanan VCT penanganan program perawatan, dukungan
dan pengobatan HIV-AIDS. Penanggung Jawab Poli VCT mengelola seluruh pelaksanaan
kegiatan di dalam atau di luar unit, serta bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan institusi pelayanan lain yang berkaitan dengan HIV-AIDS.
Tugas Penanggung Jawab Poli VCT
a Menyusun perencanaan kebutuhan operasional
b Mengawasi pelaksanaan kegiatan
c Mengevaluasi kegiatan
d Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara keseluruhan berkualitas
sesuai dengan pedoman VCT Departemen Kesehatan RI.
e Mengkoordinir pertemuan berkala dengan seluruh staf konseling dan testing, minimal satu
bulan sekali.
f Melakukan jaringan kerja dengan rumah sakit, lembaga lembaga yang bergerak di bidang
VCT untuk memfasilitasi pengobatan, perawatan, dan dukungan.
g Berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat dan departemen kesehatan RI serta pihak
terkait lainnya.
h Melakukan monitoring internal dan penilaian berkala kinerja seluruh petugas layanan VCT
, termasuk konselor VCT.
i Mengembangkan standar prosedur operasional pelayanan VCT.
j Memantapkan sistem atau mekanisme monitoring dan evaluasi layanan yang tepat
14
k Menyusun dan melaporkan laporan bulanan dan laporan tahunan kepada dinas kesehatan
setempat.
l Memastikan logistik terkait dengan KIE dan bahan yang lain di butuhkan untuk pelayanan
konseling dan testing.
m Memantapkan pengembangan diri melalui pelatihan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan HIV- AIDS.

2. Dokter Umum (Konselor)


1. Bertugas melakukan konseling terhadap klien mulai dari tahap sebelum pemeriksaan, menerima
hasil pemeriksaan, memberi informasi mengenai perubahan perilaku dan pencegahan penularan
2. Memberikan informasi tentang HIV-AIDS yang akurat dan relevan, sehingga klien merasa
nyaman membuat pilihan untuk melakukan testing dan menandatangani inform consent
3. Menjaga bahwa informasi yang disampaikan kepada klien bersifat pribadi dan rahasia, serta
memberi informasi lebih lanjut seperti dukungan psikososial

2. Perawat (Petugas Konselor)


1. Mengisi kelengkapan formulir klien dan mendokumentasikan serta menjaga kerahasiaan
2. Pembaharuan data dan pengetahuan tentang HIV-AIDS
3. Membuat jejaring internal dan eksternal dengan jejaring layanan pencegahan dan
dukungan di masyarakat
4. Memberikan informasi tentang HIV-AIDS yang akurat dan relevan, sehingga klien merasa
nyaman membuat pilihan untuk melakukan testing dan menandatangani informed
consent
5. Menjaga informasi yang disampaikan kepada klien bersifat pribadi dan rahasia, serta
memberi informasi lebih lanjut seperti dukungan psikososial

3. Petugas Laboratorium
1. Melakukan pemeriksaan Laboratorium sesuai prosedur dan standar yang ditetapkan
2. Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
3. Melakukan pencegahan pasca pajanan
4. Mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pemeriksaan Laboratorium
5. Mencatat hasil testing yang sesuai dengan nomor identitas klien
Melakukan pencatatan dan menjaga kerahasiaan hasil
4. Recording dan Reporting (RR)
1. Mencatat dan melaporkan jumlah pasien yang masuk dalam pelayanan HIV/AIDS
15
2. Menyimpan data tersebut sebagai dokumentasi kepada rekam medis RS Tadjuddin Chalid.

5. Administrasi
Petugas administrasi atau sekretaris adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang
administrasi dan berlatar belakang minimal setingkat SLTA.
Tugas sekretaris / administrasi :
1. Bertanggung jawab terhadap Penanggung jawab unit VCT
2. Bertanggung jawab terhadap pengurusan perijinan klinik VCT dan regristasi konselor
VCT.
3. Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait.
4. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, melakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisa data
5. Membuat pencatatan dan pelaporan.
Struktur Organisasi Pelayanan HIV/AIDS
RS Dr Tadjuddin Chalid Makassar

Pendukung/Penasehat

Penanggung Jawab Program


Penanggulangan HIV/AIDS

Penanggung jawab Pelayanan VCT

Konselor

Laboratorium Administrasi
Reporting &
Recording
16
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Instalasi

Keterangan

17
B. Standar Fasilitas
Fasilitas Pelayanan HIV-AIDS di RS Tadjuddin Chalid terdiri dari poli VCT sebagai pintu masuk
pasien yang datang untuk tes HIV secara sukarela, dan pelayanan PITC yang bertempat di
beberapa poli, IGD, IGD bersalin, dan ruang perawatan inap yang mengarahkan pasien dengan
gejala klinis tertentu untuk mengikuti tes HIV.
Standar fasilitas poli VCT sebagai berikut :
a. Sarana
1) Papan petunjuk
Papan petunjuk dipasang yang jelas untuk memudahkan akses klien ke klinik VCT. Juga
di depan ruang klinik VCT bertuliskan Pelayanan VCT / Klinik VCT
2) Ruang Tunggu

Ruang tunggu berada di depan ruang konseling. Di ruang tunggu tersedia :


– Materi KIE : poster, leaflet, brosur yang berisi tentang HIV AIDS, IMS, KB, ANC,
TB, Hepatitis, penyalahgunaan Napza, Perilaku sehat, nutrisi, dan seks yang aman
– Informasi konseling dan testing
– Kotak saran
– Tempat sampah
- air minum
– Sofa dan meja tamu
– Kalender

3. Ruang Konseling
Ruang konseling disediakan senyaman mungkin dan terjaga kerahasiaannya serta
terpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan sampel darah.
Ruang Konseling dilengkapi :
– 1 meja dan 3 kursi (Tempat duduk bagi klien maupun konselor)
– Buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, formulir informed consent,
catatan medis klien, formulir pre dan pasca testing, buku rujukan, formulir rujukan,
kalender dan ATK
– Kondom dan alat peraga organ genitalia pria, alat peraga organ genitalia wanita
– Buku resep gizi seimbang
– Lemari arsip / lemari dokumen yang dapat dikunci

18
d. Ruang Pengambilan Sampel Darah
Ruang Pengambilan Sampel Darah dilengkapi peralatan :
Peralatan :
– Jarum vacuntainer
– Tabung vacuntainer
– Holder vacuntainer

19
– Alcohol swab
– Plester
– Wadah limbah tahan tusukan
– Coolbox container
– Sarung tangan karet
– Apron plastic

Tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun


Tempat sampah infeksius dan non infeksius

e. Ruang petugas non kesehatan


Berisi :
– Meja dan kursi
– Tempat pemeriksaan fisik
– Stetoskop dan tensimeter
– Blangko resep
– Alat timbangan badan
– KIE HIV AIDS

f.Pra
sara
na
1) Aliran Listrik
Diperlukan untuk penerangan yang cukup baik, untuk membaca,
menulis serta untuk pendingin ruangan
2) Air
Diperlukan air mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan
mencuci tangan serta membersihkan alat-alat
3) Sambungan Telepon
Diperlukan terutama untuk komunikasi dengan layanan lain yang terkait
4) Pembuangan Limbah Padat dan Limbah Cair
Mengacu kepada pedoman kewaspadaan transmisi di pelayanan
kesehatan tentang pengolahan limbah

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 1


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN HIV

Penyelenggaraan pelayanan HIV di RS Dr Tadjuddin Chalid masih mencakup


pelayanan Konseling dan Testing HIV, yakni suatu layanan yang diselenggarakan untuk
mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. KTHIV didahului dengan dialog
antara klien / pasien dan konselor / petugas kesehatan dengan tujuan memberikan
informasi tentang HIV dan AIDS dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan
berkaitan dengan tes HIV. KTHIV terdiri atas dua pendekatan yakni KTIP (Konseling
dan Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan) dan KTS (Konseling dan Tes HIV
secara sukarela).
1. PELAYANAN VCT / KTS
(a). Alur Pelayanan
Alur Pelayanan VCT/KTS sebagai berikut :

Pasien

Pendaftaran

POLI VCT/KTS

 Konseling Pra-Tes
 Setuju : melengkapi formulir & informed concent
 Menolak : membuat jadwal pertemuan

LABORATORIUM

POLI VCT

KONSELING POST-TEST

RUJUK KE LAYANAN PDP /PULANG

(b). Langkah-langkah Penerimaan klien dalam poli VCT


Langkah-langkah Penerimaan klien dalam poli VCT sebagai berikut :

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 2


1. Informasikan kepada pasien tentang pelayanan tanpa nama (anonimus)
sehingga nama tidak ditanyakan.
2. Pastikan pasien datang tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
3. Jelaskan tentang prosedur VCT
4. Buat catatan rekam medik pasien dan pastikan setiap pasien mempunyai
nomor kodenya sendiri.
5. Kartu periksa konseling dan testing pasien mempunyai kartu dengan nomor
kode, data ditulis oleh konselor.
(c). Tanggung jawab pasien dalam konseling
Tanggung jawab pasien dalam konseling adalah sebagai berikut:
1. Bersama konselor mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan informasi akurat
dan lengkap tentang HIV -AIDS , perilaku beresiko, testing HIV-AIDS dan
pertimbangan yang terkait dengan hasil negatif atau positif.
2. Sesudah melakukan konseling lanjutan, diharapkan dapat melindungi dirinya
dan keluarganya dari penyebaran infeksi, dengan cara menggunakan berbagai
informasi dan alat prevensi yang tersedia bagi mereka
3. Untuk pasien HIV positif memberitahu pasangan atau keluarganya akan
status HIV dirinya dan merencanakan kehidupan lanjut.

(d). Konseling Pra tes


Di dalam Konseling pra testing HIV-AIDS perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Periksa ulang nomor kode pasien dalam formulir
2. Perkenalan dan arahan
3. Membangun kepercayaan pasien pada konselor yang merupakan dasar utama
bagi terjaganya kerahasiaan sehingga terjalin hubungan baik dan terbina sikap
saling memahami.
4. Alasan kunjungan dan klarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV-AIDS
5. Penilaian resiko untuk membantu pasien mengetahui faktor resiko dan
menyiapkan diri untuk pemeriksaan darah
6. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV
dan memfasilitasi diskusi tentang cara menyesuaikan diri dengan status HIV.
7. Di dalam konseling pra testing seorang konselor VCT harus dapat membuat
keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian resiko dan merespon
kebutuhan emosi pasien.
8. Konselor VCT melakukan penilaian sistem dukungan

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 3


9. Pasien memberikan persetujuan tertulisnya ( informed concent) sebelum
dilakukan testing HIV-AIDS.
(e). Konseling pra testing HIV-AIDS dalam keadaan khusus
a. Dalam keadaan pasien terbaring maka konseling dapat dilakukan di samping
tempat tidur atau dengan memindahkan tempat tidur pasien ke ruang yang
nyaman dan terjaga kerahasiaanya
b. Dalam keadaan pasien tidak stabil maka VCT tidak dapat dilakukan langsung
kepada pasien dan menunggu hingga kondisi pasien stabil
c. Dalam keadaan pasien kritis tetapi stabil dapat dilakukan konseling.
(f). Informed concent
Semua pasien sebelum menjalani testing HIV harus memberikan persetujuan
tertulisnya
Aspek penting didalam persetujuan tertulis itu adalah sebagai berikut:
a. pasien telah diberi penjelasan cukup tentang risiko dan dampak sebagai akibat
dari tindakannya dan pasien menyetujuinya.
b. pasien mempunyai kemampuan menangkap pengertian dan mampu
menyatakan persetujuannya (secara intelektual dan psikiatris)
c. pasien tidak dalam paksaan untuk memberikan persetujuan meski konselor
memahami bahwa mereka memang sangat memerlukan pemeriksaan HIV
d. untuk pasien yang tidak mampu mengambil keputusan bagi dirinya karena
keterbatasan dalam memahami informasi maka tugas konselor untuk berlaku
jujur dan obyektif dalam menyampaikan informasi sehingga pasien memahami
dengan benar dan dapat menyatakan persetujuannya.
(h). Informed consent pada anak

Anak memiliki keterbatasan kemampuan berfikir dan menimbang


ketika dihadapkan dengan HIV AIDS. Jika mungkin anak didorong untuk
menyertakan orang tua atau wali, namun apabila anak tidak
menghendaki, maka layanan VCT disesuaikan dengan kemampuan anak
untuk menerima dan memproses serta memahami informasi hasil testing
HIV AIDS. Dalam melakukan testing HIV pada anak dibutuhkan persetujuan
orang tua / wali.

Anak berumur dibawah 12 tahun yang memerlukan testing HIV


harus didampingi oleh orang tua / wali secara penuh, termasuk membantu
menandatangani informed consent. Jika tak mempunyai orang tua / wali
maka kepala institusi, kepala puskesmas, kepala rumah sakit, kepala klinik

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 4


atau seseorang yang bertanggungjawab atas diri anak harus
menandatangani informed consent.

Sebelum meminta persetujuan, konselor melakukan penilaian


akan situasi anak, apakah melakukan tes HIV lebih baik atau tidak. Jika
orang tua bersikeras ingin mengetahui status anak, maka konselor
melakukan konseling terlebih dahulu dan apakah orang tua akan
menempatkan pengetahuan mengenai status HIV anak untuk kebaikan atau
merugikan anak. Jika konselor ragu maka bimbinglah anak untuk
didampingi tenaga ahli. Anak senantiasa diberitahu bahwa penting hadir nya
seseorang yang bermakna dalam kehidupannya untuk mengetahui
kesehatan dirinya.

(g). Testing HIV dalam VCT


Prinsip testing HIV-AIDS adalah sukarela dan terjaga kerahasiaannya.
Testing dimaksud untuk menegakan diagnosis. Terdapat serangkaian testing yang
berbeda-beda karena perbedaan prinsip metode yang digunakan. Testing yang
digunakan adalah testing serologis untuk mendeteksi antibody HIV dalam serum
atau plasma. Spesimen adalah darah pasien yang di ambil secara intravena, plasma
atau serumnya. Pada saat ini belum digunakan specimen lain seperti saliva, urin,
dan spot darah kering. Penggunaan metode testing cepat ( rapid testing)
memungkinkan pasien mendapatkan hasil testing pada hari yang sama.
Tujuan Testing HIV adalah untuk membantu menegakkan diagnosis,
pengamanan darah donor (skrining), untuk surveilans, dan untuk penelitian. Hasil
testing yang di sampaikan kepada pasien adalah benar milik pasien. Petugas
laboratorium harus menjaga mutu dan konfidensialitas. Hindari terjadinya
kesalahan, baik teknis (technical error). Maupun manusia (human error) dan
administrare (administrative error). petugas laboratorium atau perawat mengambil
darah setelah pasien menjalani konseling pra testing.
Bagi pengambil darah dan teknisi laboratorium harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a.Sebelum testing harus didahului dengan konseling dan penandatanganan
informed consent.
b. Hasil testing HIV harus diverifikasikan oleh dokter pathologi klinik atau dokter
terlatih atau dokter penanggung jawab laboratorium.
c.Hasil diberikan kepada konselor dalam amplop tertutup.
d. Dalam laporan pemeriksaan hanya di tulis nomor atau kode pengenal.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 5


e.Jangan member tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang positif atau
negaif
f. Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya
yang berbeda , tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan
menandatangani informed consent.

(i). Konseling pasca testing


Konseling pasca testing membantu pasien memahami dan menyesuaikan diri
dengan hasil testing. Konselor mempersiapkan pasien untuk menerima hasil
testing, memberikan hasil testing dan menyediakan informasi selanjutnya.Konselor
mengajak pasien mendiskusikan strategi untuk menurunkan resiko penularan HIV-
AIDS.
(1). Kunci utama dalam menyampaikan hasil testing.
a. Periksa ulang seluruh hasil pasien dalam catatan medik. Lakukan hal ini
sebelum pasien, untuk memastikan kebenarannya.
b. Sampaikan hasil hanya kepada pasien secara tatap muka atau empat mata.
c. Berhati-hatilah dalam memanggil pasien dari ruang tunggu
d. Seorang konselor tak diperkenankan memberikan hasil pada pasien atau lainnya
secara verbal dan non verbal selagi berada di ruang tunggu.
e. Hasil testing tertulis
(2). Tahapan penatalaksanaan konseling pasca testing
Penerimaan klien :
a. Memanggil pasien secara wajar
b. Pestikan pasien datang tepat waktu dan usahakan tidak menunggu
c. Ingat akan semua kunci utama dalam menyampaikan hasil testing.

(3). Pedoman penyampaian hasil testing negatif


a. Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela
b. Buatlah ikhtisar dan gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks aman,
pemberian makanan pada bayi dan penggunaan jarum suntik yang aman.
c. Periksa kembali reaksi emosi yang ada
d. Buatlah rencana lebih lanjut
(4). Pedoman penyampaian hasil testing positif
a. Perhatikan komunikasi non verbal saat memanggil pasien memasuki ruang
konseling
b. Pastikan pasien siap menerima hasil

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 6


c. Tekankan kerahasiaan
d. Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung
e. Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang hasil periksa apa
yang diketahui pasien tentang hasil testing
f. Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan
g. Galilah ekspresi dan ventilasikan emosi.

(j). Konfindensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu kepada
pihak ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang secara tidak
langsung melakukan perawatan kepada klien yang terinfeksi dan pasangannya,
harus senantiasa diperhatikan. Persetujuan ini dituliskan dan dicantumkan dalam
catatan modik. Konselor bertanggung jawab mengomunikasikan secara jelas
perluasan konfidensialitas yang ditawarkan kepada klien. Dalam keadaan normal,
penjelasan rinci seperti ini dilakukan dalam konseling pra testing atau saat
penandatanganan kontrak pertama. Berbagai konfidensialitas, artinya rahasia
diperluas kepada orang lain, harus terlebih dulu dibicarakan dengan klien. Orang
lain yang di maksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang yang
merawat, teman yang bisa dipercaya, atau rujukan peayanan lainnya ke pelayanan
medik dan keselamatan klien. Konfidensialitas juga dapat dibuka jika diharuskan
oleh hukum (statutory) yang jelas. Contoh, ketika kepolisian membutuhkan
pengungkapan status untuk perlindungan kepada korban perkosaan.

(k). Pelayanan Dukungan Berkelanjutan


1. Konseling lanjutan
Sesudah konseling pasca testing, di mana klien telah menerima hasil testing, perlu
mendapatkan pelayanan dukungan berkelanjutan.
a. Konseling Lanjutan
Salah satu layanan yang ditawarkan kepada klien adalah konseling
lanjutan sebagai bagian layanan VCT apapun hasil testing yang diterima
klien. Namun karena persepsi klien berbeda-beda terhadap hasil testing
maka konseling lanjutan ini seebagai pilihan jika dibutuhkan klien untuk
menyesuaikan diri dengan status HIV

b. Kelompok Dukungan VCT


Kelompok pendukung VCT dapat dikembangkan di Layanan VCT dan di
masyarakat yang peduli HIV-AIDS. Konselor atau kelompok ODHA akan

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 7


membantu klien, baik dengan negatif maupun positif. Untuk bergabung dalam
kelompok ini. Kelompok dukungan VCT dapat diikuti oleh pasangan dan
keluarga.
c. Pelayanan Penanganan Manajemen Kasus
Tujuan membantu klien untuk mendapatkan pelayanan berkelanjutan yang
dibutuhkan. Tahapan dalam menejer kasus, identifikasi, penilaian kebutuhan
pengembangan rencana tidak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat dan
koordinasi pelayanan tindak lanjut.
a. Perawatan dan dukungan
Begitu diagnosis klien ditegakkan dengan HIV positif, maka ia perlu dirujuk
dengan pertimbangan akan kebutuhan perawatan dan dukungan. Kesempatan
ini digunakan klien dan klinisi untuk menyusun rencana dan jadwal pertemuan
konseling lanjutan di mana penyakitnya menuntut tindakan medik lebih lanjut,
seperti pemberian terapi dan akses ke ART.
b. Layanan psikiatrik
Banyak pengguna Zat psikoaktif mempunyai gangguan psikiatrik lain atau
gangguan mental berat yang belum dikonseling (dual diagnosis). Pada saat
menerima hasil positif testing HIV, walaupun telah dipersiapkan lebih dulu
dalam konseling pra testing dan diikuti konseling pasca-testing, klien dapat
mangalami goncangan jiwa yang cukup berat, sepert depresi, gangguan panik,
kecemasan yang hebat atau agresif dan resiko bunuh diri. Bila keadaan
tersebut terjadi, maka perlu dirujuk ke fasilitas layanan psikiatrik.
c. Rujukan
Rujukan merupakan proses ketika petugas kesehatan atau pekerja
masyarakat melakukan penilaian bahwa klien mereka memerlukan pelayanan
tambahan lainnya. Rujukan merupakan alat penting guna memastikan
terpenuhinya pelayanan berkelanjutan yang dibutuhkan klien untuk mengatasi
keluhan fisik, psikologik dan sosial. Konsep pelayanan berkelanjutan
menekankan perlunya pemenuhan kebutuhan pada setiap tahap penyakit
infeksi, yang seharusnya dapat diakses disetiap tingkat dari pelayanan VCT
guna memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan berkelanjutan (puskesmas,
pelayanan kesehatan sekunder dan tersier) dan pelayanan sosial berbasis
masyarakat dan rumah.
Pelayanan VCT bekerja dengan membangun hubungan antara
masyarakat dan rujukan yang sesuai dengan kebutuhannya, serta memastikan
rujukan dari masyarakat ke pusat VCT. Sistem rujukan dan alur rujukan :

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 8


1. Rujukan klien dalam lingkungan sarana kesehatan
Rujukan klien dapat dilakukan antar bagian di sarana kesehatan. Jika
dokter merekomendasikan klien dirujuk kepada konselor yang ada di
rumah sakit atau konselor dari organisasi lain diluar rumah sakit. Contoh,
ketika klien dicurigai HIV dan berada dalam stadium dini, mereka dapat
dirujuk ke pelayanan VCT di rumah sakit
2. Rujukan antar sarana kesehatan
Prosedur yang digunakan adalah sama seperti prosedur rujukan yang
berlaku di sarana kesehatan
3. Rujukan klien dari sarana kesehatan ke sarana kesehatan lainnya.
Untuk penanganan selanjutnya di sarana kesehatan lainnya seperti
kelompok dukungan, LSM, atau ke petugas penanganan kasus diperlukan
penjajagan kebutuhan klien sehingga pasien dapat dirujuk ke sarana
kesehatan lainnya yang sesuai. Rujukan ini dapat dilakukan secara timbal
balik dan berulang sesuai dengan kebutuhan klien. Contoh, ketika klien
didiagnosis dan berada dalam stadium dini, mereka akan beruntung jika
dirujuk pada kelompok sebaya dan sosial untuk mendapat dukungan.
Ketika klien memiliki gejala IMS, maka perlu dirujuk ke klinik
penanganan IMS untuk mendapatkan pengobatan.
4. Rujukan klien dari sarana kesehatan lainnya ke sarana kesehatan
Rujukan dari sarana kesehatan lainnya ke sarana kesehatan dapat berupa
rujukan medik (klien), rujukan spensimen, rujukan tindakan medic lanjut
atau spesialistik. Dalam penyelenggaraan rujukan perlu dikembangkan
sistim jejaring rujukan terlebih dahulu. Bila sistim sudah terbentuk maka
tidak perlu ada penanggulangan VCT di sarana kesehatan. Untuk tindakan
pengambilan specimen darah di sarana kesehatan di mana konseling pra
testing dilakukan disarana kesehatan lainnya diperlukan informed consent
di sarana kesehatan dan konseling pra testing tidak perlu di ulang.
Contoh, ketika mereka berada dalam stadium lanjut dengan infeksi dan
infeksi oportunistik, maka mereka perlu dirujuk pada pelayanan rujukan
medic tersier. Rujukan yang tepat dimaksud untuk memastikan
penggunaan pelayanan kesehatan yang efisien dan untuk meminimalisasi
biaya.

Hal hal yang perlu diperhatikan pada pelaksanaan rujukan :


1. Dilakukan ke institusi, klinik, dan rumah sakit.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 9


2. Konselor menanamkan pemahaman kepada klien alasan, keperluan, dan lokasi layanan
rujukan.
3. Pengiriman surat rujukan dari dan ke pelayanan yang di butuhkan klien, dilakukan
oleh penanggung jawab pelayanan VCT dengan pengantar rujukan yang memuat
identitas klien yang diperlukan dan tujuan rujukan. Klien juga diberi salinan hasil
rahasia yang mungkin diperlukan untuk ditunjukkan pada klinisi yang
menanganinya. Jika klien membutuhkan informasi, konselor minimal mampu
memberikan informasi dasar atas apa yang dibutuhkan klien.
4. Petugas kesehatan yang memberikan layanan IMS, TB, dan hendaklah memahami
jejaring kerjanya dengan konseling dan testing HIV-AIDS sukarela.
Agar pelayanan rujukan bisa berjalan dengan baik, maka perlu memantapkan
mekanisme hubungan rujukan ini dengan berbagai strategi antara lain perbaikan
koordinasi program maupun lintas sector, pemberian informasi lengkap kepada klien,
persetujuan klien untuk dirujuk, kesehatan, menggunakan surat rujukan, menghubungi
sarana kesehatan penerima rujukan guna mempersiapkan segala sesuatu yang
diperlukan demi kenyamanan klien dan menghubungi sarana kesehatan lainnya,
monitoring dan evaluasi pelayanan rujukan tersebut melalui penentuan indicator
rujukan klinik/ bukan klinik, update data serta tersedianya instrument supervise
rujukan.

F. PELAKSANAAN KEGIATAN DI KLINIK VCT


1. Jadwal Kegiatan VCT dilaksanakan sesuai dengan jam kerja RS yang berlaku,
yaitu hari Senin sampai Jumat, mulai pukul 08.00-14.00
2. Tempat pelaksanaan kegiatan VCT di klinik VCT
3. Cara pelaksanaan kegiatan VCT secara keseluruhan berkesinambungan dan bekerja
sama dengan pihak luar, yang juga melibatkan Dinas Kesehatan Kota Makassar,
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), LSM serta Dinas institusi terkait dengan
pelaksanaan program pencegahan HIV-AIDS di wilayah Kota Makassar.

1. Sidrap
2. Bekerjasama dengan Global Fund komponen AIDS
3. Bekerjasama dengan KPA (komisi penangulangan AIDS)
4. Bekerjasama dengan LSM

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 10


BAB V
LOGISTIK

Pembiayaan untuk pelayanan konseling ini berbeda-beda tergantung unit. Untuk


pembiayaan di rumah sakit pemerintah mengacu pada SK Menkes No 582/SK/VI/1997,
dimana tarif rumah sakit diperhitungkan atas dasar unit cost dengan memperhatikan
kemampuan ekonomi masyarakat ,rumah sakit setempat lainnya serta kebijakan subsidi
silang.
Pelayanan di rumah sakit yang dikenakan tarif dikelompokan :
1. Rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap berdasarkan jenis pelayanan
2. Pelayanan medik
3. Pelayanan penunjang medik
4. Pelayanan penunjang non medik
5. Pelayanan rehabilitas medik dan Mental
6. Pelayanan konsulatif khusus
7. Pelayanan medico legal
8. Pemulasaran/ perawatan jenazah

Walaupun besaran tarif layanan berbeda-beda, tergantung kebijakan setempat


namun komponen pelayanan tetap sama yaitu meliputi jasa sarana dan pelayanan.
Tarif pelayanan disesuaikan dengan pola tarif berdasarkan unit cost yang profesional dari
setiap komponen pelayanan, sesuai dengan ketentuan di wilayah masing-masing.
Komponen biaya itu meliputi biaya :
1. Administrasi

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 11


2. Konseling
3. Testing HIV

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

PENGENDALIAN DENGAN PERLINDUNGAN DIRI


Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani
segera, maka Rumah Sakit Umum Daerah berpegang pada standar keselamatan pasien
yang mengacu pada ”Hospital Patient Safety Standards”yang dikeluarkan oleh Joint
Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun 2002, yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah sakit di Indonesia.
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :
1. Hak pasien
2. Melatih pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Melatih staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Petugas kesehatan perlu menggunakan sarung tangan yang terbuat dari karet dan
respirator particulat pada saat melakukan prosedur yang beresiko tinggi, misalnya
melakukan konseling, pengambilan sampel darah, membacakan hasil laboratorium,
dan menganalisis sampel darah. Selain itu respirator ini juga perlu digunakan saat
memberikan perawatan kepada pasien atau saat menghadapi dan menangani pasien
tersangka HIV-AIDS di poli klinik.
Petugas kesehatan dan pengunjung dianjurkan mengenakan respirator jika
berada dalam ruangan tertutup yang didalamnya ada pasien HIV-AIDS.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 12


\

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Di dalam menjalankan pelayanan terutama di dalam bidang penanganan HIV-


AIDS, maka yang perlu diperhatikan antara lain:
1. melaksanakan sesuai prosedur Hand Hyigiene
2. Memperlakukan semua sampel adalah infeksius
3. Petugas harus selalu memakai APD (alat pelindung diri) sesuai pedoman PPI (masker,
jas/baju kerja, handscoun)
4. Semua sampel harus diperlakukan secara hati-hati dan waspada
5. Segera bersihkan apabila terjadi percikan dengan desinfektan sesuai prosedur
6. Buang sisa sampel sesuai jenisnya (medis dan non medis)

A. Jenis Respirator.

B. Pemakaian Respirator Partikulat


Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2 (Heal care
particular respirator), merupakan masker khusus dengan efisien tinggi untuk melindungi
seseorang dari partikel berukuran < 5 mikron yang dibawa melalui udara. Pelindung ini

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 13


terdiri dari beberapa lapisan penjaring dan harus dipakai menempel erat pada wajah tanpa
ada kebocoran. Masker ini membuat pernapasan pemakai menjadi lebih berat. Harganya
lebih mahal daripada masker bedah. Bila cara pemeliharaan dan penyimpanan dilakukan
dengan baik, maka respirator ini dapat digunakan kembali, maksimal untuk 5 hari.
Sebelum memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan fit test adalah :
1. Memeriksa sis masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat atau
lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak
dapat digunakan dan perlu diganti.
2. Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di sumbu titik
sambungan
3. Memastikan klip hidup yang terbuat dari logam dapat disesuaikan bentuk hidung
petugas.

Fungsi alat akan menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak menempel
erat pada wajah.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan keadaan demikian yaitu :
1. Adanya janggut atau rambut diwajah bagian bawah
2. Adanya gagang kacamata
3. Ketiadaan satu atau gigi kedua sisi yng dapat mempengaruhi perlekatan bagian
wajah masker.

C. Langkah-langkah menggunakan respirator

1. Genggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada
ujung jari-jari anda, biarkan tali pengikat respirtaor menjuntai bebas dibawah bebas
dibawah tangan anda.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 14


2. Posisikan respirator dibawah dagu anda dan sisi untuk hidung berada di atas

3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang
kepala anda diatas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan
posisikan tali pada kepala bagian atas (posisi tali menyilang)

4. Letakan jari-jari kedua tangan anda diatas bagian hidung yang terbuat dari logam.
Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti
bentuk hidung anda. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 15


5. Tutup bagian dengan respirator dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi
respirator tidak berubah
B. Edukasi dan penerapan hidup sehat pada penderita HIV – AIDS
Petugas harus mampu memberi edukasi yang adekuat mengenai pentingnya
menjalankan hidup sehat kepada pasien untuk mengurangi terjangkit penyakit
lain, membimbing serta mengawasi penderita HIV AIDS yang telah
mengkonsumsi ARV, selain itu petugas harus bisa memberikan wawasan atau
dorongan hidup untuk tetap bisa menjalani kehidupan yang lebih sehat.

C. Keselamatan dan Keamanan petugas Laboratorium


Konsep perlindungan diri petugas Laboratorium tetap mengacu pada
kewaspadaan standard dan kewaspadaan yang berdasarkan trasmisi melalui
pajanan dan trasmisi kontak (melalui luka baru yang terbuka) apabila sedang
memproses sampel penderita.
Kewaspadaan dalam melakukan prosedur Laboratorium perlu ditekankan
terutama terhadap sampel yang infeksius.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 16


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Salah satu prinsip yang menggaris bawahi implementasi layanan


VCT adalah layanan berkualitas, guna memastikan klien mendapatkan layanan
tepat dan menarik orang untuk menggunakan layanan. Tujuan pengukuran dari
jaminan kualitas adalah menilai kinerja petugas, kepuasan pelanggan atau klien,
dan menilai ketepatan protocol konseling dan testing yang kesemuanya bertujuan
tersedianya layanan yang terjamin kualitas dan mutu.

1. Konseling dalam VCT

Pelayanan konseling dimulai dengan suasana bersahabat yang


dilayani oleh konselor terlatih. Perangkat untuk menilai kualitas layanan
termasuk mengevaluasi kinerja seluruh staff VCT, penilaian kualitas konseling
dengan menghadirkan supervisor yang menyamar sebagai klien, melakukan
pertemuan berkala dengan para konselor, mengikuti perkembangan konseling
dan HIV AIDS, kotak saran, penilaian oleh petugas jasa, mengukur seberapa
jauh konselor mengikuti aturan protocol dan supervise suportif yang regular.

Perangkat jaminan mutu konseling dalam VCT:

a. Perangkat rekaman saat konseling dengan klien samaran atau klien


sungguhan yang telah memberikan persetujuan untuk direkam.

Kegiatan ini dapat digunakan untuk melakukan pengamatan, melakukan


ikhtisar sesudah sesi berlangsung (sesi rekam) atau pengamatan
ketrampilan konselor melalui klien samaran (tak diketahui konselor,
untuk mendapatkan ketepatan pengamatann

b. Formulir kepuasan pelanggan.

Nomor dan nama klien dicatat. Formulir dimasukkan ke kotak yang


aman dan terkunci. Semua komentar dikumpulkan dan dinilai pada
pertemuan dengan seluruh petugas. Klien yang tidak dapat menulis/mambaca
dapat dibantu relawan. Petugaasa yang bekerja pada institusi tidak
diperkenankan membantu pengisian. Baca terlebih dahulu petunjuk dan isi
dari formulir, kemudian baru diisi. Klien sama sekali tidak boleh
dipengaruhi pendapatnya, administrasi memastikan apakah jawaban
klien sudah lengkap dan benar sesuai petunjuk.

c. Syarat minimal layanan VCT.

Penilaian internal atau eksternal dapat menggunakan daftar sederhana


apakah pelayanan VCT memenuhi persyaratan standar minimal
yang ditentukan Departemen Kesehatan dan WHO.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 17


2. Testing pada VCT
Perangkat jaminan testing mutu dalam VCT adalah Supervise laboratorium. Untuk
melakukan supervise atas proses pemeriksaan laboratorium, harus dilakukan oleh
teknisi laboratorium senior yang mahir dan telah dilatih penanganan
pemeriksaan laboratorium HIV :
1. Pengamatan akan proses kerja sampel, sesuaikan dengan SPO yang telah
ditetapkan.
2. Periksa dan dukung proses dan kualitas pemeriksaan
sampel.
3. Periksa pencatatan dan pelaporan hasil
testing HIV
4. Periksa cara penyimpanan semua peralatan dan
reagen
5. Pastikan jaminan kualitas pada pusat jaminan
kualitas.
6. Lakukan penilaian akan peralatan kerja dalam menjalankan fungsi
pemeriksaan cukup baik, perlu perbaikan atau rusak dan perlu penggantian.
7. Gunakan ceklis
pemeriksaan
8. Nilailah kemampuan para personil dan sampaikan rekomendasi pada para
manajer
9. Pastikan adanya rujukan pasca
pajanan.

BAB IX
PENUTUP

1. Sarana Dan Prasarana

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 18


Klinik VCT merupakan pintu utama pelayanan HIV AIDS dalam
pemenuhan sarana dan prasarana masih membutuhkan dukungan dari semua
pihak.

2. Perangkat Lunak

Tim Penanggulangan HIV AIDS sudah terbentuk, namun dalam


melaksanakan kegiatannya masih mengalami banyak kendala dikarenakan RS
Tadjuddin Chalid oleh karena itu masih perlu banyak membutuhkan kerjasama
dengan pihak pihak yang dapat mendukung pelaksanaan program nasional
penanggulangan HIV AIDS ini, mensosialisasikan pelayanan VCT ini kesemua
pihak, baik intern maupun ekstern.

3. Sumber Daya Manusia

Kapasitas sumber daya manusia dan keterampilan klinik masih


dalam proses mengikuti training yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Makassar tentang pelayanan HIV AIDS secara berkala.

4. Sistim Informasi Dan Jejaring

RS Tadjuddin Chalid bekerjasama dengan Komisi Penanggulangan AIDS


daerah dan pemerintah.

Pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Dr Tadjuddin Chalid Page 19

Anda mungkin juga menyukai