Anda di halaman 1dari 18

BISNIS, LINGKUNGAN HIDUP, DAN ETIKA

MATA KULIAH ETIKA

Kelas: N

Dosen: Cosmas Lili Alika, S.Pd, M.Hum., Lic.Th

Anggota Kelompok:
1. 2014120017 Rizky Dewi Affandi
2. 2014120192 Kurniawan
3. 2014130157 Metta Kusumah Wardhana
4. 2014620053 Georgeous Fabrian A.B.
5. 2014620057 Nancy Vania Hendrawan
6. 2014620081 Juan Christoper
7. 2014620091 Joshua Jacob
8. 2014620101 Ferris Ewaldo Mulyadi

LEMBAGA PENGEMBANGAN HUMANIORA


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2015
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................2


1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 3
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................................3
1.4 Tujuan Pembahasan Masalah ...............................................................................3

BAB II KERANGKA TEORITIS ......................................................................................... 4


2.1 Krisis Lingkungan Hidup .....................................................................................4
2.2 Permasalahan Lingkungan Hidup ........................................................................4
2.3 Lingkungan Hidup Dan Ekonomi ........................................................................5
2.4 Pembangunan Berkelanjutan Dapat Mendamaikan Pandangan Ekonomi dan
Lingkungan Hidup .............................................................................................. 5
2.5 Hubungan Manusia Dengan Alam .......................................................................6
2.6 Dasar Etika Untuk Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup ....................6
2.7 Implementasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup ............................ 6

BAB III PENYAJIAN KASUS ............................................................................................. 7


3.1 Lokasi ...................................................................................................................7
3.2 Penyebab ..............................................................................................................8
3.3 Dampak ................................................................................................................9
3.4 Upaya Penanggulangan ........................................................................................ 10
3.5 Profil Perusahaan .................................................................................................10

BAB IV ANALISIS KASUS .................................................................................................15

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP ............................................................................16

BAB VI LAMPIRAN ............................................................................................................17


Daftar hadir dan penilaian setiap anggota kelompok .................................................17
Daftar Pustaka ............................................................................................................17

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia memiliki teritori atau wilayah yang sangat luas meliputi
ribuan pulau (kecil maupun besar) sehingga negara Indonesia disebut sebagai Daerah
Khatulistiwa. Banyaknya kepulauan-kepulauan ini dapat memberikan variasi budaya,
adat istiadat, bahasa pada setiap daerah atau kepulauan yang ada di negara Indonesia.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan sebagai bahasa
nasional, sehingga negara Indonesia menjadi negara kesatuan.

Begitu pula dengan bervariasinya budaya, sumber daya alam yang ada pada
negara Indonesia pun bervariasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pusat atau sumber
energi. Sumber energi yang untuk memenuhi segala kebutuhan pasar global (untuk
kebutuhan negara lain (ekspor) maupun kebutuhan lokal atau dalam negeri).
Kepulauan-kepulauan di Indonesia sendiri banyak mengandung sumber daya alam
(SDA) yang meliputi gas, minyak bumi, logam, batubara, dan lain-lain.

Sumber daya alam ini dapat bersifat menguntungkan dan merugikan. Jika
sumber daya alam ini disalahgunakan, maka sumber daya alam akan berakibat fatal
dan merugikan segala pihak, dan sebaliknya. Dan ini terjadi pada bencana Lumpur
Lapindo Brantas Sidoarjo-Jawa Timur. Sumber daya alam (minyak bumi dan gas)
yang terjadi pada kasus lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo ini bersifat merugikan yang
dikarenakan adanya kesalahan prosedur saat pengeboran gas dan minyak bumi.
Lumpur Lapindo ini mengakibatkan pengaruh yang berakibat fatal pada lingkungan
dan masyarakat sekitar. Dampak terjadinya lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo, Jawa
Timur ini mengakibatkan segala aktivitas baik industri, pabrik, fasilitas-fasilitas
umum dan sosial, dan lain-lain pada daerah lingkupan lumpur lapindo tersendat atau
terhenti.

Dalam hal ini pemerintah tidak dapat bertindak kecuali melakukan suatu
tinjauan untuk dapat memberikan instruksi atau perintah kepada pihak yang
bertanggung jawab agar lumpur lapindobrantas dapat diberhentikan. Jaminan atau

2
janji pemerintah dan pihak penanggung jawab dengan korban lumpur lapindo
mengenai ganti rugi di mana lahan yang telah terlewati dengan lumpur lapindobrantas
masih kurang memadai dalam segi kesejahteraan baik tempat tinggal, tempat ibadah,
gedung-gedung, sekolah atau pendidikan, pabrik-pabrik atau fasilitas-fasilitas umum
dan sosial lainnya yang masihbelum terlihat kesejahteraan korban lumpur Lapindo
Brantas Sidoarjo sampai sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi terjadinya peristiwa ledakan lumpur lapindo?


2. Apa saja yang menyebabkan ledakan tersebut dapat terjadi?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ledakan lumpur tersebut?
4. Bagaimana cara yang dilakukan untuk mengatasi ledakan tersebut?

1.3 Batasan Masalah

Pada makalah ini terdapat pembatasan masalah yang ditujukan agar ruang
lingkup penguraian mengenai penulisan makalah dapat lebih jelas dan terarah.
Batasan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Munculnya bencana Lumpur Lapindo Brantas Sidoarjo – JawaTimur.


2. Membahas mengenai atensi pemerintah mengenai kesejahteraan korban bencana
Lumpur Lapindo Branstas Sidoarjo - JawaTimur, jika dilihat dalam segi
kesejahteraan umum.
3. Mengetahui bagaimana kinerja pemerintah dalam penanganan kasus bencana
yang terjadi di Indonesia, khususnya pada Lumpur Lapindo.

1.4 Tujuan Pembahasan Masalah

1. Mengetahui kronologi terjadinya peristiwa ledakan lumpur lapindo.


2. Apa saja dampak-dampak yang ditimbulkan dari peristiwa ledakan lumpur.
3. Mengetahui tindakan kasus lumpur yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi peristiwa ledakan lumpur lapindo yang dikhususkan pada
kesejahteraan umum bagi korban Lumpur Sidoarjo, Jawa Timur.

3
BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Krisis Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup baru mulai disadari sepenuhnya dalam tahun 1960-
an. Akibat dari bisnis modern :

a. Mengandaikan bahwa komponen-komponen lingkungan, seperti air dan udara


merupakan barang umum, sehingga boleh dipakai seenaknya

b. Mengandaikan bahwa sumber daya alam seperti air dan udara itu tak terbatas.

2.2 Permasalahan Lingkungan Hidup

1. Akumulasi bahan beracun


a. Pembuangan limbah industri pabrik kimia ke sungai atau laut
b. Penggunaan pestisida
c. Penggunaan herbisida
d. Penggunaan fosfat untuk deterjen
e. Banyak jenis platik, misalnya polystyrene
2. Efek rumah kaca
a. Naiknya suhu permukaan bumi disebabkan oleh efek rumah kaca/greenhouse
effect.
b. Panas yang diterima bumi karena penyinaran matahari terhalang oleh partikel-
partikel gas CO2 yang terlepas dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti
minyak bumi, batubara yang diproduksi oleh pabrik dan kendaraan bermotor.
3. Perusakan lapisan ozon
a. Adanya pelepasan bahan CFC ke udara.
b. Kaleng penyemprotan aerosol
c. Lemari es
d. Alat penyejuk ruangan
e. Karet busa

4
Dengan berlubangnya lapisan ozon radiasi ultraviolet dari matahari
mencapai permukaan bumi mengakibatkan penyakit kanker kulit, penyekit
mata katarak, penurunan kekebalan tubuh, kerusakan bentuk-bentuk
kehidupan dalam laut dan tanaman di darat.
4. Hujan asam
5. Deforestasi dan penggurunan
a. Penebangan hutan dan pembakaran hutan
b. Erosi
c. Pendangkalan laut dan sungai
d. Kualtias tanah menurun, menjadi tidak subur
e. Kesediaan air tanah menjadi berkurang
f. Terjadinya perembesan air laut ke dalam darat, akibat dari penghisap air tanah
6. Kematian bentuk-bentuk kehidupan

2.3 Lingkungan Hidup dan Ekonomi

1. Lingkungan hidup sebagai the commons:


a. Lingkungan hidup sebagai ranah umum, dianggapnya tidak ada pemilik dan
tidak ada kepentingan pribadi (dulu).
b. Dengan adanya kepemilikan dalam kuantitas besar oleh orang-orang kaya,
lingkungan hidup menjadi ranah pribadi atau privat.
c. Dengan adanya pertumbuhan penduduk lingkungan hidup diperuntukkan
perumahan, adanya privatisasi.
2. Lingkungan hidup tidak eksternalitas
3. Pembangunan berkelanjutan

2.4 Pembangunan Berkelanjutan Dapat Mendamaikan Pandangan Ekonomi dan


Lingkungan Hidup

1. Kelompok yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan yang menolak


pertumbuhan
a. Pertumbuhan tetap dimungkinkan, asalkan masa depan terbuka prospek
ekonomi yang berkualitas sama.

5
2. Kelompok yang menomorsatukan lingkungan hidup dan menomorsatukan ekonomi
yang berdasarkan teknologi maju
a. Adanya konsensus untuk bersama-sama melestarikan lingkungan hidup demi
massa depan bumi kita.
b. Kelompok satu tidak perlu mengorban kelompok yang lainnya.

2.5 Hubungan Manusia Dengan Alam

1. Ciri khas dari sikap manusia modern adalah usahanya untuk menguasai dan
menaklukkan alam
 Alam dipandang bagaikan binatas buas yang perlu dijinakan oleh manusia
2. Dengan metode ilmu pengetahuan baru (Descrates 1596-1650), kita dapat menjadi
penguasa dan pemilik alam
 Manusia di satu pihak dan alam di pihak lain, yang kemudian diolah, dikerjakan
dan dimanfaatkan sesuai dengan tujuan manusia
3. Pendekatan teknokratis, yaitu cara mendekatkan kita dengan, kita akan mendapt
manfaat dari alam
 Alam dilihat sebagai sarana
 Alam didekati dengan kekerasan, destruktif, digali, dan dibongkar untuk
mendapatkan sumberdaya alam

2.6 Dasar Etika Untuk Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup

1. Hak dan Deontologi


2. Utilitarisme
3. Keadilan

2.7 Implemtasi Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Hidup

1. Siapa yang harus membayar?


2. Bagaimana beban dibagi?
3. Etika dan hukum lingkungan hidup

6
BAB III

PENYAJIAN KASUS

Lumpur Lapindo

Banjir lumpur panas Sidoarjo, juga dikenal dengan sebutan Lumpur


Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi), adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di
lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29
Mei 2006.

3.1 Lokasi

 Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan
Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo.

 Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-
1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas Inc sebagai
operator blok Brantas.

 Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya
Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta
jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi.

Porong, Sidoarjo Jalur Kereta Api Surabaya

7
3.2 Penyebab

Bencana Lumpur Lapindo disebabkan oleh prognosis pengeboran yang salah


saat merencanakan kegiatan pengeboran sumur Banjar Panji-1 oleh Perusahaan
Lapindo Brantas, Inc yang merupakan anak perusahaan PT Energi Mega Persada.
Kegiatan ini berlangsung pada awal Maret 2006. Pada awalnya pengeboran sumur
tersebut direncanakan hingga kedalaman 8.500 kaki (2.590 meter) untuk mencapai
formasi Kujung (batu gamping). Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak
ada formasi Kujung-nya. Selama mengebor mereka tidak meng-casing (memasangkan
selubung bor) lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama
pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah
berusaha menerobos tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo (Medici).

Setelah kedalaman 9.297 kaki, mata bor menyentuh formasi Klitik. Batu
gamping formasi Klitik sangat porous (berlubang-lubang). Akibatnya lumpur yang
digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu
gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan
lumpur di permukaan.

Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha
menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga
dipotong. Sesuai prosedur standar, operasi pengeboran dihentikan, perangkap Blow
Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup dan segera dipompakan lumpur pengeboran
berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Namun, yang terjadi
adalah fluida formasi bertekanan tinggi sudah telanjur naik ke atas sampai ke batas
antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inci. Di
kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil dan kemungkinan
banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan.

Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang


sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan
berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi dan
berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area
sumur, bukan di sumur itu sendiri.

8
3.3 Dampak

 Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Porong, Jabon


dan Tanggulangin.

 lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan


padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul,
Besuki Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2
sapi dan 7 ekor kijang terendam lumpur

 Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan


merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena
dampak lumpur ini.

 Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak
bekerja.

 Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta
rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)

 Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak
1.683 unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480,
Renokenongo 428, Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri),
kantor 2 (Kantor Koramil dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15
unit.

 Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal


persawahan

 Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan
lumpur dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam .

 Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan,
dan mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-
Mojosari-Porong dan jalur Waru-tol-Porong.

 Tak kurang 600 hektare lahan terendam.

9
 Sebuah SUTET (saluran udara tegangan ekstra tinggi) milik PT PLN dan seluruh
jaringan telepon dan listrik di empat desa serta satu jembatan di Jalan Raya Porong
tak dapat difungsikan.

 Penutupan ruas jalan.

3.4 Upaya Penanggulangan

 Membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur. Namun, lumpur terus
menyembur setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul dapat jebol, yang
mengancam tergenanginya lumpur pada permukiman di dekat tanggul.

 Membuat waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektare, dengan
mengungsikan 12.000 warga. Kementerian Lingkungan Hidup mengatakan, untuk
menampung lumpur sampai Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare
waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare lagi yang sanggup memenuhi
kebutuhan hingga Juni 2007. Akhir Oktober, diperkirakan volume lumpur sudah
mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal tanpa sebab yang jelas.

 Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk memadamkan lumpur berikut
menanggulangi dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim terdiri dari
perwakilan Lapindo, pemerintah, dan sejumlah ahli dari beberapa universitas
terkemuka. Di antaranya, para pakar dari ITS, Institut Teknologi Bandung, dan
Universitas Gadjah Mada. Tim Satu, yang menangani penanggulangan lumpur.
Tujuan jangka pendeknya adalah memadamkan lumpur dan mencari penyelesaian
cepat untuk jutaan kubik lumpur yang telah terhampar di atas tanah.

3.5 Profil Perusahaan

 PT Energi Mega Persada Tbk (EMP)

Logo :

10
Industri/jasa : Minyak dan Gas Bumi

Didirikan : 16 Oktober 2001

Kantor pusat : Bakrie Tower Lantai 32, Rasuna Epicentrum, Jalan H.R.
Rasuna Said, Jakarta

Tokoh penting : Suyitno Patmosukismo, Presiden Komisaris Christopher


Basil Newton, Presdir & CEO

Visi Perusahaan : Menjadi pemimpin dalam produsen minyak dan gas


independen terkemuka di Asia yang menjunjung tinggi
keselamatan, kesehatan dan kelestarian lingkungan guna
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Anak Perusahaan : RHI Corporation (RHI), Kondur Petroleum S.A., PT. Imbang
Tata Alam, Kalila Energy Ltd. (KEL), Pan Asia Enterprise
Ltd., Lapindo Brantas Inc., Energi Mega Pratama Inc. (EMP
Inc.), EMP Kangean Limited, EMP Exploration (Kangean)
Limited, Malacca Brantas Finance B.V. (MBF).

Hasil Akuisisi : PT. Tunas Harapan Perkasa (THP), Semberani Persada Oil
(Semco), Semberah Group Shallow Rights TAC
(Semberah TAC), PT. Insani Mitrasani Gelam (IMG),
Sungai gelam A, B dan D TAC (Sungai Gelam TAC), Costa
International Group Ltd. (Costa), Gerbang PSC Block, Kalila
(Bentu) Ltd. (Bentu).

Situs web : http://www.energi-mp.com/

PT Energi Mega Persada merupakan salah satu perusahaan hulu minyak dan
gas (migas) yang berdiri secara independen dengan kantor pusat di Jakarta, sebagai
produsen aktif serta pengembang di sektor hulu migas. Sejak berdirinya,
perusahaan ini berupaya untuk terus melakukan ekspansi guna melebarkan sayap
bisnisnya. Pada bulan Februari 2003, perusahaan mengakuisisi RHI Corp (RHI)

11
yang merupakan pemilik dari Kondur Petroleum S.A. (Kondur). Selanjutnya pada
Februari 2004, perusahaan kembali mengakuisisi PT Imbang Tata Alam (ITA).
Sebulan kemudian pada Maret 2004, EMP kembali mengakuisisi Kalila Energy
Ltd. (KEL) sekaligus Pan Asia Enterprise Ltd. (PAN) yang menjadi pemilik 100%
dari Lapindo Brantas Inc (Lapindo). Lapindo sendiri merupakan operator dari
Brantas PSC.

Perkembangan perusahaan ini semakin pesat seiring dengan penawaran


umum perdana yang dilakukan. Puncaknya terjadi saat perusahaan berhasil
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak Juni 2004 dengan kode
ENRG. Usaha perusahaan untuk terus menjadi salah satu perusahaan migas terpadu
di Indonesia dilakukan dengan terus mengakuisisi beberapa perusahaan serta
menjalin kerjasama dengan mitra bisnis lainnya. Bulan Agustus 2004, EMP
kembali mengambil alih Energi Mega Pratama Inc. yang merupakan pemegang
kepemilikan akan Kangean PSC melalui EMP Exploration (Kangean) Ltd. dan
EMP Kangean Ltd.

Mengawali tahun 2006, perusahaan ikut serta dalam pembelian aset PT


Tunas Harapan Perkasa (THP) dengan mendukung kebutuhan modal kerja sebesar
Rp 832 miliar. Pada waktu yang itu, perusahaan mengakuisisi THP dengan total
sebesar 308,6 miliar dollar AS. Perusahaan kemudian menutup transaksi dengan
Mitsubishi corporation dan Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. untuk
memperkenalkan mereka sebagai mitra strategis melalui anak perusahaannya yakni
Energi Mega Pratama Inc pada Mei 2007. Kemudian sejak April 2008, perusahaan
kembali melakukan akuisisi terhadap Tonga PSC. Tonga PSC sendiri merupakan
produsen minyak dengan kapasitas mencapai 90 juta barel yang ada di Sumatera
Utara.

Pada November 2009, perusahaan menandatangani perjanjian dengan Inpex


Masela Ltd dalam kesepakatan akuisisi terhadap 10% saham di Masela PSC yang
terletak di Laut Arafuru yang mencapai 100 juta dollar AS serta mengakuisisi
36,72% saham di Offshore Nortwest Java (ONWJ) PSC dari CNOOC di tahun
berikutnya. Dengan proses akuisisi ini diperkirakan cadangan minyak dimiliki
EMP telah mencapai 586 juta barel. Hingga saat ini EMP telah memenuhi

12
kebutuhan energi dengan wilayah operasional mencakup kepulauan Indonesia dari
Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Jawa, serta Indonesia bagian Timur.

 Lapindo Brantas, Inc

Logo :

Jenis : Anak perusahaan dari PT Energi Mega Persada

Industri/jasa : Minyak dan gas bumi

Genre : Perusahaan pertambangan

Nasib : Diteruskan oleh anak perusahaannya, Minarak Lapindo Jaya,


untuk menyelesaikan ganti rugi akibat banjir lumpur panas
Sidoarjo

Kantor pusat : Sidoarjo, Indonesia

Tokoh penting : Nirwan Bakrie, CEO

Pemilik : Bakrie & Brothers

Visi Perusahaan : 1. Turut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia


melalui pemenuhan energi minyak dan gas bumi.

2. Meningkatkan nilai tambah perusahaan kepada seluruh


pemangku kepentingan.

3. Menjadi perusahaan minyak dan gas bertaraf internasional


dan sebagai produsen minyak dan gas terbesar di Jawa
Timur.

Misi Perusahaan : 1. Menjalankan seluruh kegiatan operasi perusahaan dengan


ekonomis, dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai standar
HSE yang tertinggi.

13
2. Menahan laju penurunan produksi dari lapangan yang
ada.

3. Explore, discover & develop prospek.

4. Melakukan kembali kegiatan eksplorasi dan


pengembangan.

5. Membangun reputasi sebagai perusahaan yang peduli


lingkungan dengan menerapkan kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan secara terpadu dan berkesinambungan.

Induk : Energi Mega Persada

Situs web : lapindo-brantas.co.id

Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses
pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia. Saham Lapindo Brantas dimiliki
100% oleh PT Energi Mega Persada melalui anak perusahaannya yaitu PT Kalila
Energy Ltd (84,24 persen) dan Pan Asia Enterprise (15,76 persen).

Saat ini Lapindo memiliki 50% participating interest di wilayah Blok


Brantas, Jawa Timur, Indonesia. Selain Lapindo, participating interest Blok
Brantas juga dimiliki oleh PT Medco E&P Brantas (anak perusahaan dari
MedcoEnergi) sebesar 32 persen dan Santos sebesar 18 persen. Dikarenakan
memiliki nilai saham terbesar, maka Lapindo Brantas bertindak sebagai operator.

PT Energi Mega Persada sebagai pemilik saham mayoritas Lapindo Brantas


merupakan anak perusahaan Grup Bakrie. Grup Bakrie memiliki 63,53% saham,
sisanya dimiliki komisaris EMP, Rennier A.R. Latief, dengan 3,11%, Julianto
Benhayudi 2,18%, dan publik 31,18%. Chief Executive Officer (CEO) Lapindo
Brantas Inc. adalah Nirwan Bakrie yang merupakan adik kandung dari pengusaha
dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik
Indonesia pada Kabinet Indonesia Bersatu, Aburizal Bakrie.

14
BAB IV

ANALISIS KASUS

Kasus lumpur lapindo yang sempat ramai menjadi topik pembicaraan orang-orang
di Indonesia adalah salah satu contoh kasus kelalaian dalam etika profesi. Kasus lumpur
lapindo disebabkan oleh adanya kelalaian dari sebuah perusahaan yang bergerak di
bidang minyak dan gas. Adanya kelalaian tersebut disebabkan oleh kurangnya sikap
profesionalitas dalam melakukan kinerja perusahaan saat pengeboran. Akibatnya dapat
dilihat dari profil kasus yang telah disajikan bahwa kejadian lumpur lapindo tersebut
menyebabkan sangat banyak kerugian bagi masyarakat.

Kejadian khususnya di Indonesia tentang adanya pelanggaran etika profesi seperti


contohnya kasus lumpur lapindo ini disebabkan oleh masih kurangnya para pendiri-
pendiri perusahaan besar yang mengerti tentang arti dari etika profesi itu sendiri. Salah
satu tujuan para pengusaha-pengusaha di masa kini adalah semata-mata untuk mencari
nafkah/ memperkaya diri tanpa mempedulikan pembangunan Indonesia. Kurangnya
sikap pengertian etika dan kepedulian terhadap perkembangan infrastruktur inilah yang
menyebabkan banyak perusahaan kurang mempersiapkan program kerjanya dengan
sebaik-baiknya. Yang dipedulikan mereka adalah bahwa jika program kerja selesai,
mereka akan mendapatkan banyak profit atau keuntungan.

Dampak dari kasus lumpur lapindo yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 tersebut
masih berlanjut sampai sekarang ini. Oleh sebab itu sangat banyak masyarakat terutama
kaum-kaum golongan bawah yang sangat dirugikan. Salah satu contoh kerugian yang
dialami masyarakat adalah meningkatnya penderita dari penyakit infeksi saluran
pernafasan. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua pengusaha-pengusaha untuk bisa
lebih mengerti bagaimana menjalani etika profesi dengan baik. Sebagai mahasiswa, yang
bisa kita lakukan adalah mempelajari bagaimana etika profesi yang baik itu dan jika
kelak kita sudah menjadi bekerja dan menjadi pemilik perusahaan, kita harus
menerapkan etika profesi yang baik itu untuk memajukan infrastruktur di Indonesia.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Setiap profesi pasti memiliki etika dengan peraturan yang berbeda. Dalam kasus ini
untuk orang-orang yang mengambil profesi sebagai pengebor, tidak bisa sembarangan
dan tidak boleh ada sedikit pun kesalahan. Maka dari itu perusahaan harus bertindak
profesional dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan oleh perusahaan pengeboran umumnya. Setiap profesi memiliki kode etik
mereka masing-masing dan memiliki hukum untuk para profesi memproteksi privasi
mereka masing-masing.

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

16
BAB VI

LAMPIRAN

 Daftar hadir dan penilaian setiap anggota kelompok

Tanda Tangan Kehadiran


Nilai
No Nama NPM 1 2 3 4 Rata-Rata
( / ) ( / ) ( / ) ( / )
Rizky Dewi
1. 2014120017
Affandi

2. Kurniawan 2014120192

Metta
3. 2014130157
Kusumah W.
Georgeous
4. 2014620053
Fabrian A.B.
Nancy Vania
5. 2014620057
H.
Juan
6. 2014620081
Christopher

7. Joshua Jacob 2014620091

Ferris Ewaldo
8. 2014620101
M.

 Daftar Pustaka

Tarpin, Laurentius, dkk. 2005. Etika Dasar dan Terapan. Bandung: Pusat Kajian
Humaniora.

17

Anda mungkin juga menyukai