Abstrak. Perbedaan prestasi belajar pada siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya kesiapan sekolah dan inteligensi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji prediksi kesiapan belajar di sekolah formal dan inteligensi terhadap
prestasi belajar. Pengumpulan data dilakukan menggunakan tes dan dokumentasi nilai
hasil belajar siswa. Subjek penelitian adalah siswa kelas 1 SD MIN Bantul Yogyakarta
Tahun Akademik 2016/2017 yang berjumlah 104 orang (52 orang siswa perempuan dan 52
orang siswa laki-laki) dengan usia 7-8 tahun. Data dianalisis dengan menggunakan statistik
analisis regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesiapan belajar dan
inteligensi dapat memprediksi prestasi belajar.
Kata kunci: inteligensi, kesiapan belajar, prestasi belajar
1
Korespondensi mengenai artikel ini dapat melalui:
rita_ekaizzaty@uny.ac.id
pelajaran yang telah disampaikan, (2) kognitif, sikap, perilaku, serta keteram-
mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, pilan akan mempersiapkan mereka untuk
minat, dan sikap siswa terhadap program terlibat aktif dalam konteks pembelajaran
pembelajaran, (3) mengetahui tingkat dan eksperensial (Maddox, Forte, &
kemajuan dan kesesuaian hasil belajar atau Boozer, 2000). Kesiapan belajar terbentuk
prestasi belajar siswa dengan standar manakala anak telah mengakumulasikan
kompetensi dan kompetensi dasar yang pembelajaran maupun keterampilan yang
telah ditetapkan, (4) mendiagnosis keung- diiringi dengan kematangan perkem-
gulan dan kelemahan siswa dalam bangan yang diperlukan untuk mengin-
mengikuti kegiatan pembelajaran, (5) tegrasikan pembelajaran maupun keteram-
seleksi yaitu memilih dan menentukan pilan tersebut (Jensen, 1969).
siswa yang sesuai dengan jenis pendidikan Lebih lanjut, Thorndike yang telah
tertentu, (6) menentukan kenaikan kelas, mengembangkan hukum-hukum belajar
serta (7) menempatkan siswa sesuai dalam teori belajar behavioristik,
dengan potensi yang dimilikinya (Arifin, menyebutkan bahwa terdapat tiga prinsip
2001). atau hukum belajar, yaitu: law of readiness,
Namun, kenyataan yang terjadi di law of exercise dan law of effect (Kantar, 2013;
lapangan seringkali hal yang diharapkan Schunk, 2004; Beatty, 1998). Dalam law of
sekolah tidak selalu sesuai kenyataan. readiness atau hukum kesiapan dinyatakan
Instrumen seleksi di awal masuk Sekolah bahwa belajar akan berhasil apabila
Dasar, nampaknya masih harus dikaji dilandasi oleh kesiapan untuk belajar
kembali. Salah satu contohnya terjadi di (Woolland, 2010; Schunk, 2004). Apabila
Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1 Bantul yang dalam kegiatan pembelajaran, seseorang
sudah berupaya untuk melakukan seleksi sudah siap untuk belajar berarti dia telah
dari kesiapan belajar siswa dan inteligensi, memiliki kematangan dalam belajar. Jadi,
akan tetapi menurut guru kelas 1 beberapa dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar
siswa masih terlihat memiliki prestasi merupakan kondisi awal dari suatu
belajar yang tidak optimal atau masih di kegiatan belajar yang membuatnya siap
bawah nilai kompetensi yang ditetapkan untuk memberi respon atau jawaban dalam
sekolah. Hal inilah yang mendasari mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
mengapa kajian perlu dilakukan terkait Kondisi siswa yang siap menerima
dengan variabel-variabel yang berpenga- pelajaran dari guru akan berusaha
ruh terhadap prestasi belajar siswa. merespon atas pertanyaan-pertanyaan
Salah satu faktor penting yang yang diberikan oleh guru. Untuk dapat
memengaruhi prestasi adalah kesiapan memberikan jawaban yang benar, siswa
anak untuk belajar di sekolah formal. Hal harus mempunyai pengetahuan dengan
ini disebabkan karena kesiapan belajar membaca dan mempelajari materi yang
merupakan kerangka kerja yang kuat diajarkan oleh guru. Dalam mempelajari
terutama untuk meningkatkan kesetaraan materi tentunya siswa harus mempunyai
dalam akses terhadap pendidikan dan hasil buku pelajaran, baik berupa buku paket
belajar siswa (Britto, 2012). Kesiapan dari sekolah maupun buku-buku
belajar sendiri dapat didefinisikan sejauh penunjang lainya yang masih relevan
mana anak, baik dalam pendidikan digunakan sebagai acuan untuk belajar.
maupun pelatihan, memiliki prasyarat Dengan adanya kesiapan belajar, siswa
antara kesiapan belajar dengan prestasi kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini
belajar siswa dengan koefisien korelasi adalah 104 orang siswa kelas 1 Madrasah
sebesar 0,218. Ibtidaiyah Negeri 1 Bantul yang terdiri dari
Penelitian terkait hubungan antara 54 siswa perempuan dan 52 siswa laki-laki
inteligensi dengan prestasi belajar juga pada rentang usia antara 7-8 tahun.
dilakukan oleh Ahvan dan Pour (2016) Pengumpulan data dilakukan meng-
maupun Laidra, Pullmann, dan Allik gunakan tes dan dokumentasi. Instrumen
(2007). Ahvan dan Pour (2016) mengukur tes yang digunakan adalah Nijmeegse
inteligensi 270 siswa menengah atas Schoolbekwaamheids Test (NST) untuk
menggunakan instrumen Douglas and mengukur kesiapan belajar di sekolah
Harm’s questionnaire yang terdiri atas 80 dasar dan instrumen Coloured Progressive
butir pernyataan. Hasil penelitian ini Matrices (CPM) untuk mengukur inteli-
menunjukkan bahwa terdapat hubungan gensi. Sementara itu, nilai prestasi belajar
positif dan signifikan (p < 0,05) antara siswa diambil melalui dokumentasi. Data
inteligensi dan prestasi belajar pada siswa prestasi belajar adalah rata-rata dari aspek
sekolah menengah atas di Bandar Abbas. pengetahuan dan aspek keterampilan
Penelitian Laidra, Pullmann, dan Allik berdasarkan 9 mata pelajaran yakni Al-
(2007) melibatkan siswa dari sekolah dasar Qur’an Hadist, Fiqh, Aqidah Akhlak,
hingga sekolah menengah pada kelas 2, 3, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
4, 6, 8, 10, 12 dengan jumlah responden Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Mate-
sebesar 3618 siswa yang terdiri dari 1746 matika, Seni Budaya dan Prakarya (SBdP),
siwa laki-laki dan 1872 siswa perempuan. serta Pendidikan Jasmani.
Inteligensi siswa yang diukur mengguna- Instrumen NST yang digunakan
kan instrumen Raven’s Standard Progressive memiliki koefisien reliabilitas Alpha
Matrices berhasil menunjukkan bahwa Cronbach sebesar 0,851 dan terdiri dari 10
korelasi antara inteligensi dengan prestasi sub tes yang terdistribusi kedalam empat
belajar merupakan korelasi yang positif aspek kesiapan yaitu kesiapan fisik,
dan signifikan (p<0,001), sehingga dapat intelektual, sosial, dan emosional. Kesiapan
disimpulkan inteligensi merupakan pre- fisik meliputi pengamatan dan
diktor yang baik untuk prestasi belajar kemampuan membedakan, motorik halus,
pada semua kelas. serta pengertian tentang ukuran, jumlah
Dari penjelasan di atas, dapat dan perbandingan; kesiapan intelektual
disimpulkan bahwa prediktor terhadap meliputi ketajaman pengamatan, penga-
prestasi belajar penting untuk diteliti. Oleh matan kritis, konsentrasi, dan daya ingat;
sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk kesiapan emosional meliputi pengertian
mengkaji pengaruh dari variabel kesiapan tentang objek dan penilaian terhadap
belajar dan inteligensi terhadap prestasi situasi serta memahami cerita; dan
belajar siswa. Hipotesis yang diajukan kesiapan emosional meliputi pemahaman
adalah ada pengaruh kesiapan belajar dan konsep dan konsentrasi.
inteligensi terhadap prestasi belajar siswa. Instrumen CPM yang digunakan
memiliki koefisien reliabilitas Alpha
Metode Cronbach sebesar 0,640-0,890 dan terdiri
dari 36 butir atau gambar yang terdistribusi
Pendekatan penelitian yang digunakan ke dalam tiga kelompok (set), yaitu set A,
dalam penelitian ini adalah pendekatan AB, dan B. Hasil tes CPM tidak
Tabel 2.
Koefisien Prediktor dan Signifikansinya
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig. Correlations
Model B Std, Error Beta Zero-order Partial
1 (Constant) 77.979 4.160 18.747 0.000
Kesiapan Belajar 0.085 0.085 0.105 1.000 0.320 0.207 0.099
Inteligensi 0.043 0.019 0.239 2.280 0.025 0.284 0.221
Persamaan regresi satu prediktor yang 2016; Al Neif, 2012, Deary & Johnson, 2010;
diperoleh dalam penelitian ini adalah Y = Laidra, Pullmann, & Allik, 2007;
77,979 + 0,043 X2. Adapun interpretasi Gustafsoon, 2001; Ceci & William, 1997).
terhadap model regresi tersebut yakni Misalnya, anak yang sering tidak masuk
harga konstanta = 77,040 yang berarti sekolah karena memiliki kecacatan fisik
apabila nilai dari inteligensi di objek atau menjadi kaum minoritas di sekolah-
penelitian sama dengan nol, maka nya, cenderung memiliki inteligensi yang
besarnya prestasi belajar akan sebesar lebih rendah (McDevitt & Omrod, 2007;
77,040; sedangkan harga koefisien bobot Freeman, 1934 dalam Ceci & William,
regresi variabel inteligensi (b2) = 0,045 yang 1997); anak yang lebih dini masuk sekolah
berarti jika nilai inteligensi mengalami akan memiliki inteligensi yang lebih tinggi
kenaikan 1 poin, maka besarnya variabel dibandingkan anak yang masuk sekolah
prestasi belajar akan meningkat sebesar belakangan (McDevitt & Omrod, 2007);
0,045. Selain persamaan regresi, hasil skor inteligensi cenderung naik selama
analisis juga memperlihatkan hasil analisis masa sekolah dan menurun selama bulan
variabel independen secara terpisah musim panas atau musim liburan (Ceci &
melalui uji t. Berdasarkan tabel tersebut, William, 1997); serta anak yang menyele-
variabel inteligensi memberikan nilai saikan pendidikan lebih tinggi cenderung
signifikansi (0,025) yang lebih kecil lebih cerdas daripada anak yang putus
dibandingkan alpha (0,05), sedangkan nilai sekolah (Santrock, 2004) karena putus
signifikansi kesiapan belajar (0,320) lebih sekolah menyebabkan inteligensi menurun
besar dibandingkan alpha (0,05). Hal ini (Ceci & William, 1997).
berarti bahwa inteligensi dapat digunakan Dari hasil analisis data diperoleh
sebagai prediktor prestasi belajar siswa, bahwa koefisien korelasi antara variabel
sedangkan kesiapan belajar tidak. kesiapan belajar dan inteligensi dengan
prestasi belajar adalah 0,300; sedangkan
Pembahasan besarnya kontribusi dari kedua variabel
independen terhadap prestasi belajar
Hasil analisis melalui statistik regresi tercermin dari harga koefisien determinasi
menunjukkan bahwa hipotesis yang diuji atau R square yang didapatkan yakni
dalam penelitian ini diterima. Hal ini sebesar 0,090. Angka ini menunjukkan
berarti bahwa kesiapan belajar dan sumbangan variabel kesiapan belajar dan
inteligensi merupakan prediktor yang baik inteligensi terhadap prestasi belajar siswa
bagi prestasi belajar. Dalam analisis hanya sebesar 9%; sedangkan 91% sisanya
selanjutnya, diketahui bahwa dibanding- disumbang oleh variabel lain yang tidak
kan kesiapan belajar, faktor inteligensi diteliti dalam penelitian ini. Berbagai
sebagai potensi siswa lebih dapat penelitian menunjukkan terdapat banyak
dikatakan sebagai prediktor terhadap faktor yang dapat menjadi prediktor
prestasi belajar. Beberapa penelitian yang prestasi belajar selain kesiapan belajar dan
mengungkap hubungan antara inteligensi inteligensi, yakni suasana lingkungan,
proses belajar di sekolah menyimpulkan minat, komunikasi, bimbingan yang tepat,
bahwa sekolah dan inteligensi memang fasilitas belajar, kualitas sekolah, guru, dan
memiliki hubungan yang saling terkait dan kemampuan mengajar guru (Saeid &
saling memengaruhi sehingga dapat Eslaminejad, 2017; Dev, 2016; Triastuti,
berimbas pada tinggi rendahnya prestasi 2016; Griffin, 2013; Mushtaq & Khan, 2012;
belajar yang dicapai siswa (Ahvan & Pour,
Muola, 2010; Rivkin, Hanushek, & Kain, prestasi belajar dikarenakan kesiapan
2005). belajar membutuhkan prasyarat kognitif,
Dari beberapa kajian literatur, sikap, perilaku, serta keterampilan, untuk
inteligensi diyakini sebagai salah satu menjalankan proses pembelajaran secara
prediktor terbaik prestasi belajar (Gannon optimal (Bruwer, Hartell, & Steyn, 2014;
& Ranzijn, 2005; Sternberg, 2003; Sternberg Britto & Limlingan, 2012; Maddox, Forte, &
& Williams, 1998; Ceci, 1996; Gardner, 1993; Boozer, 2000), dimana dalam proses
Neisser,1976) disebabkan karena pembelajaran tersebut tidak dapat
inteligensi menunjukkan kematangan dipisahkan dari hubungan antara stimulus
perkembangan dan merupakan salah satu dan respon seperti yang dicetuskan oleh
faktor kognitif yang berupa potensi Thorndike (Bernard, 2012; Schunk, 2004).
bawaan yang dapat berubah maupun Adapun stimulus yang dapat diberikan
berkembang seiring dengan praktik berupa pengakuan (recognition), pemberian
(pengasuhan atau usaha) yang pada hadiah (reward), pujian (praise), ataupun
akhirnya akan membentuk kecakapan penguatan (reinforcement) (Bernard, 2012;
dalam berperilaku (Singh & Sinha, 2013; Law, Siu, Shek, 2012; Schunk, 2004).
Morgan, 1998; Jensen, 1969; Burt, 1969). Menguatkan hal yang telah dijelaskan,
Inteligensi yang dimiliki anak memang ketidakberfungsian variabel kesiapan
terkait dengan faktor genetik, namun fakta belajar sebagai prediktor yang baik bagi
bahwa lingkungan juga berperan prestasi belajar mungkin juga dipengaruhi
menimbulkan perubahan-perubahan yang oleh berbagai faktor seperti yang
cukup berarti (McDevitt & Omrod, 2007; dikemukanan Britto dan Limlingan (2012)
Bouchard & McGue, 2003). Meskipun yang menyatakan setidaknya terdapat tiga
begitu, tingkat inteligensi anak akan terus faktor yang saling terkait yang dapat
berkembang secara signifikan pada usia 9- memengaruhi kesiapan anak untuk belajar
17 tahun (Haworth, et.al, 2010). Penelitian di sekolah, yakni: anak itu sendiri
lain menyebutkan bahwa inteligensi juga (internal), lingkungan sekolah, dan
tidak bisa terlepas dari otak dimana lingkungan keluarga.
perkembangan otak sangat dipengaruhi Fokus faktor internal terletak pada
oleh gizi atau nutrisi yang dikonsumsi proses pembelajaran dan pengembangan
(Nyaradi, et.al, 2013; Rosales, Reznick, & yang ada dalam diri anak itu sendiri, yakni
Zeisel, 2009; Isaacs & Oates, 2008). Oleh kemampuan membaca, berhitung,
sebab itu, keselarasan faktor-faktor yang mengikuti arahan, bekerja sama dengan
mendukung inteligensi perlu diperhatikan anak-anak lain serta kemampuan untuk
agar anak dapat mencapai keberhasilan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
terutama yang terkait dengan prestasi Fokus faktor lingkungan sekolah terutama
belajar secara maksimal. terletak pada bahasa maupun budaya,
Tidak dapat dipungkiri bahwa kesiap- yakni sekolah sebisa mungkin menjem-
an belajar berperan penting terhadap batani kedua kesenjangan tersebut melalui
kesuksesan akademik siswa (Magdalena, kerja sama dengan orang tua. Hal ini
2014), namun hasil penelitian yang disebabkan adanya perbedaan antara
diperoleh menunjukkan bahwa kesiapan bahasa pertama anak dengan bahasa
belajar kurang berfungsi optimal sebagai instruksi sekolah yang mengakibatkan
prediktor prestasi belajar. Kurang optimal- anak kebingungan. Selain itu, sekolah juga
nya kesiapan belajar sebagai prediktor perlu mengadopsi pendekatan inklusif
Lawrence, A. S. A., & Vimala, A. (2012). Nyaradi, A., Li, J., Hickling, S., Foster, J., &
School environment and academic Oddy, W. H. (2013). The role of
achievement of standard IX students. nutrition in children’s neurocognitive
Journal of Educational and Instructional development, from pregnancy through
Studies in the World. 2(3), 210-215. chilhood. Frontiers in Human
Maddox, N., Forte, M., & Boozer, R. (2000). Neuroscience. 7(97), 1-16.
Learning readiness: An underapreciate Proffitt, L. N. (2008). A study of the influence
yet vital dimension in experiential of learner readiness on academic success
learning. Developments in Business and student perceptions of online learning.
Simulation & Experential Learning. 27. Disertation. Capella University.
272-278. Rivkin, S. G., Hanushek, E. A., & Kain, J. F.
Magdalena, S. M. (2014). The effect of (2005). Teachers, schools, and academic
parental influences and school achievement. Econometrica. 73(2), 417-
readiness of the child. Procedia-Social 458.
and Behavioral Sciences. 127, 733-737. Rosales, F. J., Reznick, J. S, & Zeisel, S. H.
McDevitt, T. M., & Omrod, J. E. (2007). Child (2009). Understanding the role of
development and education. New York: nutrition in the brain & behavioral
Merrill, an imprint of Pearson development of toddlers and preschool
Education, Inc. children: identifying and overcoming
Morgan, L. (1998). Innate intelligence: its methodological barriers. Nutrition
origins and problems. J Can Chiropr Neuroscience. 12(5), 190-202.
Assoc. 42(1). 35-41. Saeid, N., & Eslaminejad, T. (2017).
Muola, J. M. (2010). A study of the Relationship between student’s self-
relationship between academic directed-learning readiness and acade-
achievement motivation and home mic self-efficacy and achievement
environment among standard eight motivation in students. International
pupils. Educational Research and Education Studies. 10(1), 225-232.
Reviews. 5(5). 213-217. Santrock, J. W. (2014). Child Development
Mushtaq, I., & Khan, S. N. (2012). Factors (14th Ed.). New York: McGraw-Hill
affecting students’ academic perfor- Publishing.
mance. Global Journal of Management and Santrock, J. W. (2004). Educational
Business Research. 12(9), 1-7. Psychology (2nd Ed.). New York:
Neisser, U. (1976). General, academic, and McGraw-Hill Publishing.
artificial intelligence. In L. Renich (Ed.). Schunk, D. H. (2004). Learning theories: an
Human intelligence: Perspectives on its educational perspective (4th Ed.). Upper
theory and measurement (pp. 179-189). Saddle River: Pearson Merrill Prentice
Norwood, NJ: Ablex. Hall.
Neisser, U., Boodoo, G., Bouchard, T. J., Singh, M. P., & Sinha, J. (2013). Impact of
Boykin, A. W., Brody, N., Ceci, S. J., spiritual intelligence on quality of life.
Halpern, D. F., Loehlin, J. C., Perloff, R., International Journal of Scientific and
Stenberg, R. J., & Urbina, S. (1996). Research Publications. 3(5), 1-5.
Intelligence: knowns and unknowns. Sternberg, R. J., & Williams, W. M. (1998).
American Psychologist. 51(2), 77-101. Intelligence, instruction, and assessment: