PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
HIV adalah Human Immunodeficiency Virus (virus yang menyebabkan berkurang atau
menurunnya kekebalan tubuh) sedang AIDS adalah Acquired Immunodeficiency Syndrome
(sindrom cacat kekebalan tubuh yang di dapat), yang merupakan kumpulan gejala-gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Virus HIV
akan masuk dan merusak sel sel darah putih, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai
pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya sistem kekebalan tubuh
menjadi lemah dan penderita mudah terkena berbagai penyakit, kondisi ini disebut AIDS.
Data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional program PBB (Perserikatan
Bangsa-Bangsa) mengenai HIV-AIDS, menyebutkan bahwa dalam dua dasa warsa terakhir ini,
lebih dari 60 juta orang telah terserang virus HIV-AIDS, dan 20juta diantaranya meninggal.
Dan sepertiga dari penderita HIV-AIDS di dunia adalah orang muda, berusia di bawah 25
tahun.
Di seluruh dunia setiap 11 detik seorang tewas akibat AIDS dan satu orang tertular
virus AIDS setiap enam detik. “penyakit tersebut akan merenggut 68 juta jiwa lagi jika upaya
pencegahan tidak ditingkatkan” kata UNAIDS (United Nations AIDS).
B. LATAR BELAKANG
Jumlah orang yang berisiko tertular HIV-AIDS di Indonesia antara 12-19 juta orang
dan jumlah kasus HIV-AIDS yang sebenarnya di Indonesia belum diketahui dangan pasti, tapi
para ahli memperkirakan pada tahun 2012 jumlahnya mencapai 591.823 .Di Sulawesi Selatan
masih sekitar 4015 pada tahun 2014 ODHA yang mengakses layanan HIV. Sekitar 94% kasus
kumulatif HIV-AIDS di Indonesia terdapat pada usia produktif yaitu usia 15-49 tahun dan
mengenai terutama usia 20-29 tahun lebih banyak dibandingkan usia 30-39 tahun. Hal ini
terjadi karena sebagian besar penderita usia muda tersebut adalah pengguna NAPZA (Narkoba
Psikotropika Zat Adiktif) suntik. Jika di lihat dari jenis kelamin, maka proporsi kasus HIV-
AIDS sebagian besar adalah laki-laki, yaitu 79% dan pada perempuan 21 %.
Program Penanggulangan HIV/AIDS sudah menjadi perhatian utama jajaran
pimpinan Rumah Sakit dalam upaya melindungi karyawan, keluarga dan
masyarakat. Serta adanya kebutuhan untuk memaksimalkan cakupan dan kualitas
program dan layanan HIV/AIDS yang komprehensif khususnya di lingkungan layanan
Kesehatan.
10
Adanya fakta bahwa deteksi dini infeksi HIV sangat penting menentukan
prognosis perjalanan infeksi HIV dan mengurangi risiko penularan maka disusunlah
Pedoman pelayanan yang memudahkan petugas kesehatan menjalankan tugasnya
dengan optimal, khususnya dalam penanganan klinis HIV sehubungan dengan deteksi
dini HIV, perawatan, pengobatan dan pencegahan
C. TUJUAN
A.Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian melalui peningkatan mutu pelayanan
dengan memberi penyuluhan dan penjelasan tentang perubahan perilaku yang mengurangi
resiko mendapat infeksi dan penyebaran virus HIV-AIDS
B.Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS
2. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumberdaya dan manajemen yang sesuai.
3. Memberi perlindungan dan konfidensialitas dalam pelayanan konseling dan testing
HIV/AIDS.
11
E. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional dari pelayanan HIV-AIDS sebagai berikut :
1. Pelayanan VCT
- Penerimaan klien
- Konseling pra tes HIV/AIDS
- Konseling pasca tes HIV/AIDS
2. Pelayanan PITC
- Konseling pra Tes di polik, IGD dan IGD Bersalin
3. Jejaring internal adalah jejaring yang di buat di dalam rumah sakit yang meliputi seluruh unit
yang menangani pasien HIV-AIDS.
4. Jejaring eksternal adalah jejaring yang bekerja sama antara dinas kesehatan, rumah sakit lain,
puskesmas, dan unit pelayanan kesehatan ( UPK ) lainya dalam penanggulangan HIV-AIDS.
F. LANDASAN HUKUM
a) Undang-undang Republik Indonesia no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara RI tahun 1992 no. 100, tambahan lembaran negara RI no. 2495)
b) Undang-Undang Republik Indonesia no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaga Negara RI tahun 2004 no. 116, tambahan lembaran negara RI no. 4431)
c) Undang Undang Republik Indonesia no. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(lembaran negara RI tahun 2004 no. 125, tambahan lembaran negara RI no. 4437).
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI no.59b/menkes/SK/per/ll/1988 tentang RS.
e) Kemenkes RI nomor 1333/menkes/SKA/ll/1999 tentang standar pelayanan RS.
f) Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 131/menkes/SK/l!/2004 tentang sistem Kesehatan
Nasional diatur upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
g) Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 1575/menkes/per/XI/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
h) Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 1045/menkes/per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan.
i) Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor512/menkes/per/IV/2007 tentang izin praktek dan
pelaksanaan praktik kedokteran.
12
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
3. Petugas Laboratorium
1. Melakukan pemeriksaan Laboratorium sesuai prosedur dan standar yang ditetapkan
2. Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
3. Melakukan pencegahan pasca pajanan
4. Mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pemeriksaan Laboratorium
5. Mencatat hasil testing yang sesuai dengan nomor identitas klien
Melakukan pencatatan dan menjaga kerahasiaan hasil
4. Recording dan Reporting (RR)
1. Mencatat dan melaporkan jumlah pasien yang masuk dalam pelayanan HIV/AIDS
15
2. Menyimpan data tersebut sebagai dokumentasi kepada rekam medis RS Tadjuddin Chalid.
5. Administrasi
Petugas administrasi atau sekretaris adalah seseorang yang memiliki keahlian di bidang
administrasi dan berlatar belakang minimal setingkat SLTA.
Tugas sekretaris / administrasi :
1. Bertanggung jawab terhadap Penanggung jawab unit VCT
2. Bertanggung jawab terhadap pengurusan perijinan klinik VCT dan regristasi konselor
VCT.
3. Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait.
4. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, melakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisa data
5. Membuat pencatatan dan pelaporan.
Struktur Organisasi Pelayanan HIV/AIDS
RS Dr Tadjuddin Chalid Makassar
Pendukung/Penasehat
Konselor
Laboratorium Administrasi
Reporting &
Recording
16
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Instalasi
Keterangan
17
B. Standar Fasilitas
Fasilitas Pelayanan HIV-AIDS di RS Tadjuddin Chalid terdiri dari poli VCT sebagai pintu masuk
pasien yang datang untuk tes HIV secara sukarela, dan pelayanan PITC yang bertempat di
beberapa poli, IGD, IGD bersalin, dan ruang perawatan inap yang mengarahkan pasien dengan
gejala klinis tertentu untuk mengikuti tes HIV.
Standar fasilitas poli VCT sebagai berikut :
a. Sarana
1) Papan petunjuk
Papan petunjuk dipasang yang jelas untuk memudahkan akses klien ke klinik VCT. Juga
di depan ruang klinik VCT bertuliskan Pelayanan VCT / Klinik VCT
2) Ruang Tunggu
3. Ruang Konseling
Ruang konseling disediakan senyaman mungkin dan terjaga kerahasiaannya serta
terpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan sampel darah.
Ruang Konseling dilengkapi :
– 1 meja dan 3 kursi (Tempat duduk bagi klien maupun konselor)
– Buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, formulir informed consent,
catatan medis klien, formulir pre dan pasca testing, buku rujukan, formulir rujukan,
kalender dan ATK
– Kondom dan alat peraga organ genitalia pria, alat peraga organ genitalia wanita
– Buku resep gizi seimbang
– Lemari arsip / lemari dokumen yang dapat dikunci
18
d. Ruang Pengambilan Sampel Darah
Ruang Pengambilan Sampel Darah dilengkapi peralatan :
Peralatan :
– Jarum vacuntainer
– Tabung vacuntainer
– Holder vacuntainer
19
– Alcohol swab
– Plester
– Wadah limbah tahan tusukan
– Coolbox container
– Sarung tangan karet
– Apron plastic
f.Pra
sara
na
1) Aliran Listrik
Diperlukan untuk penerangan yang cukup baik, untuk membaca,
menulis serta untuk pendingin ruangan
2) Air
Diperlukan air mengalir untuk menjaga kebersihan ruangan dan
mencuci tangan serta membersihkan alat-alat
3) Sambungan Telepon
Diperlukan terutama untuk komunikasi dengan layanan lain yang terkait
4) Pembuangan Limbah Padat dan Limbah Cair
Mengacu kepada pedoman kewaspadaan transmisi di pelayanan
kesehatan tentang pengolahan limbah
Pasien
Pendaftaran
POLI VCT/KTS
Konseling Pra-Tes
Setuju : melengkapi formulir & informed concent
Menolak : membuat jadwal pertemuan
LABORATORIUM
POLI VCT
KONSELING POST-TEST
(j). Konfindensialitas
Persetujuan untuk mengungkapkan status HIV seorang individu kepada
pihak ketiga seperti institusi rujukan, petugas kesehatan yang secara tidak
langsung melakukan perawatan kepada klien yang terinfeksi dan pasangannya,
harus senantiasa diperhatikan. Persetujuan ini dituliskan dan dicantumkan dalam
catatan modik. Konselor bertanggung jawab mengomunikasikan secara jelas
perluasan konfidensialitas yang ditawarkan kepada klien. Dalam keadaan normal,
penjelasan rinci seperti ini dilakukan dalam konseling pra testing atau saat
penandatanganan kontrak pertama. Berbagai konfidensialitas, artinya rahasia
diperluas kepada orang lain, harus terlebih dulu dibicarakan dengan klien. Orang
lain yang di maksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai, orang yang
merawat, teman yang bisa dipercaya, atau rujukan peayanan lainnya ke pelayanan
medik dan keselamatan klien. Konfidensialitas juga dapat dibuka jika diharuskan
oleh hukum (statutory) yang jelas. Contoh, ketika kepolisian membutuhkan
pengungkapan status untuk perlindungan kepada korban perkosaan.
1. Sidrap
2. Bekerjasama dengan Global Fund komponen AIDS
3. Bekerjasama dengan KPA (komisi penangulangan AIDS)
4. Bekerjasama dengan LSM
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Jenis Respirator.
Fungsi alat akan menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak menempel
erat pada wajah.
Beberapa hal yang dapat menimbulkan keadaan demikian yaitu :
1. Adanya janggut atau rambut diwajah bagian bawah
2. Adanya gagang kacamata
3. Ketiadaan satu atau gigi kedua sisi yng dapat mempengaruhi perlekatan bagian
wajah masker.
1. Genggamlah respirator dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung pada
ujung jari-jari anda, biarkan tali pengikat respirtaor menjuntai bebas dibawah bebas
dibawah tangan anda.
3. Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi dibelakang
kepala anda diatas telinga. Tariklah tali pengikat respirator yang bawah dan
posisikan tali pada kepala bagian atas (posisi tali menyilang)
4. Letakan jari-jari kedua tangan anda diatas bagian hidung yang terbuat dari logam.
Tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti
bentuk hidung anda. Jangan menekan respirator dengan satu tangan karena dapat
mengakibatkan respirator bekerja kurang efektif.
BAB IX
PENUTUP
2. Perangkat Lunak