ARSITEKTUR BIOKLIMATIK
PENDEKATAN UMUM ARSITEKTUR
BIOKLIMATIK
LA SIDIN
E1B116012
TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan,
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Arsitektur Bioklimatik berawal dari 1960-an.
Arsitektur Bioklimatik merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh
iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan pencermian kembali arsitektur Frank
Loyd Wright yang terkenal dengan arsitektur yang berhubungan dengan alam
dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa didalam seni membangun
tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga ketenangannya,
keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang sesuai
dengan bangunannya, “Oscar Niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu
penyesuaian terhadap keadaan alam dan lingkungan, penguasaan secara
fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk,
bahan dan arsitektur”.
Akhirnya dari Frank Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek lain
seperti Victor Olgay pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur
bioklimatik. Setalah tahun 1990-an Kenneth Yeang mulai menerapkan
arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi bioklimatik yang memenangkan
penghargaan Aga Khan Award tahun 1966 dan Award pada tahun 1966
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan bumi dan kehidupan?
2. Bagaiman Hewan dan Perlindungannya?
3. Bagaimana manusia dan tempat berlindungnya?
4. Bagaimana klasifikasi iklim?
5. Apa unsur-unsur dari iklim?
6. Bagaimana adaptasi tempat berlindung terhadap iklim?
7. Bagaimana adaptasi bentuk pemukiman terhadap iklim?
C. Tujuan
1
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui definisi bumi dan kehidupan
2. Mengetahui tentang hewan dan Perlindungannya
3. Mengetahui manusia dan tempat berlindungnya
4. Mengetahui klasifikasi iklim
5. Mengetahui unsur-unsur dari iklim
6. Menjelaskan adaptasi tempat berlindung terhadap iklim
7. Mengetahui bagaiman adaptasi bentuk pemukiman terhadap iklim
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan
2. Untuk bahan penelitian
3. Memenuhi tugas mata kuliah Arsitektur Bioklimatik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bumi dan Kehidupan
1. Asal Mula Kehidupan di Bumi
Ada beberapa hipotesis atau teori tentang asal mula kehidupan di
bumi:
a. Generatio Spontanea
Orang menganggap bahwa makhluk hidup terbentuk secara
spontan atau terbentuk dengan sendirinya. Contoh: ulat timbul dengan
sendirinya dari bangkai tikus. Paham ini disebut juga abiogenesis,
artinya makhluk hidup dapat terbentuk dari bukan makhluk hidup.
Contoh: dari lumpur akan tumbuh cacing. Paham ini dipelopori oleh
Aristoteles.
b. Cosmozoa
Pendapat ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang ada di
bumi berasal dari luar bumi, mungkin dari planet lain. Benda hidup
datang dalam bentuk spora yang aktif, jatuh ke bumi, kemudian
berkembang biak.
c. Omne Vivum ex Ovo
Fransisco Redi (1626-1697), seorang ahli biologi Italia dapat
membuktikan bahwa ulat pada bangkai tikus berasal dari telur lalat.
Kemudian ia mengemukakan pendapat bahwa makhluk hidup berasal
dari telur.
d. Omne Ovo ex Vivo
Lazarro Spallanzani (1729-1799), ahli biologi Italia dapat
membuktikan bahwa mikroorganisme atau jasad renik yang mencemari
kaldu dapat membusukkan kaldu. Jika kaldu dididihkan kemudian
ditutup rapat-rapat, maka pembusukan tidak terjadi. Ia menyimpulkan
bahwa telur berasal dari jasad hidup.
e. Omne Vivum ex Vivo
3
Louis Pasteur (1822-1895), sarjana kimia Perancis melanjutkan
percobaan Spallanzani, yakni dengan menggunakan berbagai
mikroorganisme. Ia berkesimpulan bahwa agar timbul kehidupan baru,
harus ada kehidupan sebelumnya. Teori ini disebut juga Biogenesis.
2. Sel
Sel merupakan penyusun makhluk hidup. Secara umum, materi
hidup sel disebut protoplasma, yang terdiri dari nukleus dan sitoplasma.
Nukleus merupakan massa yang padat dari protoplasma, sedangkan
sitoplasma bersifat cair. Nukleus terpisah dari sitoplasma oleh membran
nukleus. Nukleus berguna untuk mengatur aktivitas sel dan berfungsi pula
dalam reproduksi sel.
sel
4
Perkembangbiakan adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menghasilkan individu baru yang sifatnya sama atau menyerupai
induknya.Tujuan perkembangbiakan adalah untuk menghasilkan keturunan
sehingga dapat melestarikan jenisnya.
a. Perkembangbiakan Aseksual.
Perkembangbiakan aseksual adalah terjadinya pembentukan
individu baru dari satu induk tanpa melalui proses penggabungan atau
perpaduan antara dua sel kelamin.
1. Pembelahan Kembar.
2. Fragmentasi.
3. Pembentukan Spora.
4. Cangkok.
5. Setek.
6. Okulasi.
b. Perkembangbiakan Seksual.
Perkembangbiakan seksual adalah terbentuknya individu baru yang
didahului oleh peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina.
5
Ekosistemnya dan peraturan pelaksanaan lainnya mengatur perlindungan jenis
satwa atau hidupan liar di Indonesia.
Dalam perlindungan dan pengelolaan konservasi dan keanekargaman
hayati serta ekosistemnya, salah satu pilar penting adalah perlindungan
terhadap jenis satwa dan tumbuhan liar. Terdapatnya jenis endemik dalam satu
kawasan konservasi ataupun kawasan lainnya bisa menjadi indikator bahwa
perlindungan dan pengelolaan kawasan tersebut berjalan dengan baik dan
berkelanjutan.
Indonesia dikenal sebagai negara mega biodibersity. Menurut catatan
pusatmonitoring konservasi dunia (the World Conservation Monitoring
Centre) kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia antara lain 3.305 spesies
amphibi, burung, mamalia dan reptil. Dari antaranya, 31,1% nya endemik –
artinya, hanya terdapat di Indonesia; dan 9.9% nya terancam punah. Indonesia
memiliki wilayah laut sekitar 5.8 juta km2 dengan keanekaragaman hayati
mencakup 590 jenis terumbu karang, lebih luas lagi merepresentasikan 37%
spesies laut dunia dan 30% jenis mangrove.
Beberapa ketentuan internasional terkait perlindungan dan
perdagangan spesies yang dilindungi telah diatur dalam beberapa konvensi
seperti Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora (“CITES”) tahun 19733 dan dalam Daftar Merah Spesies
yang Terancam Punah (Red List of Threatened Species) IUCN.4 Dalam kedua
ketentuan internasional tersebut, satwa liar dikategorikan ke dalam beberapa
jenis, dari yang tertinggi yaitu kategori terancam punah hingga kategori yang
dipantau populasinya. Indonesia adalah salah satu negara yang
menandatangani konvensi CITES.
Sementara, di tingkat nasional, perlindungan dan pengelolaan kawasan
konservasi serta perlindungan dan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar
diatur dalam UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya (selanjutnya dalam tulisan ini ditulis “UU
Konservasi”)6 beserta Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan satwa7 yang memuat lampiran daftar jenis
6
tumbuhan dan satwa yang dilindungi di Indonesia. Pemanfaatannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar8 yang mengatur tata cara memanfaatan jenis yang
dilindungi untuk beberapa kegiatan tertentu dengan kondisi dan prasyaratan
yang di izinkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air limbah rumah tangga,
bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang berlebihan, cukup sinar
matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah. Termasuk dalam persyaratan ini
antara lain bangunan yang kokoh, terhindar dari bahaya kebakaran, tidak
menyebabkan keracunan gas, terlindung dari kecelakaan lalu lintas, dan lain
sebagainya.
D. Klasifikasi Iklim
Iklim merupakan konsep yang sangat geografis karena bumi
menunjukkan pola iklim yang sangat jelas. Dalam geografi iklim dipelajari
melalui klimatologi. Kajian klimatologi sangat penting untuk berbagai bidang
di luar geografi termasuk pertanian, arsitektur, ekologi, kehutanan, dan
ekonomi karena iklim merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia dan proses alam melalui berbagai macam cara
1. Klasifikasi Iklim Köppen
Klasifikasi ini adalah salah satu sistem klasifikasi iklim yang
paling banyak digunakan secara luas. Sistem ini dikembangkan oleh
Wladimir koppen, seorang ahli iklim Jerman, sekitar tahun 1884 (dengan
beberapa perubahan oleh Köppen, tahun 1918 dan 1936). Kemudian,
seorang ahli iklim Jerman yang bernama Rudolf Geiger bekerjasama
dengan Köppen untuk mengubah sistem klasifikasi, sehingga sistem ini
kadang-kadang disebut sebagai sistem klasifikasi Köppen–Geiger.
Pembagian ini disusun berdasarkan temperatur, curah hujan,
vegetasi, dan jenis tanah (soil distribution). Sistem klasifikasi iklim
Koppen disusun dengan memakai kode huruf -huruf besar dan kecil.
Untuk menentukan pembagian atas golongan dengan satu huruf, lalu sub-
golongan dengan dua huruf. Seterusnya di buat sub-divisi untuk
8
mengadakan perbedaan atau variasi berdasarakan temperatur unsur cuaca
lainnya dengan simbol (kode) tiga huruf. Ada lima golongan iklim yang
pokok, yaitu sebagai berikut
a. Kelompok A: Iklim tropis/megatermal
Iklim tropis berkarakter temperatur tinggi (pada permukaan laut
atau ketinggian rendah) — dua belas bulan memiliki temperatur rata-
rata 18 °C (64.4 °F) atau lebih tinggi. Terbagi menjadi:
v Iklim hutan hujan tropis (Af)
v Iklim monsum tropis (Am)
v Iklim basah dan kering atau sabana tropis (Aw)
Cirinya adalah sebagai berikut: suhu rata-rata bulanan tidak
kurang dari18°C,suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C, curah hujan rata-rata
lebih dari 70 cm/tahun, dan tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
9
d. Kelompok D: Iklim benua/mikrotermal
Bulan terdingin memiliki temperatur rata-rata di bawah -3C.
Temperatur rata-rata bulan terpanas di atas 100 yang berbatasan kira-kira
sama derngan ishoterm 100, yakni batas pohon paling utara
Iklim benua musim panas (Dfa, Dwa, Dsa)
iklim benua musim panas hangat atau hemiboreal (Dfb, Dwb, Dsb)
Iklim subarktik kontinental atau boreal (taiga) (Dfc, Dwc, Dsc)
iklim subarktik kontinental dengan musim dingin ekstrem (Dfd, Dwd)
10
bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan
basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembab bila curah
hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan
< 60 mm per bulan
Mohr membagi iklim berdasarkan curah hujan yang sampai ke
permukaan bumi, yaitu menjadi tiga golongan sebagai berikut:
a. Bulan kering (BK), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan
tersebut kurang dari 60 mm.
b. Bulan sedang (BS, yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan
tersebut berkisar antara 60 – 90 mm.
c. Bulan basah (BB), yaitu jumlah rata-rata curah hujan dalam bulan
tersebut 100 mm ke atas.
Sistem iklim ini sangat terkenal di Indonesia. Menurut Irianto, dkk (2000)
penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson lebih banyak
digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-
Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering seperti
kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim Mohr. Pencarian rata-
rata bulan kering atau bulan basah (X) dalam klasifikasian iklim Schmidt-
Ferguson dilakukan dengan membandingkan jumlah/frekwensi bulan kering
atau bulan basah selama tahun pengamatan ( åf ) dengan banyaknya tahun
pengamatan (n).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis vegetasi yang
tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai berikut; tipe iklim A (sangat
basah) jenis vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak basah) jenis
vegetasinya adalah hutan dengan jenis tanaman yang mampu menggugurkan
daunnya dimusim kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan
musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim F
11
(kering) jenis vegetasinya hutan savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis
vegetasinya padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis vegetasinya
adalah padang ilalang (Syamsulbahri, 1987).
12
Ferguson Bulan basah yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan
basah apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila curah
hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah hujannya kurang dari 100
mm
E. Unsur-Unsur Iklim
13
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah derajat panas dinginnya udara yang
menunjukkan kandungan energi panasnya Dinyatakan dalam derajat
Celcius ( oC) , derajat Fahrenheit ( oF), dan derajat Kelvin (oK)
a. dearajat K = (a - 273) derajat C
b. derajat F = 5(b - 32)/9 derajat C
Sumber energi utama adalah cahaya matahari
2. Tekanan Udara
Berat kolom udara mulai dari permukaan sampai puncak atmosfer
yang diterima permukaan tiap satuan luas. Dari hasil penelitiannya
Torricelli mengemukakan bahwa tekanan tersebut rata-rata sama dengan
beratnya air raksa yang terdapat dalam tabung sepanjang 76 cm dan
penampangnya 1 cm2. Dengan demikian apabila berat jenis air raksa 13,6
g/cm3 maka tekanan atmosfer tersebut sebesar 76 x 13,6 = 1033,6 g/cm2
dan disebut 1 atmosfer ( 1 atm).
Untuk menyatakan besarnya tekanan atmosfer digunakan satuan
milibar (mb).
3. Kelembapan Udara
Banyaknya uap air di dalam udara bergantung kepada faktor,
antara lain ketersediaan air dan sumber uap, suhu, tekanan udara dan angin
kelembapan spesifik
14
q = mv / (mv + md )
4. Angin
Gerakan udara karena perbedaan suhu dan tekanan antara suatu
tempat dan pada tempat lain. Angin dicirikan dengan arah datangnya dan
kecepatannya. Arah angin dinyatakan dengan derajat
5. Curah Hujan
Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang
terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan
tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu
meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu
millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
2. Dinding
15
Dinding akan menjadi panas bila tidak dilindungi dari radiasi matahari
dan akan meneruskan panas ke dalam ruangan. Dinding utara dan selatan tidak
begitu banyak menerima radiasi karena sudut jatuh cahaya cukup besar.
a. Tanah disekitar bangunan harus di teduhi/diberi tanaman untuk mencegah
pemantulan pada dinding.
b. Banguna yang tidak berdiri di atas tiang harus memilki jarak yang
cukup dari tanah untuk mencegah masuknya air, kotoran dan binatang.
Pemakain lantai batu dianjurkan untuk pengudaraan yang alamiah
karena konstruksinya terbuka, sangat dipengaruhi iklim. Lantai batu
buatan yang licin (teraso) sangat mudah dirawat.
16
1. Studi kasus Adaptasi pemukiman pesisir di kelurahan Demaan kab.
Jepara oleh dampak perubahan iklim
Bentuk adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi
berbagai bencana disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi serta
karakteristik masyarakat sebagai masyarakat pesisir atau masyarakat
perkotaan. Bentuk adaptasi masyarakat yang tinggal di sekitar Pasar
Apung dan di sempadan pantai membuat tonggak pemecah gelombang.
Selain itu, masyarakat juga meninggikan daratan dengan menancapkan
jeruji bambu yang kemudian diisi dengan sampah. Namun, cara ini
menimbulkan pencemaran sehingga perlu diganti dengan cara lain yang
lebih aman, yaitu merelokasi permukiman di sempadan pantai kemudian
digunakan sebagai ruang terbuka hijau.
Menurut UN Habitat, 2011 salah satu cara untuk adaptasi terhadap
dampak perubahan iklim di pantai adalah pembangunan infrastruktur
dengan memperbaiki dan memelihara dinding laut.
Hal ini dapat untuk menghalangi terjangan ombak dari laut.
Awour, 2009 menyatakan bahwa untuk mengurangi kerentanan terhadap
perubahan iklim terutama dengan keterbatasan lahan untuk permukiman
yaitu mendorong pemerintah kota untuk membangun permukiman di
pinggiran kota yang jauh dari pantai. Selain itu membangun bangunan
yang kokoh dengan ventilasi yang dapat untuk sirkulasi udara alami
sehingga dapat mengurangi kelembaban yang tinggi dalam ruangan.
Bentuk adaptasi masyarakat Kelurahan Demaan terhadap hunian
mereka seperti dengan meninggikan lantai bangunan atau menambah
jumlah lantai menjadi bertingkat tanpa menambah luasan rumah. Selain
itu, beberapa warga juga melakukan perubahan struktur bangunan menjadi
bangunan permanen. Bangunan yang berbatasan langsung dengan sungai,
terutama pada sisi kanan sungai, memiliki ketinggian lantai dasar
bangunan yang lebih tinggi untuk menghindari adanya genangan air yang
memasuki rumah mereka. Berbagai bentuk adaptasi yang dilakukan
17
masyarakat sebagian besar menggunakan dana pribadi dan hanya beberapa
orang yang menggunakan dana bantuan dari pemerintah (PNPM).
Bentuk adaptasi akibat perubahan iklim terhadap kerusakan
infrastruktur di RW IV dan V yaitu dengan perbaikan jalan. Bentuk
perbaikan jalan yang dilakukan secara terus menerus yaitu dengan cara
dipaving/dibeton dan dimensinya dibuat lebih tinggi sehingga dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya genangan air.
Jaringan drainase di RW I dilakukan perbaikan pada saluran yang
berada di sempadan sungai yang mengalami sedimentasi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan UN Habitat, 2011 bahwa pemeliharaan dan
peningkatan system drainase sangat penting untuk mengantisipasi dampak
perubahan iklim di kawasan pesisir.
Drainase di sempadan sungai ini seharusnya tersambung dengan
drainase primer sehingga dapat mengalir dengan baik. Selain itu, drainase
juga perlu disesuaikan dengan jaringan jalan agar masyarakat tidak
menggunakan drainase tersebut sebagai tempat untuk membuang sampah
maupun limbah.
Untuk sistem persampahan, telah disediakan TPS pada semua RW
dan depo transfer di RW IV yang terdapat di Pasar Apung. Dengan adanya
TPS ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan warga dalam hal
pembuangan sampah sehingga tidak ada lagi warga yang membuang
sampahnya sembarangan.
Selain jalan, drainase, dan sistem persampahan, adaptasi juga
dilakukan masyarakat terhadap sistem sanitasi mereka dengan membangun
MCK komunal sehingga masyarakat tidak perlu lagi menggunakan jamban
di atas laut (jamban helikopter).
Kebutuhan air bersih masih terlayani dengan baik dari PDAM
dengan adanya jaringan yang menuju ke Kelurahan Demaan.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur yang berlandaskan pada
pendekatan desain pasif dan minimum energy dengan memanfaatkan energy
alam iklim setempat untuk menciptakan kondisi kenyamanan bagi
penghuninya.
Arsitektur bioklimatik mengusung desain yang dapat berdaptasi
terhadap perubahan-perubahan iklim sehingga setiap orang yang beraktivitas
di bangunan ini merasakan kesan nyaman dan akrab
B. Saran
Karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan
masukkan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20