Anda di halaman 1dari 6

BAB II

HAKEKAT IDENTITAS DIRI REMAJA

A. Pengertian Identitas Diri


Menurut Kartono (2003) identitas diri adalah ciri-ciri atau tanda-tanda khas yang
dirasa atau diyakini benar oleh seseorang mengenai dirinya sebagai seorang individu.
Purwadi (2004) mengemukakan pembentukan identitas diri pada masa remaja
merupakan masalah yang penting. Karena krisis identitas timbul akibat dari konflik internal
yang berawal dari masa transisi itu, maka perlu segera mendapatkan penyelesaian yang
baik dengan mengelola ulang (reoorganization) atau membentuk ulang (restructuring)
identitas dirinya.
Erikson (1989) dalam Hasanah (2013) mengemukakan identitas diri adalah
kesadaran individu untuk menempatkan diri dan memberikan arti pada dirinya dengan tepat
di dalam konteks kehidupan yang akan datang menjadi sebuah kesatuan gambaran diri
yang utuh dan berkesinambungan untuk menemukan jati dirinya.
Jadi, identitas diri adalah ciri khas dari individu yang diyakini oleh individu tersebut
sehingga ia dapat mengenal dirinya sendiri sebagai seorang individu.

B. Pembentukan Identitas Diri Selama Usia Remaja


Menurut Erikson (1989) dalam Hasanah (2013) pembentukan identitas merupakan
tugas psikososial yang utama pada masa remaja, identitas diri adalah merupakan potret diri
yang disusun dari macam-macam tipe identitas, meliputi identitas karir, identitas politik,
identitas agama, identitas hubungan dengan orang lain, identitas intelektual, identitas
seksual, identitas etnik, identitas etnik, identitas minat, identitas kepribadian, dan identitas
fisik. Berikut merupakan sumber-sumber pembentukan identitas diri remaja, yaitu:
1. Lingkungan sosial, dimana remaja tumbuh dan berkembang seperti keluarga
tetangga dan kelompok teman sebaya.
2. Kelompok acuan (reference group), yaitu kelompok yang terbentuk pada
remaja, misalnya kelompok agama atau kelompok yang memiliki minat yang
sama dimana melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai-nilai
dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya.
3. Tokoh idola, yaitu seseorang yang sangat berarti seperti sahabat, guru, kakak,
atau orang yang mereka kagumi.

Remaja merupakan salah satu tahapan tentang individu manusia yang sangat
penting untuk pembentukan identitas. Pada tahapan ini, remaja menghadapi tugas utama
mencari dan menegaskan eksistensi dan jati dirinya, mengetahui kekuatan dan kelemahan
diri sendiri, mencari arah dan tujuan, menjalin hubungan dengan orang lain yang dianggap
penting. Meyakinkan diri sendiri dan orang lain, bahwa dirinya telah mampu
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan secara efektif mempersiapkan diri menjelang
masa dewasanya.

C. Status Identitas Diri Remaja


Menurut Purwadi (2004) status identitas diri adalah pengkategorian identitas diri
yang didasarkan pada hasil proses eksplorasi dan komitmen. Status identitas dapat
diramalkan dari hasil tahapan psikososial sebelumnya, dan dapat digunakan untuk
memprediksikan penampilan tahap psikososial selanjutnya.
Marcia (1994) dalam Paramitha (2013) membagi status identitas diri menjadi empat
bagian yang diklasifikasikan dengan tingkat eksplorasi dan komitmennya. Nilai eksplorasi
dan komitmen yang tinggi status identitasnya tercapai. Nilai eksplorasi tinggi dan
komitmen yang rendah menghasilkan status identitas tertunda. Nilai eksplorasi rendah dan
komitmen yang tinggi, maka status identitasnya prematur. Terakhir, nilai eksplorasi dan
nilai komitmen rendah maka status identitas dirinya kabur.
Eksplorasi menunjuk pada suatu proses pemecahan masalah atau pencarian
pengetahuan tentang diri dan lingkungan guna membuat keputusan penting tentang pilihan
peran hidup yang di dalamnya meliputi tujuan, nilai, dan keyakinan.
Eksplorasi ini dinyatakan dalam tiga kemungkinan waktu, yaitu: sudah, sedang, dan
belum atau tidak dilakukan. Komitmen menyatakan kesetiaan pada seperangkat nilai,
tujuan, dan keyakinan yang telah dipilih. Jika eksplorasi merupakan upaya menemukan
dan menyortir berbagai alternatif peran, maka komitmen adalah tindakan untuk memilih
satu atau lebih alternatif dan kemudian mengikatkan perilaku yang konsisten dengan
pilihan tersebut. Komitmen digambarkan dalam dua kemungkinan, yaitu: sudah atau belum
dilakukan.
James Marcia (Desmita, 2008) mengemukakan bahwa terdapat empat status
identitas, tergantung dari cara menyelesaikan krisis identitas. Keempat status identitas
tersebut diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya eksplorasi dan komitmen. Adapun
empat status identitas yaitu :

1) Identity Diffusion/ Confusion Merupakan istilah yang digunakan Marcia


(Santrock, 2003). bagi remaja yang belum pernah mengalami krisis (belum pernah
mengksplorasi alternatif- alternatif yang berarti) atau membuat suatu komitmen Menurut
Santrock (2003) identitas disffusion/confussion merupakan suatu kemunduran dalam
perspektif waktu, inisiatif, dan kemampuan untuk mengkoordinasikan perilaku dimasa kini
dengan tujuan dimasa depan. Remaja dengan status ini yaitu remaja yang mengalami
kebingungan tentang siapa dirinya dan mau apa dalam hidupnya (Yusuf, 2011).
2) Identity Foreclocure Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock,
2003) bagi remaja yang telah membuat suatu komitmen, tetapi belum pernah mengalami
krisis atau mengekspolorasi alternatif-alternatif yang berarti. Remaja dengan status ini
menerima pilihan orangtua tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu (Yusuf, 2011).
3) Identity Moratorium Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock,
2003) bagi remaja yang berada dalam krisis (sedang mengeksplorasi alternatif-alternatif),
namun tidak memiliki komitmen sama sekali atau memiliki komitmen yang tidak terlalu
jelas. Remaja dengan identitas moratorium sering dianggap berada dalam krisis. Krisis ini
ditunjukkan dengan banyaknya melakukan eksplorasi pemikiran, kesadaran dan intelektual
terhadap elemen-elemen identitas dan ditandai dengan memiliki perilaku yang banyak
berhubungan dengan orang lain (Seotijiningsih, 2004). Papalia (2008) mengemukakan
bahwa remaja yang moratorium memiliki kecemasan dan kebebasan yang tinggi.
4) Identity Achiement Merupakan istilah yang digunakan Marcia (Santrock,
2003) bagi remaja yang telah melewati atau mengalami krisis (telah mengeksplorasi
alternatif- alternatif yang berarti) dan telah membuat suatu komitmen. Remaja dengan
status ini memiliki perasaan stabil karena telah melakukan eksplorasi dan menemukan
identitas dirinya (Seotijiningsih, 2004).
D. Usaha-Usaha Guru BK atau Konselor Sekolah dalam Membangun Identitas Diri
Remaja
Usaha-usaha yan g dapat dilakukan Guru BK atau Konselor sekolah dalam rangka
membangun identitas diri remaja yaitu:
1. Guru BK dapat memberikan layanan yang berkaitan dengan membangun identitas diri
remaja.
2. Memberikan kesempatan kepada remaja untuk mengeksplorasi dirinya untuk
mengembangkan potensi yang ada di dala diri remaja tersebut.
3. Memberikan pemahaman kepada remaja untuk lebih mandiri agar ia menemukan jati
dirinya dan dapat mengenal dirinya.
4. Memberikan penguatan (reinforcement) dan menciptakan situasi belajar yang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh penguatan terhadap minat serta
bakatnya.
5. Selalu menilai siswa dengan postif.
6. Menciptakan hubungan sosial yang hangat dengan siswa di sekolah.
Tidak hanya konselor sekolah, orangtua juga memegang peran penting dalam
proses perkembangan identitas diri remaja, karena pengalaman selama hidup dan tinggal
bersama orangtua dalam suasana gaya pengasuhan dari orangtua yang diterapkan,
memberikan pengalaman yang bersifat psikologis dan dapat dijadikan informasi tambahan
ketika remaja mulai menentukan pilihannya terhadap suatu hal. Dapat juga dijadikan
pertimbangan untuk membuat keputusan dalam menentukan hal tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pembentukan identitas diri seseorang merupakan proses yang kompleks dan
dinamis, berlangsung sepanjang hidup yang ditandai dengan siklus eksplorasi dan
Komitmen. Perkembangan identitas diri individu berawal dari interaksi anak dengan ibunya
dan terus berkembang sesuai dengaan tahap-tahap perkembangan individu.
Identitas diri merupakan aspek yang harus ada dalam diri individu. Dalam
kehidupan, setiap individu khususnya remaja harus memiliki identitas diri, karena identitas
diri tersebut merupakan ciri khas dari individu tersebut.

B. Saran
Dengan mengetahui hakekat identitas diri remaja, kita dapat memahami betapa
pentingnya identitas diri bagi individu khususnya individu pada masa remaja. Oleh karena
itu, seorang guru BK atau Konselor sekolah hendaknya dapat memahami klien atau peserta
didik dan mengetahui apakah peserta didik tersebut sudah paham dengan identits dirinya
masing-masing, sehingga guru BK bisa memberikan layanan yang tepat untuk
mengembangkan identitas diri peserta didik terutama pada masa remaja.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Rosda. Bandung.

Hasanah, Uswatun. (2013). “Pembentukan Identitas Diri dan Gambaran Diri Pada Remaja Putri
Bertato di Samarinda”. Journal Psikologi Vol.1 No.2. (Online).
(http://ejournal.psikologi.fisip unmul.ac.id, diakses tanggal 9 April 2019)

Kartono, Kartini & Dali Gulo. (2003). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Paramitha Dhatu Anindyajati. (2013). “Status Identitas Remaja Akhir: Hubungannya dengan
Gaya Pengasuhan Orangtua dan Tingkat Kenakalan Remaja”. Article Character Vol.1 No.2.
(Online). (http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id, diakses tanggal 9 April 2019)

Papalia, Diane et, al. (2008). Human Development (Psikologi Perkambangan). Jakarta: Kencana
Prenada Media.

Purwadi. (2004). “Proses Pembentukan Identitas Remaja”. Indonesian Psychological Jurnal Vol.1
No.1. (Online). (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=124060&val=5536,
diakses tanggal 9 April 2019)

Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (edisi keenam). Jakarta: Erlangga..

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto.

Yusuf LN. S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosdakarya. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai