Anda di halaman 1dari 13

Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam

Untuk Memenuhi Tugas Makalah Studi Islam

Disusun oleh:

Yoyoh Rokayah (11141040000034)

Nidaan Khofiyah (11141040000013)

Sitta Diana (11141040000002)

Pujiati ()

1
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam senantiasa kami limpah
dan curahkan kepada junjunan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, dan semoga kita
termasuk umatnya hingga akhir zaman.

Kemudian kami ucapkan terimakasih kepada orang tua dan dosen pembimbing studi
islam yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi kepada saya.

Makalah ini yang berjudul “Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam“ . Makalah ini
ditulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah studi islam sebagai syarat
terlaksananyanya persentasi kelompok kami.

Makalah ini tentu jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mohon kritik
dan saran yang membangun agar makalah kami selanjutnya terus berkembang menjadi
lebih baik lagi.

Terimakasih.

Penulis

2
Daftar Isi

3
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sehat dan sakit merupakan suatu peristiwa dan keadaan yang selalu menyertai
hidup manusia sejak zaman Nabi Adam a.s. kita memahami apapun yang menimpa
manusia adalah takdir dari Allah SWT, sehgat dan sakit pun merupakan suatu takdir
dari Allah SWT. Lantas sehat dan sakit itu merupakan takdir, mengapa ketika kita
sakit harus mencari sehat/ kesembuhan?. Lantas buat apa dan manfaat berobat?. Dari
sinilah kita memahami konsep sehat dan sakit.
Konsep sehat dan sakit dalam islam merupakan konsep yang bersumber dari
pandangan Al-quran dan hadist, berikut salah satu ayat Al-quran yang menjelaskan
hal tersebut : “(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakanku, maka Dialah yang memberi
petunjuk kepadaku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku.
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku. Dan yang akan mematikan
aku, kemudian akan menghidupkanku (kembali). Dan yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”. (QS asy-Syu’arâ’ 26: 78-82). Dari
penjelasan ayat Al-quran diatas tentulah sehat dan sakit merupakan sesuatau yang
diturtunkan oleh Allah SWT dengan bertujuan untuk menguji hamba-Nya.

Rumusan Masalah
1. Pengertian sehat dan sakit.
2. Konsep sehat dan sakit dalam persfektif Islam.
3. Relasi nilai agama dalam dunia kesehatan.
4. Sakit sebagai takdir yang menguatkan iman.

Tujuan Masalah

4
BAB II ISI

2.1. Pengertian Sehat dan Sakit


Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan
bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal
di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk
kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita
amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian mempengaruhi pemahaman dan
pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang yang tidak memeiliki
keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang sehat. Sebagaimana masyarakat yang
beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu
pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor
subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai
konsep sehat yang ada dalam masyarakat.

Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang


berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata
sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap bada serta bagian-bagiannya
(bebas dari sakit) dan waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari
sakit.

Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shhihah yaitu al-‘afiah yang berarti
ash-shhihah at-tammah (sehat yang sempurna). Kedua kata ash- shihah wa al-‘afiah yang
apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan artinya sehat secara sempurna.

Kata sehat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/kondisi seluruh
badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang
Kesehatan No 23 tahun 1992 “sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sisoal
yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. Konsep “sehat”
World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu
“kedaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau cacat”. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan
sehat. Dia semestinya dalam kedaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu keadaan
ideal, dari sisi biologis, psuologis, dan sosial sehin gga eseorang dapat melakukan aktifita
secara optimal. Definisi sehat dikemukakan oleh WHO mengandung karakteristik yaitu:

1. Mereflekasikan perhatian pada individu sebagai manusia.


2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan merupakan
suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu
keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah
adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap
lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, maupun
sosial. Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik

5
(badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak
merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan
berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:

1. Sehat pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir logis
(masuk akal) atau berpikir runtut
2. Sehat spiritual tercermin darai cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pancipta alam dan seisinya yang
dapat dilihat daro praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik
sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3. Sehat emusional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
atau pengendalian diri baik.

Sehat sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara
baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan
ras, sukuj, agama, maupun kepercayaan, status sosial, ekonomi, dan politik.

Dilihat dari aspek ekonomi yeitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara
ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari
aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara
sosial.

Istilah penyakit (disease) dan kedaan sakit (illness) sering tertukar dalam
penggunaannya sehari-hari padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Penyakit ialah
istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan kekurangan kapasitas. Penyakit terjadi ketika keseimbangan dalam tubuh
tidak dapat dipertahankan. Keadaan sakit terjadi pada saat sesorang tidak lagi berada
dalam kondisi sehat yang normal. Contohnya pada penyakit asma, ketika tubuhnya
mampu beradabtasi dengan penyakitnya maka orang tersebut tidak berada dalam keadaan
sakit. Unsur penting dalam konsep penyakit adalah pengukuran bahwa penyakit tidak
melibatakan bentuk perkembangan bentukkehidupan baru secara lengkap melainkan
perluasan dari proses-proses kehidupan normal pada individu. Dapat dikatakan penyakit
merupakan sejumlah proses fisiologi yang sudah diubah.1

2.2. Konsep Sehat dan Sakit dalam Islam


Konsep sehat dan sakit bagi kebanyakan orang masih membingungkan dan
kurang jelas. Sakit dan penyakit merupakan suatu peristiwa yang selalu menyertai
manusia sejak jaman Nabi Adam. Kita memahami apapun yang menimpa adalah takdir,
sakit pun merupakan takdir yang dialami manusia. Meskipun sehat dan sakit merupakan
takdir tetapi menjaga kesehatan dan mencegah agar supaya kita tidak sakit ataupun
mencari pengobatan ketika jatuh sakit harus dilakukan dan Al-Quran memberikan
petunjuk mengenai hal ini.

Meskipun kata sehat wal afiat yang merupakan Indonesiasi dalam bahasa Arab ash-
shhihah dan al’ afiah tetapi tidak satu kata pun didalam Al-Quran menyebutkan ash-
shhihah dan al’fiah, tetapi Al-Quran meneybutkan perkataan syifa’ berarti sembuh (dari

1 http://www.academia.edu.com diakses pada 28 Oktober 2014 pikul 21:00 WIB

6
sakit), dan pengobatan (menuju kesembuhan dari keadaan sakit). Kata syifa’ disebut
dalam Al-Quran dimana disebutkan bahwa disamping sebagai petunjuk Al-Quran juga
dinyatakan sebgaai obat yang menyembuhkan.

Firman Allah di dalam Qs. Al-Israa’ 17: 82. Artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Quran
suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”.

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Al-Quran sebagai penyembuh hanya kepada orang
yang beriman secara islam. Non muslim dikategorikan sebagai orang-orang lalil, otomatis
tidak sehat. Dengan demikian, yang dimaksud sehat atau sakit dalam ayat ini bersifat
rohaniah. Secara fisik orang yang dikatakan sehat. Ukuran sehat atau sakit terletak pada
‘iman’ secara Islam.2

Karakteristik kesehatan yang demikian ini secraa eksplisit, yaitu penyakit hati kata lain
dari rohani, disebut kembali dalam Qs. Yunus 10 : 57. Artinya : “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuhan bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada petunjuk serta rahmat bagi orang-orang
beriman”.

Pandangan mengenai konsep sehat dan sakit dapat pula kita peroleh dari kisah yang
dialami oleh Nabi Ayyub dalam Al-Quran Surah An Anbiyya 21 : 83. Artinya : “Dan
(ingatlah kisah) Ayyub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku
telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha penyayang diantara semua
penyayang”. Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami kembalikan
keluarganjya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka sebagai suatu
rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyemgah Allah.

Ayat di atas mengisahkan Nabi Ayyub yang ditimpa penyakit, kehilangan harta dan anak-
anaknya,. Dari seluruh tubuhnya hanya hati dan lidahnya yang tiidak tertimpa sakit,
karena dua organ inilah yang dibiarkan Allah SWT tetap baik dan digunakan oleh Nabi
Ayyub untuk berdzikir dan memohon keridhoan Allah SWT dan Allah SWT pun
mengabuklan doanya, hingga akhirnya Nabi Ayyub sembuh dan di kembalikan harta dan
keluarganya. Dari sini dapat diambil pelajaran agar manusia tidak berprasangka buruk
kepada Allah SWT, tidak berputus asa akan rahmat Allah SWT serta bersabar dalam
menerima takdir Allah SWT. Karena kita sebagai manusia perlu meyakini bahwa apapun
bahwa apabila Allah menaktidrkan sakit maka kita akan sakit, begitu pula apabila Allah
menakdirkan kesembuhan tiada daya upaya kecuali dengan izin-Nya kita akan sembuh.

Sakit dalam pandangan Islam bukanlah suatu kondisi yang hina atau memalukan
melainkan kedudukan mulia bagi seorang hamba karena dengan mengalami sakit seorang
hamba akan diingatkan untuk selalu bersyukur. Hal ini karena keselamatan dan kesehatan
merupakan nikmat Allah SWT yang terbesar dan harus diterima dengan rasa syukur.

Sehat dan sakit memang merupakan ketentuan Allah SWT tetapi ketika berada dalam
kondisi sakit manusia tidak seharusnya menjadi pribadi yang lemah dan berputus asa

2 http://muhsinhar.staff.umy.ac.id diakses pada 4 November 2014 pukul 19:00 WIB

7
karena sakit adalah cara Tuhan untuk menghapus dosa manusia, hal dijelaskan dalam
salah satu hadist yang diriwayatkan oleh Al Bukhari yang artinya “Tidak ada yang
menimpa seorang muslim kepenatan, sakit yang berkesinambungan (kronis),
kebimbangan, ksedihan, penderitaan, kesusahan, sampai pun duri yang ia tertusuk
karenanya, kecuali dengan itu Allah menghapus dosanya”.

Dari berbagai ayat dan hadist yang berkaitan dengan usaha kesembuhan dapat
disimpulkan bahwa Al-Quran maupaun As-Sunnah menjelaskan bahwa hidup sehat itu
adalah penting dan cara memperoleh kesehatan harus hati-hati, jangan sampai jatuh
kedalam praktik kemusyrikan. Menjaga kesehatan sebagai bagian cara bersyukur kepada
Allah adalah ciri muslim yang baik dan modal untuk memperoleh kesehatan adalah
dengan hidup bersih. Rasulullah saw pernah bersabda dan amat populer di lingkungan
dunia medika Islam “An-Nadaftu min al-iman” (Bersih itu sebagaiandari iman). Lawan
dari brsih dan kotor adalah kotor dan jorok. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
kotor dan jorok itu tidak mengundang kesehatan, melainkan lawannya, yaitu sakit. Jadi
kotor kotor atau jorok mengandung penyakit atau sakit. Dari alur pikir ini dapat di pahami
bahwa independensi (saling tergantung) antara bersih, sehat, dan iman. Bersih
menyebabkan sehat, dan sehat merupakan bagian dari iman. Disisi lain, iman yang benar
menuntut supaya hidup bersih dan buah dari hidup bersih adalah sehat.

Perilaku hidup sehat dan bersih sesungguhnya telah lama diajarkan bagi pemeluk
agama Islam yang salah satu perwujudannya adalah dedngan menjaga kebersihan pribadi.
Hal ini dengan jelas terdapat dalam Al-Quran yang menekankan kualitas hidup bersih
atau suci, baik suci secara lahiriah maupun suci secara batiniah. Sebagaimana firman
Allah dalam Qs, Al-Mudatstsir (74): 4. Artinya : “Dan pakaianmu bersihkanlah”.

Kesempurnaan fisik merupakan gambaran kesehatan jasmani yang diartiakan


sebagai keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani, sesuai
dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat
dalam lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat dan bersemangat dan islam
menghendaki umatnya agar sehat dan kuat baik jasmani maupun rohani karena jika
diperhatikan secara seksama ternyata ada tipe manusia yang secara rohani sehat yang
indikasinya rajin ibadah, perilakunya baik, berbicara sopan, membaca Al-Quran bagus
dan hidupnya sederhana, tetapi secara jasmani kurang sehat, terlihat lemah, batuk-batuk
kecil, raut muka kusut dan tempat huniannya kurang terawat. Tentu profil ini tidak
dikehendaki oleh Islam, ia mesti juga sehat secara jasmani maupun rohani.3

Dengan demikian, anjuran terhadap umat islam dalam menjaga kesehatan terkait
dengan perilaku sehat (health behavior) dan perilaku sakit (illness behavior). teori-teori
yang mengembangkan oleh antropolog kesehatan mengartikan perilaku sehat adalah
tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,
termasuk pencegahan penyait, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran memalui
olahraga dan memakan makanan bergizi. Sedagkan perilaku sakit diartikan sebagai segala
bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar
memperolehkesembuhan. Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan

3 http://www.uin-alauddin.ac.id diakses pada 2 November 2014 pukul 21:00 WIB

8
telah menjadi urusan publik makan terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan
perilaku sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain:
kebijakan penurunan angka kasakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit,
kebijakan peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial
ekonomi masyarakat, kebijakan peningkatan upaya kesehatan lingkunganterutama
penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
meningkatkan mutj lingkungan hidup, kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan
masyarakat melalui upaya peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit, dan
pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak, dan kebijakan peningkatan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.4

2.3. Relasi Nilai Agama dalam Dunia Kesehatan


Banyak permaslahan yang dialami manusia termasuk dalam bidang kesehatan.
Bertambahnya permasalahan dalam bidang kesehatan ini tidak seimbang dengan
penyelesaian dari permasalahan sebelumnya. Masalah ini terjadi karena faktor kurang
pekanya diri kita terhjadap kebersihan diri dan lingkungan kita. Masalah tersebut terus
bertambah dan bertambah, hal tersebut dikarenakan banyaknya orang yang masih
mengandalkan pemikirannya tersendiri tanpa mengedepankan ajaran agama islam yang
tepat dan memadai. Padahal islam telah menjelaskan tentang berbagai aspek
permasalahan yang bersumber dari Al-Quran, hadist, ijmak, dan qiyas yang kebenarannya
tidak perlu di ragukan lagi.

Bisa kita lihat keadaan kesehatan masyarakat Indonesia ini banyak orang yang
mengalami masalah kesehatannya. Ada yang terjangkit penyakit menular, karena kurang
hati-hati terhadap orang lain, seperti malaria, HIV/aids, hepatitis, dan lain-lain. Selain itu
juga banyak permasalahn kesehatan karena faktor diri kita sendiri, misalnya busung lapar,
obesitas, dan lain-lain. Berbeda jika dibandingkan dengan negara lain, misalnya
Singapura, negara mereka selalu menjaga kebersihan di berbagai lingkungan sehingga
mereka hidup dengan nyaman.

Dari permasalahan di atas kita bisa menganalisis secara mendalam. Hal tersebut
bisa diatasi dengan kesadaran diri kita sendiri melalui pendekataan keagamaan. Agama
kita adalah agama Islam Rahmatan Lil ‘Alamin yang menjelaskan berbagai ajaran
danpraktik segala aspek kehidupan manusia. Tergantung diri kita masing-masing untuk
bisa memanfaatkan ilmu agama dalam mengatasi masalah tersebut.

Islam merupakan agama universal, yang sellau fleksibel terhadap berbagai masalah yang
terajadi, apapun permasalahaan yang terjadi agama Islamlah yang patut dijadikan sebagai
pedoman, seperti contoh Islam mewajibkan untuk membayar zakat kepada fakir miskin
bagi ornag yang mampu. Hal tersebut bersinambungan dengan masalah yang terjadi di
negara Indonesia ini yaitu busunga lapar, skit busung lapar telah dialami oleh benyak
orang yang mendiami daerah terpencil, penyakit ini timbul karena si penderita kurang
mengasupi makanan yang bergizi.

Dunia kesehatan dengn nilai-nilai agama Islam sangat berkaitan sekali Allah SWT
mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan kebersihan fisik. Jika dikaji dalam ilmu

4 http://kesehtan.kompasiaan.com diakses pada 5 November 2014 pukul 13:30 WIB

9
kesehatan nilai agama tersebut sangat berkaitan karena jika kita menjaga kebersihan kita
dapat meminimalisir penyakit-penyakit yang hendak adatang ke kita.

Dunia kesehatan sebenarnya sudah ada sejak lama, salah satu tokoh ilmuan pada zaman
dahulu adalah Ar-Razi. Beliau merupakan orang yang telah berjasa terhadap ilmu
kedokteran yang telah meneliti masalah dunia kedokteran hingga beliau mendapat gelar
sebagai bapaknya dokter. Aplikasi niali-nilai keislaman dalam dunia kesehatan adalah
semua anggotan badan manusia seperti tangan, kaki, kepala, sampai hati ini semua pada
hakikatnya adalah milik Allah SWT yang harus kita jaga. Misalnya, islam mengajarkan
kita ungtuk tidak marah-marah dan sellau tetap rendah hati. Hal tersebut bisa dikaji
dalam dunia kesehatan, setelah diteliti memang ada manfaatnya yakni apabila kita marah-
matah darah kita akan naik dan kita dapat terkena penyakit darah tinggi.5

2.4. Sakit Sebagai Takdir yang Menguatkan Iman


Sesungguhnya ujian atau cobaan paling ringan pada diri seorang muslim adalah
ujian jasmani yang lazzim disebut sakit. Ujian jasmani ini dimaksudkan Allah untuk
menguji kesabaran dan kerelaan seorang hamba dalam menerima takdir-Nya. Kalau
ternyata ia sabar, Allah menetapkan pahala atau menghapus sebagian dosanya atau
mengangkat derajatnya sehingga ujian itu menjadi nikmat baginya. Sabda Rasulullah
saw: “Tidak ada seorang muslim pun yang ditimpa gangguan semacam tusukan duri
yang lebih berat daripadanya melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan
perbuatan buruknya serta digugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu
menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Mustafaq Alaih).
Ditinjau dari dimensi vertikal (anatara hamba dengan al-khaliq), paling tidak ada tiga
manfaat/keutamaan musibah yang ditimpa kepada mukmin.
Pertama, musibah sebagai penebus dosa yang pernah dilakukan manusia akibat
kelalaian dan pelanggrannya terhadap perintah Allah SWT. MakaAllah memberikan
ganjaran di duni secara kontan dan spontan. Hal ini mungkin sebagai tanda kasih sayang
Allah kepada hamba-Nya sehingga si hamba bisa keluar dari dunia ini dalam keadaan
bersih.
Kedua, musibah sebagai pengingat dan penguji kualitas kesabaran seseorang. Hal
ini merupakan takdir Allah kepada hamba-Nya dan kelak diakhirat akan diganti dengan
rahmat dan ridha-Nya. Apabila seorang seorang hamba menghadapi cobaan dan
penderitaan itu dengan ridha, ikhlas, dan terus menerus berikhtiar mencari jalan keluar
dengan cara sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan syara’, tidak menegluh, mengaduh,
apalagi meratap dan merintih, maka Allah akan menjanjikan akan memepermudah urusan
hisabnya dihari kiamat, maka Allah menjanjikan akan menyegerakan pahalanya,
memberkati kehidupannya sehingga timbangan amalnya berat kearah ketetapan dan
pahala, dan berkesudahan dengan jannatun-na’im.6
Ketiga, musibah sebagai tangga untuk mencapai kualiatas derajat lebih tinggi di
sisi Allah. Kita tentu masih inget bagaimana musibah yang ditimpakan kepada
Nabiyullah Ayyub as, seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Cobaan yang menimpa seorang hamba bertujuan untuk:
1. Menunjukan kemutlakan kekuasaan Allah terhadap manusia bahwa manusia
adalah hamba yang harus senantiasa tunduk dan patuh serta merendahkan diri di
hadapan al-Khaliq.
2. Melihat mana yang mukmin sejati dan mana yang munafik.
3. Menghapus dosa dan mengangkat derajat seorang hamba.

5 Mukti Bisri, Pendidikan Agama Bernuansa Kesehatan, (Jakarta: Pilar Media, 2007), 8.
6 Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 4.

10
4. Mengungkapan hakikat manusia itu sendiri sehingga tampak jelas kesabaran dan
ketaatannya.
5. Membentuk dan menempa kepribadiannya sehingga benar-benar menjadi pribadi
yang tahan banting dan tahan uji, guna melahirkan umat berbudi luhur.
6. Melatih dan membiasakan diri yang diuji agar bertambah sabar, kuat cita-cita,
dan tetap pendirian. Serta,
7. Melahirkan sifat dan sikap saling menolong dan mengasihi sesama.
2.5. Kiat Menguatkan Iman ketika sakit
1. Berbaik sangka kepada allah (husnudzan billah)
Sudah selayaknya orang yang sakit mengingat luasnya rahmat dan
ampunanAllah, dan berbaik sangka terhadapnya-Nya. Dalam sebuah hadist di
sebutkan: “ Janganlah seseorang meninggal kecuali dalam keadaan baik sangka
kepada allah.”. (HR. Muslim)
Termasuk berbaik sangka bagi si sakit, dengan berharap bahwa musibah
yang menimpanya merupakan pendahuluan dari kebaikan yang dianugrahkan
Allah kepadanya, sebagaimana tercantum dalam sebuah hadist: “Barang siapa
dikehendaki aAllah kebaikan pada dirinya, maka ia akan di beri cobaan”.(HR.
Bukhori Muslim)
2. Bersabar
Sabar adalah menahan diri dan membawanya kea rah yang dituntut syara’
serta menghindarkan diri dari hal-hal yang diharamkan. Yakinlah bahwa musibah
ini akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosa yang telah kita perbuat,
sebagaimana sabda nabi :
“Tidak ada musibah yang menimpa, seperti keletihan, kelesuhan, sakit,
duka, susah, dan gangguan sekedar tusukan duri sekalipun, melainkan
dihapuskan Allah sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhori Muslim)
Dalam sebuah hadist qudsy allah berfirman : “Jika kubebankan
kemalangan untuk salah seorang hamba-Ku pada badannya, hartanya, atau
anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, aku merasa
enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan
buku catatan amal baginnya.” (HR. al-Qudha’I, ad-Dailami, dan At-Tirmizdi,
dan anas).

Kesabaran terhadap musibah ini ternyata membuahkan hasil yang menakjubkan,


yakni kemudahan menghadapi hisab di hari akhir.

3. Banyak bersyukur kepada Allah

Bersyukurlah karena Allah masih memberikan kesempatan bagi kita


untuk bertaubatdan membersihkan diri. Betapa banyak orang yang menemui ajal
pada saat berbuat maksiat atau berlimang dosa.

Terkadang cobaan yang menimpa kita semata-mata pertanda rasa cinta


dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, sebagaimana yang ditunjukkan
oleh sebuah hadist : “Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka
ditimpakannya cobaan pada kaum itu.” (HR. Bukhori)

11
Sekiranya Allah SWT menunda hukuman kepada hamba-Nya sampai
hari kiamat, niscaya hukuman yang diterima pasti akan lebih pedih dan
menyakitkan.

Seorang hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur atas kemalangan


yang menimpanya, baginya dituliskan pahala amal yang bisa dikerjakan semasa
sehatnya. Firman Allah kepada para malaikat dalam hadist Qudsi : “Jika aku
menguji salah seorang hamba-Ku yang beriman, lalu ia memuji-Ku atas ujian itu,
maka berilah dai pahala sebagaimana pahala yang biasa kalian berikan
kepadanya.” (HR. Ahmad dan Thabrani)

4. Memperbanyak Istighfar dan menghisab diri sendiri (Muhasabah lin-Nafsi)

Aktivitas istighfar dan muhasabah diperbanyak dikala sakit. Dengan


menyadari segala kelemahan dan kekurangan kita sebagai hamba Allah, insya
Allah akan mendekatkan hati kita kepada Allah serta menjadikan ibadah dan doa
kita lebih khusyu’. Kondisi ini akan lebih mengantarkan kita pada ketenangan
batin dan berimplikasi pada jasmani. Umar bin Khattab dalam pesannya yang
masyhur mengingatkan, “Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab.”

5. Tawakkal kepada Allah

Tawakal adalah perpaduan antara sabar, doa, dan ikhtiar yang sesuai
dengan tuntutan dan tuntunan syara’. Allah SWT telah menjanjikan dan Allah
Maha Benar janji-Nya bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena
itu,berikhtiarlah sesuai dengan tuntunan syara’. Janganlah berobat dengan cara
atau barang yang diharamkan. Perbanyaklah doa dan ikhtiar serta bersabarlah
hingga Allah berkenan memberikan kesembuhan. Sabda Rasulullah saw :
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat. Dan menjadikan
untuk kalian bahwa setiap penyakit ada obatnya. Karena itu, berobatlah, tetapi
jangan berobat dengan barang haram.” (HR. Abu Daud)7

7 Ali Yafie, dkk, Sakit Menguatkan Iman, (Jakarta: Gramedia), 6

12
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

13

Anda mungkin juga menyukai