TINJAUAN PUSTAKA
1
Gambar 1. Ikan mas
2
3
tubuh yaitu membentuk antibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam
tubuh (Lagler et al. 1977).
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan
akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan
yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan (Lagler et al. 1977).
Berikut merupakan komponen penyusun darah (Gambar 2) :
2.2.2 Jantung
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan
dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Pada ikan
terdapat bagian restral dari hati dan bagian ventral dari rongga mulut (Affandi dan
Tang 2002).
Jantung ikan teleostei umumnya terdapat di belakang insang dibagian depan
rongga badan. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan
perikardium. Lapisan perikardium ini lebih tipis pada ikan elasmobranchi
daripada ikan teleostei. Jantung ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu sinus
venosus, atrium, ventrikel dan conus arteriosus pada elasmobranchi atau bulbus
arteriosus pada teleostei, ruang jantung tersebut dipisahkan oleh sepasang klep
berbentuk setengah bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh perikardium yang
terdiri dari perikardial mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-
7
pembuluh darah terdapat bagian antara epikardium dan otot jantung yang terletak
dibawahnya terutama bagian ventrikel (Moyle dan Cech 1988). Berikut
merupakan jantung ikan (Gambar 3) :
Menurut Affandi dan Tang (2002) jantung akan menerima darah yang kaya
akan oksigen (pada teleostei dan elasmobranchi) melalui dua kelompok arteri
coronary, yaitu :
a. Arteri coronary anterior, arteri ini berasal dari saluran hipobran (cabang
dari arteri branchial afferent) arteri ini memasok darah pada conus
arteriosus dan ventrikel).
b. Arteri coronary posterior, arteri ini berasal dari arteri caracoid atau arteri
subclavin dan masuk ke dalam jantung melalui bagian belakang, fungsinya
untuk memasok darah pada bagian dinding jantung.
2.3 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan
untuk menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Kuswardani 2006).
Kadar hematokrit juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume
eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus
yang nilainya dinyatakan dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai
perbandingan antara sel darah merah dengan seluruh volume darah. Presentase
kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani
2006).
Menurut Yudha (1999) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada
ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat
juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia dan ikan terkena penyakit
apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas dan
ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit.
10
Daftar Pustaka
Affandi, R. dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press.Pekanbaru.
Anderson, S. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. CV.
Rajawali.Jakarta.
Anderson, S. 1992. A-Morphous Morphology. Cambridge University Press. Cambridge.
Chinabut, S., Limsuwan, C. dan Katsuwan. 1991. Histology of Walking Catfish Clarius
batracus. IDRC. Canada.
Dellman dan Brown.1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi ke-3. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Ferdinand, P. dan Ariebowo, M. 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Hibiya, T. dan Takashima, F. dan 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathological
Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd. Tokyo.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Jawad, L., Mukhtar, M. dan Ahmed, H. 2004. The Relationship Betwee Hermatokrit and
Some Biological Parameters of the Indian Shad, Temalosa ilisha Animal Biodiversity
and Concersation. 27:47-52.
Khairuman, S., Dodi, S. dan Bambang, G. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta
Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta
12
Svobodova, Z. dan Vyukusova, B. 1991. Diagnostik, Prevention and Therapy of Fish Disease
and Intoxication. Research Institute of fish Culture and Hydrobiology Vodnany.
Czechoslovakia.
Wedemeyer, G. dan Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessement of the effect
enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife Service. Technical Paper 89.
Washington.
Yudha, J. 1999. Peripheral Blood Appearance of DHF Patients in Departemen of Pediatri Dr.
Soetomo Hospital Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga. 35(3).