PENDAHULUAN
2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi bahwa kondisi ibu dengan luaran
maternal pada perkawinan usia anak dengan kejadian komplikasi dalam persalinan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan pustaka tentang hubungan luaran maternal
pada perkawinan usia anak dengan kejadian komplikasi dalam persalinan di RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya, sehingga bisa diteruskan untuk penelitian selanjutnya.
2. Pembuat kebijakan dalam bidang kesehatan untuk mengurangi komplikasi perkawinan
usia anak yang terjadi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
3) Persalinan yang Lama Dan Sulit
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab dari persalinan lama
sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian ibu.
4) Berisiko Kanker
Hubungan seks pada usia dibawah 17 tahun merangsang tumbuhnya sel kanker pada alat
kandungan perempuan, karena rentan pada usia 12 – 17 tahun perubahan sel.
dalam mulut rahim sedang aktif sekali. Saat sel sedang membelah secara aktif (metamorfosis)
idealnya tidak terjadi kontaks atau rangsangan apapun di luar, termasuk injus (masuknya)
benda asing dalam tubuh perempuan. Karena adanya benda asing, termasuk alat kelamin pria
dan sperma akan mengakibatkan perkembangan sel ke arah abnormal. Apalagi kalau sampai
terjadi luka yang mengakibatkan infeksi dalam rahim. Sel abnormal dalam mulut rahim itu
dapat mengakibatkan kanker mulut rahim (serviks). Kanker serviks menyerang alat kelamin
perempuan, berawal dari mulut rahim dan berisiko menyebar ke vagina hingga keluar di
permukaan.
5 ) Anemia Kehamilan / Kekurangan Zat Besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan
pentingnya gizi pada saat hamil di usia muda.karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu
mengalami anemia. tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta.lama kelamaan seorang yang
kehilangan sel darah merah akan menjadi anemis.
6) Mudah Terjadi Infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi
saat hamil terlebih pada kala nifas.
7) Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan
terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan
eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
8) Kematian ibu yang tinggi
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain
itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup tinggi.yang kebanyakan dilakukan
oleh tenaga non profesional (dukun).
5
9) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada
saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
10) Berat badan lahir rendah (BBLR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini
dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga
dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
11) Cacat Bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus
rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
12) Kematian Bayi
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal.yang
disebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),
kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia.
6
b. Eklampsia
Eklampsia timbul pada wanita hamil atau dalam keadaan persalinan dan nifas dengan
tanda-tanda preeklampsi. Eklampsia merupakan kelanjutan preeklampsi berat ditambah
dengan kejang dan koma yang berlangsung mendadak. Dalam keadaan eklampsia sudah agak
sulit mendapatkan perawatan dan pengobatan.
sehingga sering menyebabkan kematian ibu serta janin. Dalam perawatan dan pengobatannya
ibu diisolasi ketat, dihindari kejang-kejang yang dapat menimbulkan penyulit yang lebih
berat. Dilakukan induksi persalinan atau persalinan dilakukan dengan tindakan seksio
sesarea. Setelah persalinan masih diperlukan perawatan intensif untuk mencegah terjadinya
kejang. Angka kematian ibu maupun janin pada eklampsia sulit diturunkan sehingga untuk
menurunkan angka kematian tersebut diharapkan dapat menetapkan penyakit pada keadaan
preeklampsi ringan yang penyembuhannya lebih mudah dan berhasil baik
c. Partus Macet
Persalinan lebih dari 24 jam disebut partus lama, yang selalu memberikan risiko/
penyulit baik bagi ibunya maupun janin yang dikandungnya. Kontraksi rahim selama 24 jam
tersebut dapat mengganggu aliran darah menuju janin sehingga janin dalam rahim menjadi
dalam situasi berbahaya. Ada beberapa hal yang menyebabkan kepala bayi cukup lama
tertahan di dasar panggul, antara lain terjadinya lilitan tali pusat, terdapat kesempitan panggul
sehingga kepala bayi tidak dapat melewati pintu bawah panggul. Tidak diketahuinya
keseimbangan antara kekuatan (power), jalan lahir (passage), dan janin-plasenta (passenger)
sehingga terjadi kemacetan dalam persalinan. Keadaan terakhir dari partus terlantar
(neglected labour) adalah robekan rahim (ruptura uteri) dengan semua tanda partus terlantar
dijumpai dan bagian bawah rahim sangat tipis dan mudah pecah. Partus terlantar merupakan
tingkat terakhir untuk dapat memberikan pertolongan ibu dan janinnya dalam keadaan
selamat artinya hidup tanpa disertai keadaan yang lebih gawat.
d. Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan disertai keluarnya cairan
berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu, 1 jam atau lebih sebelum proses
persalinan berlangsung. Penyebabnya pecahnya selaput ketuban secara pasti belum diketahui,
tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan
iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban.
7
2.3 Faktor Resiko Komplikasi Pada Persalinan5
Menurut Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) merupakan banyak factor dan kriteria
risiko kehamilan. Berikut adalah faktor resiko :
a. Primi muda
Ibu yang hamil pertama kali pada usia ≤ 16 tahun, dimana pada usia tersebut
reproduksi belum siap dalam menerima kehamilan kondisi rahim dan panggul yang masih
kecil, akibat dari ini janin mengalami gangguan. Disisi lain mental ibu belum siap menerima
kehamilan dan persalinan. Bahaya yang terjadi jika usia terlalu muda yaitu premature,
perdarahan anterpartum, perdarahan post partum. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya komplikasi persalinan adalah ibu yang berumur < 20 tahun
b. Primi tua
Lama perkawinan ibu ≥ 4 tahun dan mengalami kehamilan pertama setelah masa
pernikahan dan pasangan tidak mengguanakan alat kontrasepsi KB.19 b) Pada umur ibu ≥ 35
tahun dan mengalami kehamilan. Usia tersebut dikategorikan usia tua, ibu dengan usia
tersebut mudah terserang penyakit, kemungkinan mengalami kecacatan untuk bayinya dan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), cacat bawaan sedangkan komplikasi yang dialami oleh ibu
berupa pre-eklamsi, mola hidatidosa, abortus.
c. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas
merupakan faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama kehamilan maupun
selama persalinan. Pada ibu dengan primipara pertama kali, karena pengalaman melahirkan
belum pernah, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan komplikasi cukup besar baik pada
kekuatan His (power), jalan lahir (passage) dan kondisi janin (passanger).
Menurut APOG masalah atau faktor resiko kehamilan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Ada potensi gawat obstetri (faktor risiko kelompok I), meliputi:
a. Ibu hamil pertama umur < 16 tahun
b. Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih (primi tua, lama perkawinan > 4
tahun)
c. Ibu hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun (primi tua)
d. Anak terkecil umur < 2 tahun (jarak kehamilan < 2 tahun)
e. Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun
f. Riwayat obstetri jelek (kehamilan kedua atau lebih, dimana kehamilan sebelumnya
mengalami keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati)
8
2) Ada gawat obstetri (faktor risiko kelompok II), meliputi:
a. Penyakit pada ibu hamil berupa anemia, TB paru, diabetes mellitus, HIV/AIDS
b. Preeklampsia ringan dengan tanda – tanda : pembengkakan pada tungkai, muka,
tekanan darah tiggi, dan didapatkan proteinuria.
c. Hamil lebih bulan
d. Malposisi
9
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Komplikasi dalam
persalinan
3.3 Hipotesis
Terdapat Hubungan perkawinan usia anak dapat menyebabkan komplikasi pada persalinan
10
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
12
Hasil ukur : 1. < 20 tahun
2. > 20 tahun
Skala ukur : Nomimal
13
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1 Angka Kejadian Perkawinan Usia Anak yang mengalami komplikasi
persalinan pada 195 pasien.
14
Perbandingan perkawinan usia anak dengan komplikasi
dan perbandingan perkawinan anak tanpa komplikasi
26%
74%
0 5 10 15 20 25 30 35 40
2018 2017
15
5.2 Pembahasan
Berdasarkan data rekam medik Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus pada
Januari 2017- September 2018 diperoleh angka persalinan normal maupun SC sebanyak
3.678 persalinan. Kemudian dari persalinan terebut yang berusia dibawah 20 tahun sebanyak
195 orang (5,3%). Dengan angka kejadian komplikasi persalinan dengan Ketuban Pecah Dini
(KPD) sebanyak 60 orang (30%), Preeklampsia Berat (PEB ) sebanyak 25 orang (12%),
Preeklampsia sebanyak 5 orang (0,2%), Eklampsia sebanyak 13 orang (0,6%), Partus
Prematurus Imminens (PPI) sebanyak 9 orang (0,4%), Partus Tak Maju sebanyak 14 orang
(0,7%), Oligohidramnion sebanyak 15 orang (0,8%), Hellp Syndrome sebanyak 2 orang
(0,01%), Plasenta Previa sebanyak 9 orang (0,5%), Hipertensi Gestasional sebanyak 7 orang
(0,3%), IUFD sebanyak 3 orang (0,02%).
Perkawinan usia anak lebih memungkinkan mengalami penyulit pada masa kehamilan
dan persalinan yaitu karena wanita muda sering memiliki pengetahuan yang terbatas tentang
kehamilan atau kurangnya informasi dalam mengakses sistem pelayanan kesehatan. Pada usia
ini juga belum cukup dicapainya kematangan fisik, mental dan fungsi organ reproduksi dari
calon ibu. Golongan primigravida muda dimasukkan dalam golongan risiko tinggi, karena
angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi pada kehamilan remaja 2-4x lebih tinggi
dibandingkan dengan usia reproduksi.5
Berdasarkan table 5.1 terdapat 60 orang (30%) yang mengalami ketuban pecah dini
pada perkawinan usia dibawah 20 tahun. Ketuban pecah dini atau premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya pecahnya ketuban sebelum inpartu. Ketuban pecah dini
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Pada perkawinan usia di
bawah 20 tahun organ – organ reproduksi belum berfungsi secara maksimal. Organ
reproduksi yang belum maksimal mengakibatkan kurang terbentuknya jaringan ikat dan
vaskularisasi yang belum sempurna sehingga membentuk selaput ketuban yang tipis dan
tidak kuat yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini.6
Kejadian Preeklampsia Berat sebanyak 25 orang (12%), Preeklampsia merupakan
penyakit yang hanya terjadi pada kehmilan yang dapat memperberat kehamilan dan pada saat
persalinan. Merupakan suatu sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan
proteinuria. Pada usia dibawah 20 tahun, ukuran uterus belum mencapai ukuran yang normal
16
untuk kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan dalam kehamilan seperti
preeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi pada kehamilan pertama dibandingkan
dengan kehamilan berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada kehamilan pertama
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin
sempurna pada kehamilan berikutnya. Selain itu adanya mekanisme imunologis pembentukan
blocking antibody yang dilakukan oleh HLA-G (human leukocyte antigen G) terhadap
antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna, sehingga proses implantasi trofoblas ke
jaringan desidual ibu menjadi terganggu. Pada perkawinan dibawah 20 tahun juga belum siap
secara psikis, sehingga rentan mengalami stress dalam menghadapi persalinan yang akan
menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan kortisol. Efek kortisol adalah meningkatkan respon
simpatis, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan meningkat.7
Pada perkawinan dibawah 20 tahun, sebanyak 9 orang mengalami partus prematurus
imminens. Partus prematurus adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37
minggu (antara 20 – 37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2.500 gr. Persalinan
preterm atau persalinan prematur yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 37 minggu
atau kurang, merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial
meningkatkan kematian perinatal. Prematuritas akan mengakibatkan ketidakmatangan pada
semua sistem organ. Baik itu sistem pencernaan, sistem pernapasan (paru-paru), sistem
peredaran darah (jantung), dan sistem saraf pusat.8 Pada perkawinan dibawah 20 tahun,
peredaran darah menuju serviks dan uterus belum sempurna hal ini menyebabkan pemberian
nutrisi pada janin berkurang.10
17
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan hasil yang didapat maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan data rekam medik Ruang Cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus pada
Januari 2017-September 2018 diperoleh jumlah angka persalinan normal maupun SC
sebanyak 3.678 persalinan.
2. Angka kejadian Ibu dengan perkawinan usia anak di RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya pada tahun 2016 sebanyak 195 orang atau sebanyak 5,3% dari total
persalinan selama Januari 2017-September 2018
3. Angka kejadian Ibu dengan perkawinan usia anak terhadap terjadinya komplikasi
dalam persalinan di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada tahun 2016
sebanyak 144 orang.
4. Hipotesis diterima, dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
kehamilan usia kurang dari 20 tahun dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi
dalam kehamilan. Terlihat dari ibu dengan perkawinan usia anak sebanyak 144
(7,3%) dari total.
6.2 SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui penelitian ini, yaitu
1. Meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya ANC (Ante Natal Care) pada ibu hamil
dengan usia kurang dari 20 tahun dan memberikan pengetahuan tentang faktor resiko
dan komplikasi yang dapat terjadi.
2. Meningkatkan peran serta kader atau tenaga kesehatan dalam pendampingan ibu
hamil < 20 tahun untuk mencegah komplikasi pada partus.
3. Sosialisasi tingginya risiko perkawinan usia anak bekerja sama dengan BKKBN, hal
ini mengingat Provinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah perkawinan usia anak
tertinggi kedua di Indonesia.
18
DAFTAR PUSTAKA
7. Mochtar AB 2014. Ketuban Pecah Dini. In: Prawirohardjo S, Saifuddin AB, editor.
Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of
Membrane: Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando
Florida.
9. Kumboyo, Doddy A, dkk. 2001. Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan
Ginekologi. RSU Mataram. Mataram.
10. Prawihardjo, S, dkk. 2001. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
19