Anda di halaman 1dari 7

A.

Total Productive Maintenance

Total Productive Maintenance merupakan suatu filosofi yang bertujuan


memaksimalkan efektivitas dari fasilitas yang digunakan di dalam industri, yang
tidak hanya dialamatkan pada perawatan saja tapi pada semua aspek dari operasi dan
instalasi, dari fasilitas produksi termasuk juga didalamnya peningkatan motivasi dari
orang-orang yang bekerja dalam perusahaan tersebut. Konsep Total Productive
Maintenance (TPM) pertama kali diterapkan di Jepang pada tahun 1971. Konsep
TPM mencakup semua hal yang berhubungan dengan Maintenance termasuk
implementasinya di lapangan. Pada TPM mengikut sertakan pekerja dari bagian
produksi untuk ambil bagian dalam kegiatan maintenance tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan semaksimal mungkin. TPM dirancang
untuk mencegah terjadinya kerugian karena terhentinya aktivitas produksi yang
disebabkan oleh kegagalan fungsi dari suatu peralatan (mesin), kerugian yang
disebabkan oleh hilangnya kecepatan produksi mesin yang diakibatkan oleh
kegagalan fungsi suatu komponen tertentu dari suatu mesin produksi. Dengan TPM
diharapkan akan terjadi kerjasama yang baik antara bagian maintenance dan produksi.
Menurut Stok dan Amelia (2001), komponen dari TPM secara umum terdiri atas 3
bagian, yaitu :

a. Total Approach, merupakan suatu pendekatan dimana semua orang ikut


terlibat, bertanggung jawab dan menjaga pelaksanaan TPM
b. Productive Action, merupakan sikap proaktif dari seluruh karyawan terhadap
kondisi dan operasi dari fasilitas produksi.
c. Maintenance, merupakan pelaksanaan perawatan dan peningkatan efektivitas
dari fasilitas dan kesatuan operasi produksi.

Pada awal perkembanganya TPM berfokus pada perawatan (pendukung proses


produksi suatu perusahaan), sehingga JIPM memberikan definisi ke dalam lima
elemen yaitu:
1. TPM berusaha memaksimasi efektivitas peralatan keseluruhan
2. TPM merupakan sistem dari Preventive Maintenance (PM) dalam rentang
waktu umur suatu perusahaan.
3. TPM melibatkan seluruh departemen perusahaan
4. TPM melibatkan seluruh personil, mulai dari manajemen puncak hingga pekerja
di lantai produksi
5. TPM sebagai landasan mempromosikan Preventive Maintenance (PM) melalui
manajemen motivasi dalam bentuk kegiatan kelompok kecil mandiri.

Kata “Total” dalam Total Productive Maintenance mengandung tiga arti, yaitu :
1. Total Effectiveness, menunjukkan bahwa TPM bertujuan untuk efisiensi
ekonomi atau mencapai keuntungan.
2. Total Maintenance System, meliputi maintenance prevention, maintainability
improvement dan preventive maintenance.
3. Total Participation of All Employees,meliputi Autonomous Maintenance
operator melalui kegiatan suatu grup kecil (Seiichi Nakajima,1988:10).

Tujuan utama dari TPM menurut Seiichi Nakajima & Benjamin S. B, 1988 adalah:
1. Mengurangi waktu (delay) saat operasi.
2. Meningkatkan avaibility (ketersediaan), menambah waktu yang produktif.
3. Meningkatkan umur peralatan.
4. Melibatkan pemakai peralatan dalam perawatan, dibantu oleh personil
maintenance.
5. Melaksanakan preventive maintenance (regular dan condition based).
6. Meningkatkan kemampuan merawat peralatan, dengan menggunakan expert
system untuk mendiagnosis serta mempertimbangkan langkah-langkah
perancangannya (Indiraani, 2013).
Kegiatan TPM mencakup :
1. Operator mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa
mungkin harus dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal seperti
misalnya memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah sekitar serta
berperan serta aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali mengetahui kondisi
mesin tersebut adalah operator.
2. Teknisi-teknisi maintenance hanya akan bertugas pada masalah-masalah serius
seperti misalnya apabila ada trouble dan repair.
3. Dibentuknya staff teknik khusus untuk menganalisa siklus kualitas dari masalah
yang timbul, memberikan ide pengembangan yang menguntungkan serta dapat
memberikan pandangan tentang maintenance yang berkualitas.

Institusi Management Pabrik di Jepang menganggap bahwa TPM harus dapat


diaplikasikan pada sebuah organisasi dengan membagi menjadi 12 langkah sebagai
berikut :

1. Sebuah keputusan pada level tertinggi, sebisa mungkin harus melalui hasil
perundingan dengan staffnya.
2. Pendidikan dan latihan teknis dilakukan melalui seminar atau pertemuan rutin.
3. Semua kegiatan atau gagasan harus tertuju pada peningkatan TPM.
4. Melakukan survey dan analisa secara umum pada semua perlengkapan secara
seksama.
5. Memberikan sebuah rencana kerja.
6. Menetapkan rencana kerja tersebut sebagai sebuah langkah kerja yang harus
dilaksanakan.
7. Meningkatkan kesiapan tim termasuk masing-masing mesin yang ada.
8. Mangoptimalkan, dari masalah ekonomis sampai dengan sebuah pelayanan
maintenance yang baru yang akan dikembangkan.
9. Pengembangan pada sistem maintenance itu sendiri.
10. Memberikan pelatihan-pelatihan pada operator untuk membuka pandangan dan
wawasan baru pada pola kerjanya.
11. Membiasakan untuk selalu merancang sebuah sistem management yang handal.
12. Setelah melewati periode tertentu, taksir perubahan yang dihasilkan, tentukan
maksud dan tujuan baru yang akan dilaksanakan kemudian pada program
berikutnya.

Pada dasarnya kunci keberhasilan dari TPM adalah motivasi dan pelatihan-pelatihan
pada staffnya secara berkesinambungan. Obyek utama dalam TPM adalah :

1. Pengurangan waktu tunda antara kesiapan mesin sampai dengan waktu produksi.
2. Peningkatan kesiapan perlengkapan, menambah sebagian waktu produksi.
3. Penjagaan umur peralatan produksi agar bisa panjang.
4. Mengikutsertakan pemakai mesin dalam kegiatan maintenance didukung dengan
teknisi-teknisi maintenance.
5. Membuat rutinitas yang didasarkan pada kondisi preventive maintenance.
6. Meningkatkan tingkat pemeliharaan pada perlengkapan dengan menggunakan
sistem yang handal untuk mandiagnosa masalah dengan mempertimbangkan
pada perancangan dasarnya.
Sampai saat ini kegiatan maintenance suatu pabrik di Indonesia secara
keseluruhan dikerjakan oleh bagian maintenance. Untuk pabrik-pabrik ukuran kecil
bagian maintenance dalam struktur organisasinya berada di bawah bagian produksi.
Kedua bagian ini memiliki orientasi kerja yang berbeda dan kadang- kadang
berlawanan. Hal ini menyebabkan ketidakselarasan antara kedua bagian ini yang
dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan.

Tindakan-tindakan pencegahan perlu segera diambil dengan merubah pola


kerja lama dimana seluruh kegiatan maintenance hanya dikerjakan oleh bagian
maintenance, menjadi pola kerja baru dimana tidak seluruh kegiatan maintenance
ditimpakan kepada bagian maintenance, tetapi sebagian pekerjaan maintenance ikut
dikerjakan oleh bagian-bagian lain dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan
kata lain seluruh karyawan perusahaan tanpa kecuali wajib melakukan pekerjaan
maintenance sesuai dengan bagian masing-masing. Pekerjaan-pekerjaan maintenance
yang dapat dikerjakan oleh bagian-bagian lain tersebut terbatas pada pekerjaan-
pekerjaan antara lain :
 Membersihkan debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu peralatan
produksi perbaikan-perbaikan ringan, memberi pelumasan bila diperlukan,
mengencangkan bagian-bagian kendur.
 Mencegah datangnya debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu,
memikirkan cara-cara maintenance yang lebih baik.
 Membakukan tata cara kerja maintenance pada kasus-kasus tertentu dan disepakati
bersama.
 Melakukan pekerjaan-pekerjaan inspeksi dan perbaikan-perbaikan ringan.

Bila pekerjaan seperti membersihkan dan inspeksi serta perbaikan ringan


sudah dikerjakan secara rutin oleh bagian-bagian lain di luar bagian maintenance
khususnya oleh operator-operator bagian produksi maka beban atau tugas yang
dikerjakan oleh bagian maintenance sudah berkurang sehingga bagian maintenance
dapat mengkonsentrasikan kegiatannya pada masalah-masalah corrective agar
diperoleh hasil yang lebih andal.

Hasil pekerjaan-pekerjaan corrective yang lebih handal akan mengurangi


down time sehingga interupsi terhadap jadwal produksi akan berkurang. Dengan
diserahkan sebagian tugas-tugas maintenance kepada bagian-bagian lain, diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran para karyawan/operator akan pentingnya atau
manfaatnya pekerjaan maintenance ini bagi kehandalan dan kemajuan perusahaan
yang dapat menjamin kelangsungan hidup para karyawan/operator yang
bersangkutan. Meskipun demikian perlu disadari bahwa pengalihan sebagian tugas-
tugas maintenance ini kepada bagian lain pada mulanya akan mengalami hambatan-
hambatan atau tantangan-tantangan. Oleh karenanya pengalihan sebagian tugas-tugas
maintenance ini perlu dilakukan secara bertahap, tahapan tersebut adalah:
Tahap pertama adalah menyadarkan bahwa maintenance dan merapikan suatu alat
kerja adalah suatu proses yang bersifat mendidik yang secara langsung atau tidak
langsung membangkitkan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatunya dari alat yang
sedang dibersihkan, misalnya :

 Bagaimana cara alat ini bekerja.


 Darimana datangnya debu yang mengotori alat ini.
 Bagaimana cara memasang dan mengencangkan baut-baut yang lepas.
 Bagaimana membedakan suara mesin yang normal dan yang tidak normal.

Tahap kedua memberikan pengertian bagaimana caranya agar peralatan produksi


tidak mudah terkena debu atau kotoran-kotoran lain yang mengganggu. Misalnya
dengan memberikan tutup atau alat pelindung lainnya agar mesin peralatan produksi
terhindar dari debu atau kotoran. Makin besar tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya atas peralatan produksi yang harus dipeliharanya, makin besar
keinginannya untuk menjaga peralatan produksi tersebut tetap bersih dan terpelihara.

Tahap ketiga, bila kesadaran yang ditanamkan pada tahap 1 dan 2 sudah tercapai
maka tahap berikutnya adalah menugaskan secara rinci dan terjadwal pekerjaan-
pekerjaan maintenance yang nanti menjadi tugas rutinnya. Para karyawan/operator
dibiasakan mempelajari dan mengerjakan instruksiinstruksi yang terdapat dalam
manual instruction book secara disiplin. Misalnya operator diwajibkan tiap hari 10
menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada peralatan
-peralatan produksi sebelum dan sesudah operasi. Tiap akhir minggu disediakan
waktu 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada
peralatan peralatan produksi sebelum atau sesudah operasi. Tiap akhir minggu
disediakan waktu 30 menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60 menit khusus
untuk membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada peralatan produksi
iperalatan produksi yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikutitraining/latihan yang
berkaitan dengan kegiatan maintenance khususnya dalam bidang inspeksi peralatan
produksi secara umum. Kegiatan tahap keempat ini memakan waktu agak lama
karena setiap karyawan/operator dituntut mengembangkan kemampuannya untuk
dapat mengamati adanya ketidakberesan pada suatu peralatan produksi yang menjadi
tanggung jawabnya.

Tahap kelima, karyawan/operator dilatih untuk membuat Check List Form atau tabel-
tabel untuk keperluan inspeksi bagian-bagian peralatan produksi. Untuk keperluan ini
dari para karyawan/operator dituntut wawasan pengetahuan yang lebih tinggi
mengenai beberapa peralatan produksinya. Kemudian tabel-tabel ini bila telah
disepakati bersama akan menjadi tabel yang baku.
Tahap keenam, kepada karyawan/operator akan diperkenalkan organisasi
kerja perusahaan sehingga wawasannya lebih luas mengenai seluk beluk perusahaan
dan setelah menghayatinya akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) terhadap
perusahaan ini dan secara sadar dan otomatis akan memelihara peralatan produksi
dengan baik seperti miliknya sendiri (Wijaya,2010).

Anda mungkin juga menyukai