(Cyprinus carpio)
Disusun oleh :
Kelompok 14 / Perikanan C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Asisten Laboratorium
Rahmad Afdillah
230110160154
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan
karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Hematokrit
Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)” dapat diselesaikan.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai hematokrit pada Ikan Mas.
Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena
itu kelompok 14 mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si., Dra. Titin Herawati, M.Si., dan
Irfan Zidni, S.Pi., MP. yang menyampaikan materi dengan baik.
2. Asisten laboratorium Rahmad Afdillah yang membimbing penyusun dalam
praktikum.
3. Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum.
Penyusun telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan
praktikum, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan masukan
yang membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan
praktikum yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 1
1.3 Manfaat ..................................................................................... 1
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas .................................................................................... 2
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas .................................................................. 3
2.1.2 Fisiologi Ikan Mas .................................................................... 3
2.2. Sistem Peredaran Darah .. 4 Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Komponen Penyusun Darah 5 Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Jantung ............................ 6 Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Saluran Darah .................. 9 Error! Bookmark not defined.
2.3 Hematokrit....................... 9 Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Metode Pengukuran Hematokrit .... 10 Error! Bookmark not
defined.
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Hematokrit 11 Error!
Bookmark not defined.
III BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................... 12
3.2.1 Alat ............................................................................................ 12
3.2.2 Bahan ........................................................................................ 12
3.3 Prosedur Praktikum ................................................................... 13
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Kelompok ......................................................................... 14
4.2 Data Angkatan ........................................................................... 15
V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................... 17
5.2 Saran .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 18
LAMPIRAN ...................................................................................... 20
ii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Alat-alat praktikum ............................................................................. 12
2 Bahan praktikum ................................................................................. 12
3 Tabel data perhitungan hematokrit pada Ikan Mas kelompok . 14 Error!
Bookmark not defined.
iii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Ikan Mas ......................................................................................... 2
2 Komponen penyusun darah ............................................................ 6
3 Jantung ikan ................................................................................... 7
4 Saluran darah ikan .......................................................................... 9
6 Grafik distribusi nilai hematorit Ikan Mas ..................................... 15
7 Grafik hubungan bobot dengan nilai hematokrit Ikan Mas .... Error!
Bookmark not defined.16
iv
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Alat yang digunakan ...................................................................... 21
2 Bahan yang digunakan ................................................................... 21
3 Prosedur pengamatan ..................................................................... 23
4 Kegiatan praktikum ........................................................................ 24
5 Data angkatan ................................................................................... 26
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum adalah untuk dapat menghitung dan mengetahui nilai
hematokrit pada Ikan Mas.
1.3 Manfaat
Dapat memberikan informasi mengenai nilai hematokrit Ikan Mas dan
secara tidak langsung mengetahui kondisi kesehatan pada Ikan Mas.
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2
3
melepaskan karbon dioksida dan mengambil oksigen dari air. Dari kapiler-kapiler
insang darah mengalir ke aorta dorsalis yang bercabang-bercabang. Dari cabang-
cabang aorta dorsalis ini darah didistribusikan ke kapiler-kapiler di seluruh bagian
tubuh untuk mengedarkan oksigen dan zat-zat makanan ke seluruh tubuh. Selain
itu darah juga mengambil karbondioksida untuk dibawah kembali ke jantung
melalui vena kava dan sinus venosus. Dari uraian di atas jelas jelas bahwa pada
sistem peredaran darah ikan, darah hanya melalui jantung satu kali dalam satu kali
peredarannya (Ferdinand dan Ariebowo 2009).
timbulnya infeksi dan alergi, dan basofil yang menghasilkan antikoagulan heparin
dan substansi histamine. Netrofil merupakan sel darah putih yang relative banyak
jumlahnya dibandingkan dengan sel lainnya dan bertambah bila terjadi infeksi
(Lagler et al. 1977).
Leukosit nongranular terdiri atas monosit dan limfosit. Limfosit merupakan
sel darah yang memiliki inti relative besar dan sitoplasma kecil. Limfosit
jumlahnya terbesar kedua setelah netrofil dan ukurannya sama dengan sel darah
merah. Bagian sel darah putih yang berhubungan dengan respon kekebalan dan
menghasilkan antibody adalah limfosit. Fungsi limfosit dalam sistem pertahanan
tubuh yaitu membentuk antibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam
tubuh (Lagler et al. 1977).
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan
akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan
yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan (Lagler et al. 1977).
Berikut merupakan komponen penyusun darah (Gambar 2) :
2.2.2 Jantung
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan
dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Pada ikan
7
terdapat bagian restral dari hati dan bagian ventral dari rongga mulut (Affandi dan
Tang 2002).
Jantung ikan teleostei umumnya terdapat di belakang insang dibagian depan
rongga badan. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan
perikardium. Lapisan perikardium ini lebih tipis pada ikan elasmobranchi
daripada ikan teleostei. Jantung ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu sinus
venosus, atrium, ventrikel dan conus arteriosus pada elasmobranchi atau bulbus
arteriosus pada teleostei, ruang jantung tersebut dipisahkan oleh sepasang klep
berbentuk setengah bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh perikardium yang
terdiri dari perikardial mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-
pembuluh darah terdapat bagian antara epikardium dan otot jantung yang terletak
dibawahnya terutama bagian ventrikel (Moyle dan Cech 1988). Berikut
merupakan jantung ikan (Gambar 3) :
Berbeda dengan sinus venosus, atrium mempunyai ruang yang relatif lebih
besar yang terletak pada bagian anterior sinus venosus dan dorsal dari ventrikel.
Atrium merupakan ruang tunggal yang berdinding tipis tetapi mempunyai banyak
otot jantung dibandingkan sinus venosus. Sebagian besar serabut otot membentuk
suatu jalinan yang berongga diantaranya dan berisi darah dari rongga atrium.
Setiap serabut otot ini dibungkus oleh endokardium sama seperti bagian dalam
dinding atrium. Dinding atrium terdiri dari otot jantung dan dibungkus oleh
epikardium. Ventrikel bertanggung jawab atas hampir semua kegiatan
pemompaan darah dari jantung dan sebagian besar otot jantung terdapat pada
rongga ini. Dinding ventrikel yang tebal ini terdiri dari dua lapis otot jantung,
lapisan luar yang kompak disebut kortikal dan lapisan otot dalam yang seperti
spons. Serabut-serabut otot lapisan dalam ini saling berhubungan dan
menghasilkan suatu susunan otot jantung yang tidak kompak. Lapisan yang
kompak terdiri dari serabut-serabut otot yang tersusun rapat dan mendapat suplai
darah dari atrium coronary (Moyle dan Cech 1988).
Bulbus arteriosus mempunyai suatu dinding yang tebal dan terdiri dari
serabut otot jaringan pengikat halus. Otot jantung tidak ada dan yang banyak
adalah serabut-serabut yang bersifat elastis. Endothelium mengandung sel pipih
selapis dan lapisan subendothelium yang berisi jaringan ikat tipis. Endothelium
menonjol ke dalam rongga dan bagian luar bulbus arteriosus dibungkus oleh
epikardium. Bulbus arteriosus akan menjadi aorta ventral ketika keluar dari
rongga perikardial. Bulbus arteriosus sangat berperan dalam mengatur tekanan
darah yang berasal dari jantung. Serabut-serabut yang elastis ini memungkinkan
rongga bulbus arteriosus membesar selama ada tekanan tinggi pada saat sistole
dari ventrikel dan dapat melindungi pembuluh-pembuluh darah pada insang dari
tekanan yang berlebihan sehingga terjadi konstruksi dari bulbus dan akan
mendorong darah ke ventral aorta (Affandi dan Tang 2002).
Conus arteriosus merupakan bagian dari aorta ventral, memiliki otot seperti
pada ventrikel. Pada elasmobranchi, conus arteriosus berkembang dengan baik
tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian besar teeostei, conus
9
arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan
bulbus arteriosus berkembang dengan baik (Affandi dan Tang 2002).
Menurut Affandi dan Tang (2002) jantung akan menerima darah yang kaya
akan oksigen (pada teleostei dan elasmobranchi) melalui dua kelompok arteri
coronary, yaitu :
a. Arteri coronary anterior, arteri ini berasal dari saluran hipobran (cabang
dari arteri branchial afferent) arteri ini memasok darah pada conus
arteriosus dan ventrikel).
b. Arteri coronary posterior, arteri ini berasal dari arteri caracoid atau arteri
subclavin dan masuk ke dalam jantung melalui bagian belakang, fungsinya
untuk memasok darah pada bagian dinding jantung.
2.3 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan
untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Kuswardani 2006).
10
Kadar hematokrit juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume
eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus
yang nilainya dinyatakan dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai
perbandingan antara sel darah merah dengan seluruh volume darah. Presentase
kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani
2006).
Menurut Yudha (1999) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada
ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat
juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia dan ikan terkena penyakit
apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas dan
ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit.
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Alat-alat praktikum
No. Alat Fungsi Alat
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan praktikum
No. Nama Bahan Fungsi
Sebagai ikan yang dibedah dan
1 Ikan Mas
dihitung hematokritnya.
12
13
115 50
Hematokrit adalah proporsi volume darah yang terdiri dari sel darah
merah, sebagai hasilnya tingkat hematokrit (HCT) dinyatakan dalam persentase.
Abdullah (2008) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan pada kondisi
normal sebesar 30,8 - 45,5%, namun nilai ini dapat berbeda pada spesies ikan
yang berbeda. Dari hasil akhir praktikum kelompok kami menunjukkan Ikan Mas
kami, dengan bobot bernilai 115 gram memiliki nilai hematokrit berkisar 50%,
nilai ini menunjukkan bahwa ikan ini memiliki 50 mililiter eritrosit pada tiap 100
mililiter darahnya. Dari nilai tersebut ikan ini memiliki nilai hematrosit lebih
banyak dari pada umumnya, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya usia, jenis kelamin, masa pemijahan, stress, penyakit, dll. Laju
metabolisme berbanding lurus dengan hematokrit, maka dengan diketahuinya
hematokrit pada ikan maka dapat diketahui pula laju metabolisme pada tubuh ikan
tersebut
14
15
14
12
10
8
6 5
4 4
4 3
2 1
0
15-21 22-28 29-35 36-42 43-49 50-56 57-63
Nilai Hematokrit (%)
50
40
30
20
10
0
60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 200,00 220,00 240,00 260,00
Bobot Ikan (Gram)
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Ikan Mas (Cyprinus carpio) kadar hematokrit
tertinggi yaitu 59% pada bobot Ikan Mas 143 g dan kadar hematokrit terendah
yaitu 15% pada bobot Ikan Mas 119 g. Maka didapati kesimpulan bahwa berat
ikan tidak spesifik dalam mempengaruhi nilai hematokrit, dikarenakan faktor
utama dalam mempengaruhi nilai hematokrit adalah usia/umur ikan, jenis kelamin
ikan, gizi ikan, masa pemijahan, penyakit, stress serta spesies ikan dan letak
habitat ikan.
5.2 Saran
Praktikum ini sebaiknya pada saat proses pembedahan ikan lebih berhati-
hati agar aorta ventralis tidak terpotong, serta saat menusukkan pipa kapiler ke
sinus venosus harus berhati-hati agar darah tidak memancar keluar. Sebaiknya
pengambilan nilai hematokrit ikan dilakukan dengan menggunakan sampel darah
dari ikan itu sendiri.
17
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R. dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press. Pekanbaru.
Anderson, S. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
CV. Rajawali.Jakarta.
Anderson, S. 1992. A-Morphous Morphology. Cambridge University Press.
Cambridge.
Chinabut, S., Limsuwan, C. dan Katsuwan. 1991. Histology of Walking Catfish
Clarius batracus. IDRC. Canada.
Dellman dan Brown.1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi ke-3. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Ferdinand, P. dan Ariebowo, M. 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Kementerian
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hibiya, T. dan Takashima, F. dan 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and
Pathological Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd.
Tokyo.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Jawad, L., Mukhtar, M. dan Ahmed, H. 2004. The Relationship Betwee
Hermatokrit and Some Biological Parameters of the Indian Shad, Temalosa
ilisha Animal Biodiversity and Concersation. 27:47-52.
Khairuman, S., Dodi, S. dan Bambang, G. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara
Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
18
19
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya.
Jakarta
Wedemeyer, G. dan Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessement of the
effect enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife Service.
Technical Paper 89. Washington.
Yudha, J. 1999. Peripheral Blood Appearance of DHF Patients in Departemen of
Pediatri Dr. Soetomo Hospital Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga.
35(3).
LAMPIRAN
21
Pisau bedah
Gunting
Hematocrit reading
chart
22
Ikan Mas
23
Ikan uji diambil dari akuarium stok, lalu ikan ditimbang dan dicatat bobotnya.
Ikan uji dipegang dengan tangan kiri (kepala ikan menghadap praktikan), bagian
anterior kepala ikan dengan sonde, sonde diputar perlahan sehingga otak ikan
rusak dan ikan pingsan.
Ikan dibedah pada bagian dekat insang dan sebagian perut dibagian anterior,
hingga terlihat organ jantung.
Aorta ventralis dijepit menggunakan penjepit arteri hingga sinus venosus terisi
penuh oleh darah.
Lubang pipa kapiler ditutup dengan menancapkan secara tegak lurus pada lapisan
lilin/wax yang telah disediakan.
Diambil salah satu ikan dari Ikan dibedah pada bagian dekat
akuarium, lalu ikan ditimbang lalu insang dan sebagian perut bagian
dicatat bobotnya. anterior.
Lubang pipa kapiler ditutup dengan Aorta ventralis dijepit lalu dibiarkan
menancapkan secara tegak lurus pada beberapa saat hingga sinus venosus
lapisan lilin/wax yang telah terisi penuh oleh darah. Lalu Pipa
disediakan. kapiler darah ditusukkan ke sinus
venosus, darah ditampung sampai
±¾ volume pipa kapiler.
115 50
26
1 206 40
2 211 40
3 112 40
4 221 40
5 89 32
6 146 32
7 221 32
8 85 32
9 146 25
10 221 25
11 101,59 25
12 107,37 25
13 241 40
14 241 40
15 101,59 40
16 104 33
17 206 33
18 114 33
19 104 33
27