Anda di halaman 1dari 5

ASUHAN KEBIDANAN II

Di Susun oleh Kelompok 4 :

Hanifa Madihatillah (17.156.02.11.051)

Rada Oktavia ( 17.156.02.11.065)

Shanti Sulastri (17.156.02.11.068)

Kelas : 2B Kebidanan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA

Jl. Cut Mutia Raya No.88A Sepanjang Jaya Rawalumbu

Kota Bekasi Jawa Barat 17113

Tahun Ajaran 2018-2019


PEMBAHASAN

I. Mampu menguraikan pembinaan melalui konseling pada akseptor KB dengan


pemakaian kondom
1. Kondom Pria
a. Kondom harus ditempatkan sebelum penis mendekati genitalia
wanita karena virus HIV dapat ditemukan dalam cairan
preejakulasi
b. Saat menggunakan kondom dengan ujung datar harus
disediakan ruang sepanjang ½ inchi yang berfungsi sebagai
tempat pengumpulan semen, untuk mengurangi kemungkinan
kondom robek pada saat ejakulasi
2. Kondom untuk Wanita
a. Memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap penyakit
seksual yang di tularkan lewat kulit, seperti : HPV, Virus Herpes
Simpleks, Sifilis, Kankroid, karena alat kontrasepsi tersebut
menutupi sebagian besar area yang terpajan dan menjadi
penghalang antara introitus, vulva, dan pangkal penis
b. Bidan harus mempunyai cukup waktu untuk memberi petunjuk
dan kesempatan praktek bagi wanita yang memilih metode
kontrasepsi ini, karena keberhasilan dalam memasukkan
kondom sangat penting untuk keefektifan penggunaannya
II. Konseling pada akseptor KB dengan pemakaian pil
a. Bidan harus mengevaluasi setiap wanita yang mengalami retardasi
mental pada tingkat apapun untuk memastikan mereka mampu
mengkonsumsi dan mampu membuat keputusan
b. Bidan harus membicarakan tentang resiko HIV/AIDS atau penyakit
menular seksual lainnya
c. 40% wanita pengguna pil ini mengalami atau merasa mengalami efek
samping
d. Keadaan harus ditanggapi dengan serius dan bidan harus menjelaskan
petunjuk antisipasi secara cermat kepada wanita sehingga ia tidak
sesukanya menghentikan tanpa di evaluasi untuk menentukan penyabab
gejala
e. Bahwa setiap wanita memiliki mekanisme pembentukan dan
keseimbangan hormonnya, oleh karena itu pil-pil dengan merek sama
dapat menyebabkan kelebihan hormonal pada satu wanita dengan
menyebabkan defesiensi hormonal pada wanita lain
f. Kelompok wanita tersebut akan sama-sama mengalami efek samping,
tetapi efek samping yang dialami berbeda karena pola hormonal yang
mendasari juga berbeda.
1. Memilih dan memulai penggunaan pil
a. Pertimbangkan pemberian pil tergantung pada posisi wanita
tersebut sehubungan dengan siklus menstruasinya
(mengalami aborsi, baru melahirkan atau sedang menyusui)
b. Kombinasi kontrasepsi hormonal oral dapat dimulai pada
minggu ketiga pasca melahirkan bagi wanita yang tidak
menyusui
c. Menunda kontrasepsi sampai minggu ketiga pasca partum
akan menghindari peningkatan resiko tromboflebitis dan
tromboemboli selama dua minggu pertama pasca melahirkan
d. Ovulasi pasca partum diduga jarang terjadi sebelum minggu
keempat pasca partum, namun setelah minggu ke enam pasca
partum, ovulasi sekali mungkin sudah terjadi
e. Kontrasepsi hormonal oral dapat dimulai segera setelah
aborsi trimester 2. Wanita pasca aborsi dan wanita yang baru
melahirkan cukup bulan secara biologis tentu saja tidak
normal bila di tinjau dari kadar hormonnya, pulihnya ovulasi,
ataupun perbaikan desidua
III. Konseling pada akseptor KB dengan pemakaian suntikan
a. Tidak melakukan pemijatan pada area penyuntikan sedikitnya selama
beberapa jam
b. Sampaikan juga bahwa ia akan mengalami menstruasi yang tidak teratur
dan anjurkan minum suplement calsium 1000 mg setiap hari
c. Bidan juga harus membahas tentang makanan kaya kalsium seperti :
susu, keju, ikan sarden, dan tahu
d. Saat ini hanya di ketahui satu interaksi obat aminoglutetimide, sebuah
obat kanker yang secara signifikan dapat mengurangi keefektifan
depoprovera
e. Klien kemudian di jadwalkan untuk melakukan kunjungan ulang dalam
12minggu atau 3bulan
f. Apalagi jika klien tidak menepati janji kunjungannya, tetapi kemudian
datang dalam 14minggu untuk kembali mendapat suntikan maka ia
masih mendapat perlindungan kontrasepsi
g. Namun apabila lebih dari 14minggu telah berlalu dan klien masih belum
mengunjungi bidan setelah suntikan berakhir, bidan harus memastikan
bahwa klien tidak hamil sebelum diberikan suntikan berikutnya
h. Untuk mencegah kehamilan sangatlah bermanfaat bagi klien untuk
menggunakan spermisida dan kondom setelah 13minggu
i. Atau bagi bidan dapat meresepkan darurat
j. .
k. .
l. .
m. .
IV. Konseling pada akseptor KB dengan pemakaian AKDR
V. Konseling pada akseptor KB dengan pemakaian Norplant
a. Sebagian besar penkes, konseling dan instruksi bagi klien mengenai
system norplant akan dilakukan selama proses memilih metode
kontrasepsi
b. Konseling yang adekwat sebelum melakukan metode ini akan
membutuhkan proses panjang untuk memastikan klien tidak
menggunakan penggunaan oleh karena itu akibat timbulnya efek
samping
c. Instruksi bagi klien setelah pemasangan norplant antara lain
mengingatkan bahwa system norplant tidak dapat melindungi klien dari
penularan HIV
d. Klien dijadwalkan untuk pemeriksaan kesehatan tahunan
e. Selain itu bidan perlu menekankan manfaat pemeriksaan kesehatan
tersebut
VI. Konseling pada akseptor KB dengan pemakaian Tubektomi dan Vasektomi
a. Bidan harus memberikan penjelasan tentang berbagai alternative
pengendalian kehamilan permanen dan sementara
b. Sterilisasi tidak melindungi HIV/AIDS
c. Konseling difokuskan untuk membicarakan rasa takut dan pemahaman
yang keliru tentang sterilisasi
d. Rasa takut untuk diubah, gairah, fungsi, dan kenikmatan seksual
penurunan tidak benar kecuali hal tersebut disebabkan oleh faktor psikis
e. Bidan harus mengetahui seluruh persyaratan prosedur sterlisasi di
tingkat pemerintah, masyarakat dan institusi
f. Siap dan pastikan setiap sterilisasi tidak dalam kondisi kejiwaan yang
tidak kompeten atau tidak mendapat informasi lengkap
g. Informed consent

Anda mungkin juga menyukai