Anda di halaman 1dari 5

Nama : Zainuddin

NIM : 1710118210032
Prodi : Pendidikan Matematika
M.K : Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Matematika sebagai Produk Budaya


Matematika telah menjadi bagian dalam kehidupan umat manusia sejak
zaman prasejarah, meskipun istilah matematika sendiri baru muncul pada masa
Yunani Kuno. Kebutuhan manusia akan matematika dapat dilihat dari kebutuhan
untuk mengetahui dan membedakan kuantitas suatu benda. Pengetahuan itu didapat
dengan membilang ataupun mengukur. Dari sana, matematika terus berkembang
seiring kebutuhan manusia yang semakin kompleks.

Sebagaimana halnya hasil-hasil kebudayaan lain, matematika muncul


karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia untuk mengatasi masalah-
masalah di sekitarnya. Namun, sungguh ironis melihat bagaimana pandangan
sebagian orang terhadap matematika pada zaman sekarang. Matematika dianggap
menjadi momok, sesuatu yang menakutkan. Matematika cenderung dihindari dan
dianggap sebagai beban bagi sebagian pelajar. Matematika yang seharusnya
menjadi solusi, justru dianggap sebagai masalah. Hal itu mungkin karena kita tidak
mengenal bagaimana matematika itu sebenarnya. Dalam tulisan ini, akan
dipaparkan mengenai apa yang dimaksud dengan matematika itu dan bagaimana
hubungannya dengan kebudayaan.

Masyarakat, Budaya, dan Matematika

Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Namun, dalam upaya memenuhi


kebutuhannya, manusia sering kali menghadapi masalah. Karena dikaruniai akal,
manusia pun berpikir. Dari proses berpikir itu kemudian muncul gagasan-gagasan,
yang selanjutnya berkembang menjadi nilai, aturan, aktivitas, ataupun benda.
Gagasan yang baik dan bermanfaat akan diikuti oleh anggota masyarakat lain,
dipertahankan, dan kemudian menjelma menjadi budaya. Kebudayaan itu lalu
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil karya, karsa, dan cipta manusia.
Kebudayaan dapat berwujud ide atau gagasan, aktivitas, maupun benda-benda atau
artefak. Setiap masyarakat memiliki kebudayaannya masing-masing, yang berbeda
dari kebudayaan masyarakat lain. Perbedaan itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan

1
alam dan juga kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya.

Salah satu hasil karya manusia yang sangat berguna dan dibutuhkan adalah
matematika. Matematika sering dianggap sebagai ilmu berhitung. Padahal,
matematika jauh lebih luas daripada itu. Dalam laman Wikipedia, matematika
'didefinisikan' sebagai kajian tentang topik-topik seperti kuantitas (bilangan),
struktur, ruang, dan perubahan. Dalam mempelajari topik-topik tersebut,
matematikawan mencari pola dan menggunakannya untuk merumuskan dalil atau
fakta-fakta yang menarik, dengan menyertakan pembuktian matematikanya.
Matematika adalah ilmu yang berurusan dengan gagasan, serta proses berpikir yang
logis dan sistematis. Menurut De Lange, sebagaimana dikutip Fadjar Shadiq (2014),
matematika dapat dilihat sebagai bahasa yang menjelaskan tentang pola, baik pola
di alam maupun pola yang muncul dari pemikiran. Pola-pola tersebut dapat
berbentuk riil maupun imajinasi, dapat dilihat ataupun tidak, statis ataupun dinamis,
bersifat kualitatif ataupun kuantitatif, memiliki manfaat ataupun hanya sebagai
hiburan. Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar, dari kedalaman
ruang dan waktu, atau dari alam pemikiran manusia.

Matematika sebagai Ilmu, Matematika sebagai Budaya

Teks matematika tertua yang pernah ditemukan berasal dari peradaban


Mesir Kuno dan Babilonia. Matematika juga berkembang di peradaban-peradaban
lain seperti India, China, Yunani Kuno, Eropa, hingga bangsa Maya di Benua
Amerika. Matematika pada awalnya berkembang karena kebutuhan praktis, seperti
mengukur luas tanah, perpajakan, perdagangan, astronomi, serta merumuskan
kalender dan waktu. Bangsa Yunani Kuno-lah yang pertama kali mengembangkan
matematika secara sistematis. Banyak matematikawan Yunani yang berjasa dalam
pengembangan berbagai cabang matematika, seperti Eudoxus, Euclid, Phytagoras,
Archimedes, dan Hypparchus. Mereka menghasilkan karya-karya besar berupa
teori-teori matematika yang menjadi dasar bagi pengembangan matematika pada
masa selanjutnya. Matematika kemudian dikembangkan oleh peradaban Muslim,

2
dan selanjutnya oleh bangsa Eropa. Hingga kini, matematika menjadi salah satu
ilmu yang paling penting dan paling luas penerapannya dalam berbagai bidang.

Berbeda dengan sains yang objek kajiannya berupa alam yang berwujud
nyata, objek kajian matematika berwujud abstrak, berupa gagasan. Dari gagasan
tersebut, matematikawan lalu membuat definisi yang berkaitan. Kemudian mereka
mencoba mencari pola-pola serta akibatnya, dan berusaha menemukan fakta-fakta
(teorema-teorema) terkait gagasan tersebut. Jika dalam sains, observasi dan/atau
percobaan perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran suatu teori, dalam
matematika tidak demikian. Untuk membuktikan kebenaran suatu teori atau
pernyataan dalam matematika, diperlukan penalaran yang berpijak pada logika,
serta definisi dan/atau teorema (pernyataan) yang telah terbukti kebenarannya.

Matematika sering disebut sebagai ilmu pasti. Alasannya adalah karena


kebenaran teorema-teorema dalam matematika dibuktikan dengan penalaran
deduktif. Penalaran deduktif (deductive reasoning) menurut Jacobs dalam Fadjar
Shadiq (2014) adalah suatu cara penarikan kesimpulan dari pernyataan atau fakta-
fakta yang dianggap benar dengan menggunakan logika. Karena itulah kebenaran
dalam matematika dianggap pasti dan mutlak. Berbeda dengan teori-teori sains
yang kebanyakan didasarkan pada induksi, yaitu penarikan kesimpulan yang
bersifat umum dari beberapa fakta yang bersifat khusus. Meskipun begitu,
kebenaran dalam matematika sesungguhnya bersifat relatif sebagaimana halnya
sains. Matematika dibangun dari serangkaian definisi dan aksioma (pernyataan
yang sudah pasti benar tanpa perlu dibuktikan), serta teorema-teorema yang
diturunkan dari keduanya atau dari teorema sebelumnya. Namun jika dari teorema
yang ada terus dilakukan deduksi yang menghasilkan teorema baru, kita tidak bisa
yakin bahwa teorema baru tersebut tidak akan bertentangan (kontradiksi) dengan
definisi, aksioma, atau teorema sebelumnya.

Walaupun sifat ‘kepastian’ matematika tidak lagi mutlak, matematika tetap


menjadi fondasi yang kokoh bagi pengembangan dirinya sendiri maupun bagi sains
dan teknologi. Matematika tetaplah alat yang sangat ampuh dalam menjelaskan
berbagai fenomena alam maupun sosial ekonomi, serta menjadi sarana untuk

3
memecahkan masalah manusia terutama yang berkaitan dengan sains dan
teknologi. Karena pada hakikatnya, matematika adalah produk budaya manusia,
yang lahir karena kebutuhan manusia untuk memecahkan masalahnya.

Berbicara tentang matematika sekilas tidak ada hubungannya dengan


budaya. Padahal, membicarakan matematika sama halnya dengan membicarakan
budaya. Apa persamaan antara musik dan aljabar, rumah adat dan geometri, puisi
dan kalkulus? Semua itu adalah hasil dari pemikiran manusia, dan setiap hasil karya
manusia dapat disebut sebagai kebudayaan. Entah itu nilai dan norma dalam
masyarakat ataupun aksioma dan teorema dalam matematika, semua itu adalah
produk dari budaya, yang terlahir karena adanya budaya berpikir dalam suatu
masyarakat.

Di zaman modern ini, perkembangan teknologi berkembang dengan sangat


pesat. Kehidupan kita pun terasa semakin dimudahkan dengan kehadiran berbagai
teknologi baru. Namun pernahkah kita memikirkan bahwa semua itu berawal dari
matematika. Tanpa matematika, ilmu pengetahuan atau sains akan sulit
berkembang. Akibatnya, berbagai teknologi yang ada sekarang mungkin tidak akan
tercipta. Dapat kita bayangkan, betapa matematika telah banyak memudahkan
kehidupan kita.

Sebagai warga negara Indonesia, tentu kita ingin bangsa dan negara kita
maju. Dalam sejarahnya, peradaban-peradaban maju—seperti Mesir Kuno, Yunani,
Islam pada abad pertengahan, dan peradaban Barat pada zaman modern—adalah
peradaban yang menguasai sains dan teknologi. Mereka yang menguasai sains dan
teknologi ialah mereka yang menguasai matematika. Untuk itu diperlukan usaha
bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk mengembangkan matematika,
serta sains dan teknologi, di Indonesia. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu
perbaikan kurikulum pembelajaran, fasilitas pendidikan dasar dan menengah,
kualitas tenaga pendidik, buku serta sumber pembelajaran yang berkualitas, juga
peningkatan riset dalam matematika di perguruan tinggi.

4
Kesimpulan

Matematika lahir dari hasil pemikiran manusia. Karena itulah ia merupakan


produk budaya. Matematika ada untuk memecahkan masalah yang dihadapi
manusia. Karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks, matematika pun
terus berkembang. Kemajuan sains dan teknologi yang ada sekarang tidak akan
tercapai tanpa adanya matematika. Karena manfaatnya yang sangat besar itu,
matematika terus diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Semoga ke depannya, matematika tidak lagi dianggap sebagai beban bagi


para pelajar. Matematika tidak lagi dipelajari dengan keterpaksaan karena tuntutan
kurikulum, namun dipelajari karena kecintaan terhadap matematika itu sendiri,
serta keinginan kuat untuk memajukan negeri ini.

DAFTAR PUSTAKA

Shadiq, Fadjar. 2014. Pembelajaran Matematika; Cara Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Siswa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gunawan, Hendra. 2017. “Matematika dan Budaya Bermatematika”.


Diunduh dari https://bermatematika.net.

https://en.wikipedia.org/wiki/history_of_mathematics.

https://en.wikipedia.org/wiki/mathematics.

Anda mungkin juga menyukai