Anda di halaman 1dari 35

HEMATOKRIT PADA IKAN MAS

(Cyprinus carpio)

Disusun Sebagai Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air


Tahun Akademik 2018/2019

Disusun oleh :
Kelompok 14 / Perikanan C

Agustina Fatimah Azhara 230110180126


Haya Yumna Azzahra 230110180168
Nabhaan Taqiyyuddiin 230110180174

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum Hematokrit Pada Ikan Mas(Cyprinus carpio)


Kelas Perikanan – C
Kelompok Nama NPM
19
Agustina Fatimah Azhara 230110180126
Haya Yumna Azzahra 230110180168
Nabhaan Taqiyyuddiin 230110180174

Jatinangor, Maret 2019

Asisten Laboratorium

Rahmad Afdillah
230110160154

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Irfan Zidni, S.Pi.,MP.


NIP. 19901112 2016043 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Hematokrit
Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai hematokrit pada Ikan Mas.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu kelompok 14 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si., Dra. Titin Herawati, M.Si., dan
Irfan Zidni, S.Pi., MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Rahmad Afdillah yang membimbing penyusun dalam
praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Penyusun telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan
praktikum, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan masukan
yang membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
praktikum yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jatinangor, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................1
1.3 Manfaat ...........................................................................................1
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas ..........................................................................................2
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas .......................................................................3
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas ..........................................................................3
2.2. Sistem Peredaran Darah ........ 4Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Komponen Penyusun Darah .. 5Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Jantung .................................. 6Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Saluran Darah ........................ 9Error! Bookmark not defined.
2.3 Hematokrit............................. 9Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit 10Error! Bookmark not defined.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit ... 11Error!
Bookmark not defined.
III METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu ........................................................................12
3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................12
3.2.1 Alat ................................................................................................12
3.2.2 Bahan ............................................................................................12
3.3 Prosedur Praktikum .......................................................................13
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kelompok .............................................................................14
4.2 Data Angkatan ...............................................................................15
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................17
5.2 Saran ..............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................18
LAMPIRAN ..........................................................................................20

ii
DAFTAR TABEL

No Judul Hal
1 Alat-alat praktikum ................................................................................. 12
2 Bahan praktikum ..................................................................................... 12
3 Tabel data perhitungan hematokrit pada Ikan Mas kelompok ...... 14Error!
Bookmark not defined.

iii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal
1 Ikan Mas ................................................................................................ 2
2 Komponen penyusun darah .................................................................. 6
3 Jantung ikan ......................................................................................... 7
4 Saluran darah ikan ................................................................................ 9
6 Grafik distribusi nilai hematorit Ikan Mas ......................................... 15
7 Grafik hubungan bobot dengan nilai hematokrit Ikan Mas ........ Error!
Bookmark not defined.16

iv
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal
1 Alat yang digunakan .......................................................................... 21
2 Bahan yang digunakan ....................................................................... 21
3 Prosedur pengamatan ......................................................................... 23
4 Kegiatan praktikum ............................................................................ 24
5 Data angkatan ..................................................................................... 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepekaan ikan terhadap perubahan suhu, dikarenakan suhu tubuh ikan
mengikuti perubahan suhu lingkungan (poikilotermik), sehingga suhu lingkungan
dapat berpengaruh langsung pada perubahan fisiologis ikan (Wedemeyer 1996).
Perubahan suhu yang cukup besar dan mendadak dapat menimbulkan stres
pada ikan. Stres yang dialami ikan dalam jangka waktu yang lama akan
berdampak buruk terhadap kesehatan, karena sistem imunitas seluler dan humoral
ikan tersebut menurun fungsinya. Dengan demikian ikan akan mudah terinfeksi
oleh mikroorganisme patogen (Kubulay dan Ulukoy2002). Ikan yang dipelihara
pada suhu dingin mempunyai respons imunitas yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan yang dipelihara pada suhu air yang lebih hangat
(Nikoskelainen et al. 2004).
Perubahan suhu air pada media pemeliharaan akan berpengaruh terhadap
proses fisiologis ikan, seperti laju pernapasan, metabolisme, denyut jantung, dan
sirkulasi darah di dalam tubuh ikan (Nofrizal et al. 2009).
Hematokrit merupakan presentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan
untuk menentukan keadaan kesehatan ikan. Perubahan kondisi lingkungan atau
pencemaran lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami
penurunan akibat respon stress pada ikan (Jawad et al. 2004). Oleh karena itu,
dilakukan praktikum ini untuk mengetahui nilai hematokrit pada Ikan Mas.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk dapat menghitung dan mengetahui nilai
hematokrit pada Ikan Mas.

1.3 Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai nilai hematokrit Ikan Mas dan
secara tidak langsung mengetahui kondisi kesehatan pada Ikan Mas.

1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas


Ikan Mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang menjadi
primadona di sub sektor perikanan. Ikan Mas memiliki nilai ekonomis tinggi dan
jumlah permintaan yang besar terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia.
Ikan Mas atau yang juga dikenal dengan sebutan common carp adalah ikan yang
sudah mendunia. Hal ini tentunya menjadikan peluang untuk pengembangan
budidaya Ikan Mas (Suseno 2000).
Berikut merupakan gambar Ikan Mas :

Gambar 1. Ikan Mas


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Ikan Mas berasal dari China dan Rusia. Di Indonesia, Ikan Mas mulai
masuk sekitar tahun 1810 tepatnya di Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Namun, baru
sekitar tahun 1960 Ikan Mas mulai dipelihara dan berkembang ke daerah yang
lainnya juga. Ikan Mas memiliki beberapa keunggulan mulai dari tingkat
keberlangsungan hidupnya yang cukup tinggi, tingkat pertumbuhan yang relative
cepat, serta jumlah telur yang menetas tergolong tinggi (Khairuman et al. 2008).

2
3

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas


Menurut Susanto (2007) Ikan Mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniforme
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

2.1.2 Fisiologi Ikan Mas


Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Darah merupakan suatu fluida yang berisi
beberapa bahan terlarut dan erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang
tersuspensi.Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh,
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke
organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan
karbondioksida terjadi pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang
terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran
yang bernitrogen (Soewolo 2000).
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan
penyusunnya.Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai
media yang memfasilitasi sejumlah faktor yang tak terdispensasi dalam
pembentukan darah. Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta
corpuscle berwarna merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000
platelet yang disebut trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan
substansi organik terlarut (Soewolo 2000).
Jumlah eritrosit berbeda-beda pada berbagai spesies dan juga sangat
dipengaruhi oleh suhu, namun umumnya berkisar antara 1 - 3 juta sel/mm3
(Hibiya dan Takashima 1995). Eritrosit berperan dalam pengangkutan dan
4

distribusi energi, oksigen ke seluruh jaringan tubuh, sekaligus sebagai sarana


pengangkutan karbondioksida dari tubuh (Wedemeyer dan Yasutake 1977).
Moyle dan Cech (1988) menjelaskan bahwa jumlah sel darah putih lebih
rendah dibandingkan dengan sel darah merah yaitu berkisar 20.000 sel/mm 3 –
150.000 sel/mm3 . Perubahan nilai leukosit total dan persentase jenis leukosit
sering dijadikan petunjuk keadaan fisiologi ikan atau indikator keberadaan
penyakit pada tubuh ikan.
Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah dan juga berfungsi
mencegah kehilangan cairan
tubuh pada kerusakan-kerusakan di permukaan (Nabib dan Pasaribu 1989).
Anderson (1987) menyatakan bahwa trombosit ikan berukuran kecil dengan
diameter sekitar 8 mikron.
Penentuan kadar hematokrit dan hemoglobin dalam cairan darah berguna
untuk melihat kesehatan ikan serta hubungan antara darah dan hormon pada ikan.
Kadar hematokrit yaitu persentase volume sel darah merah pada Ikan Mas
berkisar antara 28 – 40 % (Svobodova dan Vyukusova 1991).

2.2. Sistem Peredaran Darah


Menurut Ferdinand dan Ariebowo (2009), sistem peredaran darah dibagi
menjadi sistem perderan darah tertutup dan peredaran darah tunggal. Pada sistem
peredaran darah tunggal, darah melalui jantung hanya satu kali dalam satu kali
peredaran. Jantung ikan terdiri dari dua ruangan, yaitu satu atrium (serambi) dan
satu ventrikel (bilik).
Antara atrium dan ventrikel terdapat klep yang akan mengalirkan darah dari
atrium ke ventrikel. Darah dari seluruh tubuh yang mengandung karbondioksida
mengalir ke sinus venosus, kemudian masuk ke atrium. Sinus venosus adalah
ruang atau rongga jantung yang terletak di antara ventrikel dan atrium. Pada saat
jantung mengendur, darah mengalir melalui klep, masuk ke dalam ventrikel. Dari
ventrikel darah diteruskan ke konus arteriosus, kemudian menuju aorta vnetralis
dan dilanjutkan ke insang. Di insang, aorta bercabang-cabang menjadi kapiler
(pembuluh-pembuluh kecil). Kapiler-kapiler insang melepaskan karbon dioksida
5

dan mengambil oksigen dari air. Dari kapiler-kapiler insang darah mengalir ke
aorta dorsalis yang bercabang-bercabang. Dari cabang-cabang aorta dorsalis ini
darah didistribusikan ke kapiler-kapiler di seluruh bagian tubuh untuk
mengedarkan oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh. Selain itu darah juga
mengambil karbondioksida untuk dibawah kembali ke jantung melalui vena kava
dan sinus venosus. Dari uraian di atas jelas jelas bahwa pada sistem peredaran
darah ikan, darah hanya melalui jantung satu kali dalam satu kali peredarannya
(Ferdinand dan Ariebowo 2009).

2.2.1 Komponen Penyusun Darah


Menurut Hibiya dan Takashima (1995) darah tersusun atas cairan darah
(plasma darah) dan elemen-elemen seluler ( sel-sel darah). Plasma darah terdiri
dari air, protein (yakni albumin, globulin dan faktor-faktor koagualasi), lipid dan
ion, adapun sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit) dan sel darah putih
(leukosit).
Sel darah merah (eritrosit) ikan mempunyai inti, umumnya sel darah merah
berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua sisinya dan diameternya
mendekati sekitar 1 per 7.500 milimeter. Komponen terpenting dalam sel darah
merah kebiruan dan memiliki kemampuan unuk mengikat oksigen dan
mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh jaringan tubuh dan
melepaskan oksigen dalam jaringan pembuluh kapiler. Hemoglobin yang
mengikat oksigen atau oksihemoglobin inilah yang menyebabkan eritrosit
berwarna merah cerah (Soewolo 2000). Inti sel eritrosit terletak sentral dengan
sitoplasma terlihat jernih kebiruan dengan pewarnaan giemsa (Chinabut et al.
1991).
Sel darah putih (leukosit) ikan merupakan bagian dari sistem pertahanan
tubuh yang bersifat non-spesifik. Leukosit ikan terdiri dari granulosit dan
agranulosit. Agranulosit terdiri dari limfosit, monosit dan trombosit, sedangkan
granulosit terdiri dari basofil, netrofil dan eosinofil. Leukosit granular terdiri atas
netrofil merupakan sel yang bersifat menyerang dan menghancurkan bakteri
eosnofil yang merupakan sel yang mampu meningkatkan ketanggapan terhadap
6

timbulnya infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin
dan substansi histamine. Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak
jumlahnya dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi
(Lagler et al. 1977).
Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan
sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit
jumlahnya terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya sama dengan sel darah
merah. Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan
menghasilkan antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam sistem pertahanan
tubuh yaitu membentuk antibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam
tubuh (Lagler et al. 1977).
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan
akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan
yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan (Lagler et al. 1977).
Berikut merupakan komponen penyusun darah (Gambar 2) :

Gambar 1. Komponen penyusun darah


(Sumber: Robert et al. 2006)

2.2.2 Jantung
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan
dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Pada ikan
7

terdapat bagian restral dari hati dan bagian ventral dari rongga mulut (Affandi dan
Tang 2002).
Jantung ikan teleostei umumnya terdapat di belakang insang dibagian depan
rongga badan. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan
perikardium. Lapisan perikardium ini lebih tipis pada ikan elasmobranchi
daripada ikan teleostei. Jantung ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu sinus
venosus, atrium, ventrikel dan conus arteriosus pada elasmobranchi atau bulbus
arteriosus pada teleostei, ruang jantung tersebut dipisahkan oleh sepasang klep
berbentuk setengah bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh perikardium yang
terdiri dari perikardial mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-
pembuluh darah terdapat bagian antara epikardium dan otot jantung yang terletak
dibawahnya terutama bagian ventrikel (Moyle dan Cech 1988). Berikut
merupakan jantung ikan (Gambar 3) :

Gambar 2. Jantung ikan


(Sumber: Ravendan Johnson 2002)
Ruang pertama jantung ikan adalah sinus venosus yang mempunyai dinding
yang tipis dan merupakan ruang tambahan serta hampir tidak mempunyai otot
jantung. Sinus venosus terletak dekat septum yang melintang (transverse septim)
yang memisahkan rongga perikardial dan rongga perut. Sinus venosus berfungsi
untuk menampung darah dari ductus cuvieri dan vena hepaticus kemudian
mengalirkannya ke atrium melalui katup yang disebut sinus atrial dengan bantuan
otot kardial sinus atrial berfungsi untuk mengatur alir darah dari sinus venosus ke
atrium dan mencegah aliran yang berbalik pada saat sistole atrial (Moyle dan
Cech 1988).
8

Berbeda dengan sinus venosus, atrium mempunyai ruang yang relatif lebih
besar yang terletak pada bagian anterior sinus venosus dan dorsal dari ventrikel.
Atrium merupakan ruang tunggal yang berdinding tipis tetapi mempunyai banyak
otot jantung dibandingkan sinus venosus. Sebagian besar serabut otot membentuk
suatu jalinan yang berongga diantaranya dan berisi darah dari rongga atrium.
Setiap serabut otot ini dibungkus oleh endokardium sama seperti bagian dalam
dinding atrium. Dinding atrium terdiri dari otot jantung dan dibungkus oleh
epikardium. Ventrikel bertanggung jawab atas hampir semua kegiatan
pemompaan darah dari jantung dan sebagian besar otot jantung terdapat pada
rongga ini. Dinding ventrikel yang tebal ini terdiri dari dua lapis otot jantung,
lapisan luar yang kompak disebut kortikal dan lapisan otot dalam yang seperti
spons. Serabut-serabut otot lapisan dalam ini saling berhubungan dan
menghasilkan suatu susunan otot jantung yang tidak kompak. Lapisan yang
kompak terdiri dari serabut-serabut otot yang tersusun rapat dan mendapat suplai
darah dari atrium coronary (Moyle dan Cech 1988).
Bulbus arteriosus mempunyai suatu dinding yang tebal dan terdiri dari
serabut otot jaringan pengikat halus. Otot jantung tidak ada dan yang banyak
adalah serabut-serabut yang bersifat elastis. Endothelium mengandung sel pipih
selapis dan lapisan subendothelium yang berisi jaringan ikat tipis. Endothelium
menonjol ke dalam rongga dan bagian luar bulbus arteriosus dibungkus oleh
epikardium. Bulbus arteriosus akan menjadi aorta ventral ketika keluar dari
rongga perikardial. Bulbus arteriosus sangat berperan dalam mengatur tekanan
darah yang berasal dari jantung. Serabut-serabut yang elastis ini memungkinkan
rongga bulbus arteriosus membesar selama ada tekanan tinggi pada saat sistole
dari ventrikel dan dapat melindungi pembuluh-pembuluh darah pada insang dari
tekanan yang berlebihan sehingga terjadi konstruksi dari bulbus dan akan
mendorong darah ke ventral aorta (Affandi dan Tang 2002).
Conus arteriosus merupakan bagian dari aorta ventral, memiliki otot seperti
pada ventrikel. Pada elasmobranchi, conus arteriosus berkembang dengan baik
tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian besar teeostei, conus
9

arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan
bulbus arteriosus berkembang dengan baik (Affandi dan Tang 2002).

2.2.3 Saluran Darah


Berikut merupakan saluran darah ikan (Gambar 4):

Gambar 3. Saluran darah ikan


(Sumber : Mclaren and Rotundo 1985)

Menurut Affandi dan Tang (2002) jantung akan menerima darah yang kaya
akan oksigen (pada teleostei dan elasmobranchi) melalui dua kelompok arteri
coronary, yaitu :
a. Arteri coronary anterior, arteri ini berasal dari saluran hipobran (cabang
dari arteri branchial afferent) arteri ini memasok darah pada conus
arteriosus dan ventrikel).
b. Arteri coronary posterior, arteri ini berasal dari arteri caracoid atau arteri
subclavin dan masuk ke dalam jantung melalui bagian belakang, fungsinya
untuk memasok darah pada bagian dinding jantung.

2.3 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan
untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Kuswardani 2006).
10

Kadar hematokrit juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume
eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus
yang nilainya dinyatakan dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai
perbandingan antara sel darah merah dengan seluruh volume darah. Presentase
kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani
2006).
Menurut Yudha (1999) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada
ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat
juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia dan ikan terkena penyakit
apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas dan
ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit.

2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit


Menurut Irianto (2005) nilai hematokrit adalah volume semua eritrosit
dalam 100 mL darah dan disebut dengan persen (%) dari volume darah tersebut.
Biasanya nilai hematokrit ini ditentukan dengan menggunakan darah vena atau
darah kapiler. Ada 3 metode untuk menentukan nilai hematokrit, yaitu :
1. Darah dimasukkan ke dalam tabung Winstrobe yang mempunyai skala,
kemudian diputar dengan kecepatan 3.000 putaran per menit selama
setengah jam (sebelum dimasukkan ke dalam tabung darah diberi
antikoagulan terlebih dahulu.
2. Mikrohematokrit, pada metode ini digunakan tabung kapiler khusus, alat
pemutar dan papan skala untuk menentukan % volume sel darah merah.
Kecepatanpemutaranadalah 11.000 rpm selama 4 menit.
3. Hematokrit dapat dilakukan secara elektronik. Metode elektronik
menggunakan alat darah yang mampu meneruskan aliran, sedangkan sel
darah merah bersifat menghambat aliran listrik darah yang telah dicampur
dengan antikoagulan dihisap pada tabung khusus dan diselipkan pada alat
baca. Dengan hanya menekan tombol, nilai hematokrit dapat dibaca pada
galvanometer.
11

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit


Kadar hematokrit bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan, jenis
kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan (Kuswardani 2006). Anderson (1992)
menyatakan bahwa berkurangnya nilai hematokrit pada ikan dapat
mengindikasikan adanya kontaminasi, ikan tidak makan, protein yang rendah
pada pakan, defisiensi vitamin dan infeksi penyakit.
Dellman dan Brown (1989) menyatakan bahwa apabila ikan terkena infeksi,
nafsu makan ikan akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Pada
kasus seperti anemia mikrositik, jumlah dan ukuran sel darah merah berkurang,
sehingga kadarhematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh
jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Jawad et al. 2004).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum mengenai Hematokrit pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)
bertempat di Laboratorium Akuakultur, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran pada hari Rabu, 27 Maret 2019, pukul 13.30
WIB s.d. 15.30 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai berikut:

3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat-alat praktikum
No. Alat Fungsi Alat

1 Timbangan Untuk menimbang bobot tubuh ikan uji.


2 Dissecting Kit Untuk membedah ikan uji.
Untuk menjepit bagian saluran darah aorta
3 Penjepit arteri
ventralis.
4 Pipa kapiler heparinized Untuk menampung sampel darah segar.
Untuk menyumbat salah satu ujung pipa
5 Wax/lilin malam
kapiler yang telah berisi darah segar.
6 Pipa kapiler heparinized Untuk menampung sampel darah segar.
Untuk memutar sampel pada kecepatan
7 Sentrifuge hematocrit
tinggi.
8 Hematocrit reading chart Papan pembaca nilai hematokrit (%).

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan praktikum
No. Nama Bahan Fungsi
Sebagai ikan yang dibedah dan dihitung
1 Ikan Mas
hematokritnya.

12
13

3.3 Prosedur Praktikum


Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Ikan uji diambil dari akuarium stok, lalu ikan ditimbang dan dicatat
bobotnya.
2. Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala ikan menghadap praktikan),
bagian anterior kepala ikan dengan sonde, sonde diputar perlahan sehingga
otak ikan rusak dan ikan pingsan.
3. Ikan dibedah pada bagian dekat insang dan sebagian perut dibagian anterior,
hingga terlihat organ jantung.
4. Aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri hingga sinus venosus
terisi penuh oleh darah.
5. Pipa kapiler darah ditusukkan ke sinus venosus, darah ditampung sampai
±¾ volume pipa kapiler.
6. Lubang pipa kapiler ditutup dengan menancapkan secara tegak lurus pada
lapisan lilin/wax yang telah disediakan.
7. Sentrifuge hematokrit disiapkan, pipa kapiler diletakkan secara seimbang
antara masing-masing pipa.
8. Sampel darah disentrifugasi selama 4 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.
9. Selesai disentrifugasi, pipa kapiler diletakkan diatas ”Hematocrit Reading
Chart” nilai hematokrit dibaca dengan menyesuaikan ketinggian plasma
sebagai batas atas dan sel darah sebagai batas bawah.
10. Nilai hematokrit yang telah didapat kemudian dicatat pada logbook.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Kelompok


Berikut merupakan tabel perhitungan hematokrit Ikan Mas kelompok 14:

Tabel 1. Tabel data perhitungan hematokrit pada Ikan Mas kelompok


Bobot Ikan (gram) Nilai Hematokrit (%)

115 50

Hematokrit adalah proporsi volume darah yang terdiri dari sel darah
merah, sebagai hasilnya tingkat hematokrit (HCT) dinyatakan dalam persentase.
Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada kondisi
normal sebesar 30,8 - 45,5%, namun nilai ini dapat berbeda pada spesies ikan
yang berbeda. Dari hasil akhir praktikum kelompok kami menunjukkan Ikan Mas
kami, dengan bobot bernilai 115 gram memiliki nilai hematokrit berkisar 50%,
nilai ini menunjukkan bahwa ikan ini memiliki 50 mililiter eritrosit pada tiap 100
mililiter darahnya. Dari nilai tersebut ikan ini memiliki nilai hematrosit lebih
banyak dari pada umumnya, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya usia, jenis kelamin, masa pemijahan, stress, penyakit, dll. Laju
metabolisme berbanding lurus dengan hematokrit, maka dengan diketahuinya
hematokrit pada ikan maka dapat diketahui pula laju metabolisme pada tubuh ikan
tersebut.

14
15

4.2 Data Angkatan

Berikut merupakan grafik perhitungan hematokrit pada Ikan Mas angkatan :

Grafik Perhitungan Hematokrit Ikan Mas Angkatan


20 19
18
18
16
14
Jumlah Ikan (%)

12
10
8
6 5
4 4
4 3
2 1
0
15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56 57-63
Nilai Hematokrit (%)

Gambar 5. Grafik Distribusi Nilai Hematokrit pada Ikan Mas Angkatan

Berdasarkan grafik perhitungan hematokrit pada Ikan Mas angkatan diatas


dapat diketahuijumlah ikan pada tiap interval suhu, dari rincian perhitungannya
diketahui bahwa nilai hematokrit tertinggi pada perhitungan 59% pada bobot Ikan
143 gdan kadar hematokrit terendah yaitu 15% pada bobot Ikan Mas 119 g Dari
jumlah ikannya nilai hematokrit yang paling banyak didapatkan yakni pada
kisaran 29-35% sementara jumlah paling sedikit didapatkan pada kisaran 57-63%
menurut Nabib dan Pasaribu (1989) bahwa nilai hematokrit darah ikan berkisar 5
– 60%, batas normal hematokrit pada ikan 30% dan 45%, dari perhitungan
angkatan tersebut dapat dilihat sedikitnya terdapat 9 ikan yang mengalami
defisiensi eritrosit dan sedikitnya 4 ikan yang memiliki kadar eritrosit diatas
normal.
16

Grafi k Hubungan Bobot Dengan Ni l ai Hem at okri t


Ikan Mas
70

60 y = 0,0263x + 31,801
R² = 0,0165
Nilai Hematokrit (%)

50

40

30

20

10

0
60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 220.00 240.00 260.00
Bobot Ikan (Gram)

Gambar 6. Grafik Hubungan Bobot dengan Nilai Hematokrit Ikan Mas


Berdasarkan grafik perhitungan hematokrit pada Ikan Mas angkatan diatas
dapat diketahui bahwa nilai hematokrit tertinggi pada perhitungan 59% pada
bobot Ikan 143 gdan kadar hematokrit terendah yaitu 15% pada bobot Ikan Mas
119 g. Nilai R2= 0,0165 memiliki nilai presentase 0,0165 × 100% = 1,65%
yang mana nilai 1,65% merupakan nilai presentase dari pengaruh nilai bobot
terhadap nilai hematokrit. Dari nilai tersebut dapat diartikan hasil regresi tersebut
mengindikasikan bahwa pengaruh bobot terhadap nilai hematokrit sangat kecil.
Hal tersebut disebabkan karena banyak faktor lain yang mempengaruhi nilai
hematokrit sesuai dengan pernyataan Kuswardani (2006) yang menyatakan bahwa
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi hematokrit diantaranya nutrisi, umur
ikan, jenis kelamin, penyakit dan masa pemijahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Ikan Mas (Cyprinus carpio) kadar hematokrit
tertinggi yaitu 59% pada bobot Ikan Mas 143 g dan kadar hematokrit terendah
yaitu 15% pada bobot Ikan Mas 119 g. Maka didapati kesimpulan bahwa berat
ikan tidak spesifik dalam mempengaruhi nilai hematokrit, dikarenakan faktor
utama dalam mempengaruhi nilai hematokrit adalah usia/umur ikan, jenis kelamin
ikan, gizi ikan, masa pemijahan, penyakit, stress serta spesies ikan dan letak
habitat ikan.

5.2 Saran
Saat praktikum mengenai hematokrit pada ikan mas sebaiknya digunakan
ikan mas dengan bobot yang lebih besar, agar didapatkan kadar darah yang lebih
banyak sehingga mudah dalam pengambilan sampel. Saat proses pembedahan
ikan harus berhati-hati agar aorta ventralis tidak terpotong. Dalam pengambilan
sampel sebaiknya darah langsung di masukkan ke dalam tabung heparin agar
darah tidak membeku. Pada saat proses penutupan tabung heparin menggunakan
lilin malam harus lebih padat sehingga saat disentrifugasi darah tidak berceceran
agar praktikum yang dilaksanakan tidak terhambat dengan kendala.

17
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R. dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press.Pekanbaru.


Anderson, S. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
CV. Rajawali.Jakarta.
Anderson, S. 1992. A-Morphous Morphology. Cambridge University Press.
Cambridge.
Chinabut, S., Limsuwan, C. dan Katsuwan. 1991. Histology of Walking Catfish
Clarius batracus. IDRC. Canada.
Dellman dan Brown.1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi ke-3. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Ferdinand, P. dan Ariebowo, M. 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Kementerian
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hibiya, T. dan Takashima, F. dan 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and
Pathological Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd.
Tokyo.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Jawad, L., Mukhtar, M. dan Ahmed, H. 2004. The Relationship Betwee
Hermatokrit and Some Biological Parameters of the Indian Shad, Temalosa
ilisha Animal Biodiversity and Concersation. 27:47-52.

Khairuman, S., Dodi, S. dan Bambang, G. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kuswardani, Y. 2006. Pengaruh pemberian Resin Lebah Terhadap Gambarab


Darah Maskoki Carassius auratus Yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas
hydrophila. Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Lagler, K., Bardach, J. dan Miller, R.1977. Ichthyology. Jhon Willey and Sons,
Inc. New York.
Moyle, P., B. and Cech, J. 1988. Fish an Introduction to Ichthyology. Second
Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Nabib, R. dan Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. PAU Bioteknologi,
Institute Pertanian Bogor. Bogor. 156 p.
Raven, P. dan Johnson, G. 2002. Biology. 6th ed. The McGraw-Hills. New York.

18
19

Robert, S., Schwartz, C. dan Lockard, C. 2006.Blood Components. Encyclopedia


Britannica Inc. London.

Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Departemen Pendidikan Nasional.


Jakarta.

Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya.
Jakarta

Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya.


Jakarta

Svobodova, Z. dan Vyukusova, B. 1991. Diagnostik, Prevention and Therapy of


Fish Disease and Intoxication. Research Institute of fish Culture and
Hydrobiology Vodnany. Czechoslovakia.

Wedemeyer, G. dan Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessement of the
effect enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife Service.
Technical Paper 89. Washington.
Yudha, J. 1999. Peripheral Blood Appearance of DHF Patients in Departemen of
Pediatri Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga.
35(3).
LAMPIRAN
21

Lampiran 1. Alat yang digunakan

Timbangan
Tusuk sonde

Pisau bedah Gunting

Penjepit arteri Pipa kapiler darah

Sentrifuge hematocrit Wax/lilin malam

Hematocrit reading
chart
22

Lampiran 2. Bahan yang digunakan

Ikan Mas
23

Lampiran 3. Prosedur pengamatan

Ikan uji diambil dari akuarium stok, lalu ikan ditimbang dan dicatat bobotnya.

Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala ikan menghadap praktikan), bagian
anterior kepala ikan dengan sonde, sonde diputar perlahan sehingga otak ikan
rusak dan ikan pingsan.

Ikan dibedah pada bagian dekat insang dan sebagian perut dibagian anterior,
hingga terlihat organ jantung.

Aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri hingga sinus venosus terisi
penuh oleh darah.

Pipa kapiler darah ditusukkan ke sinus venosus, darah ditampung sampai ±¾


volume pipa kapiler.

Lubang pipa kapiler ditutup dengan menancapkan secara tegak lurus pada lapisan
lilin/wax yang telah disediakan.

Sentrifuge hematokrit disiapkan, pipa kapiler diletakkan secara seimbang antara


masing-masing pipa.

Sampel darah disentrifuge selama 4 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.

Selesai disentrifuge, pipa kapiler diletakkan diatas ”Hematocrit Reading Chart”


nilai hematokrit dibaca dengan menyesuaikan ketinggian plasma sebagai batas
atas dan sel darah sebagai batas bawah.
24

Lampiran 4. Kegiatan praktikum

Diambil salah satu ikan dari


akuarium, lalu ikan ditimbang lalu Ikan dibedah pada bagian dekat
dicatat bobotnya. insang dan sebagian perut bagian
anterior.

Lubang pipa kapiler ditutup dengan


menancapkan secara tegak lurus pada
lapisan lilin/wax yang telah
Aorta ventralis dijepit lalu hingga
disediakan.
sinus venosus terisi penuh oleh
darah. Lalu Pipa kapiler darah
ditusukkan ke sinus venosus, darah
ditampung sampai ±¾ volume pipa
kapiler.

Sentrifuge hematokrit disiapkan, pipa Selesai disentrifuge, pipa kapiler


kapiler diletakkan secara seimbang diletakkan diatas ”Hematocrit
antara masing-masing pipa. Sampel Reading Chart” nilai hematokrit
darah disentrifuge selama 4 menit dibaca dengan menyesuaikan
dengan kecepatan 12.000 rpm. ketinggian plasma sebagai batas atas
dan sel darah sebagai batas bawah.
25

Lampiran 5.Tabel Data Kelompok


Bobot Ikan (gram) Nilai Hematokrit (%)

115 50
26

Lampiran 6. Tabel Data Angkatan


Tabel Data Angkatan
Berikut merupakan tabel data nilai hematokrit Ikan Mas kelas A
Kelompok Bobot (gram) Nilai Hematokrit (%)

1 206 40

2 211 40

3 112 40

4 221 40

5 89 32

6 146 32

7 221 32

8 85 32

9 146 25

10 221 25

11 101,59 25

12 107,37 25

13 241 40

14 241 40

15 101,59 40

16 104 33

17 206 33

18 114 33

19 104 33
27

Berikut merupakan tabel data nilai hematokrit Ikan Mas kelas B


Kelompok Bobot (gram) Nilai Hematokrit (%)
1 120 30
2 120 30
3 120 30
4 92 38
5 92 38

6 92 38
7 110 40
8 110 40

9 100 40
10 91 30
11 91 30
12 91 30

13 120 30
14 92 38
15 110 40
16 92 20

17 92 20
18 91 30
19 92 20

20 92 20
28

Berikut merupakan tabel data nilai hematokrit Ikan Mas kelas C


Kelompok Bobot (gram) Nilai Hematokrit (%)
1 104 50
2 119 15
3 117 45
4 115 47
5 118 38
6 120 40
7 87 38
8 115 30
9 143 59
10 95 35
11 118 50
12 93,25 49
13 112 45
14 115 50
15 115 30
16 86,5 35
17 116 18
18 112 30
19 119,49 20

Anda mungkin juga menyukai