Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KULIAH

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN DAN MOTIVASI

OLEH:

KELOMPOK I

FITRIYANI

WAHYU LYANA NINGSIH

NURFADILAH ABSA

ARMANSYAH

NURJAYANTI SAMAD

NURFITRA FADIYAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat

menyelesaikan makalah tentang Kewirausahaan dan motivasi dengan baik

meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai kewirausahaan dan motivasi. Kami

juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,

saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang

akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi

kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Gowa, Juni 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-

penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah

pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan

dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan

(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka

usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental

mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun

dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan

dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya

adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan)

yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973),

menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-

faktor produksi (Say, 1803).

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kewirausahaan dan motivasi ?

2. Bagaimana ciri dan watak dalam kewirausahaan ?

3. Bagaimana tahap dan proses dalam kewirausahaan ?

4. Apa faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha ?

5. Bagaimana kegiatan kewirausahaan dalam pandangan Islam ?


C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui definisi kewirausahaan dan morivasi

2. Mengetahui ciri dan watak dalam kewirausahaan

3. Mengetahui tahap dan proses dalam kewirausahaan

4. Mengetahui faktor-faktor motivasi dalam berwirausaha

5. Mengetahui bagaimana kegiatan kewirausahaan dalam pandangan Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan penemuan-

penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama mereka adalah

pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan

dan kekayaan bukan tujuan utama. Secara sederhana arti wirausahawan

(entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka

usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental

mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun

dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).

Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda antar para ahli/sumber acuan

dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, diantaranya

adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi (kegiatan)

yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973),

menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara bersama faktor-

faktor produksi (Say, 1803). Beberapa definisi tentang kewirausahaan tersebut

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Richard Cantillon (1775)

Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment).

Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya

pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih

menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.


b. Jean Baptista Say (1816)

Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat

produksi dan menemukan nilai dari produksinya.

c. Frank Knight (1921)

Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar.

Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi

ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk

melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan

d. Joseph Schumpeter (1934)

Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan

perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi

baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan

kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang

baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen

baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri. Schumpeter

mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan dalam konteks bisnis

serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

e. Penrose (1963)

Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam

sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas

kewirausahaan.
f. Harvey Leibenstein (1968, 1979)

Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk

menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk

atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum

diketahui sepenuhnya.

g. Israel Kirzner (1979)

Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.

Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu yang

berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul

resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa

moneter dan kepuasan pribadi.

B. Ciri dan Watak dalam Kewirausahaan

1. Ciri-ciri Kewirausahaan

a) Percaya diri.

b) Berorientasi pada tugas dan hasil.

c) Pengambilan resiko.

d) Kepemimpinan.

e) Keorisinilan.

f) Berorientasi ke masa depan.

2. Watak Kewirausahaan

a) Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis, dan optimisme.

b) Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan,

tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif


c) Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka tantangan

d) Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-

saran dan kritik

e) Inovatif dan kreatif serta fleksibel.

f) Pandanga ke depan, perspektif.

Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new

ventures) yang menyebabkan munculnya produk baru arau ide tentang

penyelenggaraan jasa-jasa. Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999)

1. Lokus pengendalian internal

2. Tingkat energi tinggi

3. Kebutuhan tinggi akan prestasi

4. Toleransi terhadap ambiguitas

C. Tahap-tahap dan Proses dalam Kewirausahaan

1. Tahap-tahap Kewirausahaan

1. Kepercayaan diri

2. Berorientasi pada action.

Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:

a) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan

usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan

melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru,

melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha

yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur /

produksi atau jasa.


b) Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap “jalan”, tahap ini

seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan

usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan,

organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan

mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.

c) Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil

yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk

ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

d) Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong

positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan

usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

2. Proses Kewirausahaan

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses

kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh

berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti

pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut

membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan

pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara

internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus

of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang

berasal dari lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan

peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui

proses yang dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga (Suryana, 2001 : 34).

Secara ringkas, model proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut (Alma,

2007 : 10 – 12) :
a) proses inovasi

b) proses pemicu

c) proses pelaksanaan

d) proses pertumbuhan

Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-

aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah :

a) mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang

pernah dilakukan,

b) pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana,

c) SDM : tenaga kerja yang dipergunakan,

d) kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha,

e) organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki,

f) kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial

(POAC),

g) Pemasaran : lokasi dan tempat usaha.

D. Faktor-faktor Motivasi Dalam Berwirausaha

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) :

1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak

kemana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus

dilakukan oleh pengusaha tersebut

2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana

pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan

mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.


3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar

prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang

diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala

aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding

sebelumnya.

4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki

seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

5. Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana

ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk

mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide

baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata

sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

6. Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik

sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya

pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.

7. Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang

teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan

kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.

8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai

pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak.

Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan,

pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk

dapat berhasil dapat dirangkum dalam tiga sikap, yaitu :


1. Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari

usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan

kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan

membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga

mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan.

2. Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran

yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk

dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat

melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih

juga belum dapat diperoleh.

3. Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan

untuk meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh.

Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-

lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi

pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.

Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam

kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet

business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus

dimiliki, yaitu :

1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan.

Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang

ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.

2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar

pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan

mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi,


mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui

manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua

sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha

yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan,

pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya

bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan

modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang,

cukup tenaga, tempat dan mental.

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola

keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya

secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.

6. Managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien

mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur,

mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan

perusahaan.

8. Statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi

kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu,

bermanfaat dan memuaskan.

9. Knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing.

Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang

(opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan

analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.


10. Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman

yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)

Delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 – 109),

terdiri atas :

1. Mau kerja keras (capacity for hard work).

2. Bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through

people).

3. Penampilan yang baik (good appearance).

4. Yakin (self confidence).

5. Pandai membuat keputusan (making sound decision).

6. Mau menambah ilmu pengetahuan (college education).

7. Ambisi untuk maju (ambition drive).

8. Pandai berkomunikasi (ability to communicate).

E. Kegiatan Kewirausahaan Menurut Pandangan Islam

Islam memang tidak memberikan penjelasan secara eksplisit terkait konsep

tentang kewirausahaan (entrepreneurship) ini, namun di antara keduanya mempunyai

kaitan yang cukup erat; memiliki ruh atau jiwa yang sangat dekat, meskipun bahasa

teknis yang digunakan berbeda.

Dalam Islam digunakan istilah kerja keras, kemandirian (biyadihi), dan tidak

cengeng. Setidaknya terdapat beberapa ayat al-Qur’an maupun Hadis yang dapat

menjadi rujukan pesan tentang semangat kerja keras dan kemandirian ini, seperti;

“Amal yang paling baik adalah pekerjaan yang dilakukan dengan cucuran keringatnya

sendiri, ‘amalurrajuli biyadihi (HR.Abu Dawud)” ;

“Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah”; “al yad al ‘ulya khairun min

al yad al sufla”( HR.Bukhari dan Muslim) (dengan bahasa yang sangat simbolik ini
Nabi mendorong umatnya untuk kerja keras supaya memiliki kekayaan, sehingga

dapat memberikan sesuatu pada orang lain), atuzzakah. (Q.S. Nisa : 77)

“Manusia harus membayar zakat (Allah mewajibkan manusia untuk bekerja

keras agar kaya dan dapat menjalankan kewajiban membayar zakat)”.

Dalam sebuah ayat Allah mengatakan, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan

orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaan kamu”(Q.S. at-Taubah : 105). Oleh

karena itu, apabila shalat telah ditunaikan maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan

carilah karunia (rizki) Allah. (Q.S. al-Jumu’ah : 10)

Bahkan sabda Nabi, “Sesungguhnya bekerja mencari rizki yang halal itu

merupakan kewajiban setelah ibadah fardlu” (HR.Tabrani dan Baihaqi).

Nash ini jelas memberikan isyarat agar manusia bekerja keras dan hidup

mandiri.

Bekerja keras merupakan esensi dari kewirausahaan. Prinsip kerja keras,

menurut Wafiduddin, adalah suatu langkah nyata yang dapat menghasilkan

kesuksesan (rezeki), tetapi harus melalui proses yang penuh dengan tantangan

(reziko). Dengan kata lain, orang yang berani melewati resiko akan memperoleh

peluang rizki yang besar. Kata rizki memiliki makna bersayap, rezeki sekaligus reziko

(baca; resiko).

Dalam sejarahnya Nabi Muhammad, istrinya dan sebagian besar sahabatnya

adalah para pedagang dan entrepre mancanegara yang pawai. Beliau adalah praktisi

ekonomi dan sosok tauladan bagi umat. Oleh karena itu, sebenarnya tidaklah asing

jika dikatakan bahwa mental entrepreneurship inheren dengan jiwa umat Islam itu

sendiri. Bukanlah Islam adalah agama kaum pedagang, disebarkan ke seluruh dunia

setidaknya sampai abad ke -13 M, oleh para pedagang muslim.


Dari aktivitas perdagangan yang dilakukan, Nabi dan sebagian besar sahabat

telah meubah pandangan dunia bahwa kemuliaan seseorang bukan terletak pada

kebangsawanan darah, tidak pula pada jabatan yang tinggi, atau uang yang banyak,

melainkan pada pekerjaan.

Oleh karena itu, Nabi juga bersabda “Innallaha yuhibbul muhtarif”

(sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang bekerja untuk mendapatkan

penghasilan). Umar Ibnu Khattab mengatakan sebaliknya bahwa, “Aku benci salah

seorang di antara kalian yang tidak mau bekerja yang menyangkut urusan dunia.

Keberadaan Islam di Indonesia juga disebarkan oleh para pedagang. Di

samping menyebarkan ilmu agama, para pedagang ini juga mewariskan keahlian

berdagang khususnya kepada masyarakat pesisir. Di wilayah Pantura, misalnya,

sebagian besar masyarakatnya memiliki basis keagamaan yang kuat, kegiatan mengaji

dan berbisnis sudah menjadi satu istilah yang sangat akrab dan menyatu sehingga

muncul istilah yang sangat terkenal jigang (ngaji dan dagang).

Sejarah juga mencatat sejumlah tokoh Islam terkenal yang juga sebagai

pengusaha tangguh, Abdul Ghani Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih,

Jhohan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman

Tamin.

Apa yang tergambar di atas, setidaknya dapat menjadi bukti nyata bahwa etos

bisnis yang dimiliki oleh umat Islam sangatlah tinggi, atau dengan kata lain Islam dan

berdagang ibarat dua sisi dari satu keping mata uang. Benarlah apa yang disabdakan

oleh Nabi, “Hendaklah kamu berdagang karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu

rizki” (HR. Ahmad).


F. Motivasi Kewirausahaan

Definisi motivasi

Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan

mereka berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi

menerangkan mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.

Semakin wirausahawan mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu

mereka mempengaruhi perilaku tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan

pencapaian tujuan organisasional. Karena produktivitas dalam semua organisasi

adalah hasil dari perilaku anggota organisasi, mempengaruhi perilaku ini adalah kunci

bagi wirausahawan untuk meningkatkan produktivitas.

Model-Model Motivasi

a. Model motivasi kebutuhan-tujuan

Model motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan

individu. Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan

untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah

untuk mengurangi kebutuhan yang dirasakan. Secara teoritis, perilaku mendukung

tujuan dan perilaku tujuan berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah

sangat berkurang.

Contoh, seseorang mungkin merasakan kelaparan. Kebutuhan ini

ditransformasikan pertama kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung

pelaksanaan perilaku tujuan untuk makan. Contoh dari perilaku yang mendukung

termasuk juga aktivitas-aktivitas seperti membeli, memasak dan menyajikan makanan

untuk dimakan. Perilaku pendukung tujuan tersebut dan perilaku tujuan makan itu

sendiri akan berkelanjutan sampai individu merasakan kebutuhan lapar menjadi


berkurang. Sekali individu mengalami kebutuhan lapar kembali, daur tersebut akan

mulai kembali.

b. Model ekspektasi motivasi Vroom

Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan. Model

ekspektasi Vroom didasarkan pada premis bahwa keburuhan yang dirasakan

menyebabkan perilaku kemanusiaan. Akan tetapi, Disamping itu model ekspektasi

Vroom mengungkapkan isu kekuatan motivasi. Kekuatan motivasi adalah tingkatan

keinginan individu untuk menjalankan suatu perilaku. Ketika keinginan meningkat atu

menurun, kekuatan motivasi dikatakan berfluktuasi.

c. Model motivasi Porter-Lawler

Portel dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang

menggambarkan uraian proses motivasi yang lebih lengkap disbanding model

kebutuhan-tujuan atau model ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini

konsisten dengan dua model sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa

1. kebutuhan yang dirasakan akan menyebabkan perilaku kemanusiaan;

dan

2. usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tugas ditentukan oleh nilai

balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan probabilitas bahwa

balas jasa tersebut akan menjual nyata.

Disamping itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan tiga karakteristik

lain dari proses motivasi:

1. Nilai balas jasa yang dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic

dan ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas

diselesaikan. Balas jasa intrinsik berasal langsung dari pelaksanaan suatu tugas,

sementara balas jasa ekstrinsik tidak ada hubungannya dengan tugas itu sendiri.
2. Tingkatan dimana individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas

ditentukan oleh dua variablel:

a. persepsi individu tentang apa yang diperlukan untuk mrlaksanakan

suatu tugas, dan

b. Kemampuan sesungguhnya daru individu untuk menjalankan suatu

tugas.

c. Keadilan balas jasa yang dirasakan akan mempengaruhi jumlah

kepuasan yang dihasilkan oleh balas jasa tersebut. Pda umumnya, semakin adil balas

jasa yang dirasakan oleh individu, semakin besar kepuasan yang dirasakan sebagai

hasil dari menerima balas jasa tersebut

Teori Tiga Kebutuhan David McClelland

1. N’Ach,

Wirausaha yang memiliki motivasi ini selalu ingin berprestasi/ meraih yang

terbaik, umumnya memiliki ciri-ciri :

a. Ingin mengatasi sendiri kesulitan-kesuliatan dan persoalan-persoalan

yang timbul pada dirinya.

b. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk dapat mengukur

keberhasilan atau kegagalan

c. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi

d. Berani menghadapi resiko dengan penuh tantangan

e. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang.

2. N’Pow,

yaitu hasrat untuk mempengaruhi, mengendalikan dan menguasai oranglain.

Ciri umumnya adalah :

a. Senang bersaing
b. Berorientasi pada status

c. Menguasai orang lain.

3. N’Aff,

Yaitu hasrat untuk dapat diterima dan disukai oleh orang lain. Wirausaha yang

berafiliasi tinggi lebih menyukai persahabatan, bekerjasama daripada persaingan dan

saling pengertian.

Proses kewirausahaan Diawali oleh Inovasi (Carol Noore)

Inovasi dipengaruhi oleh :

1. Faktor Internal seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai,

pendidikan, pengalaman.

2. Faktor ekternal/lingkungan seperti model peran, aktivitas,

peluang,organisasi, keluarga

Strategi Menciptakan Inovasi sbb:

a. Menciptakan manfaat

b. Meningkatkan nilai inovasi

c. Beradaptasi dengan lingkungan sosial ekonomi pelanggan

d. Menyajikan apa yang dianggap bernilai dari pelanggan

Teori pengambilan keputusan

Sebelum mengambil keputusan untuk berwirausaha, seseorang memiliki

berbagai macam pertimbangan-pertimbangan. Pengambilan keputusan tidak mudah

bahkan menimbulkan konflik, antara dirinya sendiri bahkan dengan orang lain

Moore (1954) : Pengambilan keputusan adalah perpaduan antara kegiatan

berpikir, memilih dan bertindak.

Crimmon (1976) : pengambilan keputusan dapat mengarahkan perilaku

tindakan seseorang dalam mencapai tujuannya.


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan antara lain:

Berasal dari situasi lingkungan keputusan itu sendiri serta Faktor-faktor yang berasal

dari dalam diri si pengambil keputusan itu sendiri

Pengembangan kreativitas dan hubungan kreativitas dengan kewirausahaan

Definisi kreativitas

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi

baru dalam keberadaannya. Kreativitas juga berhubungan dengan adanya perubahan

ide. Beberapa contoh orang yang memiliki kreativitas dalam bidangnya yaitu Pablo

Picasso, maestro dalam seni lukis mengatakan bahwa dampak dari kreasi adalah

dampak pertama dari suatu pengrusakan.

Atribut kretivitas

Karakteristik orang yang kreatif terdiri dari beberapa atribut seperti:

1. Terbuka dengan pengalaman.

2. Observasi – melihat sesuatu hal dengan sudut pandang lain.

3. Memiliki rasa penasaran tinggi.

4. Mau menerima dan mempertimbangkan pendapat berbeda.

5. Indepen dalam mengambil keputusan, pikiran dan tindakan.

6. Percaya diri.

7. Mau mengambil resiko terhitung.

8. Sensitif terhadap masalah.

9. Fleksibel

10. Responsif pada pemikiran.

11. Motivasi tinggi.

12. Kemampuan untuk konsentrasi


13. Selektif

14. Bebas dari rasa takut dan gagal.

15. Memiliki daya pikir imajinasi yang baik.

Manajemen Kreativitas

Kreativitas merupakan nilai penting dalam kompetisi dalam segala bidang.

Untuk itu kreativitas harus dipelihara dan dikembangkan dengan mengaturnya melalui

manajemen kreativitas yang baik. Kreativitas dapat dibentuk atau dikembangkan

dengan beberapa cara seperti berikut ini :

a. Menciptakan keterbukaan dengan struktur organisasi desentralisasi

b. Mendukung iklim terciptanya eksperimen-eksperimen kreativitas.

c. Mendorong sikap eksperimental.

d. Mengedarkan cerita-cerita sukses.

e. Menekankan peran dari seorang pemenang.

f. Menitikberatkan komunikasi pada semua level manajemen.

g. Ketersediaan sumber daya untuk inisiatif baru.

h. Memastikan bahwa ide-ide baru tidak mudah dimusnahkan.

i. Mengurangi birokrasi dari proses alokasi sumber daya.

j. Menyediakan penghargaan financial dan non financial bagi suatu kesuksesan

yang didapat.

k. Memastikan budaya organisasi yang mendukung pengambilan resiko dan

ketidakraguan.

l. Meminimalisasikan campur tangan administrasi

m. Memberikan kebebasan dari pengawasan dan pengevaluasian

n. Menghilangkan deadline.

o. Mendelegasikan tanggungjawab untuk aktivitas baru.


BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Dengan melihat realita secara jujur dan objektif, maka orang sadar bahwa

menumbuhkan mental wirausaha merupakan terobosan yang penting dan

tidak dapat ditunda-tunda lagi. Kita semua harus berpikir untuk melihat dan

melangkah ke arah sana.

2. Dalam Islam, baik dari segi konsep maupun praktik, aktivitas kewirausahaan

bukanlah hal yang asing, justru inilah yang sering dipraktikkan oleh Nabi,

istrinya, para sahabat, dan juga para ulama di tanah air. Islam bukan hanya

bicara tentang entrepreneurship (meskipun dengan istilah kerja mandiri dan

kerja keras), tetapi langsung mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.

3. Lembaga pendidikan melalui para praktisinya harus lebih konkret dalam

menyiapkan program kegiatan pembelajaran yang benar-benar dapat

mendorong tumbuh dan berkembangnya spirit kewirausahaan mulai dari

sekolah dasar sampai perguruan tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

http://fadhilwahyudi.multiply.com/journal/item/44/MUTIARA_KEGIATAN_WIRAU
SAHA_MENURUT_ISLAM
http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/4-islam-dan-mental-kewirausahaan-

subur.pdf

http://islamkuno.com/2008/02/01/pemberdayaan-masyarakat-dan-kewirausahaan/

http://www.scribd.com/doc/4933265/PENGELOLAAN-KEWIRAUSAHAAN

http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10450

Anda mungkin juga menyukai